REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan

BAB III LANDASAN TEORI

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

(2) Untuk approach dengan belok kiri langsung (LTOR) W E dapat dihitung untuk pendekat dengan atau tanpa pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.2.

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. 1. Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jendral

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)

ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA)

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Tipikal Simpang Bersinyal dan Sistem Pengaturan

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

( Studi Kasus : Jalan Bugisan Jalan Sugeng Jeroni Jalan Madumurti)

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) ABSTRAK

BAB V ANALISIS SIMPANG BERSINYAL

EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL RINGROAD UTARA AFFANDI ANGGA JAYA SLEMAN, YOGYAKARTA

ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA)

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

LAMPIRAN. xii. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR RICKY ZEFRI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB III LANDASAN TEORI Kondisi geometri dan kondisi lingkungan. memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu, dan lebar median serta

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh)

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

ANALISA KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG M E I M A N Z E G A

MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jl. Semolowaru-Jl. Klampis Semolo Timur-Jl.Semolowaru- Jl.

PERENCANAAN SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG CIUNG WANARA DI KABUPATEN GIANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

STUDI PENGARUH ADANYA PAGAR PEMBATAS TROTOAR PADA SIMPANG JL.PASIR KALIKI JL.PADJAJARAN, BANDUNG ABSTRAK

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

Analisa Panjang Antrian Dengan Tundaan pada persimpangan Bersignal Jl. Raden saleh dengan Jl.Balai kota Medan (STUDI KASUS) SURYO UTOMO

ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 (STUDI KASUS SIMPANG GAPLEK JALAN R.E MARTADINATA,TANGERANG SELATAN)

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membantu kelancaran pergerakan lalulintas di lokasi tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DATA. 1) Pergerakan yang menuju luar kota Tangerang (Batu Ceper, Bandara, Kober, Kota Bumi dan sekitarnya) maupun sebaliknya.

Transkripsi:

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

KOMPONEN SIKLUS SINYAL Siklus. Satu siklus sinyal adalah satu putaran penuh dari semua indikasi lampu sinyal yang ada pada suatu pendekat. Secara umum satu siklus dimulai dengan sinyal hijau pada masing-masing pendekat. Panjang siklus, merupakan waktu (dalam detik) untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal, diberikan dengan simbol c. 17 20 21 90 FASE 1 - UTARA 17 3 1 69 FASE 1 - TIMUR 3 1 21 39 42 43 90 21 18 47 43 58 61 62 90 FASE 1 - SELATAN 3 1 43 15 28 FASE 1 - BARAT 62 24 62 86 89 90 3 1 FASE 1 FASE 2 FASE 3 FASE 4 1 SIKLUS = 90 DETIK

KOMPONEN SIKLUS SINYAL Interval, merupakan periode waktu selama tidak ada perubahan indikasi sinyal. Ini merupakan unit waktu terkecil dalam suatu siklus. Terdiri dari beberapa tipe interval dalam satu siklus, yaitu : Change interval : indikasi sinyal kuning/amber pada pergerakan yang diberikan, yang merupakan bagian dari transisi hijau ke merah. Clearance interval : merupakan bagian dari hijau ke merah juga dimana semua pergerakan pada setiap pendekat memilki indikasi merah semua. Sehingga disebut juga dengan istilah all red Green interval : setiap pergerakan memiliki satu interval hijau dalam satu siklus pada setiap pendekat. Red interval : setiap pergerakan memiliki satu interval merah dalam satu siklus pada setiap pendekat. Fase, merupakan fase sinyal yang terdiri dari green interval ditambah change dan clearance interval yang mengikutinya.

TIPE OPERASIONAL PERSINYALAN Pretimed operation panjang siklus, urutan fase dan waktu masing-masing interval adalah konstan. Setiap siklus sinyal mengikuti rencana yang telah dibuat sebelumnya. Kontrol dilakukan oleh alat yang dipasang pada unit oleh suatu master controller. Semi actuated operation detektor ditempatkan pada pendekat jalan minor (tidak ada detector di jalan utama/mayor). Sinyal hijau pada jalan utama adalah sepanjang waktu kecuali terdapat panggilan pada pendekat minor apabila terdapat kendaraan yang memasuki pendekat jalan minor.

TIPE OPERASIONAL PERSINYALAN Full actuated operation semua lajur pada setiap pendekat akan dimonitor oleh suatu detektor. Waktu hijau akan dialokasikan berdasarkan informasi dari detektor dan diprogram oleh suatu unit pengendali dalam mengatur waktu hijau yang diberikan Panjang siklus, urutan fase dan waktu hijau bervariasi dari satu siklus ke siklus berikutnya.

TIPE OPERASIONAL PERSINYALAN Pergerakan belok kiri (di Indonesia pergerakan belok kanan) dapat ditangani dengan beberapa cara, yaitu : Permitted left turn. Suatu pergerakan permitted left turn diijinkan untuk memotong arus kendaraan yang berlawanan. Syarat : volume pergerakan belok kiri masih memenuhi syarat dan gap pada arus yang berlawanan cukup untuk mengakomodasi pergerakan belok kiri dengan aman. Protected left turn. Suatu pergerakan protected left turn yang dibuat tanpa adanya arus dari kendaraan berlawanan. Pergerakan belok kanan dan pergerakan menerus dari arus yang berlawanan dibuat dengan fase sinyal yang berbeda.

KONSEP KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL kapasitas dihitung dengan kecenderungan fokus pada pergerakan masingmasing lalu lintas (atau kelompok lajur) dan setiap pendekat daripada persimpangan secara menyeluruh Pemisahan pergerakan lalu lintas (atau kelompok lajur) dapat berupa : 1) Lajur atau kelompok lajur belok kanan eksklusif 2) Lajur atau kelompok lajur belok kiri eksklusif 3) Lajur lurus menerus pada pendekat. (kombinasi lajur belok kiri dan menerus atau kombinasi lajur belok kanan dan menerus) (a) Diagram Fase 1 1 2 3 4 FASE A FASE B FASE C (b) rencana simpang

KONSEP KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL Model dasar kapasitas simpang bersinyal

KONSEP KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL Hubungan lain yang dapat menyatakan parameter pergerakan simpang adalah : c = g + l Dimana persamaan tersebut adalah penjumlahan untuk pergerakan kritis. Pergerakan yang menentukan kapasitas dan waktu yang dibutuhkan suatu simpang adalah pergerakan kritis (critical movement).

SIMPANG BERSINYAL METODE MKJI 1997

KARAKTERISTIK SINYAL LALU LINTAS

KARAKTERISTIK SINYAL LALU LINTAS operasi kendali waktu tetap dengan bentuk geometrik normal. Jika arus belok kanan dari suatu pendekat yang ditinjau dan/atau dari arah yang berlawanan terjadi dalam fase yang sama dengan arus berangkat lurus dan belok kiri dari pendekat tersebut maka arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlawan.

KARAKTERISTIK SINYAL LALU LINTAS Jika tidak ada arus belok kanan dari pendekat-pendekat tersebut atau jika arus belok kanan diberangkatkan ketika arus lalu lintas dari arah yang berlawanan sedang menghadapi merah (Gambar 2.6) maka arus berangkat tersebut disebut arus terlindung.

KARAKTERISTIK SINYAL LALU LINTAS (a) (b)

METODOLOGI Analisis dikerjakan untuk masing-masing pendekat, satu lengan simpang dapat terdiri dari lebih dari satu pendekat, dipisahkan menjadi dua atau lebih sub-pendekat. FASE A FASE B FASE C

METODOLOGI Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri Q LT, lurus Q ST dan belok kanan Q RT ) dikonversikan dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen mobil penumpang untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan JENIS KENDARAAN PROTECTED NILAI SMP OPPOSED Kendaraan ringan 1.0 1.0 Kendaraan berat 1.3 1.3 Sepeda motor 0.2 0.4

METODOLOGI Kapasitas pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan dengan persamaan : C S g c Dimana : C = kapasitas (smp/jam) S = arus jenuh (smp/jam hijau) g = waktu hijau (detik) c = waktu siklus (detik) Arus jenuh (S) dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar (So) yaitu arus jenuh pada keadaan standar dengan faktor penyesuaian (F) S S 0 F CS F SF F G F P F RT F LT

METODOLOGI VARIABEL DESKRIPSI SAT FUNGSI DARI C kapasitas kaki simpang smp/jam g waktu hijau efektif detik c waktu siklus detik S arus jenuh kaki simpang smp/jam S o arus jenuh dasar kaki simpang smp/jam P dan O; W e ; Q; Q RT ; Q RTO F CS faktor pengaruh ukuran kota jumlah penduduk F SF faktor pengaruh hambatan samping jenis lingkungan, kelas hambatan samping, KTM/KM F G faktor pengaruh gradien memanjang gradien F P faktor pengaruh jarak parkir L p, W A dan g F RT faktor pengaruh proporsi arus belok kanan ; hanya berlaku pada arus P, tanpa median dan jalan 2 lajur 2 arah proporsi arus belok kanan ( 1 + 0,26ρ RT ) F LT faktor pengaruh proporsi arus belok kiri ; hanya berlaku pada arus P, tanpa belok kiri langsung proporsi arus belok kiri ( 1-0,16ρ LT )

METODOLOGI Menentukan besarnya arus jenuh dasar tergantung dari pengaturan fasenya, yaitu : Fase simpang dengan pengaturan fase protected : Arus jenuh dasar dipengaruhi oleh lebar efektif kaki simpang (We), sedangkan lebar efektif kaki simpang sangat dipengaruhi oleh rincian tata letak simpang misalnya keberadaan lajur khusus belok kiri dan lebar jalur entry maupun exit. S0 600 W e Fase simpang dengan pengaturan fase opposed : Arus jenuh dasar dipengaruhi oleh arus belok kanan baik dari arah yang dirinjau maupun arah yang berlawanan. Cara menentukannya adalah dengan menggunakan grafik yang diberikan oleh MKJI (2-51 2.52)

METODOLOGI Menentukan waktu sinyal Waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan dengan berdasarkan metode Webster (1966) c 1.5 LTI 5 1 FR criti Waktu Hijau c LTI gi FRcrit FR crit i Kapasitas dan derajat kejenuhan Kapasitas pendekat diperoleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau (g/c) pada masing-masing pendekat Derajat kejenuhan : DS Q C Qc S g

PERILAKU LALU LINTAS Perilaku lalu lintas sangat dipengaruhi oleh kondisi arus lalu lintas (Q), derajat kejenuhan (DS) dan waktu sinyal (c dan g) Panjang antrian Jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya ( NQ 1 ) ditambah jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ 2 ). NQ NQ 1 NQ 2 NQ 1 0.25C DS 1 DS 1 2 8DS 0.5 C DS > 0,5 ; selain dari itu maka NQ 1 = 0 NQ 2 1 GR Q c 1 GR DS 3600 Panjang antrian (QL) diperoleh dengan rumus : QL NQ 20 max W masuk

PERILAKU LALU LINTAS Angka henti jumlah berhenti rata-rata per kendaraan (termasuk berhenti terulang dalam antrian) sebelum melewati suatu simpang. NS NQ 0.9 3600 Qc Rasio kendaraan henti Rasio kendaraan terhenti (ρ SV ) adalah rasio kendaraan yang harus berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati suatu simpang. SV min NS,1

PERILAKU LALU LINTAS Tundaan Tundaan pada simpang dibedakan menjadi : Tundaan lalu lintas (DT), terjadi karena interaksi lalu lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang. Tundaan geometri (DG), terjadi karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang dan/atau terhenti karena sinyal merah. DT c.5 1 GR 1 GR DS NQ 2 0 1 3600 C DG 1 6 4 SV T SV

LANGKAH A : DATA MASUKAN A-1 : Geometrik, pengaturan lalu lintas dan kondisi lingkungan A-2 : kondisi arus lalu lintas LANGKAH B :PENGGUNAAN SINYAL B-1 : Fase sinyal B-2 : Waktu antar hijau dan waktu hilang PERUBAHAN Ubah penentuan fase sinyal, lebar pendekat,aturan membelok LANGKAH C : PENENTUAN WAKTU SINYAL C-1 : Tipe pendekat C-2 : lebar pendekat efektif C-3 : arus jenuh dasar C-4 : faktor-faktor penyesuaian C-5 : Rasio arus/arus jenuh C-6 : waktu siklus dan waktu hijau LANGKAH D : KAPASITAS D-1 : Kapasitas D-2 : keperluan untuk perubahan LANGKAH E : PERILAKU LALU LINTAS E-1 : Persiapan E-2 : panjang antrian E-3 : kendaraan terhenti E-4 : Tundaan