EVALUASI PENERAPAN KALKULASI HARGA POKOK PROSES DALAM KAITANNYA DENGAN PENILAIAN PERSEDIAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH LAB. PENGANTAR AKUNTANSI 3 (ED) KODE / SKS : KD / 2 SKS

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

AKUNTANSI BIAYA. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

PROCESS COSTING LANJUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA*/** (EB) KODE / SKS : KK / 3 SKS

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011)

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA KOSIKA AMIK INTeL Com GLOBAL INDO KISARAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA JURUSAN MANAJEMEN STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG. Diskusi, dan 3. Cara penggolongan biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam perhitungan kos

PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas: Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang)

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

Materi: AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI BISNIS II

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses)

ANALISIS SISTEM PENCATATAN DAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. NUSANTARA SURYA SAKTI CABANG SEKAYU

PENERAPAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM KAITANNYA DENGAN PELAPORAN KEUANGAN PADA PT ALAS SENI KREASI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

SOAL PRAKTEK KOMPUTER AKUNTANSI dengan MYOB ACCOUNTING V.18 STUDI KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

HARGA POKOK TAKSIRAN

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PERSEDIAAN (Penilaian Berdasar Harga Pokok)

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA CV. ABADI JASA. Latifa Tri Utami Jurusan Akuntansi Politeknik PalComTech Palembang.

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. STARS INTERNASIONAL SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 5 No. 2, Oktober 2005 : 92 98 EVALUASI PENERAPAN KALKULASI HARGA POKOK PROSES DALAM KAITANNYA DENGAN PENILAIAN PERSEDIAAN Oleh I r i y a d i Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRAK Harga pokok produksi merupakan hal penting yang harus dihitung guna penentuan harga jual dan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen untuk memutuskan apakah produk tersebut akan terus diproduksi atau dihentikan pembuatannya. Selain itu, harga pokok produksi juga berguna untuk memudahkan penilaian persediaan produk jadi maupun persediaan barang dalam proses yang akan tersaji dalam Neraca. Kalkulasi harga pokok produksi untuk produk yang dibuat secara massa, akan mengkalkulasi harga pokoknya dengan menggunakan metode harga pokok proses. Berdasarkan uraian ini, penulis melakukan evaluasi kalkulasi harga pokok proses di sebuah perusahaan manufaktur yang melakukan proses produksi massa. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah cara mengkalkulasi harga pokok produksi yang dilakukan di perusahaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya untuk menilai persediaan produk jadi dan persediaan produk dalam proses akhir. Keywords : Harga Pokok Produksi ; Penilaian Persediaan. PENDAHULUAN Perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur biasanya menggunakan metode harga pokok proses, karena tujuan utama dari pengolahan produknya adalah untuk memenuhi persediaan di gudang (produksi secara massal). Persediaan di gudang dapat terbagi menjadi 3 yaitu persediaan produk selesai atau produk jadi, persediaan produk dalam proses serta persediaan bahan. Persediaan produk jadi adalah persediaan yang akan dijual kepada masyarakat, persediaan produk dalam proses adalah persediaan yang produknya masih membutuhkan pengolahan kembali untuk kemudian baru dapat disebut sebagai produk selesai. Sedangkan persediaan bahan adalah persediaan bahan baku yang kelak akan diproses menjadi produk jadi. Pada akhir periode produksi, tidak semua unit produk dapat terselesaikan menjadi produk jadi. Karena itu harus diperhitungkan dengan seksama berapa biaya yang terserap pada produk setengah jadi tersebut. Untuk produk selesai, tentu mudah menentukan harga pokoknya, karena 100% seluruh biaya telah terserap ke dalam produk tersebut. Tetapi masalah akan timbul pada perhitungan persediaan produk dalam proses, karena harus diperhatikan dahulu seberapa besar tingkat penyelesaian atau tingkat penyerapan biaya yang terserap di dalam produk setengah jadi tersebut. Berdasarkan

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 2, Oktober 2005 uraian di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian mengenai evaluasi atas penerapan kalkulasi harga pokok proses dalam kaitannya dengan penilaian persediaan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang berusaha mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisis data sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas atas objek yang diteliti. a. Penelitian kepustakaan, dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh adalah data sekunder. b. Penelitian lapangan, dilakukan dengan mengamati langsung objek penelitian untuk mendapat data primer yang diperlukan. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penerapan Kalkulasi Harga Pokok Dalam memperhitungkan harga pokok setiap produk yang dibuat, menggunakan kalkulasi harga pokok proses. Prinsip dasar dari kalkulasi harga pokok proses adalah mengakumulasikan biaya dari operasi atau departemen tertentu selama satu periode penuh (bulan, triwulan, atau ukuran waktu lainnya), kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi selama periode tersebut. Process Costing : Biaya per-unit = Total Biaya Produksi Unit Produksi Total 1.1 Pembebanan Harga Pokok Bahan Baku Bahan baku maupun bahan kemasan, dalam penilaian persediaannya menggunakan metode moving average. Alasan digunakannya metode moving average, karena metode tersebut dianggap sebagai metode yang paling relevan dengan keadaan ekonomi saat ini di Indonesia. Fluktuasi harga beli bahan baku dan bahan kemas ke supplier yang mudah berubah-ubah seiring dengan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah menyebabkan metode FIFO dan LIFO kurang dapat menghasilkan kalkulasi harga pokok produk yang akurat. 1.2 Pembebanan Tenaga kerja Langsung dan Pengalokasian Biaya Overhead Pabrik Biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan terbagi dalam 6 kelompok biaya yang dibedakan dengan cara membedakan kode GL (General Ledger) tiap-tiap kelompok biaya tenaga kerja. Keenam kelompok biaya tenaga kerja tersebut antara lain (1) Kelompok biaya tenaga kerja harian, (2) Biaya tenaga kerja langsung, (3) Biaya tenaga kerja tidak langsung, (4) Biaya tenaga kerja R & D, (5) Biaya tenaga kerja administrasi dan umum, (6) Biaya marketing. Dalam memperhitungkan biaya overhead pabriknya menggunakan sistem ABC. Biaya konversi dalam sistem ABC dirinci menurut departemen-departemen yang terkait dalam kalkulasi harga pokok produksi. Tiap departemen mengakumulasikan biaya tiap kegiatan yang dilaksanakan di departemennya. Akumulasi biaya tersebut dikenal dengan istilah Cost Pool. Sedangkan jam mesin, jumlah analisa, dan ukuran lainnya yang digunakan sebagai ukuran kuantitas atau ukuran waktu dalam pelaksanaan proses produksi disebut Cost Driver. Jika cost pool dibagi dengan cost driver maka akan ditemukan tarif masingmasing kegiatan untuk proses produksi produk dalam 1 batch. 1.3 Laporan Harga Pokok Produksi Standar Harga Pokok Produksi dibuat setiap 1 tahun sekali untuk digunakan sebagai patokan penentu harga jual. Namun setiap bulan, bagian cost accounting akan menghitung HPP aktual dalam bulan tersebut dengan maksud untuk mengetahui apakah HPP standar yang ditetapkan sebagai dasar penetapan harga jual masih relevan dengan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan. Jika 93

IRIYADI, Evaluasi Penerapan Kalkulasi Harga Pokok Proses dalam Kaitannya HPP aktual jauh melebihi HPP standar maka tentu saja produk harus segera dihentikan pembuatannya sekalipun laku di pasaran karena justru menimbulkan kerugian. Kemudian dilakukan penelitian untuk produk baru yang spesifikasinya hampir sama dengan produk lama yang dihentikan. Sebagai gantinya dikeluarkan produk baru dengan merek dan kemasan baru dimana harga bahan-bahan dan biaya lainnya yang berkenaan dengan HPP ditentukan sedemikian rupa sehingga HPP standar tetap lebih tinggi atau sama dengan HPP aktual. Dengan langkah tersebut diharapkan terdapat win-win solution untuk perusahaan sebagai pembuat produk dan konsumen sebagai pengguna produk tetap bisa menikmati produk bermutu dengan harga yang masih terjangkau. Dalam perhitungan bahan baku dan bahan kemas, kuantitas unit bahan yang dipakai menggunakan kuantiti standar sesuai dengan formula produk per 1 batch yang ditentukan oleh bagian produksi. Sedangkan penentuan harga bahan yang dipakai menggunakan harga berdasarkan penilaian persediaan dengan metode moving average. Perhitungan HPP standar adalah HPP yang dibuat dalam kapasitas normal dan dalam standar harga yang diperkirakan paling tinggi akan terjadi dalam tahun 2005. HPP standar ini akan berguna sebagai patokan penentu harga jual. Sedangkan HPP sesungguhnya yang diproduksi dalam 1 batch, didapat dengan cara mengambil nilai aktual semua biaya yang dikeluarkan untuk 1 batch produksi. HPP aktual ini akan berguna untuk menghitung persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses akhir. Perhitungan penilaian persediaan akan menggunakan nilai dari HPP aktual atau kalkulasi dari harga pokok produk dari biaya yang sesunguhnya dikeluarkan. HPP yang didapat dari kalkulasi pengeluaran biaya yang sesungguhnya ini akan dapat diperbandingkan dengan HPP standar guna mengukur apakah harga jual masih relevan bila menggunakan HPP Standar atau tidak. Jika kenyataan menunjukkan bahwa harga pokok produk yang dikeluarkan sesungguhnya, jauh melebihi HPP standar, berarti seluruh bagian harus bekerja keras untuk menekan adanya pemborosan biaya. Atau, terjadi penyebab lain yaitu karena memang harga dasar telah naik sehingga tarif overhead pun harus kembali dihitung untuk mendapatkan tarif baru yang lebih sesuai dengan keadaan saat itu. 2. Penilaian Persediaan Barang Dalam Proses Dalam proses produksi, saat akhir periode akuntansi ada kalanya masih terdapat produk yang tidak selesai diproses. Produk yang tidak selesai diproses tersebut bisa terjadi, karena masih diperlukan tambahan bahan lagi untuk dijadikan sebagai barang jadi atau karena sisa proses produksi yang tidak mencukupi kapasitas packing dalam satu unit produk. 2.1 Barang Dalam Proses Persediaan barang dalam proses dibagian packing biasanya terjadi karena masih ada sisa produk yang telah dikemas dalam dus namun belum bisa dikemas dalam box karena kapasitasnya belum mencukupi. Misalnya, jumlah produk dalam 1 batch produksi adalah 2175 dus. Jika 2175 dus dikemas dalam box yang berisi 12 dus NF maka akan didapat produk selesai ditransfer ke gudang yang telah dikemas dalam box adalah 181 box, sisanya adalah 3 dus. Pada jadwal produksi selanjutnya 3 dus tersebut akan digabung kembali dengan hasil produksi yang baru saja dilakukan. Misalnya pada jadwal produksi selanjutnya, produk yang dihasilkan adalah 2176 dus, produk selesai ditransfer ke gudang adalah 181 box, sisa 4 dus. Sisa 3 dus pada proses produksi sebelumnya telah ikut masuk dalam 181 box yang ditransfer ke gudang karena itu, jika dalam 1 bulan hanya diproses sebanyak 2 batch produk NF mocca kemasan 275 gr, pada akhir bulan akan timbul nilai persediaan barang dalam proses hanya untuk 4 dus tersebut. 2.2 Sistem penilaian Barang Dalam Proses Persedian adalah salah satu bagian dari kelompok aktiva lancar perusahaan. Karena itu nilai persediaan harus dicantumkan secara akurat di Neraca perusahaan, agar dapat menggambarkan posisi kekayaan perusahaan 94

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 2, Oktober 2005 secara benar. Persediaan yang dicantumkan dalam neraca terdiri dari 4 kelompok, yaitu persediaan produk jadi, persediaan barang dalam proses, persediaan bahan baku dan persediaan bahan kemas. Untuk persediaan produk jadi, diambil dari HPP aktual perunit dikalikan dengan produk yang ditransfer ke gudang. Penilaian persediaan untuk produk jadi dilakukan dengan metode FIFO (first in first out). Hal ini dilakukan karena produk memiliki masa kadaluarsa, sebagai produk yang lebih dulu diproses harus lebih dulu dijual agar produk dapat laku terjual sebelum mencapai masa kadaluarsanya. Sedangkan untuk penilaian persediaan bahan baku dan bahan kemas, menggunakan metode moving average. Persediaan barang dalam proses akhir, dalam menghitung HPP nya menggunakan metode rata- rata. Alasan pemilihan metode tersebut, karena metode rata- rata dinilai paling mudah dilakukan atau sederhana. Pada perhitungan produk oleh proses akhir, terdapat tingkat penyelesaian produk yang melekat dalam produk masih proses. Tingkat penyelesaian ini ditetapkan oleh manajer produksi dengan didasari pada telah seberapa banyak biaya yang telah melekat dalam produk masih proses tersebut. Penilaian barang dalam proses akhir menggunakan tingkat penyelesaian pada setiap unsur pembentuk harga pokok. Sebagai contoh yaitu biaya bahan baku, karena bahan baku telah digunakan seluruhnya pada produk dalam proses akhir, maka tingkat penyelesaiannya yang melekat di barang dalam proses tersebut adalah 100%. Untuk bahan kemas, biaya bahan yang melekat dalam produk dalam proses akhir belum seluruhnya, karena produk tersebut belum mencapai proses pengemasan dalam box. Unsur bahan kemas yang digunakan seluruhnya adalah 6 jenis bahan, antara lain kantong alumunium foil, dus, box, lem, lakban, dan tinta print dus. Biaya bahan kemas yang melekat pada produk dalam proses akhir baru terdiri dari kantong alumunium foil, dus, lem, dan tinta print dus sedangkan biaya box dan lakban belum diperhitungkan. Tingkat penyelesaian untuk bahan kemas pada produk dalam proses akhir ditetapkan sebesar 95%. Angka tersebut didapat dari perhitungan manajemen yang diambil berdasarkan biaya standar produksi. Kantong alumunium foil dan dus digunakan untuk setiap 1 unit sedangkan bahan kemas yang lain per-unit penggunaannya ada yang dihitung 1/12 unit untuk box, 1/50 unit untuk lakban, 0.002 unit untuk lem dan 0.0001 unit untuk tinta print dalam setiap kali penggunaan per-unit. Karena itu prosentase ditetapkan dengan perhitungan : 2.0021 / 2.1051 * 100% = 95% Angka 2,0021 sebagai pembilang didapat dari perhitungan standar biaya bahan kemas yang dipakai per-1 unit untuk item alumunium foil, dus, lem, tinta print dus. Sedangkan angka 2.1051 sebagai penyebut didapat dari total kuantitas bahan kemas yang digunakan untuk menghasilkan satu unit produk. Jadi, karena barang dalam proses akhir selalu ada dalam bentuk susu yang dikemas dalam dus, maka tingkat penyelesaian harga pokok produk pada bagian bahan kemas dapat dipastikan selalu berkisar 95%. Tingkat penyelesaian untuk overhead pabrik ditetapkan berdasarkan keputusan manajer produksi adalah 94%. Tingkat penyelesaian sebesar 94% dihitung berdasarkan kelompok aktivitas yang ada dalam overhead pabrik. Sembilan kelompok aktivitas tersebut yaitu aktivitas pembelian bahan, aktivitas gudang, persiapan mixing, pengayakan mixing, mixing lindor, filling wolf, packing, inspeksi QC dan inspeksi laboratorium. Pada produk dalam proses akhir NF hampir seluruh aktivitas telah terserap biayanya ke dalam produk pada proses akhir. Namun pada aktivitas packing belum 100% biaya terserap pada barang dalam proses akhir (BDP akhir). Pada aktivitas packing dilakukan 2 kegiatan utama yaitu memasukkan susu ke dalam dus, kemudian dari dus-dus tersebut dikemas lagi ke dalam box. BDP akhir baru melalui proses pengemasan ke dalam dus, dan sisa aktivitas yang masih harus dilakukan adalah memasukkan dus ke dalam box. Karena kegiatan di bagian packing baru dilakukan sebagian maka manajemen memutuskan 95

IRIYADI, Evaluasi Penerapan Kalkulasi Harga Pokok Proses dalam Kaitannya bahwa tingkat penyelesaian untuk BDP akhir di biaya overhead adalah : 8.5 / 9 * 100% = 94,44% atau dibulatkan 94%. Lebih jelasnya mengenai penentuan tingkat penyelesaian ada dalam tabel di bawah ini : Tabel 1. Tingkat penyelesaian untuk barang dalam proses akhir Keterangan Biaya yang Total biaya Penentuan prosentase melekat di untuk menjadi BDP akhir produk jadi Biaya bahan baku 100% 100% 100 % Biaya bahan kemas 2.0021 2.1051 2.0021 / 2.1051 *100%=95% Biaya overhead 8.5 aktivitas 9 aktivitas 8.5 / 9 * 100% = 94% Sumber : Cost Accounting Department Keterangan : - Dalam biaya bahan kemas, yang terserap dalam BDP akhir hanyalah item bahan berupa : kantong alumunium foil, dus, lem dan tinta print dus. - Dalam biaya overhead, yang terserap dalam BDP akhir adalah seluruh aktivitas produksi kecuali aktivitas packing baru menyerap sebagian aktivitas (0.5) yaitu baru melakukan kegiatan memasukkan susu ke dalam dus, belum pengemasan ke dalam box. Lebih jelasnya mengenai penempatan posisi akun persediaan produk jadi dan persediaan produk dalam proses pada neraca, di bawah ini terdapat ilustrasi neraca Maret 2005. Angka-angka dalam nilai persediaan pada neraca berikut ini adalah total dari nilai seluruh persediaan produk yang diproduksi. NERACA 31 Maret 2005 AKTIVA Rupiah Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang usaha Piutang lain-lain Uang muka Persediaan 5.638.798.777 Pajak dan biaya dibayar dimuka Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Aktiva tetap setelah dikurangi akumulasi = Rp.x Jumlah Aktiva Tidak Lancar JUMLAH AKTIVA XXXX KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Kredit Bank Hutang usaha Hutang pajak Biaya masih harus dibayar Jumlah Kewajiban Lancar 96

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 2, Oktober 2005 EKUITAS Modal saham nilai nomina Rp. X/saham Laba periode berjalan Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS XXXX Dalam neraca tersebut, akun persediaan terlihat tidak dirinci. Karena itu dibuat juga Catatan Atas Laporan Keuangan yang isinya adalah penjabaran dari angka-angka yang tercantum dalam Neraca. Adapun Rincian dari akun persediaan adalah : Persediaan terdiri dari : Barang Jadi Rp. 2.610.407.067 Bahan Baku Rp. 1.998.304.667 Bahan Kemas Rp. 1.026.850.206 Barang Dalam Proses Rp. 3.236.837 Nilai persediaan tersebut adalah untuk seluruh produk yang diproduksi dan seluruh bahan baku maupun bahan kemasan. 3. Peranan Kalkulasi Harga Pokok dalam Kaitannya dengan Persediaan Perhitungan HPP secara benar dan akurat memang sangat berpengaruh terhadap penilaian persediaan di neraca. Jika HPP perunit salah diperhitungkan maka bisa terjadi penilaian persediaan yang salah. Penilaian persediaan yang salah akan berpengaruh terhadap pendapatan laba atau penjualan yang dicatat dalam laporan rugi-laba. Jika nilai persediaan dicatat terlalu besar dengan HPP per-unit yang tinggi tetapi pada kenyataannya HPP tidak sebesar itu, maka perhitungan laba akan menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika HPP per-unit yang diperhitungkan dalam nilai persediaan ditetapkan terlalu kecil dari yang sebenarnya maka laba akan terlihat besar, tetapi pada kenyataannya mungkin tidak demikian. Perhitungan HPP secara akurat ternyata berdampak luas terhadap keputusankeputusan manajemen di antaranya adalah berguna bagi pihak manajemen untuk mengefisiensikan biaya lain-lain di luar HPP yang masih memungkinkan untuk dihemat sehingga mempertinggi laba. HPP yang terlalu tinggi akan menyebabkan bagian marketing sulit meningkatkan penjualan, karena itu HPP harus ditekan sedemikian mungkin dengan berbagai macam cara. Cara untuk menekan HPP antara lain yaitu, selalu mencoba alternatif bahan baku yang lebih murah namun kualitasnya tidak terlalu jauh berbeda, penghematan biaya listrik, dan memilih benar- benar karyawan yang benarbenar berkualitas, baik keterampilan, maupun prilakunya sehingga biaya tenaga kerja dapat ditekan. Tenaga kerja yang berkualitas tentunya akan lebih sedikit melakukan kesalahan dan lebih cepat dalam bekerja sehingga biaya lembur, biaya pengobatan, dan biaya- biaya ketenagakerjaan lainnya dapat lebih ditekan. Persediaan masuk dalam kelompok aktivitas yang likuid. Namun masih tidak selikuid kas atau piutang. Karena itu, jika nilai persediaan terlalu besar di neraca dan hanya selisih sedikit dengan kas serta piutang, berarti ada 2 kemungkinan, yaitu : 1. Bagian merketing tidak sukses menjual sehingga banayk penumpukan produk di gudang jadi. 2. Biaya untuk menghasilkan produk terlalu besar (HPP tinggi yang mungkin disebabkan pemilihan bahan yang terlalu mahal, atau terjadi pemborosan di biaya overhead pabrik atau terlalu banyak produk hilang). Keadaan dimana jumlah kas dan jumlah piutang berbeda sedikit dengan persediaan akan memberi dampak buruk bagi perusahaan. Demikian pula jika perbandingan antara kas dengan piutang hanya berbeda sedikit, hal ini pun tidak sehat bagi perusahaan, karena berarti banyak kredit macet yang terjadi. Dengan demikian semua bagian dalam perusahaan memang sangat berhubungan satu dengan yang lainnya. Cost Accounting harus dapat mengkalkulasikan HPP Secara benar agar dapat memberikan acuan kepada manajer produksi, dan R&D mempertimbangkan serta memilih bahan produksi yang tepat dengan harga yang murah. Dari acuan HPP yang 97

IRIYADI, Evaluasi Penerapan Kalkulasi Harga Pokok Proses dalam Kaitannya benar membantu marketing menetapkan target penjualan. Dengan memperkirakan laba, akan membantu finance accounting untuk menyusun cashflow dan kebijakankebijakan finansial lainnya. KESIMPULAN Dari hasil penelitian mengenai penerapan kalkulasi harga pokok proses terhadap penilaian persediaan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kalkulasi harga pokok proses yang diterapkan, dilakukan menurut nilai aktual setiap satu bulan sekali yang dibuat oleh bagian Cost Accounting Department, dan dibantu oleh departemen-departemen lain yang terkait dengan perhitungan harga pokok produk. 2. Harga pokok standar yang dikalkulasi hanya digunakan untuk memperhitungkan harga jual produk dan sebagai alat ukur penghematan atau pemborosan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar. 3. Pencatatan pemakaian bahan baku menggunakan metode pencatatan moving average, sedangkan unsur biaya overhead dalam kalkulasi harga pokok produk adalah biaya yang berasal dari kumpulan biaya berdasarkan aktivitas di tiap departemen pembentuk harga pokok. Biaya-biaya yang diakumulasikan dalam biaya overhead tersebut adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kalkulasi harga pokok kecuali biaya tenaga kerja langsung produksi (PDT Departemen) dan biaya pemakaian bahan baku dan kemas. 4. Penilaian persediaan barang dalam proses menggunakan metode penilaian persediaan rata-rata. Perusahaan memilih metode ini karena dinilai sebagai metode yang pengerjaan paling sederhana. 5. Penilaian persediaan dilakukan setiap satu bulan sekali, karena pembuatan laporan keuangan dilakukan pada tiap akhir bulan, dan nilai persediaan sangat penting artinya karena akan dicantumkan dalam neraca yang akan memberikan gambaran tentang kekayaan perusahaan. 6. Keakuratan penilaian persediaan dapat dipertanggungjawabkan jika kalkulasi harga pokok proses dilaksanakan secara teliti dan dikerjakan oleh para tenaga terlatih dan trampil di bidangnya serta kerjasama dari setiap departemen pembentuk harga pokok produksi, guna memperhitungkan seluruh biaya overhead berdasarkan aktivitas masingmasing departemen pembentuk harga pokok produk. DAFTAR PUSTAKA Edison, Drs., MBA. Akuntansi Manajemen. Diktat Kuliah STIE Kesatuan Bogor Jurusan Akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat, 2002. Mulyadi, Drs., ABC (Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya). Edisi 6. Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003. Niswonger Fess Warren, Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 14. Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. Jakarta : Erlangga, 1988. Simamora Henry, Akuntansi Manajemen. Jakarta : Karya Utama, 1999. Supriono, R.A.,Drs., Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Harga Pokok. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE, 1999. Sutrisno, Drs., MM., Akuntansi Biaya untuk Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta : Ekonisia Fak.Ekonomi UI, 2001. Tunggal Amin Widjaya, Drs., Ak., MBA., Teori Akuntansi manajemen. Edisi 1. Jakarta : Harvarindo, 1999. Torong Zainul Bahri M. Sistem Akuntansi Biaya untuk Menunjang Keunggulan Jangka Panjang Perusahaan dalam Persaingan dan Dampaknya Terhadap Materi Ajaran Akuntansi Biaya. www.library.usu.ac.id./zainul Bahri Torong. 98