Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, 22 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha KELOMPOK 4

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Penentuan Kesadahan Dalam Air

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Sistem tiga komponen

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

LAPORAN PERCOBAAN. HARI/ TANGGAL PERCOBAAN Hari Jum at/ Tanggal 04 Desember 2015 Pukul WIB

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Metodologi Penelitian

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

PERCOBAAN 3. Bogor: IPB. 1 Armi Yuspita Karo Pengaruh penggunan kombinasi jenis minyak terhadap mutu sabun transparan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

TITRASI POTENSIOMETRI

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA


EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB III METODE PENELITIAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Transkripsi:

Laporan Praktikum Kimia Analitik II Koefisien Distribusi Iod Oleh : 1. Fitri Aprilia 093194205 2. Wilda Ulin Nuha 093194211 3. Endah Rohmawati 093194216 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia 2011

A. Judul Percobaan : KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD B. Tujuan : 1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organik 2. Menghitung harga K D dari iod C. Dasar Teori Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur. Pelarut yang umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti CCl 4, eter atau pentana. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001). Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990). Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan

tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan rumus: K D = atau K D =, Dengan K D = Koefisien distrribusi, dan Co, dan Ca adalah konsentrasi solute pada pelarut organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solute dalam pelarut organic dituliskan di atas dan konsentrasi solute dalam pelarut di tuliskan di bawah. Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organic begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila ; (a) solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, (b) solute tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut, dan (c) zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain. Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi, perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan. Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (K D ). Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut adalah X, maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis: D =

D. Alat dan Bahan Alat : - Gelas kimia - Pipet - Gelas ukur - Labu ukur - Corong pisah - Statif - Erlenmeyer - Buret - Pipet gondok Bahan : - Larutan Iod - Aquades - Larutan Na 2 S 2 O 3 0,01 N - Cloroform - Larutan H 2 SO 4 - Larutan kanji

E. Alur Percobaan Larutan Iod 0,1 M 10 ml Larutan Iod Diencerkan pada labu ukur 100 ml - Dipipet sebanyak 10 ml - Dipindahkan dalam corong pisah - Ditambahkan 1 ml kloroform - Kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran - Diamkan sampai kedua lapisan (organik dan air) terpisah dengan baik. - Pisahkan iod dalam pelarut organik dan letakkan dalam wadah yang disediakan Iod dalam pelarut air - Ditambahkan dengan 1 ml kloroform. - Kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran - Diamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik. - Pisahkan iod dalam fasa organik dalam wadah yang disediakan. - Ulangi penambahan kloroform dalam fasa air, sampai total kloroform yang ditambahkan adalah 5 ml Iod dalam pelarut organik Iod dalam pelarut air, setelah ekstraksi ganda

Iod dalam pelarut air, setelah ekstraksi ganda Hasil - Dimasukkan dalam erlenmeyer - Tambahkan dengan 2 ml H 2 SO 4 - Tambahkan 1 ml larutan kanji 0,2 % - Dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru hilang - Catat volume Na 2 S 2 O 3 yang dibutuhkan. Menentukan konsentrasi iod mula-mula 10 ml larutan iod yang telah diencerkan Hasil - Dimasukkan dalam erlenmeyer - Tambahkan dengan 2 ml H 2 SO 4 - Tambahkan 1 ml larutan kanji 0,2 % - Dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru hilang - Catat volume Na 2 S 2 O 3 yang dibutuhkan. F. Hasil Pengamatan No Perlakuan Hasil pengamatan Sebelum Sesudah 1 Membuat larutan iod : - Mengambil 10 ml larutan iod 0,1 M Iod : cokelat (+++) Larutan iod : merah kecokelatan - Memasukkannya dalam labu ukur 100 ml - Menambahkan larutan dengan aquades sampai tanda batas - Mengocok hingga tercampur sempurna (homogen) 2 Penentuan konsentrasi iod mula-mula - Larutan iod : merah - Larutan Iod +

- Mengambil larutan iod baku, sebanyak 10 ml - Memasukkan dalam erlenmeyer - Menambahkan 2 ml H 2 SO 4 2M - Menambahkan dengan 1 ml larutan kanji 0,2% - Menitrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru hilang. - Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. - Mencatat volume larutan Na 2 S 2 O 3 yang diperlukan. 3 Ektraksi larutan iod - Mengambil 10 ml larutan iod - Memasukkan larutan iod ke dalam corong pisah - Menambahkan 1 ml kloroform lalu dikocok searah dengan sesekali membuka kran - Diamkan sampai kedua larutan terpisah dengan baik - Pisahkan iod dalam pelarut organik, dan letakkan pada wadah yang disediakan - Iod dalam pelarut air ditambahkan lagi dengan 1 ml kloroform. Kemudian dikocok dan didiamkan sampai terpisah dengan baik. Pisahkan iod dalam pelarut organik. (ulangi langkah ini sampai 4 kali, sehingga jumlah total kloroform yang ditambahkan adalah 5 ml) - Pindahkan iod dalam pelarut organik dalam erlenmeyer - Menambahkan 2 ml H 2 SO 4 dan 1 ml kecokelatan - Larutan H 2 SO 4 : jernih tidak berwarna - Larutan kanji : jernih tidak berwarna - Larutan Na 2 S 2 O 3 : jernih tidak berwarna - Larutan iod : merah kecokelatan - Kloroforn : jernih tidak berwarna - Larutan H 2 SO 4 : jernih tidak berwarna - Larutan kanji : jernih tidak berwarna - Larutan Na 2 S 2 O 3 : jernih tidak berwarna H 2 SO 4 : merah kecokelatan - Larutan Iod + H 2 SO 4 + larutan kanji : biru (+++) - Volume Na 2 S 2 O 3 : 1. 13,5 ml 2. 13,8 ml 3. 14 ml - Larutan iod dalam pelarut organik : ungu - Larutan iod dalam pelarut air : orange jernih (++) - Larutan iod dalam pelarut air + H 2 SO 4 : orange jernih (++) - Larutan iod dalam pelarut air + H 2 SO 4 + larutan kanji : biru (+++) - Volume larutan Na 2 S 2 O 3 : V.1 : 2,1 ml V.2 : 2,0 ml V.3 : 2,5 ml

larutan kanji 0,2% - Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru tepat hilang. - Mencatat volume larutan Na 2 S 2 O 3 yang diperlukan untuk mengubah warna larutan. G. Analisis Data 1. Penentuan Konsentrasi Awal Iod Dalam menentukan konsentrasi distribusi iod, konsentrasi awal iod harus diketahui lebih dahulu. Konsentasi awal dari iod dapat diketahui dengan melakukan titrasi I 2 dengan Na 2 S 2 O 3 atau biasa disebut dengan titrasi iodometri. Larutan iod 0,1 M sebanyak 10 ml (berwarna coklat) diencerkan dengan aquades pada labu ukur 100 ml, larutan berubah warna menjadi coklat kemerahan. Kemudian dari larutan iod yang telah diencerkan tadi, dipipet menggunakan pipet seukuran sebanyak 10 ml untuk dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3. Setelah 10 ml larutan iod dimasukkan kedalam erlenmeyer, sebelumya ditambahkan 2 ml H 2 SO 4 2M, hal ini dilakukan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Kemudian ditambahkan larutan kanji 0,2% sebanyak 1 ml, larutan kanji disini bertindak sebagai indikator. Kemudian larutan tersebut diititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 N. Berikut reaksi yang terjadi : I 2 + 2S 2 O 3 2-2I- + S 4 O 6 2- Titrasi dihentikan pada saat warna biru pada larutan tepat hilang. Dari titrasi yang telah dilakukan, diperoleh volume Na 2 S 2 O 3 sebanyak : V 1 = 13,5 ml V 2 = 13,8 ml V 3 = 14 ml Dari data tersebut, dapat kita cari mek dari I 2, dengan rumus mek I 2 = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 = V Na 2 S 2 O 3 x N Na 2 S 2 O 3

Setelah kita mengetahui mek, mol mula - mula dri Na 2 S 2 O 3 dapat diketahui, dengan menggunakan rumus : mmol I 2 = ½ mek I 2 Mmol I 2 mula-mula ini digunakan untuk menetukan mmol iod dalam fasa organik. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Volume Na 2 S 2 O 3 mek I 2 mmol I 2 mula-mula V1 = 13,5 ml 0,135 mek 0,0675 mmol V2 = 13,8 ml 0,138 mek 0,069 mmol V3 = 14 ml 0,14 mek 0,07 mmol 2. Ekstraksi Larutan Iod Untuk menentukan KD atau koefisien distribusi, kita haru mengetahui konsentrasi iod dalam pelarut organik dan konsantrasi iod dalam pelarut air. Penentuan konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebur dapat diketahui dengan melakukan ekstraksi. Hal pertama yang dilakukan adalah memipet 10 ml larutan iod yang sudah diencerkan tadi dan memasukkannya kedalam corong pisah. Kemudian menyiapkan kloroform sebanyak 5 ml, kloroform disini bertindak sebagai pelarut organik. Kemudian mamasukkan kloroform secara bertahap kedalam corong pisah. Sebanyak 1 ml kloroform dimasukkan kedalam corong pisah, kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran pada corong pisah. Reaksi yang terjadi antara larutan iod dan kloroform adalah: I 2 + 2CHCl 3 3Cl 2 + 2CHI Setelah dilakukan pengocokan beberapa kali, kemudian larutan dalam corong pisah didiamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik, yaitu lapisan organik dan lapisan air. Lapisan organik berada di bawah corong dan berwarna ungu dikeluarkan dari corong pisah dan disimpan di tempat yang telah disediakan. Kemudian memasukkan 1 ml kloroform dan melakukan tahap yang sama dengan yang dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan sampai larutan kloroform sebanyak 5 ml tadi habis terpakai.

Lapisan air yang telah didapatkan dari ekstraksi dipindahkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan H 2 SO 4 2M sebanyak 2 ml, hal ini bertujuan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Lalu ditambahkan larutan kanji 0,2% sebanyak 1 ml, larutan kanji disini bertindak sebagai indikator. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan natrium tiossulfat (Na 2 S 2 O 3 ) 0,01 N. Titrasi dehentikan pada saat warna biru tepat hilang. Langkahlangkan diatas diulangi sampai tiga kali untuk ketelitian dan kevalidan data yang didapatkkan. Setelah melakukan titrasi, diperoleh volume dari Na 2 S 2 O 3 sebesar, V1 = 2,1 ml, V2 = 2,0 ml, V3 =2,5 ml. Dari data ini, dapat dicari mek dari I 2 pada fasa air ( f(a) ) dengan rumus : mek I 2 f(a) = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 f(a) = V Na 2 S 2 O 3 x N Na 2 S 2 O 3 setelah mek I 2 pada fase air diketahui, mmol I 2 dalam fasa air pun dapat dicari, dengan menggunakan rumus : mmol I 2 f(a) = ½ mek I 2 f(a) Konsentrasi I 2 dalam fasa air ( f(a) ) dapat dihitung setelah mmol I 2 dalam fasa air dikatahui, menggunakan rumus : M I 2 f(a) = Dengan V adalah volume fasa air, yaitu sebanyak 10 ml. Dari hasil perhitungan, diperoleh data sebagai berikut: Volume Na 2 S 2 O 3 mek I 2 f(a) mmol I 2 f (a) M I 2 f ( a) V1 = 2, 1 ml 0,021 mek 0,0105 mmol M1 = 1,05 x 10-3 M V2 = 2,0 ml 0,02 mek 0,01 mmol M2 = 10-3 M V 3 = 2,5 ml 0,025 mek 0,0125 mmol M3 = 1,25x10-3 M1,25 x MM10-3 M

Setelah mol serta konsentrasi iod dalam fasa air diketahui, selanjutnya adalah menghitung mol dan konsentrasi iod dalam fasa organik. mmol iod dalam fasa organik ( f(o) ) dapat dihitung menggunakan rumus : Mmol I 2 f(o) = mmol I 2 mula-mula mmol I 2 f(a) Dari perhitungan diatasi,konsentrasi I 2 dalam fasa organik dapat dihitung menggunakan rumus : M I 2 f(o) = Dengan V adalah volume pelarut organik, yaitu volume klorofom sebesar 5 ml. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh data sebagai berikut: mmol I 2 f(o) M I 2 f(o) 0,057 mmol M1 = 0,0114 M 0,059 mmol M2 = 0,0118 M 0,0575 mmol M3 = 0,0115 M Berdasarkan data konsentrasi iod dalam pelarut organik ( M I 2 f(o) ) dan konsentrasi iod dalam pelarut air ( M I 2 f(a) ), harga K D dapat dihitung, dengan mengunakan rumus : K D = M I 2 f(o) M I 2 f(a) K D M1 = 0,0114 M M1 = 0,000105 M KD1 = 10,5871 M2 = 0,0118 M M2 = 0,001 M KD2 = 11,8 M3 = 0,0115 M M3 = 0,00125 M KD3 = 9,2 K D rata-rata KD = 10,6190

H. Diskusi Pada saat melakukan titrasi, baik titrasi untuk penentuan konsentrasi awal larutan iod maupun titrasi iod dalam pelarut air, penambahan larutan kanji 0,2% seharusnya ditambahkan setelah titrasi dijalankan setengahnya dulu, yaitu pada saat warna pada larutan berubah dari coklat kemerahan menjadi kuning. Bukan ditambahkan sebelum titrasi. I. Simpulan Dari percobaan yang telah dilakukan tentang Koefisien distribusi Iod, didapatkan nilai Koefisien distribusi ( K D ) sebesar 10,6190. J. Jawaban Pertanyaan 1. Apa perbedaan antara K D dan D? Jawab : K D digunakan jika solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, solut tidak berasosiasi dalm satu pelarut, dan zat terlarut tidak dapat bereaksi dalam salah satu pelarut. Secara matematis K D dinyatakan dengan: K D = Sedangkan Angka banding distribusi (D) adalah perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air) pada suhu dan tekanan yang tidak konstan, melainkan dipengaruhi oleh ph fasa air. Secara matematis D dinyatakan dengan : D = 2. Bilamana harga K D = D? Jawab : Harga KD = D bila berada pada kondisi ideal dan tidak terjadi interaksi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi.

3. Bagaimana mencari harga hubungan K D dan D untuk asam lemah HB yang mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organic? Jawab : HB H + + B - [ ] D = [ ] [... persamaan (1) ] K DHA = { ] [ ]... persamaan (2) K a = [ ] { } [ ]... persamaan (3) Dari persamaan 3 dapat dituliskan: [ ] = [ ] [ ]... persamaan (4) Dari persamaan 4 disubtitusikan ke dalam persamaan 1 akan diperoleh: = [ ] [ ] + [ ] [ ] = [ ]... persamaan (5) [ ] [ ] Bila persamaan 2 disubtitusikan ke dalam persamaan 5 akan diperoleh persamaan 6 sebagai berikut: = [ ]... persamaan (6)

4. Bagaimana mencari hubungan antara K D dan D untuk basa lemah yang terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik? Jawab : HB (fasa organik) HB + H 2 O H 3 O + + B (fasa air) = [ ] [ ] [ ] [ ] = [ ] [ ]..(1) =[ ] [ ].. 2 D = [ HB] O [ HB] + [ B ] a a..(3) Persamaan (1) disubstitusikan dalam persamaan (3) D = = [ HB] O Ka[ HB] [ HB] a + [ H O + ] [ HB] a [ HB] 3 O a a K a 1+ H3O + a (4) Persamaan 2 disubstitusikan kedalam persamaan (4),sehingga D = KD Ka 1 + [ H O + ] 3 a 5. Buktikan bahwa dengan ekstraksi ganda akan dihasilkan persen terekstrak lebih besar daripada satu kali terekstraksi! Jawab : Misalkan pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan Vo= 5mL dan Va=10 ml didapatkan harga koefisien distribusi (K D )sebesar 10,6.

Untuk mencari fraksi zat terekstrak dalam ekstraksi tunggal ( 5 ml kloroform digunakan semua sekaligus) digunakan rumus: V aq f a = V aq + (K x V Jika data dimasukkan akan diperoleh: 10mL f a = 10mL+ (10,6 x 5mL f a =0,1587 f o =1 0,1587 f o =0,8413 % yang terekstrak = 0,8413 x 100 % = 84,13 % Sedangkan untuk mencari fraksi zat yang terekstrak dalam pelarut organik jika menggunakan ekstraksi berganda 5kali ( volume kloroform yang digunakan @1mL) dapat menggunakan rumus V aq f = V aq + (K x V Dengan memasukkan data akan diperoleh: 10mL f a = 10mL+ (10,6 x 1 f a =0,0269 f o =1 0,0269 f o =0,9731 % yang terekstrak = 0,9731 x 100 % = 97,31 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuktikan bahwa hasil zat terekstrak dalam pelarut organik akan lebih banyak jika menggunakan ekstraksi ganda. K. Daftar Pustaka - Intan, Nur. 2010. Penentuan Koefisien Distribusi, (Online). (http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/tetapan-distribusi-iod-dalamsistem.html, diakses 18 maret 2011)

- Kimia,Unesa.2009. Koefisien Distribusi Iod Laporan Praktikum Dasar- Dasar Pemisahan Kimia, (online). (http://brown13zt.blogspot.com/2008/06/koefisien-distribusi-iod.html, diakses 18 Maret 2011). - Azizah Utiya, dkk. 2003. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Pemisahan Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA. - JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi keenam). Jakarta: Erlangga. - Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang. - Annisa. 2008. Pemisahan Campuran yang Tidak Saling Campur,(Online). (http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/pemisahan-campuranyang-tidak-saling-campur/,diakses 18 Maret 2011).

L. Lampiran Lampiran I Perhitungan A. Menghitung mmol I 2 mula-mula Diketahui : - Vol.1 Na 2 S 2 O 3 = 13,5 ml - Vol.2 Na 2 S 2 O 3 = 13,8 ml - Vol.3 Na 2 S 2 O 3 = 14 ml - N Na 2 S 2 O 3 = 0,01 N Ditanya : - mmol I 2 mula-mula? jawab : Reaksi: I 2 + 2 e- 2I - 2S 2 O 2-3 S 4 O 2-6 + 2e- I 2 + 2S 2 O 2-3 2I - 2- + S 4 O 6 1. mek I 2 = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 = V Na 2 S 2 O 3 X N Na 2 S 2 O 3 I 2 = 13,5 ml X 0,01 mek/ml I 2 = 0,135 mek Mmol I 2 = ½ X mek = ½ X 0,135 = 0,0675 mmol 2. mek I 2 = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 = V Na 2 S 2 O 3 X N Na 2 S 2 O 3 I 2 = 13,8 ml X 0,01 mek/ml

I 2 = 0,138 mek Mmol I 2 = ½ X mek = ½ X 0,138 = 0,069 mmol 3. mek I 2 = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 = V Na 2 S 2 O 3 X N Na 2 S 2 O 3 = 14 ml X 0,01 mek/ml I 2 = 0,14 mek Mmol I 2 = ½ X mek = ½ X 0,14 = 0,07 mmol B. Menghitung mmol dan konsentrasi I 2 dalam fasa air ( f(a) ) Diketahui : - Vol.1 Na 2 S 2 O 3 : 2,1 ml - Vol.2 Na 2 S 2 O 3 : 2,0 ml - Vol.3 Na 2 S 2 O 3 : 2,5 ml - N Na 2 S 2 O 3 : 0,01 N - Volume f air : 10 ml Ditanya : mmol dan konsentrasi I 2..? Jawab : 1. mek I 2 f(a) = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 f(a) = V Na 2 S 2 O 3 X N Na 2 S 2 O 3 I 2 f(a) = 2,1 ml X 0,01 mek/ml I 2 f(a) = 0,021 mek mmol I 2 f(a) = ½ X mek = ½ X 0,021 = 0,0105 mmol

M I 2 f(a) = =, = 1,05 x 10-3 M 2. mek I 2 f(a) = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 f(a) = V Na 2 S 2 O 3 X N Na 2 S 2 O 3 I 2 f(a) = 2,0 ml X 0,01 mek/ml I 2 f(a) = 0,02 mek mmol I 2 f(a) = ½ X mek = ½ X 0,02 = 0,01 mmol M I 2 f(a) = =, = 10-3 M 3. mek I 2 f(a) = mek Na 2 S 2 O 3 mek I 2 f(a) = V Na 2 S 2 O 3 X N Na 2 S 2 O 3 I 2 f(a) = 2,5 ml X 0,01 mek/ml I 2 f(a) = 0,025 mek mmol I 2 f(a) = ½ X mek = ½ X 0,025 = 0,0125 mmol M I 2 f(a) = =, = 1,25 x 10-3 M

C. Menghitung mmol I 2 dan konsentrasi dalam fasa organik (f(o)) 1. mmol I 2 f(o) = mmol I 2 mula-mula mmol I 2 f(a) = 0,0675 0,0105 mmol = 0,057 mmol M I 2 f(o) = =, = 0,0114 M 2. mmol I 2 f(o) = mmol I 2 mula-mula mmol I 2 f(a) = 0,069 0,01 mmol = 0,059 mmol M I 2 f(o) = =, = 0,0118 M 3. mmol I 2 f(o) = mmol I 2 mula-mula mmol I 2 f(a) = 0,07 0,0125 mmol = 0,0575 mmol M I 2 f(o) = =, = 0,0115 M D. Menghitung K D 1. K D 1 = =,, = 10,8571 2. K D 2 = =,,

= 11,8 3. K D 3 = =,, = 9,2 K D rata-rata = =,,, = 10,6190