BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

Psikologi Terapan UI ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah


BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

THE APPLICATION OF TOILET TRAINING PARENTS WITH CHILDREN AGED 2-3 YEARS IN EDUCATION 21 KULIM PEKANBARU

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

PENGARUH ANTICIPATORY GUIDANCE TERHADAP PRAKTIK TOILET TRAINING PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA BULAN DI DESA PANDOWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

PERAN IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK NGESTIRINI TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 4 No. 1 Pebruari 2012

PENGARUH ANTICIPATORY GUIDANCE TERHADAP PRAKTIK ORANG TUA DALAM TOILET TRAINING PADA TODDLER DI DUSUN NGABEAN KULON SINDUHARJO NGAGLIK SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

JKA.2016;3(1): ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 1-3 TAHUN TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI DESA SAMBON BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

Wiwik Agustina 1 dan Rendi Feri Sapta

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI SINE 1 SRAGEN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER YANG MEMAKAI PAMPERS PAMPERS DI LINGKUNGAN 1WILAYAH PUSKESMAS PADANG

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

LATIHAN KEBERSIHAN (TOILET TRAINING) OLEH IBU PADA ANAK USIA DINI DI KENAGARIAN MUNGO KECAMATAN LUAK KABUPATEN 50 KOTA

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Puji Lestari* )., ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam berkomunikasi atau ketrampilan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA

KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI BANDA ACEH COMPARISON OF TOILET TRAINING READINESS IN BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

PENINGKATAN DISIPLIN MELALUI PEMBIASAAN TOILET TRAINING PADA ANAK PLAY GROUP DI RA MUTIARA BUNDA BANDA ACEH

Ihwanudin Wahid Rohadi 2, Lutfi Nurdian Asnindari 3. Abstract

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : SRI FITDIYAH NINGSIH

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

TOILET TRAINING PADA ENURESIS ANAK PRASEKOLAH di RW II KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PELAKSANAANNYA DI POSYANDU BUNGA TANJUNG KELUHARAN TANJUNGSARI PURWAKARTA TAHUN 2015

Formulir persetujuan menjadi responden penelitian hubungan toilet training terhadap kemampuan anak dalam melakukan eliminasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri.

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila di usia toddler ini mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya maka akan berpengaruh besar pada kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). Tugas-tugas perkembangan anak usia toddler adalah toilet training, pencegahan cidera dan sibling rivalry. Diantara ketiga tugas perkembangan tersebut, toilet training merupakan hal utama yang harus dikuasai anak usia toddler. Riset menunjukkan bahwa waktu yang tepat dalam pengajaran toilet training adalah usia 1-3 tahun, dimana anak sudah diajarkan cara mengontrol keinginan buang air sejak usia dini. Ketika anak sudah diajarkan toilet training diharapkan pada ulang tahun selanjutnya, anak sudah mampu melakukan toilet training dengan baik. Sedangkan untuk pencegahan cidera, lebih ditekankan ketika anak mulai berumur 0-12 bulan. Selain itu juga dalam pencegahan cidera orang tua/pengasuh lebih dominan daripada anak. Ketiga, adalah sibling rivalry yang hanya terjadi ketika anak mendapat adik baru (Aini, 2008). Menurut Walley and Wong dalam Luqmansyah (2009), melalui toilet training anak akan belajar bagaimana mereka mengendalikan keinginan untuk buang air yang selanjutnya akan menjadikan mereka terbiasa menggunakan toilet (mencerminkan keteraturan) secara mandiri. Kedekatan interaksi orang tua-anak dalam toilet training ini akan membuat anak merasa aman dan percaya diri. Kegagalan dalam toilet training diantaranya yaitu kebiasaan mengompol

berkesinambungan (anak yang punya kebiasaan mengompol sejak lahir dan diteruskan hingga ia menjadi berusia dewasa dan kebiasaan dalam membuang air besar (BAB) sembarangan. Laporan hasil literatur yang telah dilakukan di Singapura yaitu 15% anak tetap mengompol setelah berusia 5 tahun dan sekitar 1,3% anak laki-laki serta 0,3% anak perempuan di Inggris masih memiliki kebiasaan BAB sembarangan pada usia 7 tahun, hal ini dikarenakan kegagalan dalam toilet training. Anak-anak usia toddler mempunyai rasa ingin tahu yang luar biasa namun disisi lain mereka merasa dihalangi dalam memenuhi keinginannya terutama oleh orang dewasa (orang tuanya) sehingga mereka beranggapan bahwa orang dewasa tidak akan mengizinkan mereka membantu pekerjaan orang dewasa dengan cara mereka sendiri dan biasanya mereka tidak patuh terhadap perintah orang tua (Irwan, 2003). Menurut Brazelton dalam Ifa (2010), toilet training perlu diperkenalkan secara dini karena merupakan latihan dalam mengantisipasi refleks pengeluaran urine atau feses bayi pada waktu yang tepat. Pada anak umur 2 tahun juga lebih siap secara kognitif, psikologis, social dan emosional untuk melakukan toilet training. Pada orang tua yang menunda toilet training setelah ulang tahun kedua biasanya sukses dalam empat bulan, hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa 90% dari anak-anak antara usia 2-3 tahun berhasil diajarkan melakukan toilet training dan 80% dari anak-anak mendapatkan kesuksesan tidak mengompol di malam hari anatara usia 3-4 tahun. Penerapan toilet training pada anak diharapkan dapat terhindar dari stress, berdasarkan data diketahui bahwa sebanyak 50% dari anak-anak yang mulai diajari penggunaan toilet training pada usia sebelum 1 tahun lebih awal tidak

mencapai penguasaan yang handal sampai umur 3 tahun atau lebih. Hal ini dapat menyebabkan masalah jangka panjang dimana anak akan mengalami sembelit, mengompol, dan rasa bersalah. Dengan memaksa anak yang tidak siap mengakibatkan ada kekuatan yang tidak perlu dan menyebabkan kemunduran yang besar dalam proses tersebut. Untuk itu orang tua perlu mengetahui tentang pengetahuan yang benar tentang toilet training pada usia toddler (Kelly,2002). Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga seperti fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah mampu dan kuat duduk sendiri atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air, demikian juga kesiapan psikologi dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil (Hidayat, 2005). Penelitian sebelumnya mengatakan, 50% dari anak umur 3 tahun mengalami kesulitan pada saat melakukan toilet training ( Pambudi, 2006 ) dan Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Khamidah (2006) yaitu strategi yang paling efektif dalam melakukan toilet training adalah dengan memperkenalkan penggunaan toilet secara langsung, memberikan pujian kepada anak atas keberhasilan yang ditunjukkan dan melalui role models dari orang-orang terdekat misalnya orang tua. Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan informasi dan bimbingan tentang toilet training kepada anaknya selain didapatkan disekolah, ketika anak lebih banyak merasa orang tua dan sekolah sebagai pusat kegiatannya. Seringkali orang tua merasa bahwa anak kecil tidak perlu dan belum pantas mendapat pendidikan toilet training. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di tempat Penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Dau Malang terdapat 33 anak.

Peneliti mengambil 10 sample anak usia toddler, 8 anak yang berusia 24-36 bulan sudah bisa melakukan toilet training dengan baik atau mandiri dan 2 anak yang berusia 18-23 bulan masih belum bisa dikatakan berhasil, karena BAK/BAB masih belum teratur. Salah satu penyebabnya adalah faktor umur yang masih kurang dari 2 tahun dan konsumsi makanan dan minuman yang berbeda antara umur 1-2 tahun dengan umur 2-3 tahun. Pengasuh/pihak sekolah mulai mengajarkan toilet training pada anak disekolah rata-rata umur 1,5 tahun dan toilet training ini merupakan salah satu program dari sekolah yang harus di berikan kepada anak didiknya kemudian pengasuh anak disekolah memberitahukan kepada orang tua agar anaknya diajarkan toilet training ketika dirumah. Berdasarkan identifikasi permasalahan tentang peran orang tua yang mempunyai anak yang sekolah tempat Penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Dau Malang, 99% orang tua mereka bekerja di kantor sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat anaknya. Waktu untuk merawat anak-anak hanya bisa dilakukan ketika mereka sudah selesai bekerja dan juga ketika hari libur bekerja. Jadi, peran orang tua dalam hal ini adalah mengajarkan kembali toilet training pada anaknya yang telah diajarkan di sekolah mereka. Pada waktu inilah peran orang tua dalam mendidik toilet training sangat diperlukan bagi anak dalam proses perkembangannya khususnya dalam hal toilet training. Menurut Hidayat (2005), dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya, akan dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat retentif dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat anak buang air

kecil dan buang air besar, atau larangan anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional, dan seenaknya dalam melakukan kegiatan seharihari terutama dalam toilet training. Pengetahuan dan peran orang tua tentang toilet training disini sangat diperlukan karena toilet training ini penting untuk perkembangan anak pada selanjutnya.. Menurut Desi (2007), Peran perawat dalam hal ini adalah Bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya, bagi klien yang dalam keadaan tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi mau dan tidak mampu menjadi mampu dalam hal toilet training. Tanggung jawab yang paling penting dari perawat adalah mengenalkan orang tua akan tanda-tanda kesiapan anak dalam toilet training. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Hubungan peran orang tua terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di tempat Penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan peran orang tua terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di tempat penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Malang?.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada usia toddler (1-3 tahun) di tempat penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Malang. 1.3.2 Tujuan khusus a. Mengidentifikasi Peran orang tua pada anak usia toddler (1-3 tahun) di tempat penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Malang. b. Mengidentifikasi tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di tempat penitipan anak AS-SAKINAH Sengkaling Malang. c. Menganalisis hubungan peran orang tua terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di tempat penitipan anak AS- SAKINAH Sengkaling Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui hubungan peran orang tua terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun), serta untuk mendapatkan ilmu dalam penelitian. 1.4.2 Bagi Para Orang Tua Di harapkan dalam hasil penelitian nantinya orang tua termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengajarkan toilet training pada anak. 1.4.3 Bagi Masyarakat Sebagai informasi yang penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang peran orang tua terhadap tingkat keberhasilan toilet training.

1.4.4 Bagi Institusi Peneliti Sebagai masukan untuk menunjang mutu pendidikan, dan dapat dijadikan acuan atau referensi untuk melakukan penelitian lanjutan tentang keberhasilan toilet training pada anak. 1.4.5 Bagi Institusi yang Diteliti Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan tentang hubungan peran orang tua terhadap tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun). 1.5 Batasan Penelitian Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan sebagai berikut : 1. Peran Orang Tua a. Pembimbing 1. Usahakan untuk tidak marah saat anak anda sesekali ngompol atau pup dicelana. Berikan kepercayaan padanya bahwa lain kali ia pasti bisa melakukannya. 2. Tunjukan simpati. 3. Berikan pilihan hukuman atas kesalahan pipis ato pup sembarangan. 4. Berikan pujian pada anak saat ia bisa menahan pipis atau pup-nya hingga ke toilet. b. Pendidik 1. Berbicara dengan anak. 2. Biasakan anak tidak menggunakan diapers di rumah dari umur sedini mungkin.

3. Kenalkan anak komponen toillet (kamar mandi/wc) dan pakaian (celana) dan cara pemakaiannya. 4. Kenalkan anak organ vital berkemih/tempat mengeluarkan air seni/vesica urinaria. 5. Kenalkan dan ajarkan anak ekspresi berkemih, untuk non verbal bisa dengan menunjuk kamar mandi/ mengarah ke organ vital berkemih, untuk verbal tentunya dengan ucapan keinginan berkemih Mau pipis atau mampu menandakan diapers basah. 6. Mengetahui/sudah hafal jam anak berkemih (beberapa saat setelah minum dan atau beraktivitas/ diingatkan setiap 2-3 jam sekali untuk ke toilet) dan sebelum tidur. 7. Ajarkan proses berkemih sampai dengan cara membersihkan, tentunya pada awal-awal latihan orang tua dulu yang melakukan keseluruhan aktivitas, lalu baru dilakukan anak sendiri tapi masih dengan bantuan dan supervisi. 8. Orang tua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB. c. Pelindung 1. Tunggulah anak ketika anak sedang ke toilet. 2. Hindarkan benda berbahaya bagi anak ketika mengajari toilet training (khususnya yang ada dalam kamar mandi) (Milissehat, 2010).

2. Keberhasilan Toilet Training a. Kemampuan awal toilet training yang menunjukkan kesiapan memulai toilet training, meliputi: 1) Memahami kosakata yang digunakan berhubungan dengan toilet training misalnya pipis atau pup. 2) Menunjukkan ketertarikannya pada pemakaian toilet. 3) Mengkomunikasikan keinginannya untuk defekasi. 4) Tetap berada dalam keadaan kering selama 2 jam. b. Kemampuan menengah toilet training berupa kemampuan anak membantu diri sendiri yang dapat diajarkan pada anak, meliputi: 1) Menyiram toilet sendiri. 2) Mencuci tangan. 3) Membuka celana sendiri sebelum berkemih atau defekasi. 4) Memakai celana sendiri setelah berkemih atau defekasi. c. Kemampuan akhir toilet training yang menunjukkan pencapaian utama dalam penyelesaian toilet training, meliputi: 1) Memakai kamar mandi orang dewasa, bukan pispot atau potty training. 2) Mengkomunikasikan sebelum berkemih. 3) Tetap kering selama sehari. 4) Tetap kering sepanjang malam.