Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 82 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

OUTLOOK KOMODITI JAHE

ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman. Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

OUTLOOK KOMODITI PISANG

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

KETERANGAN TW I

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

1 Universitas Indonesia

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

OUTLOOK KOMODITI TEBU

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ISSN OUTLOOK ANGGREK

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization).

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 75 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Noviati, MSi Ir. Roch Widaningsih, M.Si Naskah : Siti Nur Sholihah, S.Si Design dan Layout : Tarmat Victor Saulus Bonavia H. Diterbitkan oleh: Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Buku Analisis Outlook Komoditas Kacang Tanah Tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku ini mengulas analisis diskriptif, analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas kacang tanah beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama dengan beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, juga atas kerja sama tim teknis lingkup, serta kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan akhir kegiatan. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas dukungannya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan ini di waktu mendatang. Semoga hasil kegiatan ini dapat sebagai sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca semua. Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP. 19670323.199203.1.003 Page v

Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page vi

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv EXECUTIVE SUMMARY... xix I. PENDAHULUAN... 1 II. METODOLOGI... 3 III. KERAGAAN KACANG TANAH NASIONAL... 7 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANGTANAH NASIONAL... 7 3.2. PROVINSI SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI KACANG TANAH... 12 3.3. KONSUMSI PERKAPITA DAN NASIONAL KACANG TANAH... 15 3.4. HARGA PRODUSEN DAN KONSUMEN KACANG TANAH... 20 3.5. EKSPOR DAN IMPOR KACANG TANAH DI INDONESIA... 21 IV. KERAGAAN KACANG TANAH DUNIA... 25 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DUNIA... 25 4.2. NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI DUNIA... 26 Page vii

Outlook Kacang Tanah 2014 4.3. PENYEDIAAN DAN KETERSEDIAAN PER KAPITA KACANG TANAH DI DUNIA... 29 4.4. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KACANG TANAH DI DUNIA.. 31 4.5. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KACANG TANAH DUNIA... 32 V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN... 39 5.1. PENAWARAN... 39 5.2. PERMINTAAN... 42 5.3. NERACA... 43 VI. KESIMPULAN... 47 LAMPIRAN... 51 Page viii

DAFTAR TABEL Halaman : Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi Yang Digunakan... 3 Tabel 3.1. Perkembangan Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah per Wilayah,... 11 Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Indonesia,, 2015-2019... 41 Tabel 5.2. Proyeksi Permintaan Kacang Tanah di Indonesia, 2015-2019... 42 Tabel 5.3. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Kacang Tanah, Tahun 2015 2019... 43 Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Kacang Tanah, Tahun 2015 2019... 45 Page ix

Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page x

DAFTAR GAMBAR Halaman : Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Indonesia, Tahun Tahun 1980-2015...8 Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980-2015...9 Gambar 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980-2015... 10 Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 2011-2015... 13 Gambar 5. Produktivitas Kacang Tanah Tertinggi di Provinsi Indonesia, Tahun 2011-2015... 14 Gambar 6. Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 2011-2015... 15 Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006 2014... 16 Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Kupas Di Indonesia berdasarkan SUSENAS, 2006 2014... 17 Gambar 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, Tahun 1993 2015... 18 Gambar 10. Perkembangan Penggunaan Kacang Tanah Indonesia Berdasarkan NBM, 1993-2014... 19 Gambar 11 Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, 2000 2014... 20 Page xi

Outlook Kacang Tanah 2014 Gambar 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 1983 2014... 21 Gambar 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2014... 22 Gambar 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2014... 23 Gambar 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2013... 25 Gambar 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 1980 2013... 26 Gambar 17. Rata-rata Kontribusi Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 27 Gambar 18. Rata-rata Produksi Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 28 Gambar 19. Rata-rata Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 29 Gambar 20. Rata-rata Kontribusi Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Tahun 2007-2011 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit )... 30 Gambar 21. Rata-rata Ketersediaan Kacang Tanah Per Kapita di Dunia, 2007-2011 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit )... 31 Gambar 22. Rata-Rata Harga Produsen Kacang Tanah Dunia, 2008-2012... 32 Gambar 23. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 33 Gambar 24. Rata-rata Kontribusi Volume Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 34 Page xii

Gambar 25. Rata-rata Kontribusi Volume Impor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 35 Gambar 26. Rata-rata Kontribusi Nilai Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013... 36 Gambar 27. Rata-rata Kontribusi Nilai Impor Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 37 Page xiii

Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page xiv

DAFTAR LAMPIRAN Halaman : LAMPIRAN I Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2015... 51 Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2015... 52 Perkembangan Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1971-2015... 53 Perkembangan Luas Panen di Provinsi Sentra Kacang Tanah, 2011-2015... 54 Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2011-2015... 54 Perkembangan Produksi Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2011-2015....5 Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006-2014... 55 Konsumsi Nasional Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006-2014... 56 Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, 1993-2015... 57 Lampiran 10. Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, 1993-2015... 58 Page xv

Outlook Kacang Tanah 2014 Lampiran 11. Konsumsi Nasional Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Indonesia, 1993-2015... 59 Lampiran 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, 1983 2014... 60 Lampiran 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 1980 2014... 61 Lampiran 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2014... 62 Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen, dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2013... 63 Lampiran 16. Perkembangan Produktvitas Kacang Tanah Dunia, 1980-2013... 64 Lampiran 17. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2009-2034... 65 Lampiran 18. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 65 Lampiran 19. Perkembangan Produktivtas Kacang Tanah Dunia, 2009-2013... 66 Lampiran 20. Perkembangan Penyediaan Kacang Tanah Dunia, 2007-2011... 66 Lampiran 21. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Dunia, 2007-2011... 67 Lampiran 22. Perkembangan Harga Produsen Kacang Tanah Berkulit di Dunia, 2009-2013... 67 Lampiran 23. Perkembangan Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia, 1980 2012... 68 Page xvi

Lampiran 24. Perkembangan Volume Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012... 69 Lampiran 25. Perkembangan Volume Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012.... 69 Lampiran 26. Perkembangan Nilai Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012.... 70 Lampiran 27. Perkembangan Nilai Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012.... 70 LAMPIRAN II a. Blok Persamaan Pada Model Analisis Suplai Demand... 71 b. Keterangan Variabel Dalam Model... 72 c. Hasil Pengolahan Dengan Metode Simultan Model Analisis Suplai Demand Dalam... 73 Page xvii

Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page xviii

EXECUTIVE SUMMARY Produksi kacang tanah tahun 2015 (ARAM I) diperkirakan sebesar 657,59 ribu ton biji kering, naik sebanyak 18,70 ribu ton ( naik 2,93%) dibandingkan tahun 2014. Naiknya produksi diperkirakan terjadi karena naiknya produktivitas sebesar 0,64 Ku/Ha ( naik 5%). Berbeda halnya dengan luas panen, perkiraan luas panen kacang tanah mengalami penurunan sebesar 9,83 ribu hektar, luas panen turun cukup besar terdapat di Provinsi Jawa Tengah 3,87 ribu hektar, NTB sebesar 2,86 ribu hektar, Kalimantan Selatan 2,01 ribu hektar, Sulawesi Selatan 1,79 ribu hektar dan Jawa Barat sebesar 1,62 ribu hektar. Adapun perkiraan produksi kacang tanah tahun 2015 yang turun cukup besar terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 5,46 ribu ton, Nusa Tenggara Timur 3,16 ribu ton, dan Kalimantan Selatan 1,96 ribu ton. Prediksi ketersediaan kacang tanah pada tahun 2015 sebesar 2,63 kg/kap/tahun dan pada tahun 2016 sebesar 2,61 kg/kap/tahun. Pada tahun 2015-2019, proyeksi ketersediaan kacang tanah cenderung menurun dengan rata-rata 1,30% per tahun atau sebesar 2,57 kg/kap/tahun, sehingga total kebutuhan kacang tanah pada tahun 2015 diprediksikan sebesar 671,86 ribu ton dan 2016 sebesar 675,33 ribu ton. Pada tahun 2015, dengan produksi kacang tanah sebesar 657,59 ribu ton, maka jumlah tercecer diperkirakan mencapai 32,88 ribu ton, pengunaan kacang tanah untuk bibit 19,73 ribu ton, penggunaan untuk diolah menjadi bahan makanan sebesar 55,96 ribu ton dan untuk konsumsi langsung 671,86 ribu ton. Pada tahun 2015 diperkirakan akan terjadi defisit kacang tanah sebesar 122,84 ribu ton. Sementara itu pada tahun 2016 dengan proyeksi produksi kacang tanah sebesar 664,76 ribu ton, jumlah yang tercecer akan mencapai 33,24 ribu ton, penggunaan untuk bibit sebesar 19,94 ribu ton, diolah menjadi makanan sebesar 56,57 ribu ton, sementara untuk konsumsi langsung mencapai 675,33 ribu ton. Oleh karena itu pada tahun 2016 diperkirakan Indonesia masih akan mengalami defisit kacang tanah sebesar 120,32 ribu ton. Kondisi tersebut dapat terjadi dengan asumsi tidak ada ekspor impor dan tidak ada stok, baik stok awal maupun akhir tahun. Page xix

Outlook Kacang Tanah 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan Page xx

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pendukung pembangunan nasional yang cukup berperan penting mengingat luas wilayah, kondisi geografis dan iklim yang dimiliki Indonesia sangat menunjang berlangsungnya kegiatan di sektor pertanian. Tanaman Pangan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang sangat strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, penyerapan tenaga kerja, maupun penyedia bahan baku industri. Kacang tanah merupakan salah satu komoditas penting sektor tanaman pangan. Kacang tanah sebagai salah satu komoditas penting sumber gizi bagi masyarakat karena kacang tanah mengandung sumber protein nabati. Kacang tanah dikonsumsi rumah tangga baik berupa kacang tanah dengan kulit maupun tanpa kulit. Jika masih dengan kulit biasanya kacang tanah direbus atau disangrai. Kacang tanah tanpa kulit dikonsumsi oleh rumah tangga dengan cara digoreng dan selanjutnya dibuat saos sambel kacang untuk gadogado, kacang bawang, sambal balado teri kacang, dan campuran kue kering. Industri makanan membutuhkan kacang tanah untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan baik dalam bentuk kacang tanah dengan kulit maupun tanpa kulit seperti kacang kulit rasa, kacang sangrai, kacang atom, kacang oven, dan selai kacang untuk olesan roti. Kebutuhan dan permintaan kacang tanah dari sektor industri makanan olahan memacu peningkatan pendapatan petani di berbagai daerah. Makanan olahan dengan bahan baku kacang tanah mengalami permintaan yang semakin meningkat. Produksi kacang tanah dalam negeri selama tiga dekade terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif. Namun produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan yang semakin meningkat, sehingga jumlah impor kacang tanah pun meningkat tajam. Berdasarkan data FAO pada tahun 2008- Page 1

2012 Indonesia menjadi negara importir nomor dua dunia yang mengimpor kacang tanah rata-rata sebesar 129,74 ribu ton. 1.2 TUJUAN Tujuan penyusunan outlook komoditas kacang tanah adalah melakukan analisis data kacang tanah dengan menggunakan model ekonometrik, menyediakan bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya kacang tanah di masa yang akan datang. (Pusdatin) mencoba menyusun Outlook Kacang Tanah yang berisi keragaan dan proyeksi penawaran serta permintaan kacang tanah berdasarkan keragaan dan perkembangan kacang tanah selama 30-40 tahun terakhir. 1.3 RUANG LINGKUP Ruang lingkup outlook komoditas kacang tanah meliputi variabelvariabel terpenting dari komponen penawaran dan permintaan komoditas kacang tanah. Variabel-variabel tersebut meliputi : produksi, luas panen, produktivitas, harga konsumen, harga produsen, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan kacang tanah. Page 2

II. METODOLOGI 2.1 SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditas kacang tanah tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi Yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1 Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia 1980-2015 BPS 2 Produksi Kacang Tanah di Indonesia 1980-2015 BPS Biji Kering 3 Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia 1980-2015 BPS 4 Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia 1993-2013 5 Harga Kacang Tanah di Pasar Dalam Negeri Indonesia 1983-2014 BPS 6 Ekspor Impor Kacang Tanah Indonesia 1980-2014 BPS 7 Luas Panen Kacang Tanah Dunia 1980-2013 FAO 8 Produksi Kacang Tanah Dunia 1980-2013 FAO 9 Produktivitas Kacang Tanah Dunia 1980-2013 FAO SUSENAS-BPS Biji Kering NBM, BKP-Kementan Kacang Tanah Segar Kacang Tanah Dengan Kulit Kacang Tanah Dengan Kulit Kacang Tanah Dengan Kulit 10 Konsumsi Kacang Tanah Dunia 2007-2011 FAO Biji Kering 11 Harga Kacang Tanah di Pasar Dunia 2009-2013 FAO Kacang Tanah Dengan Kulit 12 Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia 1980-2012 FAO Biji Kering Page 3

2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas kacang tanah adalah sebagai berikut : 2.2.1. Analisis Deskriptif Berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen disusun analisis deskriptif sederhana. 2.2.2. Analisis Penawaran Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Blok Suplai Pada Model Analisis Suplai Demand 1. Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4 HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + µ5 Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5, e6 > 0 2. Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + µ10 Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5, i5 > 0 i2 < 0 3. Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14 Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0 n1, n3 < 0 4. Produksi Kacang Tanah PRODKC= LPKC * YKC 5. Suplai Kacang Tanah SKC= PRODKC + IKC Page 4

2.2.3. Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas kacang tanah merupakan analisis pemakaian kacang tanah dalam negeri meliputi kebutuhan bibit, diolah untuk makanan dan bukan makanan, tercecer, dan dikonsumsi langsung. Blok Demand Pada Model Analisis Suplai Demand 1. Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ12 Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 2. Konsumsi Nasional kc tanah KONNKC = POP * KONSKC 3. Demand kacang tanah DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC BKC = PRODKC*0.026 TCKC = PRODKC*0.05 4. Neraca kc tanah NRCKC = SKC DKC 2.2.4. Kelayakan Model Uji coba pemilihan model perlu dilakukan guna mendapatkan model yang paling tepat dan sesuai. Uji pemilihan model tersebut dilakukan dengan cara menguji beberapa variabel bebas yang diduga akan berpengaruh terhadap dua fungsi tersebut yaitu respon luas panen maupun fungsi produktivitas kacang tanah. Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: Page 5

2 SSRegresi R = SS Total dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total Page 6

BAB III. KERAGAAN KACANG TANAH NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH NASIONAL Perkembangan luas panen kacang tanah di Indonesia, pada kurun waktu tahun 1980-2015 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,38% per tahun sedangkan tahun 2011 2015 turun 4,48% per tahun. Penurunan luas panen terbesar selama 5 (lima tahun) terakhir terjadi tahun 2011 sebesar 12,90% atau minus 80,07 ribu hektar dan penurunan cukup tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 7,23% atau minus 40,48 ribu hektar. Rata-rata luas panen kacang tanah selama periode 2011 2015 sebesar 521,59 ribu hektar dan kontribusi luas panen kacang tanah nasional didominasi oleh pulau Jawa sebesar 71,35%. Sedangkan luas panen di Luar Pulau Jawa rata-rata hanya mencapai 28,65%. Jika dilihat laju rata-rata pertumbuhannya, laju pertambahan luas panen kacang tanah tahun 1980 sampai 2015 di Luar Jawa cenderung lebih tinggi yaitu meningkat rata-rata 0,55% per tahun, sementara pulau Jawa hanya bertambah 0,39% per tahun. Periode tahun 2011-2015 memperlihatkan luas panen di luar Pulau Jawa mengalami penurunan lebih tinggi yaitu minus 6,86%, sementara di pulau Jawa mengalami penurunan minus 3,50%. Selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat perkembangan luas panen kacang tanah dalam negeri rata-rata mencapai 521,59 ribu hektar dimana Pulau Jawa memberikan kontribusi lebih besar yaitu 71,35% dari total luas panen kacang tanah di Indonesia, sementara daerah penghasil kacang tanah di luar Pulau Jawa hanya mampu berkontribusi sebesar 28,65% terhadap total luas panen kacang tanah di Indonesia (Gambar 1 dan Lampiran 1). Page 7

750 650 550 450 350 250 150 50 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 (000 Ha) Jawa L.Jawa Indonesia Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980-2015 Pertumbuhan luas panen kacang tanah di Indonesia dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan penurunan rata-rata sebesar 4,48%. Penurunan di luar Pulau Jawa cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 6,86% per tahun dengan rata-rata luas panen 149,44 ribu hektar, sedangkan di Jawa turun sebesar 3,50% dengan rata-rata luas panen 372,15 ribu hektar. Kondisi ini menunjukkan bahwa areal kacang tanah nasional selama ini separuh lebih dipasok dari Pulau Jawa. Laju rata-rata pertumbuhan yang terjadi 5 tahun terakhir di Indonesia karena dipicu oleh pesaing komoditas lain yang secara ekonomis lebih menguntungkan, seperti padi, jagung, dan kedelai. Faktor yang mempengaruhi daya saing kacang tanah antara lain : harga, ketersediaan benih, kualitas benih, pemasaran, dan resiko hama. Perkembangan produktivitas kacang tanah tingkat nasional pada periode 1980-2015 cenderung mengalami peningkatan. Pertumbuhan produktivitas kacang tanah secara nasional lima tahun terakhir yaitu periode 2011-2015 menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi yaitu 1,44% per tahun dibandingkan dengan periode 1980-2014 yaitu 1,17% per tahun. Produktivitas Page 8

kacang tanah di Indonesia berdasarkan ARAM I tahun 2015 adalah 13,43 ku/ha atau mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar 2 dan Lampiran 2 ). Secara umum pola perkembangan produktivitas kacang tanah per wilayah (Jawa dan Luar Jawa) cenderung sama, berkisar antara 12 kuintal per hektar. Rata-rata hasil kacang tanah di Pulau Jawa cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Pulau Jawa. Produktivitas kacang tanah di Jawa dan luar Jawa mencapai puncak tertingginya pada tahun 2015, berdasarkan data Angka Ramalan I yaitu sebesar 13,83 kuintal per hektar. Jika dicermati, produktivitas tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil kacang tanah di Indonesia, Pulau Jawa dan Luar Jawa kurun waktu 5 tahun terakhir yang hanya mencapai 12,98 ku/ha. 14,00 13,00 12,00 (Ku/ Ha) 11,00 10,00 9,00 8,00 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Jawa L.Jawa Indonesia Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980 2015 Perkembangan produksi kacang tanah di Indonesia pada periode 2011 2015 berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan minus 3,09% per tahun (Gambar 3). Data ARAM I tahun 2015 menunjukan, produksi kacang tanah Page 9

sebesar 657,59 ribu ton mengalami kenaikan sebesar 2,93% dari tahun 2014. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa produksi kacang tanah baik di Jawa maupun di Luar Jawa cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011-2015 produksi kacang tanah mengalami penurunan dengan rata-rata minus 3,09% per tahun ( Lampiran 3). Produksi kacang tanah yang dihasilkan sangat terkait oleh produktivitas. Berdasarkan data ARAM I tahun 2015 yang dikeluarkan BPS, produktivitas kacang tanah naik 5% atau sebesar 13,43 ku/ha dari tahun 2014 yang 12,79 ku/ha (Lampiran 2) sehingga pada tahun yang sama produksi naik sebesar 2,93% atau sebesar 657,59 ton dari tahun sebelumnya (Lampiran 3 ). 900 750 600 450 300 150 0 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 (000 Ton) Jawa L.Jawa Indonesia Gambar 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Indonesia, Tahun 1980 2015. Pertumbuhan produktivitas kacang tanah cenderung lebih pesat dari pada pertumbuhan luas panennya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan produktivitas kacang tanah nasional dalam periode 2011 2015 mencapai 1,44% per tahun, sementara itu luas panen cenderung mengalami penurunan minus 4,48% per tahun. Kondisi tersebut mempengaruhi produksi kacang tanah 5 tahun terakhir dengan rata rata pertumbuhan mengalami penurunan 3,09% per tahun. Page 10

Jika dilihat dari peningkatan produksi cenderung dipengaruhi oleh produktivitasnya dimana produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2013 (Gambar 2). Hal ini menandakan teknologi budidaya kacang tanah sudah berjalan dengan baik. Tabel 3.1. Perkembangan Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah per Wilayah Wilayah Jawa Luar Jawa Indonesia Jawa L. Jawa Tahun L.Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb. (Ha) (%) (Ton) (%) (Ku/Ha) (%) 1980-2015 408.031 0,39 449.823 1,73 10,87 1,38 2011-2015 372.149-3,50 489.884-1,58 12,72 2,07 1980-2015 201.193 0,55 219.648 1,60 10,70 1,32 2011-2015 149.437-6,86 186.943-6,93 12,34 0,01 1980-2015 609.224 0,38 669.342 1,60 10,98 1,17 2011-2015 521.586-4,48 676.827-3,09 12,98 1,44 Kontribusi (%), 2011-2015*) 71,35 72,38 28,65 27,62 Keterangan : *) Angka Ramalan I Sumber : BPS, diolah Pusdatin Kontibusi luas panen kacang tanah di Indonesia selama kurun waktu 2011-2015, didominasi dari Pulau Jawa sebesar 71,35% sedangkan dari luar Pulau Jawa berkontibusi hanya 28,65%. Hal ini sejalan dengan kontribusi produksi kacang tanah dari Pulau Jawa lebih besar daripada luar Pulau Jawa yaitu 72,38% dan 27,62% ( Tabel 3.1.). Page 11

3.2. PROVINSI SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI KACANG TANAH Kontribusi komoditas kacang tanah dari beberapa provinsi di tanah air pada 5 tahun terakhir dilihat dari sisi luasannya tersebar di 10 provinsi dengan kontribusi sebesar 87,11% terhadap total luas panen kacang tanah di Indonesia. Dari sepuluh provinsi sentra tersebut, empat provinsi terluas berada di wilayah Jawa dengan kontribusi sebesar 69,54% atau mencapai ratarata luas 90,65 ribu hektar. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan luas panen kacang tanah terbesar, dimana rata-rata luas panen mencapai 152,09 ribu hektar menyumbang 29,17% terhadap rata-rata luas panen nasional. Jawa Tengah pada peringkat ke dua dengan rata-rata luas panen sebesar 94,53 ribu hektar menyumbang sebesar 18,13% terhadap rata-rata luas panen nasional. Pada peringkat ke-3 dan ke-4 adalah D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 12,46% dan 9,78% terhadap luas panen nasional. Lima provinsi sentra lainnya dengan kontribusi di bawah 6% terhadap luas panen nasional. (Gambar 4 dan Lampiran 4). Sementara itu jika dilihat dari sisi rata-rata pertumbuhan luas panen di masing-masing daerah selama lima tahun terakhir, hampir semua provinsi mengalami penurunan, hanya D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Selatan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 3,99% per tahun dan 1,35% per tahun. Provinsi dengan laju penurunan paling tinggi terjadi di Sumatera Utara dengan rata-rata sebesar minus 10,17% per tahun, urutan ke 2 Kalimantan Selatan dengan penurunan minus 8,22% per tahun (Lampiran 4). Page 12

Jawa Tengah 18,13% Jawa Timur 29,17% DI Yogyakarta 12,46% Jawa Barat 9,78% Provinsi Lainnya 12,89% Kalimantan Selatan, 1,80% Sumatera Utara 1,80% Banten 1,81% NTT 3% NTB 4% Nusa Tenggara Barat 5,09% Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 2011-2015 Dilihat dari produktivitas, maka sentra provinsi kacang tanah berbeda. Selama 5 tahun terakhir, produktivitas tertinggi ada di Sulawesi Tengah sebesar 16,10 ku/ha, diurutan ke-2 Jawa Barat 15,63 ku/ha dan diurutan ke-3 Sumatera Barat sebesar 14,57 ku/ha. Provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki urutan ke empat sedangkan Sulawesi Selatan menjadi provinsi ke lima terbesar dengan rata-rata hasil masing-masing sebesar 14,27 ku/ha dan 14,01 ku/ha. Jika dilihat rata-rata pertumbuhan produktivitas per hektar tertinggi adalah Jawa Barat dengan rata-rata pertumbuhan 3,88% per tahun, sementara daerah dengan laju pertumbuhan produktivitas terendah adalah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat masing-masing dengan rata-rata pertumbuhan sebesar minus 1,96% per tahun dan minus 1,90% per tahun (Gambar 5 dan Lampiran 5). Page 13

Rata-rata (Ku/Ha) Indonesia Jambi Sulawesi Barat Sulawesi Utara Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat Sumatera Barat 13,06 12,90 13,17 13,23 13,44 13,51 14,01 14,27 14,57 Jawa Barat Sulawesi Tengah 15,63 16,10 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 Gambar 5. Produktivitas Kacang Tanah Tertinggi di Provinsi Indonesia, 2011-2015 Dari sepuluh provinsi sentra, kontribusi produksi kumulatif sebesar 70,67% tersebar di 4 provinsi, dimana Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar atau sebesar 30,14% dari produksi kacang tanah nasional. Selanjutnya Jawa Tengah, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 18,67%, 11,71% dan 10,15% terhadap produksi kacang tanah nasional. Adapun 6 Provinsi lainnya yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara memberikan kontribusi dibawah 6% terhadap produksi kacang tanah nasional. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, hanya 2 Provinsi sentra yang mengalami peningkatan produksi kacang tanah yaitu D.I.Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat masing-masing dengan kenaikan sebesar 5,37% per tahun dan 1,73% per tahun. Delapan 8 provinsi sentra lainnya mengalami penurunan produksi kacang tanah. Penurunan produksi paling tinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara yaitu 9,25% per tahun, selanjutnya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan penurunan sebesar 9% per tahun, sedangkam provinsi lainnya mengalami penurunan dibawah 7% per tahun. (Gambar 6 dan Lampiran 6). Page 14

Nusa Tenggara Barat 5,54% Sulawesi Selatan 4,24% Banten 1,78% Nusa Tenggara Timur 2,58% Kalimantan Selatan 1,69% DI Yogyakarta 10,15% Sumatera Utara 1,58% Jawa Barat 11,71% Provinsi Lainnya 11,92% Jawa Tengah 18,67% Jawa Timur 30,14% Gambar 6. Sentra Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, 2011 2015 3.3. KONSUMSI PERKAPITA DAN NASIONAL KACANG TANAH Beragam produk olahan dengan bahan baku kacang tanah yang dihasilkan oleh industri berskala rumah tangga maupun oleh industri sedang dan industri besar, menjadikan permintaan kacang tanah semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini menjadikan kacang tanah merupakan salah satu komoditi tanaman pangan bernilai strategis untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi kacang tanah pada tingkat rumah tangga biasanya dalam bentuk makanan ringan seperti direbus, digoreng, dibuat sambal kacang untuk saos gado-gado ataupun somay. Kacang tanah biasa juga dikonsumsi berupa olahan pabrikan baik masih berupa kacang berkulit seperti kacang kulit panggang pasir, kacang kulit oven maupun berupa kacang tanpa kulit seperti kacang atom, kacang medan, campuran kue kering, taburan kue, maupun hasil olahan berupa selai. Konsumsi kacang tanah berdasarkan data Susenas, selama periode tahun 2006-2014 berfluktuatif dengan kecenderungan turun, rata-rata konsumsi kacang tanah kupas sebesar 0,32 kg/kapita/tahun. Konsumsi kacang tanah periode 2010-2014 rata-rata sebesar 0,26 kg/kapita/tahun. Pertumbuhan Page 15

konsumsi kacang tanah baik periode 2006-2014 maupun 2010-2014 mengalami penurunan, penurunan masing-masing periode tersebut sebesar 4,24% per tahun dan 8,06% per tahun. (Gambar 7 dan Lampiran 7) 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Konsumsi Perkapita Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006 2014 Sesuai hasil Susenas maka konsumsi nasional kacang tanah bisa diperoleh dari perkalian konsumsi per kapita pertahun dikalikan dengan jumlah penduduk akhir tahun. Pada periode 2006-2014 konsumsi nasional kacang tanah berfluktuatif dengan kecenderungan menurun, dimana rata-rata konsumsi nasional kacang tanah sebesar 74,08 ribu ton, sedangkan pada periode 2010-2014 rata-rata sebesar 63,96 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi kacang tanah nasional mengalami penurunan baik periode 2006-2014 maupun 2010-2014 yaitu sebesar 2,66% dan 6,31% per tahun. (Gambar 8 dan Lampiran 8) Page 16

110.000 100.000 90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Konsumsi Nasional Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Kupas Di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006 2014 Data konsumsi kacang tanah bisa diperoleh dari Susenas maupun dari Neraca Bahan Makanan (NBM) dari Badan Ketahanan Pangan (BKP). Menurut NBM Konsumsi kacang tanah secara langsung dapat dihitung dengan cara perkalian antara ketersediaan kacang tanah per kapita dengan jumlah penduduk. Ketersediaan yang dimaksud dalam NBM adalah selisih produksi ditambah impor, dikurangi ekspor, tercecer, bibit dan untuk industri. Perkembangan ketersediaan kacang tanah per kapita di Indonesia dari tahun 1993-2015 berdasarkan NBM berfluktuasi cukup tajam dengan kecenderungan terus mengalami penurunan (Gambar 9). Pada periode tahun 1993-2015, ketersediaan perkapita tertinggi terjadi pada tahun 1995, yaitu sebesar 3,98 kg/kap/th. Ketersediaan per kapita cenderung terus menurun. Diperkirakan pada tahun 2015, ketersediaan per kapita sebesar 2,63 kg/kap/th. Selama periode 2011-2015, ketersediaan per kapita rata-rata kacang tanah sekitar 2,76 kg/kap/th. Angka ketersediaan ini cenderung menurun dengan laju pertumbuhan minus 3,57% setiap tahunnya. Pada tahun 2015 diperkirakan total konsumsi kacang tanah pada rumah tangga sebesar 671,86 ribu ton dengan ketersediaan per kapita sebesar 2,63 kg/kap/th dan jumlah penduduk pertengahan tahun sebesar 255,46 juta orang. (Lampiran 9). Page 17

3,9 3,7 3,5 3,3 3,1 2,9 2,7 2,5 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 Gambar 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah Di Indonesia, Berdasarkan NBM, Tahun 1993 2015 Berdasarkan data penggunaan dan penyediaan kacang tanah di Indonesia yang bersumber dari data Neraca Bahan Makanan (NBM) seperti tersaji dalam Lampiran 10. Penyediaan dalam negeri yang dimaksud adalah produksi kacang tanah dalam bentuk lepas kulit, ditambah impor, ditambah perubahan stok dan dikurangi ekspor. Pemakaian dalam negeri meliputi penggunaan bibit (lepas kulit), diolah untuk makanan (berkulit + lepas kulit) dan non makanan (lepas kulit), dimakan langsung (lepas kulit) dan tercecer baik dalam bentuk berkulit maupun lepas kulit. Penggunaan terbesar kacang tanah pada periode tahun 1993 2014 adalah sebagai bahan makanan atau dikonsumsi langsung dalam bentuk lepas kulit yang mencapai rata-rata 84,10% dari penyediaan dalam negeri, sementara penggunaan untuk sektor industri yaitu kacang tanah yang diolah lebih lanjut menjadi produk lain baik makanan maupun non makanan hanya mencapai 7,32%. Penggunaan untuk benih maupun hilang karena tercecer masing-masing sebesar 3,61% atau 30 ribu ton dan 4,98% atau 42 ribu ton (Lampiran 10). Pada periode tahun 2001-2010 penggunaan kacang tanah yang dikonsumsi langsung (lepas kulit) lebih rendah dari produksi yang dihasilkan. Kondisi yang berbeda terjadi antara tahun 1993 sampai 1997, dimana konsumsi kacang tanah lepas kulit dalam negeri lebih tinggi dibandingkan Page 18

produksi kacang tanah dalam negeri dan begitu juga pada tahun 2013 konsumsi kacang tanah lepas kulit lebih tinggi dari produksi dalam negeri. (Gambar 10). 900 800 700 (000 Ton) 600 500 400 300 200 100 0 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 Produksi bibit total diolah tercecer dimakan Gambar 10. Perkembangan Penggunaan Kacang Tanah Indonesia Berdasarkan NBM, Tahun 1993-2014 Konsumsi nasional kacang tanah pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,69% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 700,45 ribu ton. Rata-rata konsumsi kacang tanah periode 5 (lima) tahun terakhir sebesar 686,42 ribu ton, ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi nasional kacang tanah dua dekade terakhir, yang hanya sebesar 557,891 ribu ton. Rata-rata pertumbuhan konsumsi nasional kacang tanah pada periode tahun 2011-2015 mengalami penurunan sebesar minus 2,24% per tahun. (Lampiran 11). Perkembangan konsumsi nasional kacang tanah periode tahun 2000-2014 cenderung fluktuatif. Konsumsi nasional terendah pada tahun 2002 yaitu sebesar 644,85 ribu ton, sedangkan konsumsi nasional tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 758,78 ribu ton. Konsumsi pada tahun 2011 turun cukup tajam dibanding tahun 2010, dengan penurunan sebesar minus 10,07%, dimana konsumsi nasional kacang tanah sebesar 679,99 ribu ton. (Gambar 11) Page 19

760.000 740.000 720.000 (Ton) 700.000 680.000 660.000 640.000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Konsumsi Nasional Gambar 11 Perkembangan Konsumsi Nasional Kacang Tanah Di Indonesia Berdasarkan NBM, 2000 2014 Jika kita bandingkan konsumsi nasional kacang tanah berdasakan Susenas dan NBM, maka yang paling sesuai adalah NBM karena pada NBM konsumsi berdasarkan ketersediaan kacang tanah perkapita pertahun, memperhitungkan pemakaian kacang tanah untuk ekspor, bibit, tercecer, untuk bahan industri makanan dan non makanan. 3.4. HARGA PRODUSEN DAN KONSUMEN KACANG TANAH Perkembangan harga kacang tanah dalam bentuk polong untuk harga produsen maupun konsumen baik dalam kurun waktu 30 tahun maupun 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat (Gambar 12). Pada tahun 2010 sampai 2014 rata-rata laju pertumbuhan harga di tingkat produsen dan konsumen tersebut masing-masing sebesar 6,17% per tahun dan 8,07% per tahun, dengan selisih margin dari Rp. 3.659,- sampai Rp. 6.066,-. Pada tahun 2008 harga produsen kacang tanah turun menjadi sebesar Rp 8.084,- per Kg. Tingkat penurunan harga tersebut sebesar 5,05% dari tahun 2007. Page 20

Harga pasar di tingkat produsen tahun 2009 meningkat sebesar 12,05% dari tahun sebelumnya, sedangkan harga konsumen pada tahun 2011 meningkat 16,87 % dibanding tahun sebelumnya. Tingginya harga kacang tanah disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan yang belum diimbangi oleh produksi dalam negeri (Lampiran 12). 20.000 18.500 17.000 15.500 14.000 12.500 11.000 9.500 8.000 6.500 5.000 3.500 2.000 500 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Harga Produsen (Rp/kg) Harga Konsumen (Rp/kg) Gambar 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, Tahun 1983 2014 3.5. EKSPOR DAN IMPOR KACANG TANAH DI INDONESIA Perkembangan volume ekspor impor kacang tanah antara tahun 1980-2014 tersaji pada Gambar 13. Pada rentang waktu 1980-2014, volume impor kacang tanah berfluktuasi cukup tajam di beberapa titik dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2011. Bila dilihat perkembangannya tahun 2010-2014 mempunyai kecenderungan impor lebih tinggi daripada volume ekspor. Perkembangan volume ekspor kacang tanah pada periode 2010-2014 ini mengalami penurunan rata-rata sebesar 9,80% per tahun, selama periode tersebut volume ekspor kacang tanah mencapai ratarata 3,08 ribu ton sementara volume impornya hingga 242,80 ribu ton. Page 21

10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Ekspor (ton) Impor (ton) Gambar 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2014 Rata rata volume ekspor periode 1980 2014 adalah 3,10 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 26,80% per tahun, sedangkan lima tahun terakhir rata-rata volume ekspor kacang tanah sebesar 3,08 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan cenderung menurun sebesar minus 9,80% per tahun (Lampiran 13). Pada periode waktu yang sama atau periode tahun 1980-2014 rata-rata volume impor kacang tanah adalah 113,83 ribu ton atau tumbuh sebesar 36,24%, periode selanjutnya tahun 2010-2014 dengan ratarata volume impor sebesar 242,80 ribu ton atau rata-rata pertumbuhannya 7,77% per tahun (Lampiran 13). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan volume impor kacang tanah cenderung meningkat baik pada 3 (tiga) dekade maupun pada rata-rata lima tahun terakhir. Neraca ekspor-impor kacang tanah baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya pada 2 periode menunjukkan perkembangan yang bernilai negatif. Kecenderungan ini disebabkan permintaan kacang tanah yang tinggi seperti industri makanan dan belum bisa dipenuhi oleh produksi kacang tanah dalam negeri. Pada rentang tahun 1980-2014 rata-rata neraca ekspor-impor mengalami defisit 110,73 ribu ton atau senilai 75,19 (000 USD) per tahun. Sementara pada periode 2010 2014 rata-rata neraca ekspor-impor cenderung Page 22

mengalami nilai defisit lebih besar dari pada rata-rata 3 dekade yaitu sebesar 239,73 ribu ton atau defisit senilai 261,30 (000 USD) per tahun. (Lampiran 14 dan Gambar 14) 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Nilai Ekspor Nilai Impor Gambar 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980 2014 Page 23

Page 24

BAB IV. KERAGAAN KACANG TANAH DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DUNIA Berdasarkan Data FAO, Perkembangan luas panen kacang tanah di dunia selama kurun waktu 1980-2013 mempunyai pola yang berfluktuasi dengan trend mengalami pertumbuhan luas panen rata-rata 1% per tahun (Gambar 15). Penurunan luas panen terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar minus 10,43%. Rata-rata pertumbuhan luas panen kacang tanah 5 tahun terakhir (2009-2013) menurut data FAO menurun relatif tinggi, yaitu sekitar 15,82% per tahun. (Lampiran 15). 50.000.000 45.000.000 40.000.000 35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Gambar 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2013 Perkembangan produktivitas kacang tanah kurun waktu 1980 2013 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat (Gambar 16), dimana rata-rata pertumbuhan sebesar 1,98% per tahun (Lampiran 11). Nilai ini relatif lebih tinggi dibandingkan persentase penambahan luas panen kacang tanah dunia, sehingga peningkatan produksi kacang tanah dunia cenderung lebih dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas. Produktivitas tertinggi dicapai Page 25

pada tahun 2013 yaitu 17,96 ku/ha dan tahun sebelumnya sedikit lebih rendah yaitu 16,45 ku/ha. Angka produktivitas nasional kacang tanah tahun 2013 sebesar 25,82 ku/ha lebih tinggi dari angka produktivitas rata-rata kacang tanah dunia yaitu 17,96 ku/ha, namun berada pada urutan ke-26 (Lampiran 19). 19 17 15 13 11 9 7 5 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Produktivitas (Ku/Ha) Gambar 16. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 1980-2013 4.2. NEGARA SENTRA LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERTINGGI DUNIA Lima negara dengan rata-rata luas panen terbesar di dunia, memberikan kontribusi sebesar 59,85% terhadap total luas panen kacang tanah di dunia dapat dilihat pada Gambar 17 dan Lampiran 17. Dua negara di Asia dengan rata-rata memiliki luas panen cukup tinggi yaitu India dan China masing masing sebesar 5,33 juta hektar dan 4,56 juta hektar. Kontribusi dari dua negara tersebut mendominasi hampir separuh total luas panen kacang tanah dunia. India merupakan negara dengan luas panen kacang tanah terbesar mencapai 21,43% dari luas panen kacang tanah di dunia. Sementara itu Indonesia menduduki urutan ke sembilan dengan total kontribusi sebesar 2,30% dari rata-rata total luas panen kacang tanah di dunia ( Gambar 17). Page 26

Rata-rata pertumbuhan per tahun luas panen pada negara produsen kacang tanah dunia, sebagian besar tumbuh positif atau terjadi peningkatan luas panen, kecuali di India, Senegal dan Indonesia yang mengalami penurunan sebesar minus 0,63%, 6,06% dan 4,23%. Pertumbuhan positif luas panen tertinggi terjadi di Sudan dengan rata-rata 24,53% per tahun, diikuti Tanzania dengan peningkatan 16,26% per tahun. (Lampiran 17). Lainnya; 40,15% India; 21,43; 21,43% China; 18,34; 18,34% Senegal; 3,70; 3,70% Sudan; 6,09; 6,09% Nigeria; 10,29; 10,29% Gambar 17. Rata-rata Kontribusi Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2009 2013 Komposisi negara produsen kacang tanah terbesar di dunia berbeda dengan komposisi negara yang memiliki luas panen kacang tanah terbesar di dunia. China menggeser kedudukan India pada posisi pertama sebagai negara penghasil kacang tanah dunia dengan rata-rata produksi kacang tanah sebesar 16,03 juta ton per tahun. Dengan tingkat produksi tersebut, China memberikan kontribusi sebesar 38,76% terhadap total produksi kacang tanah dunia. Sementara itu India berada di posisi kedua dengan rata-rata produksi kacang tanah sebesar 6,96 juta ton per tahun atau menyumbang 16,84% produksi kacang tanah dunia. Dari ke dua negara tersebut sudah mensuplay lebih dari separuh produksi kacang tanah dunia yaitu sebesar 55,60%. Pada urutan negara produsen dunia, Indonesia menduduki urutan ke enam dengan rata-rata produksi 1,29 juta ton atau mensuplay 3,13% produksi kacang tanah dunia. Urutan sebelum Indonesia diduduki oleh Myanmar dengan rata-rata Page 27

produksi sebesar 1,36 juta ton atau mensupport 3,29% produksi kacang tanah dunia ( Gambar 18 dan Lampiran 18 ). % Lainnya; 25,30% China, mainland 38,76% Indonesia 3,13% Myanmar 3,29% Amerika 4,92% Nigeria 7,76% India 16,84% Gambar 18. Rata-rata Produksi Kacang Tanah Dunia, 2009 2013 Pertumbuhan produksi di beberapa negara produsen menunjukan satu negara mengalami penurunan produksi pada kurun lima tahun (2009 2013) termasuk diantaranya Indonesia yaitu sebesar minus 0,34% per tahun. Sementara itu negara dengan rata-rata pertumbuhan produksi meningkat berturut-turut adalah India (26,42% per tahun), urutan selanjutnya Tanzania (23,74% per tahun), Sudan (23,67%) dan Argentina ( 15,77%) Selengkapnya pada Lampiran 18. Komposisi negara dengan rata-rata produktivitas per hektar tertinggi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19. Hanya satu negara produsen kacang tanah dunia yang dipengaruhi produktivitasnya di dunia, yaitu Amerika Serikat. Negara ini mempunyai hasil rata-rata per hektar 41,07 ku/ha, sementara Indonesia menduduki ranking ke 26 dengan rata-rata hasil per hektar kacang tanah sebesar 22,69 Ku/Ha ( Lampiran 19) Page 28

(ku/ha) Indonesia 22,69 China, mainland Spanyol Palestina Saudi Arabia Malaysia Amerika Lebanon Nicaragua Israel Cyprus 35,11 36,82 37,79 40,21 40,29 41,07 41,26 46,06 60,48 205,83 0 50 100 150 200 250 Gambar 19. Rata-rata Produktivitas Kacang Tanah Dunia, 2009 2013 4.3. PENYEDIAAN DAN KETERSEDIAAN PER KAPITA KACANG TANAH DI DUNIA Penyediaan kacang tanah dunia dalam wujud kacang tanah kupas periode tahun 2007-2011 terdapat di 10 negara dengan penyediaan tertinggi dan memberikan kontribusi sebesar 80,15% terhadap penyediaan kacang tanah dunia. China menduduki peringkat pertama dengan rata-rata penyediaan kacang tanah sebesar 4,43 juta ton kacang tanah selanjutnya Indonesia dan Amerika masing-masing dengan rata-rata penyediaan kacang tanah sebesar 993,50 ribu ton dan 954,37 ribu ton. Tujuh negara terbesar lainnya dengan rata-rata penyediaan kacang tanah mulai 155,33 ribu ton sampai dengan 386,32 ribu ton. Rata-rata pertumbuhan penyediaan kacang tanah pada 10 negara dengan penyediaan tertinggi periode tahun 2007-2011 hampir semua negara terjadi peningkatan. Dengan peningkatan tertinggi yaitu di negara Tanzania sebesar 33,52% per tahun. Sedangkan 2 negara terjadi penurunan pertumbuhan penyediaan kacang tanah yaitu Nigeria dan Burkina Faso, masing-masing dengan penurunan sebesar minus 3,41% per tahun dan minus 0,10% per tahun. (Lampiran 20). Page 29

China memberikan kontribusi terbesar terhadap penyediaan kacang tanah dunia yaitu sebesar 43,82%, selanjutnya pada urutan berikutnya yaitu Indonesia dan Amerika dengan kontribusi sebesar 9,84% dan 9,45%. Sedangkan tiga negara tertinggi lainnya dengan kontribusi mulai dari 2,36% sampai 3,82% terhadap penyediaan kacang tanah dunia. ( Gambar 20 ) ( % ) Indonesia 9,84% Amerika Serikat 9,45% India 3,82% Nigeria 3,84% Viet Nam 2,36% Lain-lain 26,87% China, mainland 43,82% Gambar 20. Rata-rata Kontribusi Penyediaan Kacang Tanah Dunia, Tahun 2007-2011 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) Ketersediaan kacang tanah per kapita terbesar di dunia pada periode tahun 2007-2011 didominasi oleh negara-negara di Afrika. Chad, sebuah negara di Afrika Tengah menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan ketersediaan per kapita kacang tanah tertinggi dengan rata-rata sebesar 13,78 kg/kap/th. Selanjutnya Burkina Faso, sebuah negara di Afrika Barat pada peringkat ke dua dengan rata-rata ketersediaan per kapita kacang tanah sebesar 10,98 kg/kap/th. Sedangkan 8 negara tertinggi lainnya dengan angka ketersediaan kacang tanah mulai dari 4,16 kg/kap/th sampai 7,96 kg/kap/th. Indonesia jika dibandingkan dengan negara lainnya, menduduki peringkat ke 11 di dunia dengan rata-rata ketersediaan kacang tanah sebesar 4,16 kg/kap/th ( Lampiran 21 dan Gambar 21). Page 30

Rata-rata ( Kg/Kap/Th ) Indonesia Gambia Malawi Ghana Vanuatu Benin Cameroon Niger Gabon Burkina Faso 4,16 4,49 4,98 5,76 6,47 6,64 6,85 6,90 7,96 10,98 13,78 Chad - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 Gambar 21. Rata-rata Ketersediaan Kacang Tanah Per Kapita di Dunia, 2007-2011 ( Kacang Tanah Tanpa Kulit ) 4.4. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KACANG TANAH DI DUNIA Harga produsen kacang tanah pada 10 negara tertinggi di dunia kurun waktu 2009-2013 menunjukkan sebagian besar mengalami peningkatan harga, yaitu dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,16 % per tahun. Negara dengan peningkatan harga produsen tertinggi adalah Bulgaria, yaitu naik 18,23% dan Ekuador dengan peningkatan 14,73% per tahun. Sedangkan 7 ( tujuh ) negara lainnya dengan kenaikan rata-rata pertumbuhan dari 0,46 % per tahun sampai dengan 9,69% per tahun. Sedangkan Jepang terjadi penurunan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,31% per tahun.(lampiran 22) Jepang merupakan negara yang memenuhi rata-rata harga produsen tertinggi untuk periode 2009-2013 dengan rata-rata sebesar 5,43 ribu US$/ton. Sedangkan 9 negara dengan rata-rata harga produsen tertinggi lainnya dengan kisaran harga sebesar 1,36 ribu US$/ton sampai dengan 5,16 ribu US$/ton. (Gambar 22). Page 31

Rata-rata (US$/ton) Ruanda Turki Inggris Ekuador Bulgaria Jamaika Suriname Cyprus Saint Vincent and the Grenadines Japan 1.358 1.257 1.455 1.538 1.624 2.086 2.320 2.891 5.162 5.426-1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 Gambar 22. Rata-Rata Harga Produsen Kacang Tanah Dunia, 2008-2012 4.5. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KACANG TANAH DUNIA Pertumbuhan ekspor impor dunia tahun 2008-2012 cenderung fluktuatif, baik pada periode 1980-2013 maupun 2008-2012. Rata-rata pertumbuhan keduanya mengalami kenaikan baik volume ekspor maupun volume impor, dengan kenaikan volume ekspor berturut-turut sebesar 3,45% per tahun dan 7,22% per tahun dan kenaikan volume impor berturut-turut 3,06% per tahun dan 1,81% per tahun. Namun jika dilihat dari neraca perdagangan baik periode 1980-2012 dan 2008-2012 keduanya mengalami deficit, berturut-turut sebesar 80,44 ribu ton dan 148,50 ribu ton. Nilai defisit pada periode 2008-2012 lebih besar dibanding pada periode 1980-2012 yaitu 263,27 ribu US$, sedangkan pada periode 1980-2012 defisit sebesar 134,23 ribu US$. (Gambar 23 dan Lampiran 23). Page 32

1.800.000 1.700.000 1.600.000 1.500.000 1.400.000 1.300.000 1.200.000 1.100.000 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Volume Import (ton) Volume Eksport (ton) Gambar 23. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kacang Tanah Dunia, 2008 2012 Menurut data FAO tahun 2008-2012 negara pengekspor kacang tanah terbesar dunia secara kumulatif memberikan kontribusi volume ekspor setengah dari total ekspor kacang tanah di dunia sebesar 60,23%. Tiga negara tersebut adalah India, Argentina dan Amerika, masing-masing dengan ratarata volume ekspor kacang tanah sebesar 478,40 ribu ton, 206,58 ribu ton dan 163,70 ribu ton, masing-masing memberikan kontribusi sebesar 33,95%, 14,66% dan 11,62% terhadap volume ekspor kacang tanah dunia (Lampiran 23 dan Gambar 23). Negara ke empat terbesar pengekspor kacang tanah dunia, yaitu Cina memberikan kontribusi sebesar 9,75%, sementara itu pada urutan ke lima yaitu Netherland, berkontribusi sebesar 3,70% terhadap volume ekspor kacang tanah dunia. (Gambar 24). Page 33

(%) India; 33,95 Argentina; 14,66 Amerika; 11,62 China, mainland; 9,75 Lainnya; 26,32 Netherlands; 3,70 Gambar 24. Rata-rata Kontribusi Volume Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2008 2012 Indonesia dengan rata-rata ekspor 343 ton, merupakan pengekspor kacang tanah di dunia pada urutan ke-46 dan memberikan sumbangan volume ekspor sebesar 0,02% terhadap total ekspor kacang tanah dunia (Lampiran 24). Sebagian besar negara eksportir kacang tanah mengalami peningkatan pertumbuhan volume ekspor yaitu Malawi, India, Netherlands, Argentina, Brazil dan Vietnam. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor terbesar terjadi di Malawi dengan rata-rata peningkatan sebesar 67,76 % per tahun, selanjutnya India dengan peningkatan sebesar 28,25% per tahun, dan Netherlands dengan peningkatan sebesar 14,52% per tahun sementara pertumbuhan terendah di Vietnam sebesar 4,49% per tahun. Negara eksportir yang mengalami penurunan volume ekspor yaitu China, Amerika, Arab dan Nicaragua. Penurunan ekspor antara minus 0,28% sampai dengan minus 10,57% per tahun. (Lampiran 24). Berbeda pada keragaan impor dunia, volume impor dari 6 (enam) negara importir kacang tanah dunia memberikan kontribusi sebesar 50,40% dari total volume impor dunia selama kurun waktu 2008-2012. Netherlands memberikan kontribusi tertinggi pada volume impor dunia yaitu sebesar 18,69%,selanjutnya Indonesia merupakan negara pengimpor kacang tanah terbesar ke dua dengan kontribusi volume impor 8,33% dari total volume impor dunia sedangkan empat negara terbesar pengimpor lainnya memberikan kontribusi berkisar Page 34

antara 5,37% sampai 6,68% terhadap volume impor dunia. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 25. Pertumbuhan rata-rata di sepuluh negara pengimpor terbesar ini, hampir semuanya mengalami penurunan cukup besar pada lima tahun terakhir. Sedangkan negara dengan rata-rata per tahun peningkatan tertinggi adalah Meksiko sebesar 8,40% per tahun, dan Jerman 5,01% per tahun. Indonesia mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan volume impor sebesar minus 3,36% per tahun. (Lampiran 25). (%) Meksiko; 6,68 Indonesia; 8,33 Rusia; 5,85 Inggris; 5,47 Jerman; 5,37 Lainnya; 49,60 Netherlands; 18,69 Gambar 25. Rata-rata Kontribusi Volume Impor Kacang Tanah Dunia, 2009 2013 Volume impor kacang tanah di Indonesia kurun waktu 2008-2012 cenderung fluktuatif. Impor tertinggi pada tahun 2008 sebesar 139,88 ribu ton dan terendah pada tahun 2011 yaitu 120,72 ribu ton. Impor kacang tanah Indonesia rata-rata sebesar 129,74 ribu ton. Indonesia dibandingkan dengan negara pengimpor lainnya yaitu Thailand dan Malaysia pada rata-rata impornya selama lima tahun terahir masing-masing negara tersebut hanya mengimpor kurang dari setengah dari impor Indonesia yaitu dibawah 48 ribu ton ( Lampiran 25). Bila dilihat nilai ekspor dari 4 (empat) negara eksportir kacang tanah dunia yang memberikan kontribusi sebesar 69,52 % dari total nilai ekspor dunia selama kurun waktu 2008-2012, maka India dan Argentina memberikan kontribusi tertinggi pada nilai ekspor dunia yaitu sebesar 32,02 % dan 14,62% Page 35

dari total nilai ekspor dunia sedangkan negara terbesar pengekspor lainnya berkisar 11%. Data secara rinci dapat dilihat pada Gambar 26. Pertumbuhan rata-rata di sepuluh negara pengekspor terbesar ini, hampir semuanya meningkat cukup besar pada periode 2008-2012. Rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah Mesir sebesar 306,59% per tahun, Malawi 184,96% per tahun, India 43,60%. Sedangkan 5 negara pengekspor tertinggi lainnya dengan pertumbuhan antara 15,05% per tahun sampai dengan 24,91% per tahun. Akan tetapi ada 2 negara yang mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan yaitu Amerika dan China, mainland yaitu sebesar minus 1,61% per tahun dan minus 1,56% per tahun (Lampiran 26). (%) Netherlands; 11,70 China, mainland; 11,17 Argentina; 14,62 Lainnya; 30,48 India; 32,02 Gambar 26. Rata-rata Kontribusi Nilai Ekspor Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 Rata-rata nilai ekspor kacang tanah kurun waktu 2008-2012 pada 10 negara pengekspor tertinggi diatas 100 juta $ yaitu India, Argentina, Netherlands, China mainland, dan Amerika dengan rata-rata nilai ekspor antara 182,46 juta $, sampai 554,93 juta $. Sedangkan 5 negara pengekspor tertinggi lainnya dengan rata-rata nilai ekspor dari 14,95 juta $ sampai dengan 89,20 juta $. (Lampiran 26). Nilai impor dari 6 ( enam ) negara importir kacang tanah terbesar dunia memberikan kontribusi sebesar 54,38 % dari total nilai impor dunia selama kurun waktu 2008-2012. Hanya Netherlands yang memberikan kontribusi Page 36

tertinggi pada nilai impor dunia yaitu sebesar 21,81 % dari total nilai impor dunia sedangkan negara terbesar pengimpor lainnya memberikan kontribusi di bawah 8% dari total nilai impor kacang tanah dunia. Dalam hal ini termasuk Indonesia, memberikan kontribusi sebesar 6,15% terhadap nilai impor kacang tanah dunia. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 27. Pertumbuhan rata-rata nilai impor pada periode 2008-2012 di sepuluh negara pengimpor terbesar hampir semua negara dengan rata-rata pertumbuhan nilai impor yang cukup besar. Negara importir dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi yaitu Indonesia sebesar 22,28% per tahun dan selanjutnya negara importir tertinggi lainnya dengan pertumbuhan di bawah 18% per tahun. Indonesia yang memiliki rata-rata pertumbuhan nilai impor paling tinggi yaitu 22,28% per tahun. Hal ini sejalan dengan rata-rata pertumbuhan produksi kacang tanah pada kurun waktu yang sama dimana nilai pertumbuhannya negatif, artinya pada kurun waktu 2008-2012 mengalami penurunan produksi kacang tanah. (Lampiran 27). Lainnya 45,62% Netherlands 21,81% Mexico 7,25% United Kingdom 6,07% Indonesia 6,15% Germany 6,50% Rusia 6,59% Gambar 27. Rata-rata Kontribusi Nilai Impor Kacang Tanah Dunia, 2008-2012 Rata-rata nilai impor kacang tanah kurun waktu 2008-2012 pada 10 negara pengimpor tertinggi hampir seluruhnya diatas nilai 100 juta US$ yaitu Netherlands, Mexico, Rusia, Jerman, Indonesia, Inggris dan Kanada dengan Page 37

rata-rata nilai impor sebesar 435,49 juta $, 144,75 juta $, 131,57 juta $, 129,86 juta $, 122,71 juta $, 121,24 juta $, dan 109,30 juta $. Sedangkan 3 negara importir tertinggi lainnya dengan rata-rata nilai impor di bawah 54 juta $. (Lampiran 27). Page 38

BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1 PENAWARAN Untuk menghitung produksi kacang tanah diperoleh melalui pendekatan hasil kali antara luas panen dengan produktivitas. Untuk menduga proyeksi produksi tersebut maka dilakukan proyeksi terhadap luas panen dan produktivitas. Data series yang dibutuhkan adalah data luas panen dan produktivitas kacang tanah per tahun. Hasil analisis dengan metode persamaan simultan model análisis suplay demand menunjukkan bahwa luas panen kacang tanah dipengaruhi oleh luas panen kacang tanah tahun sebelumnya, harga riil kacang tanah tahun sebelumnya, harga riil Jagung tahun sebelumnya, dan harga riil kedelai tahun sebelumnya, sedangkan produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh harga riil urea tahun sebelumnya, Teknologi dan Dummy program SL-PTT. Persamaan pada Blok Suplai Model Analisis Suplai Demand Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e 0 + e 1 LPKC(t-1) + e 2 HRKC(t-1) + e 3 HRJ(t-1) + e 4 HRK(t-1) + µ 5 LPKC = 281.370+ 0,623 LPKC(t-1) + 7,614HRKC(t-1) - 41,375HRJ(t-1) 0,050HRK(t-1) Dimana : LPKC = Luas Panen Kacang Tanah LPKC(t-1) = Luas Panen Kacang Tanah tahun ke-(t-1) HRKC(t-1) = Harga Riil Kacang Tanah tahun ke-(t-1) HRJ(t-1) = Harga Riil Jagung tahun ke-(t-1) HRK(t-1) = Harga Riil Kedelai tahun ke-(t-1) Koefisien determinasi dari fungsi respon diperoleh sebesar 80,68% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Page 39

Produktivitas Kacang Tanah YKC = j 0 + j 1 HRUREA(t-1) + j 2 TEK + j 3 DSLPTT +µ 10 YKC = 9,917+ 0,001 HRUREA(t-1) + 0,049TEK + 0,166 DSLPTT Dimana : YKC = Produktivitas Kacang Tanah HRUREA(t-1) = Harga Riil Urea tahun ke-(t-1) TEK = Teknologi DSLPTT = Dummy Program SLPTT Koefisien determinasi dari fungsi respon diperoleh sebesar 83,89% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Persamaan pada Blok Demand Model Analisis Suplai Demand Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 LPDB + s2 IHK + s3 LKONSKC(t-1) + µ12 KONSKC = 5,429 (8,15E-6) LPDB -0,004IHK + 0,166KONSKC (t-1) Dimana : KONSKC = Konsumsi Kacang Tanah LPDB = Ln dari Produk Domestik Bruto IHK = Indeks Harga Konsumen KONSKC(t-1) = Konsumsi Kacang Tanah tahun ke-(t-1) Koefisien determinasi dari fungsi respon diperoleh sebesar 90,97% dan selebihnya dipengaruhi oleh peubah yang tidak digunakan dalam model Hasil proyeksi Luas panen tahun 2016 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 0,01% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi 489,56 ribu hektar, pada tahun 2017 diperkirakan terjadi penurunan luas panen sebesar 0,97%, juga pada tahun 2018 diperkirakan terjadi penurunan luas panen sebesar 1,24%. Tahun 2019 masih diperkirakan terjadi penurunan sebesar 1,61%. Selama periode 2016-2019 rata-rata pertumbuhan luas panen kacang tanah diperkirakan turun 0,95%. Sementara itu produktivitas kacang tanah pada tahun 2016 diperkirakan mengalami peningkatan dari tahun Page 40

sebelumnya menjadi 13,58 ku/ha atau naik 1,11%. Tahun 2017 kembali meningkat sebesar 1,39%, dan tahun 2018 kembali meningkat sebesar 1,21%, begitu juga pada tahun 2019 kembali terjadi peningkatan produktivitas sebesar 1,28%. Peningkatan angka produktivitas kacang tanah ini diharapkan mampu meningkatkan angka produksi kacang tanah tahun 2016. Produksi kacang tanah diperkirakan pada tahun 2016 sebesar 664,76 ribu ton atau meningkat sebesar 1,09%, di tahun 2017 produksi meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas yaitu menjadi 667,47 ribu ton atau meningkat sebesar 0,41%, namun pada tahun 2018 produksi menurun seiring dengan menurunnya luas panen yaitu menjadi 667,16 ribu ton atau menurun sebesar minus 0,05%. Tahun 2019 kembali terjadi penurunan produksi menjadi 664,83 ribu ton atau turun sebesar 0,35% per tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi tahun 2016-2019 yaitu 0,28% per tahun (Tabel 5.1.). Tabel 5.1. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2015 2019 Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) 2015 1 ) 489.509 13,43 657.595 2016 2 ) 489.560 13,58 664.760 2017 2 ) 484.829 13,77 667.465 2018 2 ) 478.807 13,93 667.161 2019 2 ) 471.098 14,11 664.828 Rata-rata 482.761 13,76 664.362 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Ramalan I 2) : Angka Proyeksi Page 41

5.2. PERMINTAAN Analisis permintaan kacang tanah didekati dengan perhitungan total permintaan, yaitu permintaan kacang tanah dihitung dari ketersediaan per kapita per tahun yang diambil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) dikalikan data jumlah penduduk yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS). Ketersediaan perkapita yang dimaksud adalah besarnya penggunaan kacang tanah di tingkat rumah tangga maupun yang digunakan di dalam industri makanan, seperti penggunaan kacang tanah untuk sambal juga olahan kacang tanah hasil industri pabrikan seperti kacang atom, kacang kulit berbagai rasa, kacang kulit panggang pasir. Proyeksi ketersediaan per kapita dilakukan dengan metode analisis trend sementara proyeksi jumlah penduduk diambil dari data prediksi Pusdatin. Hasil proyeksi permintaan tersaji pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Proyeksi Permintaan Kacang Tanah di Indonesia, 2015-2019 Ketersediaan Pertumbuhan Jumah Pertumbuhan Proyeksi Pertumbuhan Tahun Perkapita (%) Penduduk (%) Permintaan (%) (Kg/Kapita/Th) (000 Orang) kacang Tanah (Ton) 2015 1) 2,63 255.462 671.864 2016 2) 2,61 2017 2) 2,58 2018 2) 2,54 2019 2) 2,50-0,74 258.705 1,27 675.328 0,52-1,20 261.891 1,23 675.414 0,01-1,51 265.015 1,19 673.140-0,34-1,73 267.974 1,12 668.914-0,63 Rata-rata (%/th) 2,57-1,30 261.809 1,20 672.932-0,11 Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Ramalan I 2) : Angka Proyeksi Konsumsi kacang tanah antara tahun 2015 sampai tahun 2019 dengan memperhitungkan pertumbuhan jumlah penduduk, maka konsumsi kacang tanah diperkirakan akan mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,11% per tahun atau rata-rata konsumsi sebesar 672,93 ribu ton per tahun. Sementara itu untuk konsumsi per kapita mengalami penurunan dengan laju rata-rata Page 42

1,30% per tahun atau rata-rata per kapita sebesar 2,57 kilogram per kapita per tahun (Tabel 5.2). 5.3. NERACA Neraca penawaran dan permintaan kacang tanah di Indonesia pada periode tahun 2015-2019 diperkirakan masih akan kekurangan kacang tanah untuk pemenuhan kebutuhan nasional dari produksinya. Laju kenaikan ratarata nilai defisit ini diperkirakan sebesar 1,88% per tahunnya, sehingga diperkirakan Indonesia masih cenderung bergantung dari impor kacang tanah dari negara lain. Pada tahun 2016 diperkirakan akan terjadi defisit kacang tanah sebesar minus 120,32 ribu ton, tahun 2017 diperkirakan masih akan defisit kacang tanah sebesar minus 118,15 ribu ton, tahun 2018 diperkirakan juga masih akan terjadi defisit kacang tanah sebesar minus 116,13 ribu ton dan tahun 2019 diperkirakan juga masih akan terjadi defisit kacang tanah sebesar minus 113,85 ribu ton. (Tabel 5.3). Tabel 5.3. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Kacang Tanah, Tahun 2015 2019 Tahun Penawaran Permintaan Surplus/Defisit (Ton) 2015 1) 657.595 780.433-122.838 2016 2) 664.760 785.080-120.320 2017 2) 667.465 785.613-118.148 2018 2) 667.161 783.288-116.127 2019 2) 664.828 778.677-113.849 Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM), BKP diolah Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Sementara 2) : Angka Proyeksi Page 43

Hasil proyeksi permintaan kacang tanah disajikan pada Tabel 5.4., dimana pada tahun 2016 Suplai/Produksi kacang tanah diproyeksikan akan meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 664,76 ribu ton sementara hasil proyeksi permintaan kacang tanah adalah sebesar 785,08 ribu ton. Penggunaan kacang tanah meliputi tercecer 33,24 ribu ton, bibit 19,94 ribu ton, diolah untuk makanan 56,57 ribu ton, dan konsumsi langsung sebesar 675,33 ribu ton. Sehingga diperkirakan, kacang tanah masih akan mengalami defisit sebesar 120,32 ribu ton. Untuk tahun 2017 berdasarkan data hasil proyeksi penawaran untuk kacang tanah mengalami peningkatan menjadi 667,47 ribu ton dan untuk permintaannya sebesar 785,61 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 675,41 ribu ton, tercecer 33,37 ribu ton, bibit 20,02 ribu ton dan olahan makanan 56,80 ribu ton maka pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 118,15 ribu ton. Pada tahun 2018 diperkirakan proyeksi penawaran untuk kacang tanah turun menjadi 667,16 ribu ton dan untuk permintaannya sebesar 783,29 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 673,14 ribu ton, tercecer 33,36 ribu ton, bibit 20,02 ribu ton dan olahan makanan 56,78 ribu ton maka pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 116,13 ribu ton. Adapun pada tahun 2019 berdasarkan data hasil proyeksi penawaran untuk kacang tanah diperkirakan turun menjadi 664,83 ribu ton dan untuk permintaannya sebesar 778,68 ribu ton yang merupakan penggunaan dari konsumsi langsung sebesar 668,91 ribu ton, tercecer 33,24 ribu ton, bibit 19,95 ribu ton dan diolah untuk makanan 56,58 ribu ton, Dengan demikian pada tahun tersebut masih akan mengalami defisit sebesar 113,85 ribu ton. Page 44

Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Kacang Tanah, Tahun 2015 2019 Tahun Suplai/ Produksi *) Tercecer Bibit Kebutuhan Diolah untuk makanan Konsumsi Langsung Surplus/ Defisit 2015 1) 657.595 32.880 19.728 55.961 671.864-122.838 2016 2) 664.760 33.238 19.943 56.571 675.328-120.320 2017 2) 667.465 33.373 20.024 56.801 675.414-118.148 2018 2) 667.161 33.358 20.015 56.775 673.140-116.127 2019 2) 664.828 33.241 19.945 56.577 668.914-113.849 (Ton) Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM), BKP diolah Pusdatin Keterangan : 1 ) : Angka Sementara 2) : Angka Proyeksi Berdasarkan hasil proyeksi permintaan kacang tanah dari tahun 2015 sampai tahun 2019 menunjukan laju pertumbuhan minus 0,06% per tahun. Nilai ini jika dibandingkan dengan proyeksi penawaran / produksi kacang tanah pada kurun waktu yang sama diperkirakan naik rata-rata 0,28% per tahun. Rata rata laju pertumbuhan permintaan kacang tanah per tahun selama periode 5 tahun terjadi penurunan, namun laju penawaran terjadi kenaikan. Artinya belum dapat diimbangi oleh laju produksi dalam negeri. Oleh karena itu produktivitas kacang tanah perlu ditingkatkan sehingga diharapkan akan meningkatkan produksi kacang tanah dan mampu memenuhi permintaan kacang tanah dalam negeri. Page 45

Page 46

BAB VI. KESIMPULAN Kacang tanah merupakan komoditas yang bernilai strategis untuk memenuhi gizi protein nabati maupun meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada kurun waktu 5 tahun terakhir produksi kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bila dilihat kontribusi antara luas panen dan produktivitas terhadap produksi, ternyata produksi lebih dipengaruhi oleh produktivitas dibandingkan dengan luas panen. Rata-rata pertumbuhan angka produksi kacang tanah di Jawa dibandingkan dengan luar Jawa pada 5 tahun terakhir, menunjukkan ratarata pertumbuhan produksi kacang tanah di Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa. Begitu juga untuk rata-rata pertumbuhan luas panen dan produktivitas, di Jawa lebih tinggi dibandingkan luar Jawa. Ketersediaan kacang tanah per kapita pada 5 tahun terakhir (2011-2015), terjadi penurunan sebesar 3,57% per tahun, begitu juga setelah diproyeksikan rata-rata pertumbuhan ketersediaan kacang tanah kurun waktu tahun 2015-2019 juga terjadi penurunan sebesar 1,30% per tahun. Proyeksi permintaan kacang tanah turun sebesar 0,06% per tahun. Proyeksi penawaran dalam hal ini produksi kacang tanah naik sebesar 0,28% per tahun. Walaupun laju penawaran diproyeksikan naik namun belum bisa mengimbangi laju permintaan pertahun kacang tanah sehingga diperkirakan pada tahun 2016 sampai dengan 2019 Indonesia masih membutuhkan impor kacang tanah. Page 47

Page 48

LAMPIRAN Page 49

Page 50

Lampiran 1. Tahun Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2015 Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. 1980 363.687 5,56 142.714 10,87 506.401 7,01 1981 361.347-0,64 146.611 2,73 507.958 0,31 1982 331.282-8,32 130.055-11,29 461.337-9,18 1983 340.138 2,67 140.374 7,93 480.512 4,16 1984 370.396 8,90 167.195 19,11 537.591 11,88 1985 336.828-9,06 173.209 3,60 510.037-5,13 1986 393.865 16,93 207.396 19,74 601.261 17,89 1987 341.547-13,28 209.207 0,87 550.754-8,40 1988 372.345 9,02 235.257 12,45 607.602 10,32 1989 409.064 9,86 211.753-9,99 620.817 2,17 1990 420.231 2,73 214.783 1,43 635.014 2,29 1991 403.012-4,10 225.244 4,87 628.256-1,06 1992 467.228 15,93 252.475 12,09 719.703 14,56 1993 395.439-15,36 228.850-9,36 624.289-13,26 1994 396.033 0,15 246.965 7,92 642.998 3,00 1995 428.092 8,10 311.213 26,02 739.305 14,98 1996 421.617-1,51 267.291-14,11 688.908-6,82 1997 400.327-5,05 227.815-14,77 628.142-8,82 1998 423.132 5,70 227.966 0,07 651.098 3,65 1999 422.866-0,06 202.114-11,34 624.980-4,01 2000 465.828 10,16 217.726 7,72 683.554 9,37 2001 450.704-3,25 204.134-6,24 654.838-4,20 2002 444.959-1,27 201.994-1,05 646.953-1,20 2003 449.328 0,98 234.209 15,95 683.537 5,65 2004 486.354 8,24 237.080 1,23 723.434 5,84 2005 490.440 0,84 230.086-2,95 720.526-0,40 2006 480.900-1,95 225.853-1,84 706.753-1,91 2007 450.756-6,27 209.724-7,14 660.480-6,55 2008 436.213-3,23 197.709-5,73 633.922-4,02 2009 441.752 1,27 180.864-8,52 622.616-1,78 2010 432.667-2,06 187.896 3,89 620.563-0,33 2011 378.420-12,54 162.069-13,75 540.489-12,90 2012 394.214 4,17 165.324 2,01 559.538 3,52 2013 371.770-5,69 147.286-10,91 519.056-7,23 2014 357.355-3,88 141.983-3,60 499.338-3,80 2015*) 358.987 0,46 130.522-8,07 489.509-1,97 1980-2015 408.031 0,39 201.193 0,55 609.224 0,38 2011-2015 372.149-3,50 149.437-6,86 521.586-4,48 Kontribusi (%) 71,35 28,65 Luas Panen (Ha) Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) ARAM I 2015 Page 51

Lampiran 2. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2015 Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Jawa Pertumb. Luar Pertumb. Indonesia Pertumb. 1980 8,77 0,64 8,36 5,37 9,28 3,46 1981 9,08 3,63 8,76 4,80 9,34 0,65 1982 9,17 0,97 8,81 0,56 9,47 1,39 1983 9,27 1,07 9,44 7,07 9,58 1,16 1984 9,71 4,75 9,90 4,95 9,95 3,86 1985 10,23 5,33 9,98 0,73 10,35 4,02 1986 10,23-0,02 11,22 12,44 10,68 3,19 1987 9,34-8,68 10,10-9,93 9,68-9,36 1988 9,45 1,24 9,95-1,48 9,70 0,21 1989 10,19 7,81 9,56-3,92 9,98 2,89 1990 10,10-0,90 9,76 2,05 10,24 2,61 1991 10,63 5,25 9,93 1,74 10,38 1,37 1992 10,49-1,28 9,86-0,70 10,27-1,06 1993 10,38-1,07 10,08 2,21 10,23-0,39 1994 9,94-4,28 9,60-4,74 9,83-3,91 1995 10,17 2,33 10,44 8,75 10,28 4,58 1996 10,68 5,01 10,75 2,97 10,71 4,18 1997 11,00 3,00 10,88 1,21 10,96 2,33 1998 10,26-6,76 10,40-4,40 10,63-3,01 1999 10,35 0,96 10,01-3,79 10,55-0,75 2000 10,58 2,20 10,12 1,09 10,77 2,09 2001 10,82 2,25 10,87 7,45 10,84 0,65 2002 11,10 2,59 10,91 0,37 11,10 2,40 2003 11,07-0,27 10,50-3,73 11,49 3,51 2004 11,70 5,69 11,32 7,78 11,58 0,78 2005 11,69-0,09 11,42 0,88 11,61 0,26 2006 11,95 2,23 11,66 2,12 11,86 2,15 2007 11,93-0,20 11,99 2,82 11,95 0,76 2008 12,19 2,20 12,05 0,50 12,15 1,67 2009 12,54 2,87 12,38 2,74 12,49 2,80 2010 12,65 0,88 12,34-0,32 12,56 0,56 2011 12,52-1,03 12,53 1,54 12,52-0,32 2012 12,72 1,60 12,38-1,20 12,62 0,80 2013 11,53-9,39 12,18-1,62 13,52 7,13 2014 13,00 12,80 12,27 0,74 12,79-5,40 2015*) 13,83 6,38 12,34 0,57 13,43 5,00 1980-2015 10,87 1,38 10,70 1,32 10,98 1,17 2011-2015 12,72 2,07 12,34 0,01 12,98 1,44 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) ARAM I 2015 Page 52

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Di Indonesia, Tahun 1980-2015 Tahun Produksi (Ton) Jawa Pertumb. Luar Jawa Pertumb. Indonesia Pertumb. 1980 329.087 6,83 140.721 20,97 469.808 10,71 1981 334.906 1,77 139.685-0,74 474.591 1,02 1982 309.994-7,44 126.828-9,20 436.822-7,96 1983 320.355 3,34 140.066 10,44 460.421 5,40 1984 359.815 12,32 175.000 24,94 534.815 16,16 1985 343.575-4,51 184.277 5,30 527.852-1,30 1986 398.894 16,10 242.984 31,86 641.878 21,60 1987 315.518-20,90 217.588-10,45 533.106-16,95 1988 352.898 11,85 236.367 8,63 589.265 10,53 1989 415.980 17,88 203.605-13,86 619.585 5,15 1990 440.910 5,99 209.650 2,97 650.560 5,00 1991 428.485-2,82 223.634 6,67 652.119 0,24 1992 490.130 14,39 248.920 11,31 739.050 13,33 1993 405.220-17,32 233.488-6,20 638.708-13,58 1994 387.474-4,38 244.497 4,72 631.971-1,05 1995 435.236 12,33 324.912 32,89 760.148 20,28 1996 450.397 3,48 287.418-11,54 737.815-2,94 1997 440.529-2,19 247.816-13,78 688.345-6,70 1998 446.063 1,26 246.294-0,61 687.688-0,10 1999 444.156-0,43 215.430-12,53 659.586-4,09 2000 503.932 13,46 232.585 7,96 736.517 11,66 2001 487.803-3,20 221.967-4,57 709.770-3,63 2002 497.636 2,02 220.435-0,69 718.071 1,17 2003 516.945 3,88 268.581 21,84 785.526 9,39 2004 569.189 10,11 268.306-0,10 837.495 6,62 2005 573.516 0,76 262.779-2,06 836.295-0,14 2006 574.714 0,21 263.382 0,23 838.096 0,22 2007 537.619-6,45 251.470-4,52 789.089-5,85 2008 531.818-1,08 238.236-5,26 770.054-2,41 2009 554.042 4,18 223.846-6,04 777.888 1,02 2010 547.358-1,21 231.843 3,57 779.228 0,17 2011 473.755-13,45 203.144-12,38 676.899-13,13 2012 503.127 6,20 205.936 1,37 709.063 4,75 2013 511.218 1,61 190.462-7,51 701.680-1,04 2014 464.739-9,09 174.157-8,56 638.896-8,95 2015*) 496.580 6,85 161.015-7,55 657.595 2,93 1980-2015 449.823 1,73 219.648 1,60 669.342 1,60 2011-2015 489.884-1,58 186.943-6,93 676.827-3,09 Kontribusi (%) 72,38 27,62 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) ARAM I 2015 Page 53

Lampiran 4. Perkembangan Luas Panen di Provinsi Sentra Kacang Tanah, 2011-2015 No. Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015*) 1 Jawa Timur 164.921 163.513 150.017 139.893 142.129 152.095 29,17 29,17-3,74 2 Jawa Tengah 94.662 105.679 92.454 91.862 87.996 94.531 18,13 47,30-5,31 3 DI Yogyakarta 59.533 60.725 65.680 67.532 71.380 64.970 12,46 59,76 3,99 4 Jawa Barat 48.641 53.569 54.346 50.007 48.387 50.990 9,78 69,54-5,60 5 Nusa Tenggara Barat 26.319 25.508 30.772 26.458 23.603 26.532 5,09 74,63-0,43 6 Sulawesi Selatan 15.192 23.351 18.812 24.459 22.674 20.898 4,01 78,64 1,35 7 Nusa Tenggara Timur 19.395 19.694 13.880 14.046 12.682 15.939 3,06 81,70-3,89 8 Banten 10.075 10.727 9.273 8.061 9.095 9.446 1,81 83,51-6,93 9 Sumatera Utara 10.773 10.154 9.377 8.311 8.286 9.380 1,80 85,31-10,17 10 Kalimantan Selatan 10.073 10.162 9.148 9.744 7.737 9.373 1,80 87,11-8,22 Provinsi Lainnya 79.875 76.456 65.297 58.965 55.540 67.227 12,89 100,00-8,92 Indonesia Tahun Rata-rata (Ha) 539.459 559.538 519.056 499.338 489.509 521.380 Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuh an (%) Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan *) Angka Ramalan I Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2011-2015 No. Provinsi Tahun 2011 2012 2013 2014 2015*) Rata-rata (Ku/Ha) Rata-rata Pertumbuh an (%) 1 Sulawesi Tengah 16,52 15,44 18,39 15,60 14,56 16,10-1,96 2 Jawa Barat 15,15 14,29 16,85 14,76 17,08 15,63 3,88 3 Sumatera Barat 15,09 14,07 15,40 13,62 14,67 14,57 3,74 4 Nusa Tenggara Barat 14,42 15,25 13,61 12,96 15,09 14,27 2,79 5 Sulawesi Selatan 16,33 11,73 15,10 14,09 12,79 14,01 0,73 6 Jawa Timur 12,82 13,07 13,86 13,47 14,34 13,51 3,62 7 Jawa Tengah 12,92 13,60 13,85 13,08 13,76 13,44 0,52 8 Sulawesi Utara 13,10 13,11 13,12 13,35 13,47 13,23 0,53 9 Sulawesi Barat 14,09 13,51 12,24 13,35 12,64 13,17-1,90 10 Jambi 12,78 12,76 13,03 12,83 13,11 12,90 1,58 Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan *) Angka Ramalan I 12,81 12,74 13,52 12,79 13,43 13,06 Page 54

Lampiran 6. Perkembangan Produksi Kacang Tanah di Provinsi Sentra, 2011-2015. No. Provinsi Tahun 2011 2012 2013 2014 2015*) Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Jawa Timur 211.416 213.792 207.971 188.491 203.787 205.091 30,14 30,14-0,22 2 Jawa Tengah 122.306 143.687 128.030 120.158 121.068 127.050 18,67 48,81-4,59 3 Jawa Barat 73.705 76.574 91.573 73.808 82.651 79.662 11,71 60,52-1,91 4 DI Yogyakarta 64.084 62.901 70.834 71.582 76.075 69.095 10,15 70,67 5,37 5 Nusa Tenggara Barat 37.965 38.890 41.889 34.284 35.610 37.728 5,54 76,22 1,73 6 Sulawesi Selatan 24.808 27.402 28.408 34.464 29.008 28.818 4,24 80,45-4,24 7 Banten 12.246 11.691 12.810 10.700 12.999 12.089 1,78 82,23-5,97 8 Nusa Tenggara Timur 23.685 21.563 16.056 14.886 11.728 17.584 2,58 84,81-9,00 9 Kalimantan Selatan 12.181 12.377 11.238 11.835 9.877 11.502 1,69 86,50-6,90 10 Sumatera Utara 11.093 12.074 11.351 9.777 9.516 10.762 1,58 88,08-9,25 Provinsi Lainnya 97.800 91.906 81.520 68.911 65.276 81.083 11,92 100,00-9,04 Indonesia 691.289 712.857 701.680 638.896 657.595 680.463 Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan *) Angka Ramalan I Lampiran 7. Perkembangan Konsumsi Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, 2006-2014 Tahun Konsumsi Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Tengah Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) 2006 0,37 222.051 81.049 2007 0,47 224.905 105.545 2008 0,37 227.779 83.139 2009 0,37 230.633 84.181 2010 0,42 238.519 99.496 2011 0,26 241.991 63.090 2012 0,21 245.425 51.189 2013 0,21 248.818 51.896 2014 0,21 252.165 54.137 Rata-rata 2006-2014 Rata-rata 2010-2014 0,32 236.921 74.084 0,26 245.384 63.962 Sumber : SUSENAS Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit Page 55

Lampiran 8. Konsumsi Nasional Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan SUSENAS, Tahun 2006-2014 Tahun Konsumsi Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Akhir Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) Pertumb. (%) 2006 0,37 222.051 81.049 2007 0,47 224.905 105.545 30,22 2008 0,37 227.779 83.139-21,23 2009 0,37 230.633 84.181 1,25 2010 0,42 238.519 99.496 18,19 2011 0,26 241.991 63.090-36,59 2012 0,21 245.425 51.189-18,86 2013 0,21 248.818 51.896 1,38 2014 0,21 252.165 54.137 4,32 Rata-rata 2006-2014 Rata-rata 2010-2014 0,32 236.921 74.084-2,66 0,26 245.384 63.962-6,31 Sumber : SUSENAS Keterangan : Wujud Kacang Tanah Tanpa Kulit Page 56

Lampiran 9. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, 1993-2015 Tahun Ketersediaan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Juml.Penduduk Akhir Tahun (000 org) Total Konsumsi Rumah Tangga (Ton) 1993 3,54 189.135 669.538 1994 3,49 0 1995 3,98 0 1996 3,88 198.320 769.482 1997 3,66 0 1998 3,21 0 1999 3,34 0 2000 3,65 205.132 748.732 2001 3,28 207.928 682.002 2002 3,06 210.736 644.853 2003 3,20 213.551 683.362 2004 3,29 216.382 711.895 2005 3,30 219.205 723.376 2006 3,38 222.051 750.533 2007 3,30 224.905 742.186 2008 3,33 227.779 758.504 2009 3,29 230.633 758.782 2010 3,17 238.519 756.105 2011 2,81 241.991 679.994 2012 2,83 245.425 695.677 2013*) 2,82 248.818 700.453 2014 1) 2,71 252.165 684.122 2015 1) 2,63 255.462 671.864 Sumber : Neraca Bahan Makanan, diolah oleh Pusdatin *) Angka Sementara 1 ) Angka Proyeksi Pusdatin Page 57

Lampiran 10. Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Tanah di Indonesia Berdasarkan Neraca Bahan Makanan, Tahun 1993-2015 Tahun Penyediaan dalam negeri Bibit (Lepas Kulit) Makanan (Lepas Kulit) Diolah Non Makanan (Lepas Kulit) Total Olah Tercecer (Lepas Kulit) Dimakan/ Bahan Makanan (Lepas Kulit) Total Penggu naan Ketersediaan Per Kapita (Kg/kap/th) (000 Ton) Jumlah Penduduk Tengah Tahun (000 orang) 1993 747 34 4 8 12 37 664 747 3,54 189.135 1994 783 37 3,5 41 44,5 39 666 786,5 3,49 0 1995 909 38 3 53 56 45 770 909 3,98 0 1996 900 31 35 26 61 45 763 900 3,88 198.320 1997 859 29 46 9 55 43 732 859 3,66 0 1998 731 26 10 7 17 37 651 731 3,21 0 1999 763 26 22 7 29 38 677 770 3,34 0 2000 848 28 27 35 62 42 751 883 3,65 205.132 2001 808 44 39 34 73 40 685 842 3,28 207.928 2002 832 39 71 35 106 42 646 833 3,06 210.736 2003 881 41 75 37 112 44,03 684 881 3,2 213.551 2004 902 30 77 38 115 45 712 902 3,29 216.382 2005 917 30 78 38 116 46 725 917 3,3 219.205 2006 901 27 77 0 77 45 752 901 3,38 222.051 2007 892 27 76 0 76 45 744 892 3,3 224.905 2008 909 26 77 0 77 45 761 909 3,33 227.779 2009 910 25 77-77 45 761 908 3,29 230.633 2010 914 24 78-78 46 766 914 3,17 238.519 2011 811 23 69-69 41 679 811 2,81 241.991 2012 831 23 71 0 71 42 696 831 2,83 245.425 2013*) 823 21 70 0 70 41 691 823 2,82 248.818 2014 1 ) 785 13 67 0 67 39 666 785 2,71 252.165 Rata-rata 828 30 47 17 61 42 706 839 3,34 172.394 Penggunaan Kacang Tanah Terhadap Total (%) Share (%) 3,61 5,55 2,01 7,32 4,98 84,10 Total Share (%) 3,61 7,32 4,98 84,10 100 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara 1 ) Angka Proyeksi Pusdatin Wujud : Kacang tanah lepas kulit Page 58

Lampiran 11. Konsumsi Nasional Kacang Tanah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Indonesia, Tahun 1993-2015 Tahun Jumlah Penduduk Tengah Tahun (000 orang) 1993 3,54 189.135 669.538 1994 3,49 0-1995 3,98 0-1996 3,88 198.320 769.482 1997 3,66 0-1998 3,21 0-1999 3,34 0-2000 3,65 205.132 748.732 2001 3,28 207.928 682.002-8,91 2002 3,06 210.736 644.853-5,45 2003 3,20 213.551 683.362 5,97 2004 3,29 216.382 711.895 4,18 2005 3,30 219.205 723.376 1,61 2006 3,38 222.051 750.533 3,75 2007 3,30 224.905 742.186-1,11 2008 3,33 227.779 758.504 2,20 2009 3,29 230.633 758.782 0,04 2010 3,17 238.519 756.105-0,35 2011 2,81 241.991 679.994-10,07 2012 2,83 245.425 695.677 2,31 2013*) 2,82 248.818 700.453 0,69 2014 1 ) 2,71 252.165 684.122-2,33 2015 1 ) 2,63 255.462 671.864-1,79 Rata-rata 1993-2015 Rata-rata 2011-2015 Ketersediaan (Kg/kap/th) Konsumsi Nasional (ton) Pertumb. (%) 3,27 176.006 557.890-0,62 2,76 248.772 686.422-2,24 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara 1 ) Angka Prediksi Pusdatin Page 59

Lampiran 12. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Kacang Tanah di Indonesia, 1983-2014 Tahun Harga Produsen (Rp/kg) Pertumb. (%) Harga Konsumen (Rp/kg) Pertumb. (%) Margin (Rp/Kg) Pertumb. (%) 1983 703 850 146 1984 825 17,37 960 12,97 134-8,16 1985 877 6,20 1.081 12,66 205 52,29 1986 985 12,37 1.192 10,25 207 1,16 1987 988 0,31 1.317 10,51 329 59,03 1988 1.187 20,18 1.633 23,96 446 35,32 1989 1.271 7,05 1.610-1,42 339-24,00 1990 1.429 12,43 1.755 9,02 326-3,80 1991 1.532 7,20 1.920 9,41 388 19,11 1992 1.549 1,13 1.850-3,63 301-22,44 1993 1.802 16,29 2.035 9,96 233-22,63 1994 1.876 4,13 2.225 9,35 349 49,74 1995 2.039 8,67 2.389 7,38 350 0,43 1996 2.252 10,47 2.496 4,46 243-30,56 1997 2.463 9,33 2.742 9,87 279 14,93 1998 3.927 59,47 5.535 101,86 1.608 475,43 1999 5.003 27,41 7.261 31,18 2.258 40,41 2000 5.546 10,84 7.038-3,07 1.493-33,90 2001 5.884 6,11 7.474 6,19 1.589 6,49 2002 5.944 1,01 8.109 8,50 2.165 36,24 2003 6.051 1,80 7.507-7,43 1.456-32,76 2004 6.295 4,03 7.619 1,50 1.325-9,03 2005 6.770 7,56 8.551 12,23 1.781 34,45 2006 7.458 10,16 9.597 12,23 2.139 20,12 2007 8.513 14,15 10.771 12,23 2.258 5,55 2008 8.084-5,05 11.614 7,83 3.531 56,38 2009 9.057 12,05 12.456 7,24 3.399-3,75 2010 9.806 8,26 13.465 8,10 3.659 7,67 2011 10.721 9,34 15.737 16,87 5.015 37,06 2012 11.210 4,56 16.577 5,34 5.367 7,02 2013 11.799 5,25 17.844 7,64 6.045 12,62 2014 12.203 3,42 18.269 2,38 6.066 0,35 Rata-rata Pertumbuhan (%) Harga Produsen Harga Konsumen Margin 1983-2014 10,11 1983-2014 11,47 1983-2014 25,19 2010-2014 6,17 2010-2014 8,07 2010-2014 12,94 Sumber : BPS diolah Pusdatin Page 60

Lampiran 13. Perkembangan Volume Ekspor Impor Kacang Tanah di Indonesia, 1980-2014 Tahun 1980 4.590 311,66 7.325 46,47-2.735 1981 1.451-68,39 8.762 19,62-7.311 1982 1.365-5,93 62.890 617,76-61.525 1983 1.649 20,81 42.307-32,73-40.658 1984 1.598-3,09 21.307-49,64-19.709 1985 1.674 4,76 16.799-21,16-15.125 1986 1.674 0,00 34.184 103,49-32.510 1987 1.602-4,30 46.356 35,61-44.754 1988 3.452 115,48 28.399-38,74-24.947 1989 1.053-69,50 14.482-49,01-13.429 1990 327-68,95 49.769 243,66-49.442 1991 152-53,52 94.608 90,09-94.456 1992 696 357,89 54.892-41,98-54.196 1993 1.251 79,74 108.097 96,93-106.846 1994 2.565 105,04 150.902 39,60-148.337 1995 2.760 7,60 148.853-1,36-146.093 1996 3.345 21,20 161.951 8,80-158.606 1997 2.795-16,44 170.777 5,45-167.982 1998 4.840 73,17 41.312-75,81-36.472 1999 3.303-31,76 103.086 149,53-99.783 2000 2.837-14,11 111.284 7,95-108.447 2001 1.968-30,63 98.483-11,50-96.515 2002 3.467 76,17 119.496 21,34-116.029 2003 8.633 149,00 120.264 0,64-111.631 2004 8.118-5,96 90.016-25,15-81.898 2005 5.102-37,15 121.644 35,14-116.542 2006 2.520-50,60 169.111 39,02-166.591 2007 5.268 109,05 173.359 2,51-168.091 2008 8.196 55,58 205.332 18,44-197.135 2009 4.922-39,95 194.002-5,52-189.079 2010 4.052-17,68 229.393 18,24-225.341 2011 4.210 3,90 251.004 9,42-246.794 2012 2.246-46,64 197.963-21,13-195.716 2013 2.364 5,26 282.423 42,66-280.059 2014 2.510 6,16 253.236-10,33-250.726 Rata-rata Volume Ekspor (ton) Pertumb. (%) Volume Impor (ton) Pertumb. (%) Neraca (ton) 1980-2014 3.102 26,80 113.830 36,24-110.729 2010-2014 3.077-9,80 242.804 7,77-239.727 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Wujud Kacang Tanah Segar Page 61

Lampiran 14. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Kacang Tanah Di Indonesia, 1980-2014 Tahun Nilai Ekspor Pertumb. Nilai Impor Pertumb. Neraca (000 $) (000 US$) (%) (000 $) (%) 1980 2.044 320,58 4.700 46,24-2.656 1981 787-61,50 6.413 36,45-5.626 1982 539-31,51 43.651 580,66-43.112 1983 770 42,86 26.267-39,82-25.497 1984 616-20,00 13.915-47,02-13.299 1985 711 15,42 9.836-29,31-9.125 1986 711 0,00 18.100 84,02-17.389 1987 517-27,29 21.736 20,09-21.219 1988 1.420 174,66 13.621-37,33-12.201 1989 761-46,41 8.057-40,85-7.296 1990 181-76,22 22.482 179,04-22.301 1991 99-45,30 31.335 39,38-31.236 1992 450 354,55 31.861 1,68-31.411 1993 904 100,89 58.900 84,87-57.996 1994 2.714 200,22 89.818 52,49-87.104 1995 2.927 7,85 99.876 11,20-96.949 1996 3.867 32,11 116.980 17,13-113.113 1997 3.254-15,85 112.082-4,19-108.828 1998 2.846-12,54 22.347-80,06-19.501 1999 2.581-9,31 36.754 64,47-34.173 2000 2.202-14,68 35.602-3,13-33.400 2001 1.728-21,53 28.658-19,50-26.930 2002 2.564 48,38 40.010 39,61-37.446 2003 4.462 74,01 40.539 1,32-36.077 2004 5.352 19,96 28.875-28,77-23.523 2005 3.298-38,38 39.613 37,19-36.315 2006 2.579-21,80 54.161 36,73-51.582 2007 4.526 75,49 62.191 14,83-57.665 2008 8.994 98,72 99.640 60,22-90.647 2009 5.313-40,93 176.740 77,38-171.427 2010 5.105-3,91 222.650 25,98-217.544 2011 5.445 6,66 256.870 15,37-251.425 2012 3.655-32,87 232.560-9,46-228.904 2013 3.537-3,24 332.256 42,87-328.720 2014 4.351 23,03 284.268-14,44-279.917 Rata-rata 1980-2014 2.623 30,63 77.810 34,72-75.187 2010-2014 4.419-2,07 265.721 12,06-261.302 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Wujud Kacang Tanah Segar Page 62

Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah Dunia, 1980 2013 Tahun Luas Panen (Ha) Pertumb. (%) Produksi (Ton) Pertumb. (%) 1980 18.364.243-0,86 16.891.257-6,69 1981 19.363.810 5,44 20.584.511 21,86 1982 18.430.174-4,82 18.066.535-12,23 1983 18.485.340 0,30 19.118.318 5,82 1984 18.171.013-1,70 19.926.792 4,23 1985 18.476.671 1,68 20.946.671 5,12 1986 19.071.983 3,22 21.503.814 2,66 1987 18.802.094-1,42 21.638.337 0,63 1988 20.537.182 9,23 25.603.990 18,33 1989 20.318.604-1,06 23.110.376-9,74 1990 19.751.585-2,79 23.087.546-0,10 1991 20.625.136 4,42 23.737.872 2,82 1992 20.610.155-0,07 24.463.429 3,06 1993 21.042.270 2,10 26.070.870 6,57 1994 21.975.354 4,43 28.651.353 9,90 1995 22.051.032 0,34 28.617.503-0,12 1996 22.390.991 1,54 31.152.701 8,86 1997 22.451.851 0,27 29.405.046-5,61 1998 23.225.825 3,45 33.828.820 15,04 1999 22.831.658-1,70 31.897.179-5,71 2000 23.251.888 1,84 34.741.482 8,92 2001 23.083.162-0,73 35.894.544 3,32 2002 23.025.147-0,25 33.148.968-7,65 2003 23.076.075 0,22 36.334.067 9,61 2004 23.712.204 2,76 36.483.431 0,41 2005 24.050.726 1,43 38.553.985 5,68 2006 21.541.428-10,43 33.376.717-13,43 2007 22.670.016 5,24 37.154.451 11,32 2008 24.217.644 6,83 38.504.777 3,63 2009 23.975.932-1,00 37.166.758-3,47 2010 25.480.647 6,28 42.736.261 14,99 2011 24.748.730-2,87 40.470.923-5,30 2012 24.803.639 0,22 40.799.561 0,81 2013 25.417.816 2,48 45.654.289 11,90 Rata-rata (%) 1980-2013 21.765.648 1,00 29.980.092 3,10 2009-2013 24.885.353-15,82 41.365.558 3,78 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 63

Lampiran 16. Perkembangan Produktivias Kacang Tanah Dunia, 1980 2013 Tahun Produktivitas (Ku/Ha) Pertumb. (%) 1980 9,20-5,88 1981 10,63 15,57 1982 9,80-7,78 1983 10,34 5,50 1984 10,97 6,03 1985 11,34 3,38 1986 11,28-0,55 1987 11,51 2,07 1988 12,47 8,33 1989 11,37-8,77 1990 11,69 2,77 1991 11,51-1,54 1992 11,87 3,14 1993 12,39 4,38 1994 13,04 5,23 1995 12,98-0,46 1996 13,91 7,20 1997 13,10-5,87 1998 14,57 11,21 1999 13,97-4,08 2000 14,94 6,94 2001 15,55 4,08 2002 14,40-7,41 2003 15,75 9,36 2004 15,39-2,28 2005 16,03 4,19 2006 15,49-3,34 2007 16,39 5,78 2008 15,90-2,99 2009 15,50-2,50 2010 16,77 8,19 2011 16,35-2,50 2012 16,45 0,59 2013 17,96 9,20 Rata-rata (%) 1980-2013 13,55 1,98 2009-2013 16,61 2,60 Sumber : FAO Keterangan : Wujud Kacang Tanah Dengan Kulit Page 64

Lampiran 17. Perkembangan Luas Panen Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 Tahun No. Negara Rata-rata (ha) Share (%) 2009 2010 2011 2012 2013 Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 India 5.477.500 5.860.000 5.310.000 4.770.000 5.250.000 5.333.500 21,43 21,43-0,63 2 China 4.376.670 4.527.000 4.581.000 4.700.000 4.632.990 4.563.532 18,34 39,77 1,45 3 Nigeria 2.643.330 2.789.180 2.353.680 2.659.800 2.360.000 2.561.198 10,29 50,06 0,97 4 Sudan 945.417 1.151.640 1.698.480 1.619.520 2.161.740 1.515.359 6,09 56,15 24,53 5 Senegal 1.059.093 1.195.573 865.770 708.986 769.803 919.845 3,70 59,85-6,06 6 Myanmar 844.267 866.499 887.034 880.000 890.000 873.560 3,51 63,36 1,34 7 Niger 588.651 795.768 690.853 741.309 720.000 707.316 2,84 66,20 6,61 8 Tanzania 428.550 482.310 675.226 839.631 740.000 633.143 2,54 68,75 16,26 9 Indonesia 622.616 620.563 539.230 559.532 518.982 572.185 2,30 71,04-4,23 10 Amerika Serikat 436.660 507.890 437.310 650.740 421.000 490.720 1,97 73,02 3,98 Lainnya Total 6.553.178 6.684.224 6.710.147 6.674.121 6.953.301 6.655.418 26,98 100,00 23.975.932 25.480.647 24.748.730 24.803.639 25.417.816 24.885.353 Sumber : FAO Lampiran 18. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Dunia, 2009-2013 No Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 China, mainland 14.707.929 15.644.000 16.046.000 16.800.000 16.972.155 16.034.017 38,76 38,76 3,66 2 India 5.428.500 8.265.000 6.964.000 4.695.000 9.472.000 6.964.900 16,84 55,60 26,42 3 Nigeria 2.977.620 3.799.240 2.962.627 3.313.500 3.000.000 3.210.597 7,76 63,36 1,99 4 Amerika 1.674.500 1.885.510 1.659.510 3.057.850 1.893.000 2.034.074 4,92 68,28 11,70 5 Myanmar 1.304.829 1.362.452 1.399.625 1.371.500 1.375.000 1.362.681 3,29 79,50 1,35 6 Indonesia 1.364.700 1.367.000 1.150.000 1.251.000 1.340.000 1.294.540 3,13 76,20 0,05 7 Sudan 942.000 762.500 1.185.000 1.032.000 1.767.000 1.137.700 2,75 73,07 23,67 8 Senegal 1.032.651 1.286.855 527.528 672.803 709.691 845.906 2,04 70,32-0,34 9 Argentina 605.491 611.040 701.535 685.722 1.025.857 725.929 1,75 81,25 15,77 10 Tanzania 347.970 465.290 651.397 810.000 785.000 611.931 1,48 82,73 23,74 Lainnya Dunia 6.780.568 7.287.374 7.223.701 7.110.186 7.314.586 7.143.283 17,27 100,00 37.166.758 42.736.261 40.470.923 40.799.561 45.654.289 41.365.558 100 Sumber : FAO Page 65

Lampiran 19. Perkembangan Produktivitas Kacang Tanah di Dunia, 2009-2013 No Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (Ku/Ha) 1 Cyprus 119,00 173,57 165,33 292,50 278,75 205,83 2 Israel 55,98 56,44 64,91 53,87 71,20 60,48 3 Nicaragua 51,83 55,36 39,26 42,13 41,72 46,06 4 Lebanon 42,40 39,01 40,49 40,91 43,48 41,26 5 Amerika 38,35 37,12 37,95 46,99 44,96 41,07 6 Malaysia 34,58 30,58 32,92 51,68 51,68 40,29 7 Saudi Arabia 38,54 40,00 41,50 40,00 41,00 40,21 8 Palestina 48,75 33,00 35,56 36,67 35,00 37,79 9 Spanyol 28,57 39,66 39,68 39,06 37,14 36,82 10 China, mainland 33,61 34,56 35,03 35,75 36,63 35,11 26 Indonesia 21,92 22,03 21,33 22,36 25,82 22,69 Dunia 15,50 16,77 16,35 16,45 17,96 16,61 Lampiran 20. Perkembangan Penyediaan Kacang Tanah di Dunia, 2007-2011 No Negara Penyediaan Kacang Tanah 2007 2008 2008 2010 2011 Rata-rata (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumb. (%) 1 China, mainland 3.659.103 4.346.472 3.974.460 4.797.354 5.355.386 4.426.555 43,82 43,82 10,64 2 Indonesia 1.008.692 1.036.852 909.395 931.560 1.080.995 993.499 9,84 53,66 2,24 3 Amerika Serikat 945.792 900.998 983.840 977.350 963.872 954.371 9,45 63,10 0,60 4 India 445.611 450.764 310.639 279.731 444.854 386.320 3,82 66,93 4,79 5 Nigeria 414.172 451.672 361.672 361.672 351.672 388.172 3,84 70,77-3,41 6 Viet Nam 225.462 229.395 234.519 252.601 250.280 238.452 2,36 73,13 2,69 7 Burkina Faso 180.285 188.630 174.184 176.622 178.811 179.706 1,78 74,91-0,10 8 Chad 153.264 165.022 171.876 137.095 160.215 157.494 1,56 76,47 2,11 9 Tanzania 112.076 120.621 298.907 280.739 268.085 216.086 2,14 78,61 36,21 10 Meksiko 143.749 143.559 159.818 175.792 153.740 155.332 1,54 80,15 2,16 Lainnya 1.662.687 1.764.371 2.427.141 2.676.480 1.496.878 2.005.511 19,85 100,00 Rata-rata Dunia 8.950.893 9.798.355 10.006.452 11.046.996 10.704.788 10.101.497 100,00 4,72 Sumber : FAO (Kacang Tanah Kupas) Page 66

Lampiran 21. Perkembangan Ketersediaan Per Kapita Kacang Tanah di Dunia, 2007-2011 No Negara Ketersediaan Per Kapita Per Tahun Rata-rata 2007 2008 2008 2010 2011 (kg/kapita/th) 1 Chad 13,00 14,11 13,48 14,08 14,23 13,78 2 Burkina Faso 9,26 10,69 11,94 12,14 10,89 10,98 3 Gabon 8,28 8,30 7,26 7,09 8,87 7,96 4 Niger 4,63 6,82 6,71 8,00 8,32 6,90 5 Cameroon 6,63 6,90 6,78 6,85 7,10 6,85 6 Benin 5,77 5,91 6,71 8,33 6,50 6,64 7 Vanuatu 6,88 5,73 6,43 6,49 6,80 6,47 8 Ghana 4,32 6,00 6,54 6,44 5,49 5,76 9 Malawi 4,95 4,27 5,01 5,71 4,97 4,98 10 Gambia 4,77 4,62 4,48 4,36 4,23 4,49 11 Indonesia 4,20 4,30 4,25 4,31 3,73 4,16 Rata - rata Dunia 1,37 1,48 1,49 1,63 1,56 1,51 Sumber : FAO (Kacang Tanah Kupas) Lampiran 22. Perkembangan Harga Produsen Kacang Tanah Berkulit di Dunia, 2008 2012 No Negara Harga Produsen Rata-rata Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013 (US$/ton) Pertumb. (%) 1 Japan 6.273 5.612 5.750 4.736 4.758 5.426-6,31 2 Saint Vincent and the Grenadines 4.728 4.573 5.185 5.144 6.183 5.162 7,38 3 Cyprus 2.456 3.122 2.785 2.437 2.520 2.891 1,29 4 Suriname 2.276 2.182 2.202 2.324 2.615 2.320 3,71 5 Jamaika 1.997 1.904 2.237 2.071 2.223 2.086 3,19 6 Bulgaria 1.508 1.633 1.557 1.163 2.263 1.624 18,23 7 Ekuador 1.054 1.217 2.221 1.761 1.438 1.538 14,73 8 Inggris 1.755 1.133 1.319 1.462 1.608 1.455 0,46 9 Turki 1.078 1.200 1.589 1.755 1.485 1.257 9,69 10 Ruanda 1.209 1.278 1.399 1.436 1.470 1.358 5,05 Dunia 1.217 1.230 1.303 1.332 1.430 1.302 4,16 Sumber : FAO Page 67

Lampiran 23. Perkembangan Ekspor Impor Kacang Tanah Dunia, 1980-2012 Tahun Volume Volume Pertumb. Pertumb. Neraca Nilai Eksport Pertumb. Nilai Import Pertumb. Neraca Eksport Import (%) (%) (ton) (000 $) (%) (000 $) (%) (000 $) (ton) (ton) 1980 647.457 666.667-19.210 451.926 547.564-95.638 1981 749.822 15,81 683.688 2,55 66.134 722.884 59,96 793.392 44,89-70.508 1982 669.128-10,76 737.900 7,93-68.772 466.404-35,48 575.186-27,50-108.782 1983 718.617 7,40 707.375-4,14 11.242 470.619 0,90 505.638-12,09-35.019 1984 692.908-3,58 686.889-2,90 6.019 507.678 7,87 560.687 10,89-53.009 1985 810.262 16,94 738.072 7,45 72.190 475.827-6,27 494.196-11,86-18.369 1986 872.918 7,73 833.951 12,99 38.967 524.566 10,24 554.826 12,27-30.260 1987 801.419-8,19 855.780 2,62-54.361 480.553-8,39 591.589 6,63-111.036 1988 861.913 7,55 890.470 4,05-28.557 493.307 2,65 582.396-1,55-89.089 1989 819.713-4,90 816.913-8,26 2.800 504.607 2,29 590.163 1,33-85.556 1990 1.020.665 24,51 947.961 16,04 72.704 679.881 34,73 751.659 27,36-71.778 1991 970.012-4,96 1.053.617 11,15-83.605 749.398 10,22 945.819 25,83-196.421 1992 957.023-1,34 950.431-9,79 6.592 575.690-23,18 716.397-24,26-140.707 1993 1.041.670 8,84 1.004.431 5,68 37.239 681.016 18,30 762.264 6,40-81.248 1994 1.164.724 11,81 1.245.994 24,05-81.270 851.409 25,02 991.853 30,12-140.444 1995 1.282.804 10,14 1.234.085-0,96 48.719 926.594 8,83 977.610-1,44-51.016 1996 1.198.345-6,58 1.260.677 2,15-62.332 894.671-3,45 1.033.952 5,76-139.281 1997 1.116.071-6,87 1.243.516-1,36-127.445 827.556-7,50 1.003.106-2,98-175.550 1998 1.014.081-9,14 1.109.758-10,76-95.677 725.169-12,37 889.326-11,34-164.157 1999 1.041.601 2,71 1.128.950 1,73-87.349 692.356-4,52 783.176-11,94-90.820 2000 1.199.316 15,14 1.222.654 8,30-23.338 787.404 13,73 851.129 8,68-63.725 2001 1.083.994-9,62 1.243.023 1,67-159.029 666.037-15,41 800.585-5,94-134.548 2002 1.134.517 4,66 1.296.141 4,27-161.624 656.334-1,46 787.284-1,66-130.950 2003 1.063.473-6,26 1.222.522-5,68-159.049 750.973 14,42 824.696 4,75-73.723 2004 1.009.793-5,05 1.258.561 2,95-248.768 787.933 4,92 973.121 18,00-185.188 2005 1.130.123 11,92 1.368.405 8,73-238.282 811.795 3,03 1.017.510 4,56-205.715 2006 1.070.947-5,24 1.357.856-0,77-286.909 800.810-1,35 999.416-1,78-198.606 2007 1.193.951 11,49 1.482.913 9,21-288.962 1.119.011 39,73 1.291.059 29,18-172.048 2008 1.196.346 0,20 1.526.165 2,92-329.819 1.320.946 18,05 1.787.396 38,44-466.450 2009 1.279.128 6,92 1.440.488-5,61-161.360 1.219.344-7,69 1.533.836-14,19-314.492 2010 1.255.622-1,84 1.551.848 7,73-296.226 1.372.877 12,59 1.702.481 10,99-329.604 2011 1.687.264 34,38 1.657.873 6,83 29.391 2.302.260 67,70 2.253.753 32,38 48.507 2012 1.626.928-3,58 1.611.402-2,80 15.526 2.450.827 6,45 2.705.117 20,03-254.290 Rata-rata (%) 1980-2012 1.041.896 3,45 1.122.333 3,06-80.437 840.869 7,33 975.096 6,56-134.228 2008-2012 1.409.058 7,22 1.557.555 1,81-148.498 1.733.251 19,42 1.996.517 17,53-263.266 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 68

Lampiran 24. Perkembangan Volume Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012 No. Negara Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbu han (%) 1 India 293.128 329.160 372.691 749.039 647.956 478.395 33,95 33,95 28,25 2 Argentina 148.962 200.636 217.796 243.082 222.427 206.581 14,66 48,61 11,59 3 Amerika 216.936 171.917 154.519 136.132 138.979 163.697 11,62 60,23-10,17 4 China, mainland 167.024 174.655 126.574 115.674 103.294 137.444 9,75 69,98-10,57 5 Netherlands 80.287 83.823 105.979 142.157 132.337 108.917 7,73 89,18 14,52 6 Nicaragua 77.973 74.665 66.332 73.506 76.043 73.704 5,23 81,45-0,28 7 Brazil 44.361 52.977 50.810 50.625 61.631 52.081 3,70 73,68 9,18 8 Malawi 14.270 19.879 21.772 33.460 89.847 35.846 2,54 76,22 67,76 9 Viet Nam 14.300 38.800 21.000 6.500 4.000 16.920 1,20 90,39 4,49 10 Arab 15.938 12.800 14.600 13.000 10.400 13.348 0,95 91,33-9,15 46 Indonesia 574 236 258 582 66 343 0,02 Negara Lainnya Dunia 123.167 119.816 103.549 124.089 140.014 122.127 8,67 100,00 1.196.346 1.279.128 1.255.622 1.687.264 1.626.928 1.409.058 100,00 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Lampiran 25. Perkembangan Volume Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012 No. Negara Tahun Rata-rata Rata-rata Komulatif Share (%) Pertumbu 2008 2009 2010 2011 2012 (ton) Share (%) han (%) 1 Netherlands 302.176 255.126 295.770 297.235 305.488 291.159 18,69 18,69 0,91 2 Indonesia 139.875 132.069 134.666 120.719 121.365 129.739 8,33 27,02-3,36 3 Meksiko 87.188 98.384 97.583 118.810 118.589 104.111 6,68 33,71 8,40 4 Rusia 91.467 81.902 92.238 104.478 85.509 91.119 5,85 39,56-0,68 5 Inggris 82.471 86.019 86.432 91.537 79.505 85.193 5,47 45,03-0,61 6 Jerman 74.784 78.719 83.902 90.180 90.813 83.680 5,37 50,40 5,01 7 Kanada 88.180 79.992 86.799 81.709 69.699 81.276 5,22 55,62-5,33 8 Thailand 42.292 38.316 50.660 48.879 55.916 47.213 3,03 58,65 0,00 9 Malaysia 37.494 40.142 43.479 45.993 22.496 37.921 2,43 61,08-7,48 10 Algeria 44.476 46.175 25.790 41.051 31.049 37.708 2,42 63,50-1,38 Lainnya Dunia 535.762 503.644 554.529 617.282 630.973 568.438 36,50 100,00 1.526.165 1.440.488 1.551.848 1.657.873 1.611.402 1.557.555 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 69

Lampiran 26. Perkembangan Nilai Ekspor Negara Eksportir Kacang Tanah Dunia, 2008-2012. No. Negara Tahun Rata-rata Rata-rata Komulatif Share (%) Pertumbuhan 2008 2009 2010 2011 2012 ( 000 $ ) Share (%) (%) 1 India 274.154 287.229 392.065 932.485 888.733 554.933 32,02 32,02 43,60 2 Argentina 180.890 163.326 203.382 347.282 372.299 253.436 14,62 46,64 23,19 3 Netherlands 137.390 140.457 167.423 271.483 297.322 202.815 11,70 58,34 23,28 4 China, mainland 232.160 165.094 172.384 193.706 205.095 193.688 11,17 69,52-1,56 5 Amerika 198.593 175.366 179.926 174.072 184.361 182.464 10,53 80,04-1,61 6 Nikaragua 90.058 65.859 61.733 96.036 132.291 89.195 5,15 85,19 15,05 7 Brazil 50.586 48.546 47.862 71.903 111.357 66.051 3,81 89,00 24,91 8 Malawi 3.157 17.987 8.896 29.204 56.179 23.085 1,33 90,33 184,96 9 Afrika Selatan 15.027 11.889 25.619 21.803 20.302 18.928 1,09 91,42 18,21 10 Mesir 6.220 31.422 2.071 21.831 13.200 14.949 0,86 92,29 306,59 49 Indonesia 299 177 299 566 66 281 0,02 Lainnya 587.755 562.724 706.963 142.455 169.688 433.917 25,03 100,00 Dunia 1.320.946 1.219.344 1.372.877 2.302.260 2.450.827 1.733.251 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Lampiran 27. Perkembangan Nilai Impor Negara Importir Kacang Tanah Dunia, 2009-2013. No. Negara Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata ( 000 $ ) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Netherlands 439.204 324.827 330.320 446.269 636.837 435.491 21,81 21,81 13,36 4 Meksiko 123.850 105.137 110.615 167.014 217.130 144.749 7,25 42,16 14,87 3 Rusia 107.301 116.633 117.699 157.971 158.228 131.566 2 Germany 109.984 119.710 98.539 145.475 175.579 129.857 5 Indonesia 72.264 130.821 138.863 130.677 140.910 122.707 6,59 34,91 11,00 6,50 28,32 17,77 6,15 48,30 22,28 6 United Kingdom 115.670 86.714 104.179 148.546 151.067 121.235 6,07 54,38 9,85 7 Kanada 118.386 86.262 94.055 116.441 131.369 109.303 8 Jepang 56.625 40.650 47.631 60.689 64.279 53.975 9 Polandia 45.933 39.779 44.262 54.970 65.326 50.054 5,47 59,85 4,63 2,70 62,55 5,57 2,51 65,06 10,23 10 Spanyol 48.063 32.595 37.100 49.386 57.100 2,25 67,31 44.849 7,59 Lainnya 550.116 450.708 579.218 776.315 907.292 652.730 32,69 100,00 11,72 Dunia 1.787.396 1.533.836 1.702.481 2.253.753 2.705.117 1.996.517 Sumber : FAO *) Angka Perkiraan Pusdatin Page 70

LAMPIRAN II a. Blok Persamaan Pada Model Analisis Suplai Demand Nama Blok Persamaan Blok Suplai 1. Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4 HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + µ5 Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5, e6 > 0 2. Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + µ10 Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4, i5, i5 > 0 i2 < 0 3. Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14 Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0 n1, n3 < 0 4. Produksi Kacang Tanah PRODKC= LPKC * YKC 5. Suplai Kacang Tanah SKC= PRODKC + IKC Blok Demand 6. Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ12 Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 7. Konsumsi Nasional kc tanah KONNKC = POP * KONSKC 8. Demand kacang tanah DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC BKC = PRODKC*0.026 TCKC = PRODKC*0.05 9. Neraca kc tanah NRCKC = SKC DKC Page 71

b. Keterangan Variabel Dalam Model KETERANGAN VARIABEL DALAM MODEL VARIABEL KETERANGAN SATUAN PRODP PRODUKSI PADI TON PRODJ PRODUKSI JAGUNG TON PRODK PRODUKSI KEDELAI TON PRODKC PRODUKSI KACANG TANAH TON PRODUK PRODUKSI UBI KAYU TON LPP LUAS PANEN PADI HA LPJ LUAS PANEN JAGUNG HA LPK LUAS PANEN KEDELAI HA LPKC LUAS PANEN KACANG TANAH HA LPUK LUAS PANEN UBI KAYU HA YP PRODUKTIVITAS PADI TON/HA YJ PRODUKTIVITAS JAGUNG TON/HA YK PRODUKTIVITAS KEDELAI TON/HA YKC PRODUKTIVITAS KACANG TANAH TON/HA YUK PRODUKTIVITAS UBI KAYU TON/HA LPP(t-1) LUAS PANEN PADI TAHUN SEBELUMNYA HA LPJ(t-1) LUAS PANEN JAGUNG TAHUN SEBELUMNYA HA LPK(t-1) LUAS PANEN KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA HA LPKC(t-1) LUAS PANEN KACANG TAHUN SEBELUMNYA HA LPUK(t-1) LUAS PANEN UBI KAYU TAHUN SEBELUMNYA HA HRB(t-1) HARGA RIIL BERAS TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRJ(t-1) HARGA RIIL JAGUNG TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRK(t-1) HARGA RIIL KEDELAI TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRKC(t-1) HARGA RIIL KACANG TANAH TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH HRUK(t-1) HARGA RIIL UBI KAYU TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH LPUP LUAS PUSO PADI HA LPUJ LUAS PUSO JAGUNG HA LPUK LUAS PUSO KEDELAI HA LPUKC LUAS PUSO KACANG TANAH HA LPUUK LUAS PUSO UBI KAYU HA HRUREA(t-1) HARGA RIIL UREA TAHUN SEBELUMNYA RUPIAH TEK TEKNOLOGI DSLPTT DUMMY SLPTT CH CURAH HUJAN MILIMETER LIRIGASI LUAS IRIGASI HA RLPPJ RASIO LUAS PANEN PADI JAWA TERHADAP NASIONAL RLPJJ RASIO LUAS PANEN JAGUNG JAWA TERHADAP NASIONAL RLPKJ RASIO LUAS PANEN KEDELAI JAWA TERHADAP NASIONAL KONS KONSUMSI KONSB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN KONSJ KONSUMSI JAGUNG KG/KAP/THN KONSK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KONSKC KONSUMSI KACANG TANAH KG/KAP/THN IB IMPOR BERAS TON IJ IMPOR JAGUNG TON IK IMPOR KEDELAI TON IKC IMPOR KACANG TANAH TON HIB HARGA INTERNASIONAL BERAS US $ SP SUPLAY PADI TON SJ SUPLAY JAGUNG TON SK SUPLAY KEDELAI TON SKC SUPLAY KACANG TANAH TON BLOK DEMAND KONSB KONSUMSI BERAS KG/KAP/THN POP POPULASI ORANG KONSK KONSUMSI KEDELAI KG/KAP/THN KONSKC KONSUMSI KACANG TANAH KG/KAP/THN KONNB KONSUMSI NASIONAL BERAS KG/KAP/THN KONNJ KONSUMSI NASIONAL JAGUNG KG/KAP/THN KONNK KONSUMSI NASIONAL KEDELAI KG/KAP/THN Page 72

c. Hasil Pengolahan Dengan Metode Simultan c.1. Penghitungan Untuk Produktivitas Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label LPKC LPKC Luas panen kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 4 4.385E10 1.096E10 10.39 0.0122 Error 5 5.2733E9 1.0547E9 Corrected Total 9 4.912E10 Root MSE 32475.4380 R-Square 0.89265 Dependent Mean 585123.400 Adj R-Sq 0.80677 Coeff Var 5.55019 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept 1 281370.9 341608.9 0.82 0.4476 Intercept LLPKC 1 0.622525 0.338465 1.84 0.1253 Luas panen kacang tanah tahun sebelumnya LHR 1 7.613547 13.84476 0.55 0.6060 Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya LHRJ 1-41.3749 42.90328-0.96 0.3791 Harga riil jagung tanah tahun sebelumnya LHRK 1-0.05028 37.86359-0.00 0.9990 Harga riil kedelai tahun sebelumnya Durbin-Watson 3.023956 Page 73

Number of Observations 10 First-Order Autocorrelation -0.58974 c.2. Penghitungan Untuk Produktivitas Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model YKC Dependent Variable YKC Label Produktivitas kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 2.510336 0.836779 16.62 0.0026 Error 6 0.302064 0.050344 Corrected Total 9 2.812400 Root MSE 0.22437 R-Square 0.89260 Dependent Mean 12.63000 Adj R-Sq 0.83889 Coeff Var 1.77652 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept 1 9.916703 0.587391 16.88 <.0001 Intercept LHRUREA 1 0.001398 0.000789 1.77 0.1267 Harga riil urea tahun sebelumnya TEK 1 0.049887 0.072670 0.69 0.5180 Teknologi DSLPTT 1 0.165793 0.290002 0.57 0.5883 Dummy program SLPTT Durbin-Watson 2.877581 Number of Observations 10 First-Order Autocorrelation -0.44815 Page 74

c.3. Penghitungan Untuk Konsumsi Kacang Tanah The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label KONSKC KONSKC Konsumsi kacang tanah Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 0.841907 0.280636 31.24 0.0005 Error 6 0.053903 0.008984 Corrected Total 9 0.895810 Root MSE 0.09478 R-Square 0.93983 Dependent Mean 3.00300 Adj R-Sq 0.90974 Coeff Var 3.15629 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > t Label Intercept 1 5.428519 1.993636 2.72 0.0345 Intercept LPDB 1-8.15E-6 2.912E-6-2.80 0.0312 IHK 1-0.00377 0.002695-1.40 0.2110 Indeks Harga Konsumen LKONSKC 1 0.165459 0.310272 0.53 0.6130 Konsumsi Kacang tanah tahun sebelumnya Durbin-Watson 2.123807 Number of Observations 10 First-Order Autocorrelation -0.12407 Page 75