Bab 3 Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 4 Data dan Analisis

METODOLOGI PENELITIAN

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH OKSIDAN H 2 O 2 TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARIUM FERRITE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

3 Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

3. Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Metodologi Penelitian

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi, sintesis material konduktor ionik dan uji kinerja material

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hariadi Aziz E.K

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

3 Metodologi Penelitian

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan material keramik komposit LSM-YSZ-GDC

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

MODUL I Pembuatan Larutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

Hukum Dasar Kimia Dan Konsep Mol

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

Transkripsi:

Bab 3 Metodologi Penelitian Percobaan ini melewati beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Langkah pertama yang diambil adalah mempelajari perkembangan teknologi mengenai barium ferit dari berbagai sumber yang telah lebih dahulu meneliti barium ferit. Sumber yang penulis gunakan adalah dari buku dan juga jurnal-jurnal baru, khususnya jurnal terbaru yang membahas mengenai pembuatan barium ferit dengan metode solgel auto combustion, sesuai dengan yang akan penulis kerjakan dalam penelitian ini. Langkah berikutnya adalah merancang percobaan yang akan dilakukan, perancangan yang dilakukan adalah penentuan parameter-parameter yang digunakan dalam mensintesis bahan-bahan yang akan dipakai, serta menentukan prosedur percobaan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan supaya ketika dilakukan percobaan tidak muncul kekeliruan dalam mengambil langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan, karena akan mengganggu jalannya penelitian ini. Setelah selesai merancang percobaan, maka percobaan dapat segera dilakukan. Langkah berikutnya yang penulis lakukan setelah menyelesaikan percobaan adalah melakukan karakterisasi serbuk menggunakan alat X-Ray Diffraction (XRD) dan juga karakterisasi SEM, selain itu untuk mengukur sifat magnet yang didapatkan digunakan karakterisasi sifat magnet dengan alat permagraph. Karakterisasi XRD dan SEM dilakukan untuk melihat fasa apa saja yang terbentuk dan juga untuk mengukur bentuk serbuk, ukuran serbuk, serta distribusi serbuk yang terjadi. Setelah selesai melakukan percobaan dan melakukan karakterisasi, maka data-data yang didapatkan langsung dianalisa, sehingga akan didapatkan suatu kesimpulan. Dalam subbab berikut akan dijelaskan mengenai percobaan yang dilakukan dan juga diagram alir dari percobaan yang telah dilakukan. 17

3.1 Diagram percobaan Diagram alir yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : Penentuan komposisi Larutan Ba(NO 3 ) 2 + Larutan Fe(NO 3 ) 3.9H 2 O + Larutan asam sitrat Penambahan oksidan Penetesan NH 4 OH Larutan sitrat - nitrat Larutan sitrat nitrat - oksidan Larutan sitrat nitrat dengan ph 7 Dehidrasi termal Gel Auto combustion Serbuk hasil pembakaran Kalsinasi Serbuk BaFe 12 O 19 Karakterisasi XRD Serbuk BaFe 12 O 19 Karakterisasi SEM Kompaksi Karakterisasi sifat magnet Diagram 3.1 Diagram Alir Percobaan 18

3.2 Alat dan Bahan Peralatan dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut : PERALATAN BAHAN Gelas kimia Fe(NO 3 ) 3.9H 2 O analytical grade Ultrasonic cleaner Ba(NO 3 ) 2 analytical grade Batang pengaduk Asam sitrat 98% technical grade Neraca analitik Aqua bidestilat Indikator universal (kertas) NH 4 OH 25% Hot plate H 2 O 2 50% Mortar & penumbuk Boat Jangka sorong Tungku pemanas Dies cetakan magnet Alat kompaksi hidrolik Permagraph Tabel 3.1 Tabel Peralatan dan Bahan Gambar 3.1 Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan 19

3.3 Penentuan Komposisi Untuk membuat BaFe 12 O 19, rasio stoikiometri Fe/Ba harus 12, atau dengan kata lain untuk 1 mol kation Ba 2+ diperlukan 12 mol Fe 3+. Namun, dalam percobaan, rasio Fe/Ba 12 belum tentu menghasilkan serbuk dengan fasa tunggal BaFe 12 O 19 pada akhir kalsinasi karena ada Ba yang menguap. [6] Pada percobaan yang dilakukan rasio Fe/Ba yang digunakan adalah 7 dan 12. Berdasarkan percobaan yang telah dilkakukan Bahadur dan rekan-rekannya, yang melihat pengaruh perbedaan rasio konsenterasi ion logam dan juga asam sitrat sebagai bahan bakarnya, didapatkan bahwa rasio terbaik untuk menghasilkan magnet dengan sifat magnet dan ukuran partikel yang paling baik adalah 1 : 2 (mol ion logam : mol asam sitrat). Pada percobaan ini akan ditambahkan oksidan pada larutan dengan berbagai konsenterasi oksidan yang berbeda, sehingga perbandingan yang terjadi adalah mol ion logam : mol asam sitrat : mol oksidan. Perbandingan yang akan digunakan adalah 1 : 2 : 1, 1 : 2 : 2, 1 : 2 : 3, dan 1 : 2 : 4. Penghitungan pertama adalah menghitung massa bahan-bahan yang digunakan Rasio Fe/Ba = 7 Massa Fe(NO 3 ) 3. 9H 2 O = 75 gram Mol Fe(NO 3 ) 3. 9H 2 O = massa / Mr = 75 / 404 = 0,186 mol Mol Fe : Mol Ba = 1 : 7 Mol Ba = 0,186 / 7 = 0,0266 mol Massa Ba(NO 3 ) 2 = mol Ba(NO 3 ) 2 x Mr Ba(NO 3 ) 2 = 0,0266 x 261,3 = 6,95 gram Total mol ion logam = 0,186 + 0,0266 = 0,2126 mol Mol ion logam : mol asam sitrat = 1 : 2 Mol asam sitrat = 0,2126 x 2 = 0,4252 mol. Massa asam sitrat = mol C 6 H 8 O 7 x Mr C 6 H 8 O 7 = 0,4252 x 192,027 = 81,65 gram Asam sitrat memiliki kemurnian 98 %, sehingga massa asam sitrat yang ditambahkan menjadi 100 / 98 x 81,65 = 83,3 gram. 20

Rasio Fe / Ba = 12 Mol Fe(NO 3 ) 3. 9H 2 O = 75 / 404 = 0,18564 mol Mol Ba(NO 3 ) 2 = 0,18564 / 12 = 0,01547 mol Massa Ba(NO 3 ) 2 = 0,01547 x 261,3 = 4 gram Total mol ion logam = 0,18564 + 0,01547 = 0,20111 mol Mol asam sitrat = 2 x 0,20111 = 0,40222 mol Massa asam sitrat = 0,40222 x 192,027 = 77,23 gram Penghitungan selanjutnya adalah jumlah pelarut untuk melarutkan bahanbahan tersebut. Rasio Fe/Ba = 7 Kelarutan Fe(NO 3 ) 3 = sangat larut dalam air. Untuk melarutkan 75 gram Fe(NO 3 ) 3. 9H 2 O digunakan 75 ml aqua bidestilat. - Kelarutan Ba(NO 3 ) 2 = 11g/100mL air pada 25 C dan 20g/100 ml air pada 60 C Untuk melarutkan 6,79 gram Ba(NO 3 ) 3 diperlukan 6,95/20 x 100 ml = 34,75 ml Dalam percobaan, untuk melarutkan barium nitrat, digunakan 35 ml aqua bidestilat 60 C. - Kelarutan asam sitrat = 133g/100 ml air. Untuk melarutkan 83,3 gram asam sitrat digunakan 70 ml aqua bidestilat. Rasio Fe/Ba = 12-75 gram Fe(NO 3 ) 3. 9H 2 O dilarutkan dalam 75 ml aqua bidestilat, 4 gram Ba(NO 3 ) 2 dalam 35mL aqua bidestilat 40 o C, dan 77 gram asam sitrat dalam 60 ml aqua bidestilat. 21

Penghitungan dilanjutkan dengan menghitung banyaknya oksidan yang harus ditambahkan pada larutan yang telah dibuat tadi. Rasio Fe/Ba = 7 Sampel dibagi menjadi empat bagian ke dalam gelas kimia,masing- masing 21 ml, masing- masing sampel ini akan ditambahkan oksidan H 2 O 2, sehingga rasio mol ion logam : mol asam sitrat : mol oksidan menjadi 1:2:1, 1:2:2, 1:2:3, dan 1:2:4, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian awal. Oksidan H 2 O 2 : Massa molekul = 34 gram/mol Massa jenis = 1,4 gram/ml Mol H 2 O 2 (1:2:1) = 21 / 278 x 0, 2126 = 0,016 mol Massa H 2 O 2 = 0,016 x 34 = 0,546 gram Volume H 2 O 2 = 0,546 /1,4 = 0,39 ml Volume H 2 O 2 50%= 0,39 x 2 = 0,78 ml 0,78 ml adalah jumlah H 2 O 2 yang harus ditambahkan untuk membuat rasio menjadi 1:2:1, untuk meningkatkan rasio menjadi 1:2:2, 1:2:3, dan 1:2:4, jumlah H 2 O 2 yang harus ditambahkan cukup digandakan saja, sehingga perhitungannya menjadi seperti berikut : - Volume H 2 O 2 yang harus ditambahkan untuk membuat rasio menjadi 1:2:2 adalah 1,56 ml. - Volume H 2 O 2 yang harus ditambahkan untuk membuat rasio menjadi 1:2:3 adalah 3,12 ml. - Volume H 2 O 2 yang harus ditambahkan untuk membuat rasio menjadi 1:2:4 adalah 6,24 ml. Rasio Fe/Ba = 12 Pada rasio ini, sampel dibuat menjadi dua kondisi, yang pertama sampel tidak ditambahkan oksidan. Kondisi yang kedua, dengan menambahkan oksidan H 2 O 2 pada larutan. Volume total larutan sitrat nitrat yang terbentuk sebelumnya adalah 238 ml 22

yang kemudian dibagi menjadi 5, dengan volume masing-masing sekitar 47,5 ml. Perhitungan jumlah oksidan yang ditambahkan adalah sebagai berikut. Oksidan H 2 O 2 : Mol H 2 O 2 = 47,5/238 x 0,20178 = 0,04 mol Massa H 2 O 2 = 0,04 x 34 = 1,37 gram Volume H 2 O 2 = 1,37/1,4 = 0,9 ml Volume H 2 O 2 50% = 100/50 x 0,9 ml = 1,8 ml 3.4 Proses Sol-Gel Auto Combustion Langkah selanjutnya setelah menghitung komposisi dari larutan yang akan dibuat, adalah memproses larutan sesuai dengan langkah yang ada pada diagram alir percobaan. Pada awalnya 75 gram serbuk Fe(NO 3 ) 3.9H 2 O dilarutkan dalam 75 ml aqua bidestilat, 6,79 gram Ba(NO 3 ) 2 dilarutkan dalam 35 ml aqua bidestilat yang telah dipanaskan sampai dengan temperatur kurang lebih 60 C sehingga terbentuk larutan nitrat yang seharusnya memiliki perbandingan mol Fe/Ba = 12 (pada percobaan pertama, rasio Fe/Ba = 7,14). 131,68 gram asam sitrat dilarutkan dalam 100 ml aqua bidestilat. Ketiga larutan yang telah terbentuk tadi dicampurkan dan diaduk di dalam satu gelas kimia sampai terbentuk larutan yang berwarna merah hitam dengan volume total 278 ml. Empat gelas kimia berukuran 50 ml masingmasing diisi dengan 29 ml larutan sitrat-nitrat yang telah dibuat tadi. Ke dalam setiap gelas kimia tersebut kemudian ditambahkan oksidan H 2 O 2 yang berbeda konsenterasinya untuk setiap gelas kimia tersebut, yaitu sebanyak 0,78 ml, 1,56 ml, 3,12 ml, dan 6,24 ml. Ketika proses penambahan oksidan ini terjadi reaksi panas dan timbul gas beberapa saat setelah penuangan oksidan ke dalam larutan asam sitrat, terutama pada larutan yang ditambahkan oksidan dengan jumlah paling banyak, sehingga penuangan oksidan harus dilakukan dengan perlahan-lahan agar larutan tidak tumpah. 23

Gambar 3.2 Larutan asam-sitrat-oksidan Setelah selesai dilakukan penuangan oksidan, maka larutan tersebut masingmasing ph-nya harus dibuat netral, caranya dengan menambahkan NH 4 OH ke dalam larutan. NH 4 OH ditambahkan dengan cara diteteskan sedikit-sedikit supaya ph yang tercapai tepat 7, tidak berlebih. Penuangan NH 4 OH juga dilakukan sambil digetarkan didalam penggetar ultrasonik, tujuannya agar larutan benar-benar tercampur dan bereaksi sempurna. Indikator bahwa ph larutan telah netral adalah pengukuran dengan kertas indikator universal. Setalah didapat kan ph 7, maka larutan dipanaskan diatas hot plate agar pelarut yang ada di dalam larutan tersebut menguap. Suhu yang digunakan untuk memanaskan larutan antara 80-90 o C. Pemanasan dilakukan sambil diaduk dengan stirrer. Pemanasan dilakukan sampai larutan menjadi gel, proses pembuatan larutan sampai menjadi gel ini berlangsung selama 3 jam. Gambar 3.3 Gel hasil pemanasan (kiri), larutan sebelum dipanaskan (kanan) Gel yang terbentuk dari proses pemanasan tadi tidak terlalu kental. Setelah didapatkan gel, maka gel tersebut dipindahkan ke dalam gelas kimia 600mL, dan dipanaskan di dalam tungku pada suhu 250 o C. Setelah beberapa menit dipanaskan, gel tersebut mengembang dengan cepat, sampai memenuhi gelas kimia, lalu gel mulai 24

terbakar. Setelah proses pembakaran benar-benar tuntas, maka terbentuk serbuk yang telah mengembang, tapi strukturnya sangat rapuh, sehingga dapat dengan mudah digerus. Sebelum penggerusan serbuk berwarna hitam kecoklatan, dan setelah melalui proses penggerusan, warna serbuk menjadi hitam. Langkah yang telah diuraikan di atas dilakukan juga pada larutan sitrat nitrat hasil percobaan yang kedua (rasio Fe/Ba = 12), hasil yang didapatkan struktur serbuk hasil penggerusan sangat halus. (a) (b) Gambar 3.4 (a) gel setelah dibakar di dalam tungku 250 o C (b) serbuk sebelum digerus 3.5 Kalsinasi Seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, gel yang dibakar di tungku membentuk serbuk, langkah selanjutnya adalah pemanasan serbuk pada temperatur tertentu selama batas waktu yang telah ditentukan, atau kalsinasi. Tujuan dari kalsinasi ini adalah untuk memastikan bahwa fasa yang terbentuk adalah barium ferit (BaFe 12 O 19 ). Untuk serbuk dengan rasio Fe/Ba = 7, pemanasan dilakukan bertahap, yaitu pada suhu 700 o C selama 3 jam, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 900 o C selama 3 jam, dan dilanjutkan lagi dengan pemanasan pada suhu 1100 o C selama 3 jam. Untuk serbuk dengan rasio Fe/Ba=12 kalsinasi yang dilakukan berbeda dengan rasio Fe/Ba=7, yaitu pemanasan dilakukan secara langsung, pada suhu 1100 o C selama 3 jam. Perbedaan proses ini diharapkan akan memberikan perbedaan dari hasil yang didapat. 25

Gambar 3.5 Tungku untuk kalsinasi serbuk Gambar 3.6 Hasil serbuk setelah dikalsinasi 3.6 Kompaksi Setelah sebagian serbuk disisihkan untuk keperluan karakterisasi, maka serbuk dicetak menjadi sampel magnet sesuai dengan bentuk magnet yang diinginkan, sehingga sampel tersebut dapat diukur sifat magnetnya. Kompaksi magnet dilakukan dengan mesin hidraulik. Gambar 3.7 Alat kompaksi dan dies yang digunakan untuk mencetak 26

3.7 Karakterisasi Serbuk dan Pengukuran Sifat Magnet Sebuk hasil kalsinasi dikarakterisasi dengan menggunakan alat XRD dan SEM, serta pengukuran sifat magnet digunakan permagraph yang terdapat di LIPI Jalan Sangkuriang, Bandung. Gambar 3.8 Alat Permagraph MPS EP2/100053 27