RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan dan Civil Society itu sendiri dalam penjaminan mutu pendidikan tinggi kesehatan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. Pemerintah Usaha/Industri Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Civil Society 1. Orientasi Strategis LAM Profesi Kesehatan Walaupun memiliki kekhususan menurut masing-masing profesinya, namun semua LAM Profesi Kesehatan tersebut di atas mempunyai kesamaan dalam hal Orientasi Strategisnya sesuai dengan yang sudah disusun untuk LAM-PTKes sebagaimana terlihat di Tabel 2.1. VISI : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global NILAI DASAR : Amanah dan Mandiri NILAI OPERASIONAL : 1. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement) 2. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade) 3. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (Conceptualization - Production - Usability) 4. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy) MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan TUJUAN : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang.
ii Perbedaan antara LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan hanyalah pada Asumsi dalam Pencapaian Tujuan No. 2, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2. ORIENTASI STRATEGIS : Hierarki Visi, Misi dan Tujuan VISI : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan TUJUAN : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional LAM Profesi Kesehatan; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan LAM Profesi Kesehatan untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang. ASUMSI Berbagai ketidakpastian di luar kendali manajer Kondisi yang harus dipenuhi agar kegiatan tetap pada jalurnya Ada komitmen nasional dari semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kesehatan Ada kolaborasi lintas disiplin ilmu dan lintas sektor; Institusi pendidikan kesehatan mampu memantau kinerja lulusannya di tempat tugasnya; Kualitas lulusan dan praktisi tenaga kesehatan adalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna; Sistem akreditasi pendidikan kesehatan bersifat transparan dan mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. Praktisi kesehatan formal akan memperoleh kredensial hanya jika lulus dari institusi pendidikan tinggi kesehatan yang terakreditasi oleh LAM Profesi Kesehatan yang sudah diakui oleh pemerintah. Semua prodi baru sudah harus diakreditasi terlebih dulu oleh LAM Profesi Kesehatan yang sudah diakui oleh pemerintah sebelum menerima mahasiswa baru. Mulai 2012, LAM Profesi Kesehatan mulai mandiri dalam memenuhi biaya operasionalnya, walaupun untuk investasi masih bisa disubsidi melalui DIPA 2015. 2. Pengorganisasian Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan LAM DOK LAM KESMAS LAM DOKGI L A M B I D A N LAM-PTKes sbg Pembina Sistem DIKTI (sbg PEMBINA) L A M N E R S LAM GIZI LAM-LAM Y.A.D. LAM FARMASI SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
Gambar 3.2: Struktur Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan [14] iii L I N G K U N G A N Mempengaruhi Batas Supra Sistem Upaya untuk mempengaruhi Menteri Dikti Supra Sistem Menetapkan Rancangan Awal Sistem Menetapkan Wilayah Kerja & Menyediakan Sumber Daya Memberi Tahu Harapannya Memberi Informasi tentang Kinerja LAM-PTKes Batas Sistem Sistem Subsistem Pengembangan & Pembinaan Pengembangan & Pembinaan Perencanaan Sumber Daya Memberi Tahu Harapannya Memberi Umpan Balik BAN-PT LAM Profesi Kesehatan Subsistem yang melakukan Memberi Informasi tentang Kinerja Subsistem Pemantau Kinerja Koordinator Perguruan Tinggi Wilayah
Tabel 3.1 : Peran dan Fungsi antar Komponen dalam Struktur Sistem KOMPONEN PERAN FUNGSI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1. Supra Sistem 1.1.Menetapkan rancangan awal Sistem ; 1.2.Menetapkan wilayah kerja Sistem ; 1.3.Memberi tahu harapannya kepada Sistem ; 1.4.Menyediakan sumber daya yang diperlukan. iv LAM-PTKes LAM Profesi Kesehatan Koordinator Perguruan Tinggi Wilayah 2. Pembina/Steward Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Subsistem Pengembangan dan Pembinaan Subsistem yang mekakukan Subsistem Pemantau Kinerja 2.1.Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management); 2.2.Formulasi Kerangka Kebijakan Strategis; 2.3.Menyediakan Perangkat untuk Implementasi Pembinaan; 2.4.Membangun Kemitraan; 2.5.Menciptakan Keselarasan antara Tujuan Kebijakan dengan Struktur dan Budaya Organisasi; 2.6.Menjamin Akuntabilitas kepada Masyarakat Luas. 1. Pengembangan dan Pembinaan Sistem ; 2. Perencanaan sumber daya; 3. Evaluasi kinerja LAM Profesi Kesehatan; 4. Memberi tahu tentang harapannya kepada subsistem-subsistem yang melakukan dan kepada Subsistem Pemantau Kinerja. Melakukan Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan 1. Memantau pembelajaran yang diharapkan dari Program Studi setelah menerima umpan balik akreditasi; 2.Memberi umpan balik tentang penyimpangan dari harapan Sistem kepada Subsistem Pengembangan dan Pembinaan serta Supra Sistem agar dapat dilakukan perbaikan. Gambar 3.3 : Analisis Misi LAM-PTKes [11] Mengembangkan standar, instrumen dan prosedur akreditasi Mengembangkan Sistem Mengusulkan legislasi / regulasi baru untuk akreditasi Mengembangkan Sistem Penilaian Memadukan akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan Membina Sistem Kesekretariatan Manajemen Ketenagaan & Keuangan Sistem Evaluasi Kinerja LAM Profesi Kesehatan Pelayanan Umum Manajemen Pengetahuan Kehumasan
Gambar 3.4 : Organogram LAM-PTKes [11] v Majelis Pemangku Kepentingan : terdiri atas wakil dari LAM Profesi Kesehatan Badan Pelaksana : terdiri atas Ketua, Sekretaris dan Kepala Divisi Komisi-komisi Sekretariat : Umum, Kehumasan, dan Manajemen Pengetahuan Divisi Pengembangan Sistem Divisi Pembinaan Sistem = Tenaga Fungsional dengan remunerasi sesuai kegiatan / tugas = Tenaga Struktural dengan remunerasi tetap setiap bulan Setelah diperoleh Organogram, maka tahap selanjutnya adalah Analisis Jabatan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2 di bawah. Analisis Jabatan mencakup : Uraian Jabatan (tanggung jawab dan hasil kerja); Spesifikasi Jabatan (tugas, kegiatan dan wewenangnya ); serta Persyaratan Jabatan [17]. Gambar 3.5 : Organogram LAM Profesi Kesehatan Majelis Pemangku Kepentingan : terdiri atas wakil dari institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna (4 pilar utama) Ketua Komisi-komisi Sekretariat ASESOR = Tenaga Fungsional dengan remunerasi sesuai kegiatan / tugas = Tenaga Struktural dengan remunerasi tetap setiap bulan
Gambar 4.6 : Peta Strategi LAM Profesi Kesehatan [11] Visi : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global PERSPEKTIF PELANGGAN Meningkatkan kinerja institusi pendidikan (CQI) Memetakan jenjang karir tenaga kesehatan (CPU) vi MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan NILAI DASAR: ATRIBUT UNTUK NILAI TAMBAH BAGI PELANGGAN Mempadukan kualitas pendidikan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Q Cascade) Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kesehatan Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Trustworthy) Hubungan Pelanggan Atribut Produk / Layanan Citra Amanah dan Mandiri PERSPEKTIF KEUANGAN Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya Pendanaan Yang Berkelanjutan Efisiensi Biaya dan Produktifitas Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi PERSPEKTIF PRODUKSI Kebijakan sesuai Nilai Operasional Standar sesuai Nilai Operasional Instrumen sesuai Nilai Operasional Prosedur sesuai Nilai Operasional Umpan balik Penilaian LAM yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar KESELARASAN Human Knowledge Good Governance Resources Management Management (Benchmarking) PERSPEKTIF BELAJAR & BERKEMBANG Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme + Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan + Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif
vii Berdasarkan keempat perspektif dari BSC, maka dapatlah diidentifikasi Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk LAM Profesi Kesehatan sebagaimana tertera di bawah. Kotak 4.1 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan Dengan mencermati Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan di Gambar 4.2 dan Peta Strategi pada Gambar 4.6 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan adalah : 1. Harga Paket untuk 1 Program Studi; 2. Kualitas Hubungan dengan Pelanggan. Kotak 4.2 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Keuangan Dengan mencermati Tema-tema umum dalam Perspektif Keuangan dari BSC dan Peta Strategi pada Gambar 4.6 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Keuangan adalah : 1. Peningkatan Pendapatan dan Sumbernya; 2. Rasio Pendapatan dibanding Jumlah Tenaga; 3. Rasio Investasi dibanding Penjualan. Kotak 4.3 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Produksi Dengan mencermati Model Generik Perspektif Produksi dari BSC dalam menciptakan Nilai Tambah di Gambar 4.3 dan Peta Strategi di Gambar 4.6 sebelumnya serta hasil Analisis Pasar pada survei terhadap peserta Konperensi HPEQ di Bali Desember 2011 yang lalu, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Produksi adalah : Penerapan akreditasi program studi yang bersifat Formatif, yaitu 5 tahun sekali dengan pembinaan akreditasi setiap tahunnya Kotak 4.4 : Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang Dengan mencermati Peta Strategi di Gambar 4.6 sebelumnya, maka Indikator Penentu Kinerja LAM Profesi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang adalah : Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk memfasilitasi Perubahan Organisasi
viii 4. Manajemen Keuangan LAM Profesi Kesehatan Gambar 5.1 : Ruang Lingkup Manajemen Keuangan [27] AKUNTANSI 1. COSTING 2. FINANCING MANAJEMEN KEUANGAN 3. PRICING 4. BUDGETING PENGHITUNGAN BIAYA (COSTING) STANDARISASI BIAYA Standar Biaya Umum Standar Biaya Khusus Digunakan untuk penganggaran Khususnya digunakan untuk biaya-biaya kegiatan-kegiatan yang bersifat umum tertentu Biasanya dipakai dalam standarisasi Biasanya dipakai untuk standarisasi biaya biaya untuk masukan / input luaran / output Tabel 5.2 : Manfaat Penghitungan Biaya untuk Pelayanan RS Pemerintah [27;39;40] Biaya Operasional Pemeliharan Investasi (+ Depresiasi) Langsung 1 2 3 Biaya Tidak Tetap / Variable Tidak Langsung 4 5 6 Tetap / Fixed Tarif Rawat Inap Kelas III Miskin = 1 = Biaya Operasional, Langsung dan Tidak Tetap; = Paket Pelayanan Esensial (PPE) untuk masyarakat miskin; Tarif Rawat Inap Kelas III Swasta = 1 + 2 + 4 = PPE untuk masyarakat kurang mampu; Tarif Rawat Inap Kelas II = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = PPE untuk masyarakat umum dan Askes standar untuk PNS; Tarif Rawat Inap Kelas I = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta (5); Tarif Rawat Inap Kelas VIP = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta ( 3 + 6) + Surplus*; Tarif Rawat Jalan Pagi = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6; Tarif Rawat Jalan Sore = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Surplus*; Tarif Rawat Gawat Darurat = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6; Tarif Layanan Lain di RS = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6.
ix *Surplus dibutuhkan untuk kesinambungan (sustainability) pelayanan rumah sakit, misalnya untuk memenuhi Biaya Investasi ataupun Biaya Operasional ketika subsidi hilang/dikurangi dan untuk mengembangkan kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanannya. PENDANAAN (FINANCING) Gambar 5.2 : Harapan Pendanaan LAM Profesi Kesehatan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluarannya SUMBER PENDANAAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Pendapatan sendiri = Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+ Depresiasi) PENDAPATAN (harapan) PENETAPAN TARIF (PRICING) = PENGELUARAN (rencana) Gambar 5.3 : Dinamika Penetapan Tarif LAM Profesi Kesehatan [44] COST FINANCE REGULATIONS & CONTRACTS TARIF / PRICE ABILITY TO PAY / ATP MARKET FORCES WILLLINGNESS TO PAY / WTP Gambar 5.4 : Perlunya Penetapan Tarif agar Rencana Pendapatan Dapat Mendanai Pengeluaran Organisasi [43] SUMBER PENDAPATAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Penetapan Tarif = Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+Depresiasi) PENDAPATAN (rencana) = PENGELUARAN
CARA BERINTERAKSI MODEL PERUBAHAN ORGANISASI x Bisakah anggaran yang baik dibuat sebelum dilakukan Penghitungan Biaya (Costing) yang seksama, Komitmen Pendanaan (Financing) dan Penetapan Tarif (Pricing) yang profesional? Gambar 6.1 : Cara Berinteraksi Fasilitator Perubahan [5] PARTISIPATIF 6. Model KEMITRAAN 5. Model KONSENSUS KONSULTATIF 4. Model DIALOG 3. Model SATU ARAH 2. Model INSTRUKSI MENAWARKAN (SELLING) 1. Model PENGENDALIAN
Tabel 6.1 : 5 Jenis Kekuatan / Kekuasaan yang Berpengaruh pada Perubahan Organisasi [45] xi JENIS KEKUATAN Formal Pribadi / Personal Struktural Kultural Pembelajaran Cara Menggunakan melalui melalui keahlian melalui koalisi dan tawarmenawar (bargaining) dan konsultasi melalui karisma, inspirasi melalui komunikasi dan kedudukan/jabatan resmi dialog Fasilitator Perubahan yang Menonjol Manajer pada jabatan yang Profesional dengan tinggi keahlian dalam perilaku atau teknologi Pihak yang dekat dengan penguasa Manajer dengan sifat-sifat kepemimpinan Semua pihak yang terlibat dalam diagnosa masalah dan perumusan solusinya Model Perubahan melalui kekuasaan melalui keahlian melalui negosiasi melalui persuasi melalui pembelajaran Strategi Perubahan yang Menonjol Power-coercive Empirical-rational Negosiasi Normative-reeducative Dialog secara demokratis Kondisi yang Tepat untuk diterapkan Krisis Penciutan organisasi Situasi yang mudah diprediksi Masalah yang sudah diketahui solusinya Perubahan yang sensitif Meningkatkan mutu pada karena banyak pelaku dan organisasi dan etos kerja kepentingan Membangun organisasi Pembelajaran organisasi Reaksi yang Timbul Resisten Patuh Patuh Resisten Konflik Sepakat Komitmen Kepatuhan Komitmen Dukungan Tingkat Interaksi Antar Individu Antar Individu Antar Kelompok Dalam Sistem Dalam Sistem dan Antar Sistem
xii KESIMPULAN Diperlukan Peraturan Menteri tentang Lembaga Mandiri untuk mengatur peran dan fungsi semua pihak di atas dengan tetap memperhatikan kemitraan antara pemerintah, industri dan civil society. SARAN 1. Analisis Kebijakan di Tingkat Kemdikbud Mengingat bahwa kompleksitas konstelasi para pelaku adalah tinggi dalam Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan, sedangkan kapasitas administratif pemerintah adalah rendah, maka penyusunan Peraturan Menteri tentang Lembaga Mandiri perlu didasarkan pada Analisis Kebijakan. Analisis Kebijakan yang dilakukan perlu memperhatikan Ciri-Ciri Substansi Kebijakan yang Baik dan hal-hal yang menyebabkan Kegagalan Implementasi Kebijakan. Selanjutnya, perlu diperhatikan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang akan dibuat berikut dengan azas-azas yang berlaku serta harmonisasinya dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (Harmonisasi Vertikal) dan yang sejajar (Harmonisasi Horisontal). 2. LAM-PTKes sebagai Fasilitator Perubahan LAM-PTKes perlu diberdayakan perannya dalam pembentukan LAM Profesi Kesehatan karena sangat menentukan sebagai Fasilitator Perubahan melalui pembelajaran dengan cara komunikasi dan dialog secara demokratis untuk membangun organisasi (lihat Tabel 6.1). Peran ini perlu didukung oleh Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System). 3. Interprofesionalisme dalam Pelayanan Kesehatan Kini sudah tidak cukup lagi bagi tenaga kesehatan untuk sekedar bersikap profesional. Dalam iklim globalisasi seperti saat ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap interprofesional. [60] 4. LAM-PTKes sebagai Katalisator Pendidikan Interprofesional Kesehatan Pendidikan Interprofesional Kesehatan akan memicu Kolaborasi Interprofesional di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat sebagaimana terlihat pada Gambar 7.1. Pendidikan Interprofesional Kesehatan adalah aplikasi nyata dari Nilai Operasional LAM-PTKes dan LAM Profesi Kesehatan yaitu : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization - Production Usability (CPU); dan Trustworthy. LAM-PTKes memiliki peran strategis sebagai Katalisator penerapan Pendidikan Interprofesional Kesehatan dalam Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : [61] Memfasilitasi LAM Profesi Kesehatan dalam penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi LAM Profesi Kesehatan untuk melakukan integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi mereka.
Gambar 7.1 : Pendidikan Interprofesional Kesehatan sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan [60;61] xiii 5. LAM-PTKes sebagai Evaluator Kinerja Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan Evaluasi terhadap kinerja Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan yang perlu dilakukan oleh LAM-PTKes adalah Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation) dengan tujuan untuk pembelajaran (Policy Learning) bagi para Pembuat Keputusan dan Pemangku Kepentingan. Yang perlu dievaluasi dari Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan adalah : 1. Luaran (Output); 2. Hasil Akhir (Outcome); 3. Dampak (Impact). 6. Agenda Utama untuk Setiap Lam Profesi Kesehatan Sesuai dengan Indikator Penentu Kinerjanya, terutama dalam Perspektif Pelanggan (Kotak 4.1) dan Perspektif Produksi (Kotak 4.3), maka Agenda Utama LAM Profesi Kesehatan adalah melakukan Penghitungan Biaya (Costing) terhadap Paket yang bersifat Formatif dengan pembinaan terhadap program studi setiap tahunnya. Ini berarti bahwa standar, instrumen, prosedur dan penilaiannya perlu mengacu kepada akreditasi yang bersifat formatif ini. Hasil Costing akan menentukan Pendanaan Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan yang berkelanjutan (sustainable) melalui Standar Biaya Khusus.