PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS. Monika Innercentia Ken Sukatno. Erly Suandy. Intisari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI ANALISIS

Neraca 1. Perhitungan Hasil Usaha 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5

PRAKTIKUM PENGAUDITAN & PDE MODUL 1: KERTAS KERJA NERACA, KERTAS KERJA LABA RUGI, SURAT PERIKATAN, RENCANA PEMERIKSAAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

Catatan 31 Maret Maret 2010

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR.

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Dini Iriani Ekonomi/Akuntansi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PERUSAHAAN PT JOGJA TUGU TRANS SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1)

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

EVALUASI KOREKSI FISKAL PADA CV. LIDO LINTAS CAKRAWALA SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB I PENDAHULUAN. PT ABC merupakan perusahaan properti yang didirikan oleh tiga orang UKDW

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

PT GARUDA METALINDO Tbk

EVALUASI KOREKSI FISKAL PADA PT. FAJAR SULTRA CEMERLANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

JUMLAH ASET LANCAR

JUMLAH AKTIVA

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Nama : Farah Fadhilah NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE., MM

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

1 L a p o r a n T a h u n a n

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2012 DAN 2011

1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu komponen dari perusahaan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

) ( ASET INVESTASI

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

BAB II LANDASAN TEORI

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

PENGARUH PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK BIAYA PEGAWAI PADA PT XYZ UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA PERUSAHAAN

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 30 JUNI ASET Semester I 2017 Semester II 2016

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

Transkripsi:

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS Monika Innercentia Ken Sukatno Erly Suandy Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44, Yogyakarta Intisari Perencanaan pajak bertujuan untuk meminimalkan beban pajak dan memenuhi semua kewajiban dibidang perpajakan.. Pajak merupakan beban bagi perusahaan, beban pajak akan mengurangi kemampuan perusahaan.. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui cara penghitungan pajak apakah telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku serta mengetahui peranan perencanaan pajak dalam meminimalkan beban pajak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2012 PT Jogja Tugu Trans yang berlokasi di Jl Raya Yogyakarta Km 4,5 24-B Banguntapan, Yogyakarta. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah mengevaluasi laporan keuangan fiskal, melakukan perencanaan pajak melalui perhitungan pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan dalam penyusutan aset tetap dengan metode garis lurusserta pengoptimalan biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan mengacu pada ketentuan perpajakan yang berlaku, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) Hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu ada ada kesalahan pengelompokan penyusutan, yang menyebabkan penyusutan terlalu besar sehingga menyebabkan laba bersih sebelum pajak komersial meningkat, dan perencanaan pajak yang dilakukan memiliki peran dalam upaya untuk meminimalkan beban pajak. Kata kunci : pajak, penyusutan aset tetap, evaluasi, perencanaan pajak. 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Jogja Trans Tugu merupakan perusahaan yang berusaha dibidang transportasi. Perusahaan ditunjuk oleh pemerintah dinas Perhubungan untuk menjalankan trayek berdasarkan kontrak kerja dengan pemerintah Dinas Perhubungan selama tujuh tahun. Pada tahun 2008, perusahaan mulai menjalankan trayek, dengan mengoperasikan 54 bus. Bus tersebut sebagian milik pemerintah sebanyak 20 bus, sedangkan perusahaan memiliki 34 bus. Walaupun tidak semua bus tersebut milik perusahaan, namun beban pajak atas bus tersebut ditanggung oleh perusahaan. Sebagai perusahaan yang berorientasi pada profit perlu menerapkan sistem perencanaan pajak. Perencanaan pajak memiliki dua tujuan, yaitu membuat jumlah pajak yang terhutangnya menjadi benar dan menghemat jumlah pajak. Untuk itu perencanaan dimaksudkan agar 1

sumberdaya yang ada di perusahaan akan teralokasi dengan tepat sesuai dengan aturan perpajakan, pada akhirnya perusahaan tidak perlu mengeluarkan sumber daya lebih, sehingga laba perusahaan dapat dimaksimalkan. Berdasarkan temuan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Perencanaan Pajak Pada PT Jogja Tugu Trans. 1.2 RUMUSAN MASALAH Perencanaan pajak bertujuan untuk meminimalkan beban pajak dan memenuhi semua kewajiban dibidang perpajakan. Pajak merupakan beban bagi perusahaan, beban pajak akan mengurangi kemampuan perusahaan. Sehingga dengan perencanaan pajak bisa meminimalkan beban pajak dan memenuhi kewajiban pajak dengan benar dan tepat waktu. Pokok permasalahan dalam penelitian adalah : Apakah perencanaan pajak dapat meminimalkan beban pajak terutang pada PT. Jogja Tugu Trans? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memberikan masukan strategi perencanaan pajak yang diterapkan pada perusahaan PT. Jogja Tugu Trans sehingga bermanfaat untuk penghematan jumlah pajak yang terutang dan sesuai dengan ketentuan perpajakan. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Pajak Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan ( Lumbantoruan, 1996 dalam Suandy, 2011). Sedangkan perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak, dalam tahap perencanaan pajak akan dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimalkan kewajiban pajak. 2.2 Laporan Keuangan Fiskal Dalam Suandy (2011) laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan perpajakan dan digunakan untuk perhitungan pajak. Undang-undang perpajakan tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan batasan untuk hal-hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan ini menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal dapat berbeda. Secara umum, laporan 2

keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus dalam undang-undang. 2.3 Koreksi Fiskal Adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial dan fiskal, dimana akuntansi komersial berfokus pada laba, sedangkan fiskal memiliki tujuan utama yaitu penerimaan negara, hal-hal ini yang akan memicu adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara komersial dan fiskal dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Dalam Suandy (2011:97) pajak kini adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Jumlah pajak kini harus dihitung sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial. Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Perbedaan ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu beda tetap dan beda waktu/sementara. Beda tetap adalah perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dan peraturan perpajakan. Akibat dari beda tetap tersebut adalah adanya perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak. Beda waktu atau temporer adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara tahun pajak yang satu ke tahun pajak berikutnya. Dalam PSAK Nomor 46 tentang akuntansi Pajak Penghasilan, pengertian dari pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. 3. GAMBARAN PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT Jogja Tugu Trans (PT JTT) ditunjuk oleh pemerintah Dinas Perhubungan untuk menjalankan trayek, dengan mengoperasikan 54 bus. Berdasarkan kontrak kerja, umur dari kontrak tersebut tujuh tahun. PT Jogja Tugu Trans tersebut didirikan berdasarkan nomor akta: 12, pada tahun 2007 tertanggal 22 Juni. PT. Jogja Tugu Trans beralamat di Jalan Raya Jogja-Wonosari KM 4,5 Nomor 24 B, Yogyakarta. 3

Stuktur Organisasi Struktur organisasi PT. Jogja Trans Tugu (JTT) terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris dan Direktur, Kasi keuangan, Kasi tehnik dan Operasional, Kasi SDM dan Umum. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) adalah merupakan kekuasaan tertinggi. Berikut ini bagan struktur dari PT. Jogja Tugu Trans : Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Jogja Tugu Trans RUPS Dewan Komisaris Direksi Bagian Keuangan Kebijakan Akuntansi Bagian Teknik dan Operasional Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum a) Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang diungkap dalam catatan-catatan terkait b) Kas dan Setara Kas 4

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang bersifat sangat liquid, berjangka pendek dan dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko yang signifikan. Semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehan dan tidak dijaminkan dianggap setara kas. c) Piutang Jaminan Piutang Jaminan merupakan kas yang dikeluarkan untuk menjamin pelaksanaan operasional yang pada akhir tahun akan dikembalikan pada awal bulan berikutnya. d) Persediaan Persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan dan dicatat dengan metode FIFO e) Aset Tetap Aset tetap dicatat berdasarkan harga perolehannya. f) Transaksi transaksi Pihak Hubungan Istimewa, pihak-pihak tersebut : 1. Direksi 2. KOPATA 3. Koperasi ASPADA 4. Koperasi PEMUDA 5. PUKOPAR DIY 6. Perum DAMRI g) Pendapatan dan Beban Pendapatan diakui pada saat jasa pelayanan telah diberikan dan kilometer yang telah ditempuh dikalikan dengan tarif yang sudah ditentukan dan telah ditagihkan kepada Dinas Perhubungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Beban telah diakui sesuai dengan masa manfaatnya. h) Pajak Penghasilan Perusahaan mengakui kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan sebelumnya yang belum dibayar. i) Imbalan Kerja Berdasarkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 289/ KEP/2011 pada tahun 2012 UMR di Yogyakarta sebesar Rp.892.660,00. Perusahaan juga telah menghitung besarnya pesangon, dimana dananya dikelola oleh pihak ketiga dalam hal ini adalah JAMSOSTEK sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja Republik Indonesia No.13/2003. j) Penggunaan Estimasi Penyususnan laporan keuangan menurut prinsip akuntansi berlaku umum mensyaratkan Manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah-jumlah yang dilaporkan. Karena adanya ketidak pastian yang melekat dalam pembuatan estimasi, hasil aktual yang dilaporkan pada tahun yang akan datang dapat berbeda dengan estimasinya. 5

4. ANALISIS DATA PT Jogja Tugu Trans pada tahun 2012 mempunyai laba bersih sebelum pajak sebesar Rp1.318.942.307. PT Jogja Tugu Trans sudah melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangannya, total koreksi fiskal Rp 895.477.986, PKP pada tahun 2012 sebesar Rp 2.214.420.293. Kebijakan penyusutan menggunakan metode garis lurus, hal ini karna metode garis lurus dianggap mudah untuk diaplikasian dalam menghitung penyusutan aset tetap, selain itu jumlah yang dikeluarkan sama setiap tahunnya. Koreksi Fiskal Berikut ini adalah koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan: 1. Uang Dinas Jalan Uang Dinas Jalan sebesar Rp 846.954.000 dilakukan koreksi positif karena perusahaan tidak memungut Pajak Penghasilan Pasal 21. 2. Dana Sosial dan Atensi Relasi Dana Sosial dan Atensi Relasi tidak dapat dibebankan secara fiskal, karena biaya tersebut tidak terkait dengan usaha perusahaan dan pekerjaan, maka biaya sebesar Rp 9.569.600 harus dikoreksi positif. 3. Denda Pajak dan PBB Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh, denda pajak merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan untuk menghitung besarnya pengghasilan kena pajak, maka dilakukan koreksi fiskal positif. Berdasarkan tagihan sebesar Rp 2.978.500 denda atas PBB harus dikoreksi fiskal positif. Dalam akun ini terdapat kesalahan dalam penamaan akun, seharunya hanya nama akun tersebut adalah PBB saja, sedangkan akun Denda pajak sudah disendirikan. 4. Bunga dan Administrasi Bank Dalam akun administrasi bank terdiri dari pajak atas bunga tabungantabungan dan biaya administrasi buku tabungan, maka biaya tersebut koreksi positif sebesar Rp 4.459.167, karena bunga sudah dikenai PPh final. 5. Penyusutan Inventaris Ada selisih antara jumlah penyusutan fiskal yaitu sebesar Rp2.329.650.110,42 sedangkan jumlah penyusutan komersial sebesar Rp2.354.496.498,31 dalam akun penyusutan inventaris sehingga dilakukan koreksi positif sebesar Rp 24.846.388 karna penyusutan komersial lebih tinggi dibanding penyusutan fiskalnya. 6

6. Pajak Lawyer Dalam akun Pajak Lawyer sebenarnya adalah denda pajak. Munculnya denda tersebut karna perusahaan terlambat dalam penyampaian SPT Masa lainnya, dalam pasal 9(1) huruf k UU PPh denda pajak tidak boleh dikurangkan dalam penghasilan bruto, maka harus dikorekasi positif sebesar Rp 500.000. 7. Rapat dan Perayaan Biaya Rapat dan Perayaan merupakan biaya yang menurut pasal 9 ayat (1) Undang-undang PPh tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, sebesar Rp 26.869.050 dikoreksi positif. 8. Pendapatan Jasa Giro Pendapatan Jasa Giro, dikoreksi negatif karena pendapatan tersebut telah dipotong pajak penghasilan yang bersifat final sehingga tidak boleh ditambahkan pada pendapatan. Hal ini didasarkan pada ketentuan pasal 4 ayat (2) UU PPh Nomor 36 tahun 2008. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan koreksi negatif sebesar Rp 20.725.719. Penghasilan PPh Badan oleh Perusahaan Laba Bersih Sebelum Pajak Rp1.318.942.307 Koreksi Positif Rp 916.203.705 Koreksi Negatif (Rp 20.725.719) PKP Rp 2.214.420.293 PPh Rp 497.991.864 Laba (Rugi) Bersih Setelah Pajak Rp 820.940.443 Perencanaan Pajak Tujuan dari perencanaan pajak ada dua, tujuan yang pertama yaitu bagaimana membuat laporan keuangan menjadi benar, supaya seandainya terjadi pemeriksaan dikemudian hari tidak terjadi masalah, dan tujuan yang kedua menghemat beban. Berdasarkan data perusahaan, penulis mencoba membuat perencanaan pajak untuk PT Jogja Tugu Trans dengan tetap mengacu pada undang-undang perpajakan yang berlaku. Tahap pertama penulis akan membenarkan kekeliruan, yang terdiri dari: Berdasarkan pasal 11 UU Nomor 36 tahun 2008 tentang penyusutan, metode yang diperbolehkan salah satunya adalah garis lurus. 7

Tabel 4.5 Tabel Perbandingan Beban Penyusutan Garis Lurus Tahun 2012 ASET KOMERSIAL FISKAL KELOMPOK I Rp 425.000.000 Rp 444.030.641,67 KELOMPOK II Rp 1.929.496.498,31 Rp 1.885.619.468,75 JUMAH PENYUSUTAN ASET Rp 2.354.496.498,31 Rp 2.329.650.110 Dari tabel penyusutan tersebut, diketahui bahwa ada selisih antara beban penyusutan komersial dan fiskal, yaitu sebesar Rp2.354.496.498,31 - Rp2.329.650.110 = Rp24.846.388. Walaupun terdapat selisih, namun perbedaan tersebut hanya sementara, karna pada akhir masa mafaat akumulasi penyusutan, kedua metode tersebut nilainya akan sama. 1. Beban Penyusutan Koreksi kekeliruan berdasarkan pengelompokan aset oleh PT Jogja Tugu Trans. Perusahaan menggunakan metode garis lurus berdasarkan data perusahaan, namun perusahaan salah mengelompokan aset, sehingga berdampak pada umur ekonomis yang berbeda antara pajak dan komersialnya. Penyusutan seharusnya Rp2.329.650.110, sedangkan perhitungan penyusutan berdasarkan perusahaan sebesar Rp 2.354.496.498,31. Sehingga menyebabkan koreksi positif sebesar Rp24.846.388. 2. Biaya Administrasi Bank Biaya administrasi bank sebesar Rp 4.459.167 terdiri dari jasa giro Rp4.145.144 dan administrasi bank sebesar Rp 314.023, karena jasa giro dikenakan PPh final, maka pajak atas jasa giro harus dikoreksi, tetapi biaya administrasi bank tidak perlu dikoreksi. Tahap yang kedua adalah penulis akan melakukan optimalisasi beban pajak pada akun: Uang Dinas Jalan Perencanaan pajak untuk PT Jogja Tugu Trans melihat koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan, penulis melihat ada peluang optimalisasi beban pajak untuk uang dinas jalan. Uang dinas jalan diberikan pada wak bus berdasarkan hari kerja dan diberikan dua minggu sekali, karena itu uang dinas jalan dikoreksi positif. Menurut analisis penulis sebaiknya uang dinas jalan ini diperhitungkan ke dalam komponen gaji, mengingat besarnya gaji masi dibawah PTKP, karena standar gaji adalah UMR ditambah masa kerja. UMR Yogyakarta pada tahun 2012 adalah sebesar Rp829.660,00. Seandainya setelah ditambahkan gaji mengakibatkan penghasilan neto lebih bbesar dari PTKP dan dikenakan PPh 21, kepada karyawan tersebut bisa diberikan tunjangan pajak, supaya tidak mengurangi jumlah gaji yang dibawa pulang. Tunjangan pajak tersebut hanya akan dikenai tarif 5%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan penghematan atas 8

optimalisasi biaya yang dapat dikurangkan pada perusahaan yang dikenakan tarif 25%. Dalam pasal 6 ayat (1), biaya Uang Dinas Jalan dapat dibiayakan, dan mengurangi penghasilan bruto, sebesar Rp 211.738.500. Perhitungan PPh Badan dengan Perencanaan Pajak Laba Bersih Sebelum Pajak Rp1.318.932.307 Koreksi Positif Rp 276.553.513 Koreksi Negatif (Rp 20. 275.719) Penghasilan Kena Pajak PPh Terhutang Laba Bersih Setelah Pajak Rp1.575.210.101 Rp393.802.525 Rp925.129.782 PPh terhutang sebelum perencanaan sebesar Rp497.991.864, PPh terhutang setelah perencanaan sebesar Rp393.802.525. Setelah dilakukan perencanaan pajak dapat disimpulkan terdapat penghematan pajak sebesar Rp104.301.839. Dengan demikian laba bersih setelah pajak meningkat sebesar Rp104.301.839 dari Rp820.940.443 menjadi Rp925.129.782. 5. KESIMPULAN DAN SARAN a. kesimpulan Setelah penulis melakukan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa, dengan perencanaan pajak, dapat mengurangi beban pajak perusahaan: 1. Setelah dilakukan penelaahan, ada kesalahan pengelompokan penyusutan, yang menyebabkan penyusutan terlalu besar Rp24.846.388 dengan melakukan koreksi 2. Dengan melakukan perencanaan pajak, item biaya uang dinas jalan sebesar Rp211.738.500 diubah dimasukan kedalam penghasilan gaji karyawan, maka biaya ini boleh dikurangkan dan tidak perlu dikoreksi. Akibatnya PPh turun dan laba bersih setelah pajak naik sebesar Rp104.301.839. Dengan demikian terdapat penurunan pajak dari Rp820.940.443 menjadi Rp925.129.782 b. Keterbatasan 1. Dibatasi pada laporan keuangan (Laporan Laba/Rugi dan Neraca) pada tahun 2012 dan catatan-catatan laporan keuangan lainnya. 9

2. Perencanaan pajak yang dilakukan menggunakan data historis, karena penulis tidak bisa mendapatkan data perencanaan perusahaan pada tahun mendatang. 3. Analisis atas laporan keuangan dan catatan-catatan laporan keuangan lainnya kecuali pada daftar rincian gaji. c. Saran Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada perusahaan adalah: 1. Sebaiknya perusahaan memperhatikan pengelompokan aset, harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku, agar diperoleh jumlah biaya penyusutan yang sesuai. Apabila biaya penyusutan keliru akan menyebabkan penghitungan pajaknya keliru. Penghitungan pajak bisa menjadi lebih besar atau lebih kecil. Apabila beban penyusutan lebih besar, perusahaan dirugikan karena laba perusahaan akan kecil. Apabila lebih kecil, ada resiko seandainya diperiksa, perusahaan akan kurang bayar dan dikenai sanksi. 2. Perusahaan sebaiknya membuat kebijakan batas minimum nilai aset yang disusutkan. Seandainya ada aset yang nilainya dibawah batas minimum bisa langsung dibebankan pada periode yang bersangkutan. 3. Perusahaan harus lebih memperhatikan jangka waktu pembayaran pajaknya, sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam penyampaian SPT PPh Badan masa yang berkaitan dengan pelaksanaan perundangundangan. DAFTAR PUSTAKA Dewi. F, P., Evaluasi Koreksi Fiskal Pada CV. Lido Lintas Cakrawala., Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta. 2010 Gunarto. M, H., Perencanaan Pajak Sebagai Alat Penghematan Pajak Penghasilan Yang Dibayarkan Oleh UD. Naga Agung Surya Alam, Fakultas Ekonomi Universitaas Atmajaya Yogyakarta, 2006 Ignasius, B.A., Peranan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak, Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2008. Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Undang-undang Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu. IAI, Jakarta Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 651/KMK.04/1994, yang diakses pada 10

http://www.bapepam.go.id/desain_baru/dana_pensiun/regulasi_dp/kepmen_ dp/kmk6511994.pdf Mandeno, C., Evaluasi Koreksi Fiskal Pada PT. Fajar Sultra Cemerlang, Fakultas Ekonomi Universitaas Atmajaya Yogyakarta, 2009 Peraturan Menteri Keuangan nomor 142/PMK.03/2010, yang diakses pada http://www.pajak.go.id/dmdocuments/pmk-142-2010.pdf Peraturan Menteri Keuangan nomor 245/PMK.03/2008 yang diakses pada http://www.pajak.go.id/dmdocuments/pmk-245-2008.pdf Peraturan Menteri Keuangan nomor 154/PMK.03/2009 yang diakses pada http:// luk.staff.ugm.ac.id/atur/uang/pmk154-2009.pdf Peraturan Menteri Keuangan nomor 80/PMK.03/2009 yang diakses pada http://triyani.files.wordpress.com/2009/05/pmk-80-2009.pdf Peraturan Menteri Keuangan nomor 247 /PMK.A3/2008 yang diakses pada http://www.pajak.go.id/dmdocuments/pmk-247-2008.pdf Peraturan Menteri Keuangan nomor 57/PMK.03/2009 yang diakses pada http://www.pajak.go.id/dmdocuments/pmk-57-2010.pdf Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 93 Tahun 2010 yang diakses pada http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2010/93tahun2010pp.htm Peraturan Menteri Keuangan nomor 83/PMK.03/2009 yang diakses pada http://www.pajak.go.id/dmdocuments/pmk-83-2009.pdf Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta. Suhartono, R dan Ilyas, B.W. 2010. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Tax House. Modul Pelatihan Pajak Aplikatif Pemagangan Pajak. Thomas, Sumarsan. 2013. Tax Review Dan Strategi Perencanaan Pajak. Buku satu. Edisi dua. Indeks. Jakarta. Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat: Jakarta. 11