METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Produk Domestik Bruto (PDB)

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Statistik KATA PENGANTAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Statistik KATA PENGANTAR

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

BAB III URAIAN SEKTORAL

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA


III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Sektor Bangunan (Bandara) Terhadap Perekonomian NTB

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

RENCANA PEMBERIAN KREDIT KEPADA DEBITUR INTI 1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB 4 METODE PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

BAB II URAIAN SEKTORAL

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB II TINJAUAN TEORITIS

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SURVEI KHUSUS STRUKTUR INPUT PEMERINTAH (SKSIP) TAHUN 2013

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor, data investasi APBD Propinsi Kalimantan Timur dan investasi PT. Angkasa Pura I serta data-data pendukung lainnya yang didapat dari Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik Pusat dan PT. Angkasa Pura I serta sumber-sumber lainnya. Dalam analisis ini dibantu oleh perangkat lunak Microsoft Excel dan IOAP 1.0.1 untuk mendapatkan nilai multiplier, keterkaitan serta dampak penyebaran. 3.2. Metode Analisis 3.2.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dapat memberi gambaran mengenai keterkaitan antar sektor. Keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan baik langsung maupun langsung tidak langsung serta keterkaitan ke belakang secara langsung maupun langsunng tidak langsung. Keterkaitan ke depan sendiri memberikan informasi mengenai derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input dari sektor lain. Sedangkan keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor yang memasok input untuk sektor yang diteliti.

34 1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ( ) Di mana: ( ) = keterkaitan langsung ke depan sektor i = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor 2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ( ) Di mana: ( ) = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

35 3. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ( ) Di mana: ( ) = keterkaitan langsung ke belakang sektor i = unsur matriks koefisien teknis = jumlah sektor 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : ( ) Di mana: ( ) = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

36 3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang belum cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikatorindikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini sebagai dampak penyebaran yang dapat menentukan suatu sektor dapat menumbuhkan sektor hulu atau hilirnya. Dampak penyebaran ini terdiri dari: 1. Koefisien Penyebaran Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Suatu sektor dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd sektor tersebut mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Pd sektor tersebut lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah : Pd = Di mana: P d = koefisien penyebaran sektor = matriks kebalikan Leontif n = jumlah sektor

37 Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebarannya. 2. Kepekaan Penyebaran Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Jika Sd>1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sd i <1 artinya sektor tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah : Sd = Dimana : Sd = kepekaan penyebaran sektor i = unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka n = jumlah sektor Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukan bahwa kenaikan satu output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya.

38 3.2.3. Analisis Multiplier Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan akivitas suatu sektor akan meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya sebesar niai penggandanya. Pada dasarnya analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi pada variable-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variable eksogen seperti permintaan utama dalam analisis angka pengganda ini yaitu sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian yaitu tipe I dan tipe II. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif baik untuk model terbuka ( g ij ) maupun model tertutup ( g* ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, dan pendapatan berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada tabel berikut: Tabel 3.1 Rumus Multiplier Output, dan Pendapatan Tipe Dampak Output Multiplier Dampak Awal l P j Pengaruh Langsung Σa ij Σa ijpj Pendapatan Pengaruh Tidak Langsung Σg ij-1- Σa ij Σg ij Pi-Pi- Σa ij P i Dampak Imbasan Konsumsi Σ ( g *ij- g ij) Σ ( g *ij P i- g ij P i) Dampak Total Σg* ij Σ i α* ij h i Dampak Luberan Σg* ij -1 Σg* ij P i -P i Sumber : Daryanto, 2010

39 Keterangan : a ij = koefisien input langsung P i = koefisien pendapatan rumah tangga g ij = koefisien kebalikan Leontif terbuka g* ij = koefisien kebalikan Leontif tertutup Sedangkan untuk meliat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut : Tipe I = Tipe II = Koefisien Pendapatan (P i ) Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut: di mana: P i = koefisien pendapatan sektor i = jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i

40 3.2.4. Simulasi Investasi Untuk melihat kontribusi pembangunan infrastruktur yang dalam penelitian ini adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan, analisis selanjutnya adalah simulasi investasi. Analisis ini dilakukan dengan mengalikan nilai multiplier output dan pendapatan dengan nilai investasi yang berasal dari APBD Propinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I. Dengan merangkum hasil analisis ini maka dapat kita ketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi akibat investasi yang dilakukan. 3.3. Konsep dan Definisi Operasional Data Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari bangunan, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y, 2010). 1. Bangunan / Konstruksi Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain maupun oleh kontraktor khusus yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Sektor kontruksi atau bangunan ini terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, gedung pentas, olahraga, rehabilitasi bangunan, landasan pesawat terbang, pembangkit listrik, instalasi air minum, bangunan stasiun pembangkit dan bangunan sipil lainnya.

41 2. Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, propinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3. Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.

42 4. Input Primer Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

43 c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara. 5. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi. 6. Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor. a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan

44 tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan). c. Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. d. Perubahan Stok Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahanbahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan

45 stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. e. Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor. 7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir. 8. Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi kegiatan pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta kegiatan perikanan. Termasuk pula dalam sektor ini kegiatan pengolahan hasil-hasil

46 pertanian, peternakan kehutanan, perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional. 9. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan penggalian, mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri. 10. Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya. 11. Listrik dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industry dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kwh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas

47 mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai. 12. Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat. 13. Angkutan Darat Sektor ini meliputi angkutan bermotor untuk penumpang, angkutan nermotor untuk barang dan angkutan tidak bermotor 14. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan Sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan ini meliputi angkutan speed boat, angkutan fery penyebrangan dan angkutan sungai lainnya baik untuk penumpang maupun barang. 15. Angkutan Laut Pada sektor angkutan laut meliputi angkutan samudera dan perairan pantai, pelayaran rakyat baik untuk penumpang maupun barang.

48 16. Angkutan Udara Sektor angkutan udara ini terdiri dari angkutan penumpang maupun barang 17. Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lainlain. 18. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.

49 19. Jasa dan Kegiatan Lain Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.