Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society



dokumen-dokumen yang mirip
I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI (LAM) PROFESI KESEHATAN

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

STRATEGI PEMBENTUKAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN (HPEQ Project)

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

LAPORAN BULANAN PERTAMA

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

Oleh Pengurus LAM-PTKes

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA

LAMPIRAN 5. (Halaman 1-4)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

LANGKAH AWAL LAM-PTKes

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LANDASAN OPERASIONALISASI LAM-PTKes

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

1. PENGHITUNGAN BIAYA (COSTING)

TUGAS TIM INTI DALAM BALANCED SCORECARD (BSC) LAM-PTKes

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN JEJARING DAN ALIANSI STRATEGIS

Oleh: Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti, Kemdikbud

PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PROFESIONAL. Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE, M.Si, Ak, CA Ketua IAI KAPD

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA STRATEGIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tugas Per Unit Berdasarkan Organogram LAM-PTKes. 21 September 2012 Gedung Dikti lantai 3 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Keberadaan ED dalam AIPT

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

Implikasi Regulasi Pendidikan Tinggi. Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

BUKU PETUNJUK PENGISIAN DOKUMEN ONLINE AIMA KE 7

VISI: Taman ITS. (Ilmu pengetahuan, Teknologi & Seni) Visi. Misi. Tujuan. Pendekatan. Sistem LBE. Proses Pendidikan.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

STANDAR MUTU. Program Studi S1 Teknik Elektro. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

2.1 Rencana Strategis

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan dan Civil Society itu sendiri dalam penjaminan mutu pendidikan tinggi kesehatan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. Pemerintah Usaha/Industri Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Civil Society 1. Orientasi Strategis LAM Profesi Kesehatan Walaupun memiliki kekhususan menurut masing-masing profesinya, namun semua LAM Profesi Kesehatan tersebut di atas mempunyai kesamaan dalam hal Orientasi Strategisnya sesuai dengan yang sudah disusun untuk LAM-PTKes sebagaimana terlihat di Tabel 2.1. VISI : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global NILAI DASAR : Amanah dan Mandiri NILAI OPERASIONAL : 1. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement) 2. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade) 3. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (Conceptualization - Production - Usability) 4. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy) MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan TUJUAN : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang.

ii Perbedaan antara LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan hanyalah pada Asumsi dalam Pencapaian Tujuan No. 2, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2. ORIENTASI STRATEGIS : Hierarki Visi, Misi dan Tujuan VISI : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan TUJUAN : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional LAM Profesi Kesehatan; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan LAM Profesi Kesehatan untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang. ASUMSI Berbagai ketidakpastian di luar kendali manajer Kondisi yang harus dipenuhi agar kegiatan tetap pada jalurnya Ada komitmen nasional dari semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kesehatan Ada kolaborasi lintas disiplin ilmu dan lintas sektor; Institusi pendidikan kesehatan mampu memantau kinerja lulusannya di tempat tugasnya; Kualitas lulusan dan praktisi tenaga kesehatan adalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna; Sistem akreditasi pendidikan kesehatan bersifat transparan dan mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. Praktisi kesehatan formal akan memperoleh kredensial hanya jika lulus dari institusi pendidikan tinggi kesehatan yang terakreditasi oleh LAM Profesi Kesehatan yang sudah diakui oleh pemerintah. Semua prodi baru sudah harus diakreditasi terlebih dulu oleh LAM Profesi Kesehatan yang sudah diakui oleh pemerintah sebelum menerima mahasiswa baru. Mulai 2012, LAM Profesi Kesehatan mulai mandiri dalam memenuhi biaya operasionalnya, walaupun untuk investasi masih bisa disubsidi melalui DIPA 2015. 2. Pengorganisasian Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan LAM DOK LAM KESMAS LAM DOKGI L A M B I D A N LAM-PTKes sbg Pembina Sistem DIKTI (sbg PEMBINA) L A M N E R S LAM GIZI LAM-LAM Y.A.D. LAM FARMASI SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

Gambar 3.2: Struktur Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan [14] iii L I N G K U N G A N Mempengaruhi Batas Supra Sistem Upaya untuk mempengaruhi Menteri Dikti Supra Sistem Menetapkan Rancangan Awal Sistem Menetapkan Wilayah Kerja & Menyediakan Sumber Daya Memberi Tahu Harapannya Memberi Informasi tentang Kinerja LAM-PTKes Batas Sistem Sistem Subsistem Pengembangan & Pembinaan Pengembangan & Pembinaan Perencanaan Sumber Daya Memberi Tahu Harapannya Memberi Umpan Balik BAN-PT LAM Profesi Kesehatan Subsistem yang melakukan Memberi Informasi tentang Kinerja Subsistem Pemantau Kinerja Koordinator Perguruan Tinggi Wilayah

Tabel 3.1 : Peran dan Fungsi antar Komponen dalam Struktur Sistem KOMPONEN PERAN FUNGSI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1. Supra Sistem 1.1.Menetapkan rancangan awal Sistem ; 1.2.Menetapkan wilayah kerja Sistem ; 1.3.Memberi tahu harapannya kepada Sistem ; 1.4.Menyediakan sumber daya yang diperlukan. iv LAM-PTKes LAM Profesi Kesehatan Koordinator Perguruan Tinggi Wilayah 2. Pembina/Steward Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Subsistem Pengembangan dan Pembinaan Subsistem yang mekakukan Subsistem Pemantau Kinerja 2.1.Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management); 2.2.Formulasi Kerangka Kebijakan Strategis; 2.3.Menyediakan Perangkat untuk Implementasi Pembinaan; 2.4.Membangun Kemitraan; 2.5.Menciptakan Keselarasan antara Tujuan Kebijakan dengan Struktur dan Budaya Organisasi; 2.6.Menjamin Akuntabilitas kepada Masyarakat Luas. 1. Pengembangan dan Pembinaan Sistem ; 2. Perencanaan sumber daya; 3. Evaluasi kinerja LAM Profesi Kesehatan; 4. Memberi tahu tentang harapannya kepada subsistem-subsistem yang melakukan dan kepada Subsistem Pemantau Kinerja. Melakukan Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan 1. Memantau pembelajaran yang diharapkan dari Program Studi setelah menerima umpan balik akreditasi; 2.Memberi umpan balik tentang penyimpangan dari harapan Sistem kepada Subsistem Pengembangan dan Pembinaan serta Supra Sistem agar dapat dilakukan perbaikan. Gambar 3.3 : Analisis Misi LAM-PTKes [11] Mengembangkan standar, instrumen dan prosedur akreditasi Mengembangkan Sistem Mengusulkan legislasi / regulasi baru untuk akreditasi Mengembangkan Sistem Penilaian Memadukan akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan Membina Sistem Kesekretariatan Manajemen Ketenagaan & Keuangan Sistem Evaluasi Kinerja LAM Profesi Kesehatan Pelayanan Umum Manajemen Pengetahuan Kehumasan

Gambar 3.4 : Organogram LAM-PTKes [11] v Majelis Pemangku Kepentingan : terdiri atas wakil dari LAM Profesi Kesehatan Badan Pelaksana : terdiri atas Ketua, Sekretaris dan Kepala Divisi Komisi-komisi Sekretariat : Umum, Kehumasan, dan Manajemen Pengetahuan Divisi Pengembangan Sistem Divisi Pembinaan Sistem = Tenaga Fungsional dengan remunerasi sesuai kegiatan / tugas = Tenaga Struktural dengan remunerasi tetap setiap bulan Setelah diperoleh Organogram, maka tahap selanjutnya adalah Analisis Jabatan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2 di bawah. Analisis Jabatan mencakup : Uraian Jabatan (tanggung jawab dan hasil kerja); Spesifikasi Jabatan (tugas, kegiatan dan wewenangnya ); serta Persyaratan Jabatan [17]. Gambar 3.5 : Organogram LAM Profesi Kesehatan Majelis Pemangku Kepentingan : terdiri atas wakil dari institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna (4 pilar utama) Ketua Komisi-komisi Sekretariat ASESOR = Tenaga Fungsional dengan remunerasi sesuai kegiatan / tugas = Tenaga Struktural dengan remunerasi tetap setiap bulan

Gambar 4.6 : Peta Strategi LAM Profesi Kesehatan [11] Visi : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global PERSPEKTIF PELANGGAN Meningkatkan kinerja institusi pendidikan (CQI) Memetakan jenjang karir tenaga kesehatan (CPU) vi MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan NILAI DASAR: ATRIBUT UNTUK NILAI TAMBAH BAGI PELANGGAN Mempadukan kualitas pendidikan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Q Cascade) Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kesehatan Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Trustworthy) Hubungan Pelanggan Atribut Produk / Layanan Citra Amanah dan Mandiri PERSPEKTIF KEUANGAN Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya Pendanaan Yang Berkelanjutan Efisiensi Biaya dan Produktifitas Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi PERSPEKTIF PRODUKSI Kebijakan sesuai Nilai Operasional Standar sesuai Nilai Operasional Instrumen sesuai Nilai Operasional Prosedur sesuai Nilai Operasional Umpan balik Penilaian LAM yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar KESELARASAN Human Knowledge Good Governance Resources Management Management (Benchmarking) PERSPEKTIF BELAJAR & BERKEMBANG Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme + Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan + Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif

vii Berdasarkan keempat perspektif dari BSC, maka dapatlah diidentifikasi Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk LAM Profesi Kesehatan sebagaimana tertera di bawah. Kotak 4.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan Dengan mencermati Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan di Gambar 4.2 dan Peta Strategi pada Gambar 4.6 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan adalah : 1. Harga Paket untuk 1 Program Studi; 2. Kualitas Hubungan dengan Pelanggan. Kotak 4.2 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Keuangan Dengan mencermati Tema-tema umum dalam Perspektif Keuangan dari BSC dan Peta Strategi pada Gambar 4.6 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Keuangan adalah : 1. Peningkatan Pendapatan dan Sumbernya; 2. Rasio Pendapatan dibanding Jumlah Tenaga; 3. Rasio Investasi dibanding Penjualan. Kotak 4.3 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Produksi Dengan mencermati Model Generik Perspektif Produksi dari BSC dalam menciptakan Nilai Tambah di Gambar 4.3 dan Peta Strategi di Gambar 4.6 sebelumnya serta hasil Analisis Pasar pada survei terhadap peserta Konperensi HPEQ di Bali Desember 2011 yang lalu, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Produksi adalah : Penerapan akreditasi program studi yang bersifat Formatif, yaitu 5 tahun sekali dengan pembinaan akreditasi setiap tahunnya Kotak 4.4 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang Dengan mencermati Peta Strategi di Gambar 4.6 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang adalah : Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk memfasilitasi Perubahan Organisasi

viii 4. Manajemen Keuangan LAM Profesi Kesehatan Gambar 5.1 : Ruang Lingkup Manajemen Keuangan [27] AKUNTANSI 1. COSTING 2. FINANCING MANAJEMEN KEUANGAN 3. PRICING 4. BUDGETING PENGHITUNGAN BIAYA (COSTING) STANDARISASI BIAYA Standar Biaya Umum Standar Biaya Khusus Digunakan untuk penganggaran Khususnya digunakan untuk biaya-biaya kegiatan-kegiatan yang bersifat umum tertentu Biasanya dipakai dalam standarisasi Biasanya dipakai untuk standarisasi biaya biaya untuk masukan / input luaran / output Tabel 5.2 : Manfaat Penghitungan Biaya untuk Pelayanan RS Pemerintah [27;39;40] Biaya Operasional Pemeliharan Investasi (+ Depresiasi) Langsung 1 2 3 Biaya Tidak Tetap / Variable Tidak Langsung 4 5 6 Tetap / Fixed Tarif Rawat Inap Kelas III Miskin = 1 = Biaya Operasional, Langsung dan Tidak Tetap; = Paket Pelayanan Esensial (PPE) untuk masyarakat miskin; Tarif Rawat Inap Kelas III Swasta = 1 + 2 + 4 = PPE untuk masyarakat kurang mampu; Tarif Rawat Inap Kelas II = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = PPE untuk masyarakat umum dan Askes standar untuk PNS; Tarif Rawat Inap Kelas I = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta (5); Tarif Rawat Inap Kelas VIP = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta ( 3 + 6) + Surplus*; Tarif Rawat Jalan Pagi = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6; Tarif Rawat Jalan Sore = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Surplus*; Tarif Rawat Gawat Darurat = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6; Tarif Layanan Lain di RS = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6.

ix *Surplus dibutuhkan untuk kesinambungan (sustainability) pelayanan rumah sakit, misalnya untuk memenuhi Biaya Investasi ataupun Biaya Operasional ketika subsidi hilang/dikurangi dan untuk mengembangkan kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanannya. PENDANAAN (FINANCING) Gambar 5.2 : Harapan Pendanaan LAM Profesi Kesehatan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluarannya SUMBER PENDANAAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Pendapatan sendiri = Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+ Depresiasi) PENDAPATAN (harapan) PENETAPAN TARIF (PRICING) = PENGELUARAN (rencana) Gambar 5.3 : Dinamika Penetapan Tarif LAM Profesi Kesehatan [44] COST FINANCE REGULATIONS & CONTRACTS TARIF / PRICE ABILITY TO PAY / ATP MARKET FORCES WILLLINGNESS TO PAY / WTP Gambar 5.4 : Perlunya Penetapan Tarif agar Rencana Pendapatan Dapat Mendanai Pengeluaran Organisasi [43] SUMBER PENDAPATAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Penetapan Tarif = Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+Depresiasi) PENDAPATAN (rencana) = PENGELUARAN

CARA BERINTERAKSI MODEL PERUBAHAN ORGANISASI x Bisakah anggaran yang baik dibuat sebelum dilakukan Penghitungan Biaya (Costing) yang seksama, Komitmen Pendanaan (Financing) dan Penetapan Tarif (Pricing) yang profesional? Gambar 6.1 : Cara Berinteraksi Fasilitator Perubahan [5] PARTISIPATIF 6. Model KEMITRAAN 5. Model KONSENSUS KONSULTATIF 4. Model DIALOG 3. Model SATU ARAH 2. Model INSTRUKSI MENAWARKAN (SELLING) 1. Model PENGENDALIAN

Tabel 6.1 : 5 Jenis Kekuatan / Kekuasaan yang Berpengaruh pada Perubahan Organisasi [45] xi JENIS KEKUATAN Formal Pribadi / Personal Struktural Kultural Pembelajaran Cara Menggunakan melalui melalui keahlian melalui koalisi dan tawarmenawar (bargaining) dan konsultasi melalui karisma, inspirasi melalui komunikasi dan kedudukan/jabatan resmi dialog Fasilitator Perubahan yang Menonjol Manajer pada jabatan yang Profesional dengan tinggi keahlian dalam perilaku atau teknologi Pihak yang dekat dengan penguasa Manajer dengan sifat-sifat kepemimpinan Semua pihak yang terlibat dalam diagnosa masalah dan perumusan solusinya Model Perubahan melalui kekuasaan melalui keahlian melalui negosiasi melalui persuasi melalui pembelajaran Strategi Perubahan yang Menonjol Power-coercive Empirical-rational Negosiasi Normative-reeducative Dialog secara demokratis Kondisi yang Tepat untuk diterapkan Krisis Penciutan organisasi Situasi yang mudah diprediksi Masalah yang sudah diketahui solusinya Perubahan yang sensitif Meningkatkan mutu pada karena banyak pelaku dan organisasi dan etos kerja kepentingan Membangun organisasi Pembelajaran organisasi Reaksi yang Timbul Resisten Patuh Patuh Resisten Konflik Sepakat Komitmen Kepatuhan Komitmen Dukungan Tingkat Interaksi Antar Individu Antar Individu Antar Kelompok Dalam Sistem Dalam Sistem dan Antar Sistem

xii KESIMPULAN Diperlukan Peraturan Menteri tentang Lembaga Mandiri untuk mengatur peran dan fungsi semua pihak di atas dengan tetap memperhatikan kemitraan antara pemerintah, industri dan civil society. SARAN 1. Analisis Kebijakan di Tingkat Kemdikbud Mengingat bahwa kompleksitas konstelasi para pelaku adalah tinggi dalam Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan, sedangkan kapasitas administratif pemerintah adalah rendah, maka penyusunan Peraturan Menteri tentang Lembaga Mandiri perlu didasarkan pada Analisis Kebijakan. Analisis Kebijakan yang dilakukan perlu memperhatikan Ciri-Ciri Substansi Kebijakan yang Baik dan hal-hal yang menyebabkan Kegagalan Implementasi Kebijakan. Selanjutnya, perlu diperhatikan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang akan dibuat berikut dengan azas-azas yang berlaku serta harmonisasinya dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (Harmonisasi Vertikal) dan yang sejajar (Harmonisasi Horisontal). 2. LAM-PTKes sebagai Fasilitator Perubahan LAM-PTKes perlu diberdayakan perannya dalam pembentukan LAM Profesi Kesehatan karena sangat menentukan sebagai Fasilitator Perubahan melalui pembelajaran dengan cara komunikasi dan dialog secara demokratis untuk membangun organisasi (lihat Tabel 6.1). Peran ini perlu didukung oleh Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System). 3. Interprofesionalisme dalam Pelayanan Kesehatan Kini sudah tidak cukup lagi bagi tenaga kesehatan untuk sekedar bersikap profesional. Dalam iklim globalisasi seperti saat ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap interprofesional. [60] 4. LAM-PTKes sebagai Katalisator Pendidikan Interprofesional Kesehatan Pendidikan Interprofesional Kesehatan akan memicu Kolaborasi Interprofesional di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat sebagaimana terlihat pada Gambar 7.1. Pendidikan Interprofesional Kesehatan adalah aplikasi nyata dari Nilai Operasional LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan yaitu : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization - Production Usability (CPU); dan Trustworthy. LAM-PTKes memiliki peran strategis sebagai Katalisator penerapan Pendidikan Interprofesional Kesehatan dalam Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : [61] Memfasilitasi LAM Profesi Kesehatan dalam penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi LAM Profesi Kesehatan untuk melakukan integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi mereka.

Gambar 7.1 : Pendidikan Interprofesional Kesehatan sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan [60;61] xiii 5. LAM-PTKes sebagai Evaluator Kinerja Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan Evaluasi terhadap kinerja Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan yang perlu dilakukan oleh LAM-PTKes adalah Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation) dengan tujuan untuk pembelajaran (Policy Learning) bagi para Pembuat Keputusan dan Pemangku Kepentingan. Yang perlu dievaluasi dari Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan adalah : 1. Luaran (Output); 2. Hasil Akhir (Outcome); 3. Dampak (Impact). 6. Agenda Utama untuk Setiap Lam Profesi Kesehatan Sesuai dengan Indikator Penentu Kinerjanya, terutama dalam Perspektif Pelanggan (Kotak 4.1) dan Perspektif Produksi (Kotak 4.3), maka Agenda Utama LAM Profesi Kesehatan adalah melakukan Penghitungan Biaya (Costing) terhadap Paket yang bersifat Formatif dengan pembinaan terhadap program studi setiap tahunnya. Ini berarti bahwa standar, instrumen, prosedur dan penilaiannya perlu mengacu kepada akreditasi yang bersifat formatif ini. Hasil Costing akan menentukan Pendanaan Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan yang berkelanjutan (sustainable) melalui Standar Biaya Khusus.