Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Manusia yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini penulis akan membahas strategi

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, salah satunya HIV/AIDS. Laporan kementerian kesehatan, sejak

MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha)

STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Komunikasi Interpersonal

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA DI KLINIK VCT RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Sejarah Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso (RSPI - SS) ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA DI KLINIK VCT RSUD KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI PELAYANAN DUKUNGAN LEMBAGA DIMAS SUPPORT YOGYAKARTA PADA ODHA DALAM MENJALANI PROGRAM THERAPY HIV&AIDS

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

Fungsi monitoring merupakan aktivitas yang mendasari aktivitas lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Pertemuan ke-6. TEORI KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

KIP dan Perubahan Sikap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk

TEORI-TEORI SIBERNETIKA-1

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

SOAL-SOAL TES PELATIHAN KIP/KONSELING MENGGUNAKAN ABPK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. pesan berupa lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan. Pengertian

IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS

ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun, peneliti berkecimpung dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB VI PEMBAHASAN. dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu.

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pelatihan Pendidik Pengobatan

TEKNIK LAYANAN KONSELING PERORANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Konteks dalam Program Skrining IMS dengan VCT di LP

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan a. Keterbukaan b. Motivasi/ Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

PEDOMAN WAWANCARA PERILAKU TRANSGENDER (WARIA) DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut juga merambah ke segala aspek

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I Pendahuluan. Grafik 1 Jumlah Kasus AIDS Di Indonesia. Sumber : (Dokumen Unit Pelayanan HIV Terpadu RSUPN-CM, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan tentang strategi komunikasi organisasi di RSUD Labuang Baji

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

124 5.1.2 Analisis Hasil Wawancara Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan kelima informan: Dari penelitian penulis mendapatkan bahwa konselor melakukan strategi komunikasi dalam rentang waktu pada saat pre tes dan pasca tes. Masa awal pertemuan pada sesi konseling masuk kedalam pra komunikasi yang dilakukan konselor, antara lain membangun suasana komunikasi yang nyaman bagi pasiennya, setelahnya barulah masuk ke dalam tahapan rangkaian kegiatan komunikasinya. Secara garis besar kegiatan komunikasi yang dilakukan konselor dari awal pre tes hingga pasca tes adalah memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan seputar HIV/AIDS, menggali pengetahuan pasiennya mengenai HIV/AIDS (kognitif), menggali perasaan pasien atau kliennya mengenai hasil tes yang diperoleh (afektif), membangun motivasi dengan teknik persuasif dan memberikan sugesti positif agar timbul keyakinan dalam diri pasien mengubah perilaku ke arah yang lebih baik dan mempertahankannya (konatif). Dari sekian banyak kegiatan, cara dan strategi yang digunakan oleh konselor dalam menangani kliennya pada kegiatan konseling dan tes sukarela (KTS) tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar dari kegiatan konseling adalah percakapan yang mempunyai tujuan. Oleh karena itu di dalam kegiatan KTS, konselor mengaplikasikan strategi dan kemampuan komunikasi yang merupakan faktor penting dalam menangani kliennya. Hampir di semua kegiatan didalam KTS seperti usaha konselor untuk memperoleh kepercayaan klien, membuat klien tetap patuh dalam pengobatan dan monitoring, perawatan dan dukungan, hingga

125 dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul dalam proses konseling, konselor pada Pokja AIDS RSPI-SS melakukan percakapan dan komunikasi dengan kliennya. Percakapan tersebut banyak berisi mengenai permasalahan yang dihadapi klien yang berkaitan dengan penyakitnya dan tugas konselorlah untuk membantunya. Di dalam berkomunikasi dengan kliennya, konselor melakukan kontak personal, menggali lebih dalam pengetahuan klien mengenai permasalahannya, memberikan informasi yang dibutuhkan kliennya, dan sugesti positif untuk membangun motivasi di dalam diri kliennya. Selain itu konselor pada Pokja AIDS RSPI-SS juga berusaha membangun rasa percaya didalam diri kliennya dan melakukan pendekatan-pendekatan personal baik didalam maupun diluar sesi konseling dan membuat suasana komunikasi yang nyaman agar klien mau menceritakan permasalahannya di dalam kegiatan komunikasi antara konselor dan kliennya. Percakapan pada sesi konseling ini merupakan percakapan bertujuan untuk perubahan tingkah laku klien ke arah yang lebih positif dan lebih baik lagi. Disinilah konselor memilih strategi apa yang tepat untuk dia gunakan dan disesuaikan dengan kondisi, situasi dan permasalahan yang muncul pada saat itu. Percakapan tersebut berisikan pengarahan, penginformasian, edukasi, dukungan, bujukan dan lain-lain disertai dengan pendekatan sedemikian rupa agar komunikasi yang terjadi berjalan efektif dan tujuan dari percakapan tersebut tercapai dan ingkat penularan HIV/AIDS bisa berkurang. Dengan demikian penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi komunikasi yang digunakan oleh konselor Pokja

126 HIV/AIDS di RSPI Sulianti Saroso dalam menangani pasien yang mengidap HIV/AIDS (ODHA) dan hambatan-hambatan apa saja yang ditemui beserta solusinya yang didapat melalui wawancara dengan kelima informan menghasilkan strategi komunikasi dengan menggunakan teknik mikro konseling yaitu keterampilan menciptakan suasana hening yang nyaman, mengajukan pertanyaan, merespon didalam percakapan, mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati, dan komunikasi non verbal melalui bahasa tubuh dan paralinguistik sebagai keterampilan berkomunikasi yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh konselor didalam konseling dan tes secara sukarela sehingga menjadi strategi komunikasi yang baik dan dapat digunakan untuk menangani kliennya dan solusi dari hambatan-hambatan yang ditemui didalam rangkaian kegiatan komunikasi antara konselor Pokja AIDS dengan kliennya pada saat konseling 5.2 Pembahasan Pada bagian ini penulis akan membahas strategi dan tindakan yang diambil konselor dikaitkan dengan landasan teori pengelolaan makna atau yang dikenal dengan CMM (Coordinated Management of Meaning) yang membahas mengenai bagaimana makna yang dimiliki seseorang dikelola atau dikoordinasikan dalam percakapan. Dari hasil wawancara dengan kelima konselor diketahui bahwa kelima konselor Pokja AIDS RSPI-SS mengkombinasikan keterampilan berkomunikasinya dalam memberikan informasi, edukasi, saran, dan lainnya pada saat membicarakan halhal terkait dengan penyakit HIV dan AIDS dengan klien didalam konseling dan tes secara sukarela (KTS) sehingga menjadi strategi komunikasi yang baik dan

127 efektif bertujuan perubahan perilaku klien ke arah yang lebih baik dengan khasiat terapi. Teknik mikro konseling tersebut digunakan didalam kegiatan komunikasi guna menciptakan suasana komunikasi yang nyaman dan kondusif bagi klien sehingga klien mau membicarakan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Mikro konseling tersebut merupakan strategi bagaimana seorang konselor membuat suasana hening dan nyaman, teknik mengajukan pertanyaan, merespon didalam percakapan, mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati, dan teknik berkomunikasi non verbal baik dari bahasa tubuh dan paralinguistik. Pada kegiatan komunikasi antara konselor pokja dengan kliennya, konselor berperan sebagai komunikator yang informatif, edukatif dan persuasif, menggunakan kemampuan berkomunikasinya yang baik dikombinasikan dengan teknik mikro konseling dan pendekatan-pendekatan untuk membangun suasana komunikasi yang baik dan memapankan hubungan diantara keduanya agar tujuan konseling tercapai, mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi klien dan perubahan prilaku klien kearah yang lebih baik sehingga bisa mengurangi tingkat penularan HIV/AIDS. Dari pemaparan strategi sebelumnya dapat dilihat bahwa konseling dan tes secara sukarela (KTS) merupakan rangkaian dari proses komunikasi antara konselor dengan klien dengan tujuan perubahan perilaku pada diri klien, perubahan perilaku disini berkaitan dengan usaha pencegahan terhadap HIV/AIDS dimana diperlukan perubahan dari perilaku yang beresiko menjadi perilaku yang aman. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa kunci dari semua konseling adalah komunikasi, dalam hal ini merupakan komunikasi tatap muka, secara langsung

128 dan merupakan proses komunikasi yang didalamnya berisi percakapan antara koselor dan klien. Hal ini sejalan dengan teori CMM yang juga merupakan bagian dari tradisi pemikiran sibernetika dan biasa digunakan dalam topik-topik tentang percakapan dan hubungan interpersonal dimana berbagai elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Tugas penting konselor yang berkaitan dengan perubahan perilaku dengan rangkaian proses komunikasi pada sesi konseling tersebut berkaitan dengan inti dasar dari teori CMM dimana pada sesi konseling, konselor sebagai komunikator berusaha mengelola dan mengkoordinasikan makna didalam suatu percakapan dengan kliennya dalam konteks terapi dengan tujuan klien bisa menginterpretasikan pesan tersebut dan memiliki pemahaman dan makna yang sama dengan konselor. Dari pesan yang telah dikelola oleh konselor dan disampaikan kepada klien kemudian klien memaknainya barulah klien bertindak atas dasar pengertian yang mereka miliki, interpretasi dari pesan yang didapat. Dari uraian hasil wawancara juga didapat bahwa baik konselor dan klien melakukan aturan yang berlaku didalam percakapan yang ada didalam teori CMM yaitu aturan kostitutif mengenai makna untuk memberikan interpretasi atau memahami suatu peristiwa. Dalam hal ini, konselor yang memahami mengenai ruang lingkup pekerjaan mereka sebagai konselor HIV/AIDS. Nantinya pemahaman mereka mengenai hal tersebut mereka kelola dan koordinasikan dalam menghadapi klien dan segala permasalahannya mengenai HIV/AIDS didalam konseling dengan konteks komunikasi terapi dan perubahan tingkah laku. Sedangkan dari pesan yang didapat klien dari konselor tersebut, klien kemudian

129 bertindak atas dasar pengertian yang mereka miliki kemudian memutuskan tindakan yang sesuai. Dalam hal ini klien menggunakan aturan regulatif di dalam percakapan mengenai tindakan yang akan digunakan untuk memberikan tanggapan atas pesan yang didapat dari konselor tersebut. Hasil yang didapat konselor memuaskan apabila konselor mendapatkan tanggapan yang diinginkan yaitu perubahan perilaku klien (koordinasi tercapai) tapi jika terjadi hasil yang tidak memuaskan, tidak mewakili konsekuensi dan hasil yang diinginkan dimana klien bertindak tidak sesuai yang di harapkan konselor maka konselor menyesuaikan kembali aturan-aturan mereka sehingga tercapai kesamaan makna antara konselor dan klien (level koordinasi yang diinginkan). 5.2.1 Pembahasan Kegunaan Hasil Penelitian Secara Teoritis Hasil penelitian ini terkait kegunaan penelitian secara teoritis, dapat digunakan sebagai salah satu rujukan untuk penelitian sejenis. Teori pengelolaan makna (Coordinate Management Of Meaning Theory) yang dikemukakan oleh W.Barnett Pearce & Vernon Croner merupakan teori mengenai interaksi sosial yang membahas cara-cara bagaimana berbagai makna yang dimiliki seseorang dikoordinasikan dalam percakapan. Teori ini dipilih karena pada dasarnya kegiatan konseling berisi percakapan antara konselor dan kliennya. Teori CMM juga memiliki kekuatan untuk menunjukkan bagaimana percakapan menghasilkan makna didalam hubungan antar individu yang melakukan percakapan, hal ini bisa terlihat didalam usaha konselor untuk membangun kepercayaan klien dan setelahnya mengatur bagaimana kepercayaan tersebut

130 dapat di pertahankan. Hal tersebut dilakukan di dalam percakapan selama sesi konseling oleh konselor dengan menggunakan strategi komunikasi mikro konseling. 5.2.2 Pembahasan Kegunaan Hasil Penelitian Secara Praktis Kegunaan hasil penelitian ini secara praktis yaitu menjadi sumbangan pemikiran bagi para konselor Pokja AIDS RSPI-SS. Sebagai salah satu rujukan nasional dalam menangani kasus-kasus penyakit AIDS sebaiknya konselor Pokja AIDS RSPI-SS terus meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan kualitas pelayanan agar semakin bisa diandalkan oleh para kliennya. Dalam menjalankan tugasnya pada kegiatan KTS konselor Pokja AIDS RSPI-SS sering menggunakan strategi komunikasi mikro konseling yang merupakan keterampilan berkomunikasi efektif yang bertujuan untuk terapi dan perubahan perilaku klien. Strategi mikro konseling digunakan dalam rangka membangun dan mengembangkan hubungan yang suportif antara konselor dengan kliennya. Sehingga dengan hubungan yang terjalin tersebut konselor bisa membantu klien dalam hal yang berkaitan dengan isu penyakitnya, mengubah perilaku klien ke arah yang lebih baik dan mempertahankannya. Dengan pengefektifan dari strategi-strategi yang sudah ada dan keinginan dari konselor untuk berinovasi, keluar dari buku panduan yang telah dipelajari, diharapkan bisa mencapai tujuan utama yaitu bisa ikut mengurangi meningkatnya kasus HIV/AIDS di Indonesia dan menjaga agar tingkat penularan HIV tidak berlanjut.