DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MEUBEL ROTAN IRMA JAYA DI KOTA PALU

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

Lampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi

ANALISIS KINERJA INDUSTRI KETAK, TENUN, DAN GERABAH DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

ANALISIS POSISI STRATEGIS USAHA KECIL MENENGAH (UKM) PERLOGAMAN DI KOTA TEGAL

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis persaingan antara pengusaha (perusahaan) dengan

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

STUDI PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

STRATEGI PEMASARAN SIRUP BUAH PALA DI KABUPATEN ACEH SELATAN (Studi Kasus : Kecamatan Tapak Tuan ) TESIS. Oleh. Iffan Fuady Harahap /MAG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

HUBUNGAN ANTARA PERMINTAAN PRODUK MEUBEL KURSI DAN PERMINTAAN KAYU JATI PADA INDUSTRI UD. MITRA USAHA DI WANGKANAPI, KOTA BAUBAU

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI PANCAKE DURIAN DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Agroindustri Salak. Lama Pendidikan (tahun)

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

III. METODE PENELITIAN

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

STRATEGI PEMASARAN CINCAU HITAM (Mesona Palustris) DI KOTA MEDAN. Nur aidah Nasution*), Lili Fauzia**), A.T. Hutajulu**)

Strategi Bertahan Pelaku Usaha Kecil Tahu Cibuntu

BAB I PENDAHULUAN. satu kepentingan yang sama yaitu untuk memperoleh laba. Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

ANALISIS PEMILIHAN LOKASI USAHA PADA USAHA FRANCHISE AYAM SABANA JAKARTA TIMUR

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK SINGKONG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

Nama : Sakinah Adik Alfeta NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Neltje F Katuuk S.H, M.M

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN MAKANAN RUMPUT LAUT (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Narasa di Palu Utara)

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

Nama : DEWI SAWITRI NPM : Pembimbing : Juni Sasmiharti S.E., M.M

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi

STRATEGI PENINGKATAN OMSET UKM PERCETAKAN DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SWOT

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN CAFÉ LAMPIRI DALAM MEMASUKI PASAR PERSAINGAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang)

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari munculnya pesaing pesaing baru maupun pesaing. pesaing yang sudah mapan dalam suatu bidang usaha.

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Kerajinan Jaket Kulit Di Kampung Sukaregang Kabupaten Garut

Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran

FORMULASI STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PASAR INDUSTRI SELULER DI PEKANBARU (STUDI KASUS PERUSAHAAN XXX)

VII. FORMULASI STRATEGI

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN MANISAN CARICA CV YUASAFOOD KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

LAMPIRAN. Hasil wawancara dengan Ibu Meilani Susanto selaku pimpinan harian CV.Angsoka.

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN

Analisis Dampak Ekonomi Kreatif Batik Menghadapi MEA Di Pasar Kliwon Surakarta

Transkripsi:

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Karmini 1 1 Dosen Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman Jl. Pasir Balengkong, Kampus Gunung Kelua, Kotak Pos 1040, Samarinda, Kalimantan Timur. E-Mail: karmini.kasiman@yahoo.com ABSTRAK Daya Saing Produk-Produk Industri Kecil Dan Menengah (Kelompok Barang Kayu Dan Hasil Hutan) Di Kota Tarakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing dari produk-produk industri kecil dan menengah (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan. Lokasi penelitian berada di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Desember 2015. Penelitian ini mengumpulkan data primer dan sekunder. Analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman) digunakan untuk menganalisis data. Produk-produk industri kecil dan menengah (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan memiliki daya saing yang tinggi. Daya saing tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain motivasi, bahan baku, tenaga kerja, modal usaha, keuangan, teknologi produksi, pemasaran, iklim usaha, dan pembinaan. Kata kunci : Daya saing, industri kecil, industri menengah, Kota Tarakan, produk. ABSTRACT Know The Competitiveness Ability And Factors Affecting Competitiveness Ability Of Small And Medium Industries Products (Cluster Timber And Forest Products In Tarakan City. The aim of this research was to know the competitiveness ability and factors affecting competitiveness ability of small and medium industries products (cluster timber and forest products in Tarakan City. The research location was in Tarakan City, North Kalimantan Province. The research was conducted from September until Desember 2015. This research collected primary and secondary data. The SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Treat) analysis was used to data analysis. Products of industry of small and medium (cluster timber and forest products) in Tarakan City have high competitiness abilities. That competitiveness abilities are influenced factors such as motivation, material, labour, capital, financial, production technology, marketing, business climate, and assisting. Key words : Competitiveness ability, medium industry, product, small industry, Tarakan City. 1. PENDAHULUAN Kegiatan industri adalah kegiatan merubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau dengan tangan, baik dibuat di pabrik atau pada rumah tangga, termasuk perakitan bagian-bagian suku cadang barangbarang industri di pabrik seperti perakitan mobil dan alat elektronik. Kelompok industri pengolahan menurut banyaknya tenaga kerja yang terlibat yaitu (1) industri besar adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang; (2) industri sedang adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja dari 20 sampai dengan 99 orang; (3) industri 75

Daya Saing Produk-Produk Industri Kecil Karmini. kecil adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja dari 5 sampai 19 orang; dan (4) industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang (Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur, 2013). Industri kecil dan menengah (IKM) haruslah mampu menghasilkan produk-produk yang memiliki daya saing yang tinggi agar dapat tumbuh dan berkembang. Menurut Pambudhi (2007), daya saing pada umumnya didefinisikan sebagai seberapa besar pangsa pasar produk suatu negara dalam pasar dunia. Peningkatan daya saing serta pengembangan IKM oleh pemerintah daerah haruslah mempertimbangkan kompetensi inti. Menurut Mulyadi dan Ahmad (2007), kompetensi inti adalah sekumpulan kemampuan terintegrasi yang dimiliki daerah untuk dapat membangun daya saing daerahnya dengan keunikan yang dimiliki oleh daerah. Lubis (2007) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan industri kecil menjadi terlindungi dan menjadi lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan industri berskala besar adalah produk dengan permintaan terbatas/khusus, produk dengan karakteristik bahan yang khusus, produk/jasa dengan struktur ongkos tertentu, produk/jasa dengan ambang teknologi cukup tinggi, dan produk/jasa yang menuntut hubungan erat antara aspek manusia dan produk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing dan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing dari produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan. 2. METODA PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Pada Bulan September-Desember 2015. 2.2. Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam studi ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pelakupelaku IKM di Kota Tarakan yang melaksanakan usaha yang menghasilkan produk-produk barang kayu dan hasil hutan. Jumlah usaha IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) yang berkembang di Kota Tarakan adalah + 26 unit. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Tarakan. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Treat) digunakan dalam analisis data. 2.3. Analisis Data Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Tarakan. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Treat) digunakan dalam analisis data. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Daya saing produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) dapat dinilai oleh para pelaku IKM. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden (61%) menilai bahwa produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan memiliki daya saing yang tinggi. 76

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 Hanya sebagian kecil responden (39%) yang menilai bahwa daya saing produkproduk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan rendah (Tabel 1). Tabel 1. Penilaian responden terhadap daya saing produk-produk industri kecil dan menengah (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan. Kategori Indikator Tinggi (%) Rendah (%) Motivasi Motivasi kerja. 100 0 Bahan baku Ketersediaan bahan baku. 100 0 Asal bahan baku. 86 14 Kualitas bahan baku. 100 0 Harga bahan baku. 14 86 Persediaan bahan baku. 43 57 Tenaga kerja Ketersediaan tenaga kerja. 100 0 Kualitas tenaga kerja. 100 0 Upah/gaji tenaga kerja. 100 0 Modal usaha Sumber modal. 86 14 Pembentukan modal. 29 71 Akses terhadap sumber modal. 14 86 Keuangan Pencatatan. 14 86 Perhitungan rugi laba. 14 86 Perhitungan harga pokok produk. 29 71 Teknologi produksi Ketersediaan alat/teknologi. 100 0 Kemampuan menyediakan alat/teknologi. 71 29 Ketepatan teknologi produksi. 100 0 Pemasaran Peluang pasar produk industri. 86 14 Penetapan harga jual produk. 43 57 Promosi. 0 100 Pengemasan 100 0 Cara penjualan. 14 86 Wilayah pemasaran. 0 100 Iklim usaha Produk sejenis. 86 14 Daya saing dengan produk sejenis dari luar 100 0 kota. Daya saing dengan produk sejenis dari dalam 100 0 kota. Pembinaan Kegiatan pembinaan. 14 86 Manfaat kegiatan pembinaan bagi kemajuan usaha. 14 86 Total 1757 1143 Rata-rata 61 39 Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing produk-produk IKM dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam IKM, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar IKM. Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa faktorfaktor internal yang mempengaruhi daya saing produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan adalah: 77

Daya Saing Produk-Produk Industri Kecil Karmini. a. Motivasi Motivasi kerja merupakan faktor internal yang dapat meningkatkan daya saing IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan). Kegiatan usaha yang dijalankan para pelaku IKM merupakan sumber pendapatan utama bagi keluarga. Semakin tinggi volume produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Motivasi untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi ini akan dapat mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan daya saing IKM. b. Bahan baku Pelaku industri memiliki persediaan bahan baku yang beragam. Persediaan bahan baku ini tergantung dari modal usaha dan kemampuan pemasok untuk menyediakannya. Persediaan bahan baku yang rendah dapat menurunkan daya saing industri. c. Tenaga kerja Pelaku industri masih menilai pengeluaran biaya produksi untuk upah tenaga kerja dinilai masih wajar dimana seluruh responden (100%) menyatakan upah/gaji sesuai dengan hasil kerja. Dengan demikian semakin besar hasil kerja, maka semakin besar upah/gaji yang akan diterima pekerja. Sistem pengupahan dengan pemberian insentif akan meningkatkan motivasi para pekerja. d. Modal usaha Kemampuan pembentukan modal usaha dari keuntungan masih rendah. Hanya sebagian kecil responden (27%) yang memiliki kemampuan menyisihkan keuntungan lebih dari 10% untuk pembentukan modal. Dengan demikian sebagian besar responden masih menggunakan keuntungan usaha untuk kebutuhan pribadi. e. Keuangan Para pengusaha IKM masih memiliki kelemahan yaitu ketidaktertiban untuk melakukan pencatatan, perhitungan rugi laba, dan perhitungan harga pokok produksi. Hal ini menyulitkan kegiatan evaluasi usaha yang seharusnya dilakukan pengusaha. Pada kelompok industri ini pada umumnya biaya ekonomi rendah karena sebagian besar bahan baku berasal dari alam. f. Teknologi produksi Pelaku industri mampu menyediakan alat/teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Penyediaan mesin yang tepat untuk pengolahan kayu sangat menentukan kualitas hasil produksi. Harga alat/mesin akan menentukan berapa besar biaya tetap yang harus dikeluarkan pengusaha dalam proses produksi produk-produk IKM. g. Pemasaran Pelaku IKM masih memiliki kelemahan dalam menetapkan harga jual produk. Promosi pada umumnya tidak dilakukan karena sebagian besar adalah industri produk primer dan hanya sebagian kecil saja yang memproduksi produk sekunder. Kegiatan pengemasan pada industri meubel dan rotan dilakukan sesuai keinginan konsumen dan perkembangan pasar. Penjualan bersifat pasif di mana pelaku IKM menunggu pesanan dari konsumen. Wilayah pemasaran masih terbatas. Hal tersebut dinilai menyebabkan daya saing IKM rendah. h. Iklim usaha Pelaku IKM optimis bahwa produk yang dihasilkan memiliki kemampuan bersaing dengan produk sejenis dari dalam maupun luar kota. Kemampuan ini dapat meningkatkan daya saing industri. Perluasan pangsa pasar perlu dilakukan 78

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 untuk meningkatkan permintaan konsumen akan produk yang dihasilkan IKM. i. Pembinaan Pelaku IKM belum merasakan manfaat dari kegiatan pembinaan. Hanya seorang responden yang pernah mengikuti pembinaan yang merasakan bahwa kegiatan pembinaan bermanfaat untuk kemajuan usaha. Pemerintah hendaknya memperluas jangkauan kegiatan pembinaan IKM sehingga semakin banyak pelaku usaha yang mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilannya. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi daya saing produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan adalah: a. Bahan baku Bahan baku yang digunakan adalah berasal dari hasil hutan baik kayu maupun non kayu. Bahan baku pada umumnya tersedia, dengan harga yang terjangkau serta berasal dari wilayah di sekitar Kota Tarakan. Kegiatan rehabilitasi hutan perlu dilakukan dan diperhatikan dengan seksama karena keberadaan hasil hutan akan menentukan keberlangsungan kegiatan produksi IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan). b. Tenaga kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan tersedia dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Peningkatan skala usaha masih memungkinkan dengan adanya ketersediaan tenaga kerja. Skala usaha akan sangat ditentukan oleh permintaan akan produk-produk IKM. c. Modal usaha Modal yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi relatif besar. Sumber modal berasal dari milik pengusaha sendiri, lembaga keuangan, kerabat atau mitra usaha. Akses untuk memperoleh modal yang lebih besar dari lembaga keuangan masih dirasakan sulit oleh pelaku usaha. d. Teknologi produksi Teknologi produksi tersedia sehingga dapat dengan mudah diperoleh pengusaha untuk kelangsungan kegiatan produksi. Tenaga kerja perlu menyesuaikan dan meningkatkan keterampilan yang dimiliki agar dapat menggunakan teknologi yang tersedia. Manfaat penggunaan teknologi dalam proses produksi antara lain dapat meningkatkan kualitas hasil produksi, mempersingkat proses kerja, mempercepat waktu kerja, mengurangi beban kerja, menghemat biaya produksi, dan lain-lain. e. Pemasaran Peluang pasar masih dirasakan cukup besar bagi sebagian besar responden. Usaha IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) masih memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Produk illegal pada umumnya tidak terdapat pada industri kelompok ini. f. Iklim usaha Jenis usaha IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan cukup banyak yaitu + 26 unit. Dengan demikian produk hasil industri memiliki pesaing usaha yang cukup besar. Penguatan daya saing dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. 79

Daya Saing Produk-Produk Industri Kecil Karmini. g. Pembinaan Pada umumnya kegiatan pembinaan dari pemerintah belum menyentuh seluruh pelaku IKM. Hal ini menyebabkan kegiatan usaha dilakukan berdasarkan pengetahuan pengusaha dan keterampilan tenaga kerja. Pengusaha IKM harus aktif mencari upaya untuk meningkatkan daya saing industrinya sendiri. Hasil analisis SWOT terhadap faktor internal menunjukkan nilai skor kekuatan sebesar 2,31 poin dan nilai skor kelemahan sebesar 1,86 poin atau terdapat selisih 0,46 poin (Tabel 2). Selisih antara nilai skor kekuatan dan kelemahan tersebut memiliki nilai positif. Hal tersebut berarti jika ditinjau dari faktor internal, maka responden memiliki lebih banyak kekuatan untuk meningkatkan daya saing IKM dibandingkan faktor kelemahan. Hasil analisis SWOT terhadap faktor eksternal menunjukkan nilai skor peluang sebesar 2,34 poin dan nilai skor ancaman sebesar 0,80 poin atau terdapat selisih 1,54 poin. Selisih antara nilai skor peluang dan ancaman tersebut memiliki nilai positif. Hal tersebut berarti jika ditinjau dari faktor eksternal, maka responden memiliki lebih banyak peluang untuk meningkatkan daya saing IKM dibandingkan faktor ancaman. Tabel 2. Analisis SWOT daya saing produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan). No. Kategori Indikator Rating Tinggi Rating Rendah Bobot Skor Faktor Internal: Kekuatan 1 Motivasi Motivasi kerja. 4,00 0,00 0,30 1,20 2 Bahan baku Persediaan bahan baku. 1,71 2,29 0,05 0,09 3 Modal usaha Pembentukan modal. 1,14 2,86 0,05 0,06 4 Keuangan Pencatatan 0,57 3,43 0,05 0,03 5 Keuangan Perhitungan rugi laba. 0,57 3,43 0,05 0,03 6 Keuangan Perhitungan harga pokok produk. 1,14 2,86 0,05 0,06 7 Pemasaran Wilayah pemasaran. 0,00 4,00 0,15 0,00 8 Iklim usaha Daya saing dengan produk sejenis dari luar kota. 4,00 0,00 0,10 0,40 9 Iklim usaha Daya saing dengan produk sejenis dari dalam kota. 4,00 0,00 0,10 0,40 10 Pembinaan Manfaat kegiatan pembinaan bagi kemajuan usaha. 0,57 3,43 0,10 0,06 Jumlah 1,00 2,31 Faktor Internal: Kelemahan 1 Tenaga kerja Upah/gaji tenaga kerja. 4,00 0,00 0,10 0,00 2 Teknologi produksi Kemampuan menyediakan alat/teknologi. 2,86 1,14 0,10 0,11 3 Teknologi Ketepatan teknologi produksi. produksi 4,00 0,00 0,10 0,00 4 Pemasaran Penetapan harga jual produk. 1,71 2,29 0,20 0,46 5 Pemasaran Promosi. 0,00 4,00 0,15 0,60 6 Pemasaran Pengemasan 4,00 0,00 0,15 0,00 7 Pemasaran Cara penjualan. 0,57 3,43 0,20 0,69 Jumlah 1.00 1,86 Selisih (Kekuatan-Kelemahan) 0,46 80

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 Faktor Eksternal: Peluang 1 Bahan baku Asal bahan baku. 3,43 0,57 0,10 0,34 2 Modal usaha Sumber modal. 3,43 0,57 0,10 0,34 3 Modal usaha Akses terhadap sumber modal. 0,57 3,43 0,20 0,11 4 Teknologi Ketersediaan alat/teknologi. 4,00 0,00 0,10 0,40 produksi 5 Pemasaran Peluang pasar produk industri. 3,43 0,57 0,30 1,03 6 Pembinaan Kegiatan pembinaan. 0,57 3,43 0,20 0,11 Jumlah 1,00 2,34 Faktor Eksternal: Ancaman 1 Bahan baku Ketersediaan bahan baku. 4,00 0,00 0,15 0,00 2 Bahan baku Kualitas bahan baku. 4,00 0,00 0,15 0,00 3 Bahan baku Harga bahan baku 0,57 3,43 0,20 0,69 4 Tenaga kerja Ketersediaan tenaga kerja. 4,00 0,00 0,10 0,00 5 Tenaga kerja Kualitas tenaga kerja. 4,00 0,00 0,20 0,00 6 Iklim usaha Produk sejenis. 3,43 0,57 0,20 0,11 Jumlah 1,00 0,80 Selisih (Peluang-Ancaman) 1,54 4. KESIMPULAN Produk-produk IKM (kelompok barang kayu dan hasil hutan) di Kota Tarakan memiliki daya saing yang tinggi. Daya saing produk-produk IKM tersebut masih dapat/mungkin ditingkatkan. Daya saing tersebut dipengaruhi oleh faktorfaktor internal dan eksternal. Faktorfaktor internal yang mempengaruhi daya saing produk adalah motivasi (motivasi kerja), bahan baku (persediaan bahan baku), tenaga kerja (upah/gaji tenaga kerja), modal usaha (pembentukan modal), keuangan (pencatatan, perhitungan rugi laba, dan perhitungan harga pokok produksi), teknologi produksi (kemampuan menyediakan alat/teknologi, dan ketepatan teknologi produksi), pemasaran (penetapan harga jual, promosi, pengemasan, cara penjualan, dan wilayah pemasaran), iklim usaha (daya saing dengan produk sejenis dari luar dan dalam kota), dan pembinaan (manfaat pembinaan terhadap kemajuan usaha). Daya saing produk juga dipengaruhi faktor-faktor eksternal antara lain bahan baku (ketersediaan, asal/ketergantungan dengan produk impor, kualitas, dan harga bahan baku), tenaga kerja (ketersediaan dan kualitas tenaga kerja), modal usaha (sumber modal dan akses terhadap sumber modal), teknologi produksi (ketersediaan alat/teknologi), pemasaran (peluang pasar produk industri), dan iklim usaha (produk sejenis). DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008-2012. Gross Regional Domestic Product by Industrial Origin of Kalimantan Timur. BPS Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. [2] Lubis, H. 2007. Tinjauan teori perkuatan sentra industri kecil menengah. Dalam Membangun daya saing industri daerah dengan pendekatan kompetensi inti industri. Departemen Perindustrian, Jakarta. 81

Daya Saing Produk-Produk Industri Kecil Karmini. [3] Mulyadi, D dan Ahmad, S. 2007. Pengembangan industri regional. Dalam Membangun daya saing industri daerah dengan pendekatan kompetensi inti industri. Departemen Perindustrian, Jakarta. [4] Pambudhi, P. A. 2007. Daya saing investasi daerah opini dunia usaha. Dalam Membangun daya saing industri daerah dengan pendekatan kompetensi inti industri. Departemen Perindustrian, Jakarta. 82