KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI

dokumen-dokumen yang mirip
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

3 METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaring Angkat

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar ABSTRAK

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Keragaan Usaha Penangkapan Ikan

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Transkripsi:

KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2010 Ratu Ladya Putrinatami

ABSTRAK RATU LADYA PUTRINATAMI. Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01). Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan RONNY IRAWAN WAHJU. Palabuhanratu merupakan basis perikanan tangkap di selatan Jawa Barat dengan aktivitas perikanan yang relatif tinggi. Namun kondisi produktivitas alat tangkap di PPN Palabuhanratu berfluktuatif dan cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah pengembangan teknologi dalam alat tangkap, yaitu dengan menggunakan unit penangkapan multigear. Secara teknik operasional, kapal PSP 01 tidak berbeda jauh dan relatif sama dengan kapal single gear lainnya. Namun kapal PSP 01 dapat mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap ketika beroperasi. Alat tangkap yang utama dioperasikan adalah pancing. Pada periode pertama usaha Mei 2008-April 2009, kapal PSP 01 memiliki nilai keragaan produksi hasil tangkapan lebih besar dibandingkan pada periode kedua usaha, Mei 2009-April 2010. Hal ini disebabkan karena volume produksi hasil tangkapan pada periode pertama lebih besar yaitu 12.556,56 kg. Pada analisis usaha yang dilakukan, kapal PSP 01 mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.238.038 pada Mei 2008 April 2009, dan mengalami kerugian sebesar Rp 2.881.917 pada tahun kedua yaitu Mei 2009 April 2010. Berdasarkan analisis kriteria investasi usaha, kapal PSP 01 tidak layak untuk dikembangkan karena nilai NPV dan IRR yang negatif. Kata kunci: kajian usaha, multi gear, Kapal PSP 01.

Hak cipta IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Mayor : Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) : Ratu Ladya Putrinatami : C44062505 : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui : Komisi Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Wawan Oktariza, M.Si. Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phill. NIP: 19661016 199103 1 004 NIP: 19610906 198703 1 002 Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: 19621223 198703 1 001 Tanggal Lulus: 29 Juli 2010

KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari- Februari 2010 ini adalah Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phil. selaku pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan di kemudian hari. Bogor, Juli 2010 Ratu Ladya Putrinatami

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada: 1) Allah SWT. atas berkah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini walaupun masih jauh dari sempurna. 2) Bapak Ir. Wawan Oktariza, M.Si. dan bapak Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phil. sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3) Bapak Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4) Kedua orang tua (Tubagus Tisna Suherman dan Sri Utami), kakak-kakakku (Mas Terry dan Mba Tessa), adik-adikku (Keke dan Genta), keponakanku (Marvell), dan omku (Chipe), yang sangat penting dan berjasa dalam hidup penulis. 5) Bapak Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 6) Kang Arik, Kang Syarif, dan seluruh ABK KM PSP 01 yang telah sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7) Danang Dwiananto, seseorang yang tidak pernah luput dari kehidupanku dan selalu memberi dukungan dan cinta bagi penulis. 8) Sahabat-sahabatku (Viona, Uty, Neney, Iniez, Acca, Yuri, Letta, Ninin, Sarah) yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat bertahan di IPB hingga saat ini. 9) Sahabat-sahabat yang telah menjadi saudara untukku (Kura, Koink, Beru, Jodi, Uta, Intan, Maul, Yuki, Nci, Fuji) yang selalu dapat menghibur penulis. 10) Teman-teman baikku di PSP 43 yang telah membuat cerita suka dan duka bersama penulis selama di IPB. 11) Seluruh civitas PSP yang telah banyak membantu penulis selama di departemen PSP (PSP 44, PSP 45, senior, TU PSP, dll.). 12) Semua pihak yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 1988. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Tubagus Tisna Suherman dan Sri Utami Handayani. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun 2006 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan Minat Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2008-2009. Penulis pun tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Music Agriculture Expresssion (MAX!!) pada tahun 2006-2008 sebagai anggota Divisi Musik dan sebagai anggota Divisi General Affair pada tahun 2008-2009. Selama masa kuliahnya, penulis mendapatkan beasiswa BBM (Peningkatan Prestasi Belajar) tahun 2008-2009. Pada tahun 2010, penulis melakukan penelitian dengan judul Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...xi DAFTAR GAMBAR....xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..... 1 1.2 Perumusan Masalah........ 5 1.3 Tujuan Penelitian..... 5 1.3 Manfaat Penelitian..... 6 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan 2.1.1 Kapal dan nelayan......7 2.1.2 Alat tangkap......8 2.1.2.1 Jaring insang (gillnet)...8 2.1.2.2 Pancing tonda...11 2.1.2.3 Pancing ulur...12 2.1.2.4 Rumpon....14 2.2 Analsis Finansial... 18 2.2.1 Analisis usaha..... 19 2.2.2 Analisis kriteria investasi......20 2.3 Analisis Sensitivitas......20 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat......21 3.2 Metode Penelitian......21 3.3 Metode Pengumpulan Data......21 3.4 Analisis Data.....21 3.4.1 Analisis finansial.....22 A) Analisis usaha......22 1) Analisis pendapatan usaha...22 2). Analisis imbangan penerimaan dan biaya... 23 3) Break Event Point (BEP)... 23 4) Return of Invesment (ROI)... 24 5) Payback Period (PP)... 24 B) Analisis kriteria investasi 1) Net Present Value...24 2) Net Benefit Cost Ratio...25 3) Internal Rate of Return... 25 C) Analisis sensitivitas... 26

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Halaman 4.1 Letak Geografis dan Topografi PPN Palabuhanratu..... 27 4.2 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu..... 28 4.3 Fasilitas PPN Palabuhanratu..... 32 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Operasional kapal PSP 01 (Multi gear)...36 1) Unit penangkapan......36 2) Metode pengoperasian alat......37 3) Fishing ground......37 4) Komposisi hasil tangkapan...37 5.1.2 Analisis usaha 1) Keuntungan...38 a) Investasi...48 b) Biaya...39 c) Penerimaan... 41 2) Rasio imbangan penerimaan dan biaya...41 3) Payback period...41 4) Return on investment...42 5) Break event point...42 5.1.3 Analisis kriteria investasi 1) Cash flow...43 2) Kriteria investasi... 44 3) Analisis sensitivitas...44 5.2 Pembahasan 5.2.1 Aspek teknik... 45 5.2.2 Aspek finansial... 46 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan......49 6.2 Saran...49 DAFTAR PUSTAKA...51 LAMPIRAN...55

DAFTAR TABEL 1. Perkembangan produksi dan nilai produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, tahun 2003-2007... 2 2. Perkembangan data jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu periode 2003-2007... 2 3. Jumlah alat tangkap utama yang terdapat di PPN Palabuhanratu periode 2003 2007... 3 4. Jenis ikan yang sering berkumpul pada rumpon... 18 Halaman 5. Data volume produksi dan nilai produksi perikanan di PPN Palabuhanratu tahun 2009... 31 6. Investasi usaha perikanan kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu tahun 2008... 39 7. Biaya usaha kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu tahun 2008 tahun 2010... 40 8. Analisis usaha kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu... 42 9. Nilai kriteria investasi kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu... 44 10. Data teknis kapal PSP 01 di Palabuhanratu pada Mei 2008- April 2010... 45 11. Perbandingan keragaan produksi hasil tangkapan kapal PSP 01 di Palabuhanratu... 46 12. Analisis finansial kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu... 47

DAFTAR GAMBAR 1. Perkembangan produktivitas alat tangkap dan kapal/perahu di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2007... 4 2. Konstruksi rumpon... 14 Halaman 3. Grafik jumlah unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2009... 29 4. Grafik jumlah kapal motor / perahu motor yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2009... 29 5. Grafik jumlah nelayan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2009... 30 6. Grafik volume produksi dan nilai produksi perikanan di PPN Palabuhanratu tahun 2009... 32 7. Presentase komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2010 38

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Foto kapal PSP 01... 55 2. Peta lokasi penelitian... 56 3. Analisis usaha perikanan kapal PSP 01 Mei 2008- April 2009... 57 4. Analisis usaha perikanan kapal PSP 01 Mei 2009- April 2010... 61 5. Perkiraan cash flow kapal PSP 01... 63 6. Foto fasilitas di PPN Palabuhanratu... 65 7. Lampiran foto alat tangkap multi gear kapal PSP 01... 68 8. Foto komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 71

1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan usaha pemanfaatan perikanan tangkap sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat, dimana usaha perikanan rakyat ini mempunyai karakteristik diantaranya skala usaha kecil, aplikasi teknologi sederhana, jangkauan operasi penangkapan terbatas hanya di sekitar pantai, dan produktivitas alat tangkap yang masih rendah (Suryana, 2003). Selain itu usaha perikanan rakyat juga dicirikan dengan produktivitas nelayannya yang rendah. Menurut Subani dan Barus (1989), produktivitas nelayan yang rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana. Palabuhanratu merupakan basis perikanan tangkap yang terdapat di selatan Jawa Barat dengan aktivitas perikanan yang relatif tinggi. Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan domisili dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun. Pada Tabel 1 disajikan data produksi perikanan laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu periode lima tahun terakhir. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa volume produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama lima tahun terakhir periode 2003-2007 mengalami fluktuasi yang cenderung menurun, sedangkan nilai produksi ikan mengalami kenaikan pada tiap tahunnya. Kenaikkan terbesar terjadi pada tahun 2005. Secara umum rata-rata kenaikan produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selang periode 2003-2007 sebesar 22,74 persen dan rata-rata nilai produksi sebesar 36,48 persen.

2 Tabel 1 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu, tahun 2003-2007 Tahun Volume (kg) Nilai (Rp 000) Pertumbuhan Volume (%) Pertumbuhan Nilai (%) 2003 4.105.260 15.273.292.568 - - 2004 3.367.517 15.670.740.946-17,97 2,60 2005 6.600.530 32.153.934.823 96,01 105,18 2006 5.461.561 32.550.912.620-17,26 1,23 2007 6.056.256 38.695.760.654 10,89 18,88 Rata-rata 5.118.225 26.868.928.322 22,74 36,48 Sumber : Statistik PPNP 2007 Jenis armada penangkapan ikan yang menggunakan base fishing port di PPN Palabuhanratu yaitu jenis kapal motor dengan ukuran kapal <10 GT sampai dengan >30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti gillnet, payang, jaring rampus, bagan, purse seine, pancing tonda, pancing rawai, dan sebagainya. Realisasi operasional jumlah kapal/perahu motor tempel dan kapal motor lainnya yang beroperasi di PPN Palabuhanratu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan Data Jumlah Kapal/Perahu yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu periode 2003-2007 No. Tahun Total kapal/perahu (unit) Pertumbuhan (%) 1. 2003 381-2. 2004 530 39,11 3. 2005 676 27,55 4. 2006 798 18,05 5. 2007 852 6,77 Sumber : Statistik PPNP 2007 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah kapal / perahu motor yang beroperasi di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan dalam periode lima tahun 2003-2007. Begitu pula dengan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Perkembangan alat tangkap yang digunakan dari tahun 2003-2007

3 secara umum mengalami kenaikan sebesar 21,67 persen. Alat tangkap yang dominan dipergunakan oleh nelayan setempat pada tahun 2007 adalah pancing, bagan, payang, dan gillnet. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3 Jumlah Alat Tangkap Utama yang terdapat di PPN Palabuhanratu periode 2003 2007 Tahun Alat Tangkap No 2003 2004 2005 2006 2007 1 Rampus 19 48 63 46 101 2 Pancing 187 244 245 280 443 3 Payang 85 89 101 166 159 4 Bagan 142 96 288 263 267 5 Purse seine 6 8 7 2 9 6 Gillnet 168 147 40 94 168 7 Rawai Tuna 18 25 10 7 27 8 Long line 29 36 71 34 155 Jumlah 654 693 825 892 1329 Fluktuasi - 5,96 19,05 8,12 48,99 Sumber : Data Statistik PPNP 2007 Berdasarkan pada data yang disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, yaitu data volume produksi yang didaratkan, data jumlah kapal/perahu yang beroperasi, dan data jumlah alat tangkap tiap tahunnya, maka dapat dihitung nilai produktivitas dari tiap alat tangkap dan produktivitas dari kapal/perahu. Produktivitas alat tangkap yang dihitung adalah produktivitas gillnet dan pancing. Dapat dilihat pada Gambar 1, nilai produktivitas alat, yaitu gillnet dan pancing mengalami fluktuasi yang cenderung menurun di tahun 2006. Nilai produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2005. Setelah itu nilai produktivitas terus menurun sampai tahun 2007 yaitu 36,05 ton/unit untuk gillnet dan 13,67 ton/unit untuk pancing, kemudian nilai produktivitas kapal/perahu pun mengalami penurunan dari tahun 2003 sampai pada tahun 2007, yaitu dari 10,8 ton/unit menjadi 7,1 ton/unit. Perkembangan nilai produktivitas gillnet, pancing, dan kapal/perahu di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada gambar berikut ini.

4 180 160 165.01 (ton/unit) 140 120 100 80 60 40 20 0 24.43 21.95 22.90 58.10 36.05 10.8 6.4 9.8 6.8 7.1 13.80 26.94 19.50 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun 13.67 Produktivitas Gillnet Produktivitas Kapal/Perahu Produktivitas Pancing Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Alat Tangkap dan Kapal/Perahu di PPN Palabuhanratu tahun 2003-20007 Dengan melihat kondisi produktivitas alat tangkap di PPN Palabuhanratu yang berfluktuatif dan cenderung menurun, maka diperlukan adanya sebuah pengembangan teknologi dalam alat tangkap. Salah satunya adalah dengan menggunakan unit penangkapan lebih dari satu alat tangkap (multigear). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, memiliki sebuah kapal penangkapan yang diberi nama kapal PSP 01, yang fishing base-nya di PPN Palabuhanratu. Kapal ini berfungsi sebagai kapal latih bagi mahasiswa PSP sebagai kapal penelitian, dan juga sebagai uji coba untuk usaha perikanan. Pada bulan Mei 2008 kapal PSP 01 mulai beroperasi sebagai kapal penangkapan yang mengoperasikan alat tangkap multigear. Alat tangkap yang diopersikan adalah pancing dan gillnet dan dioperasikan dengan menggunakan alat bantu rumpon. Kapal PSP 01 diharapkan dapat membantu proses pengembangan usaha perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu dengan memperkenalkan teknologi alat tangkap multigear. Sebelum pengembangan teknologi tersebut diterapkan, perlu diketahui terlebih dahulu apakah usaha penangkapan oleh kapal PSP 01

5 menguntungkan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian analisis usaha tehadap kapal PSP 01 dengan alat tangkap multigear tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu merupakan salah satu pusat perikanan yang terdapat di selatan Jawa Barat. Alat penangkapan yang dioperasikan cukup beragam, antara lain jaring rampus, purse seine, gillnet, pancing, rawai, bagan, payang, longline, dan sebagainya. Produktivitas alat tangkap pun mengalami fluktuasi dan pada tahun 2006-2007 mengalami penurunan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan karena alat tangkap yang dioperasikan berupa alat tangkap single gear, yang hanya dapat dioperasikan pada musim tertentu saja dan sesuai dengan daerah penangkapan. Pengoperasian kapal PSP 01 yang menggunakan alat tangkap multigear diharapkan dapat meningkatkan produktivitas alat tangkap. Karena ketika satu alat tangkap tidak dapat dioperasikan pada suatu daerah penangkapan, maka dapat dioperasikan alat tangkap lain yang lebih sesuai. Berdasarkan uraian di atas maka menarik untuk diteliti dan permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana gambaran kapal PSP 01 dalam mengoperasikan alat tangkap multi gear di PPN Palabuhanratu. 2) Bagaimana keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu. 3) Bagaimana kelayakan usaha unit penangkapan multigear pada kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian yang berupa studi kasus ini adalah : 1) Mendapatkan informasi tentang teknik operasional penangkapan dengan alat tangkap multi gear. 2) Mendapatkan informasi mengenai keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01. 3) Mengkaji kelayakan usaha unit penangkapan multi gear pada kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu.

6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2) Bagi Departemen PSP, mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengembangan usaha perikanan tangkap pada kapal PSP 01 di Palabuhanratu. 3) Bagi IPB, dapat dijadikan referensi bacaan yang menarik sehingga dapat menambah pengetahuan bagi pihak-pihak lain. 4) Bagi nelayan Palabuhanratu, menambah informasi dan pengetahuan dalam pengembangan teknologi alat tangkap multigear.

7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan 2.1.1 Kapal dan nelayan Kapal ikan atau kapal perikanan merupakan jenis kapal yang digunakan untuk kegiatan usaha perikanan, meliputi kegiatan penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, mengelola usaha budidaya sumberdaya perairan dan juga penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti untuk penelitian, pelatihan dan inspeksi sumberdaya perairan. Kapal ikan memiliki karakteristik yang merupakan keistimewaan dibanding dengan jenis kapal lainnya. Karakteristik dan keistimewaan dari kapal ikan meliputi kecepatan, olah gerak, konstruksi dan kelayakan laut, mesin penggerak dan fasilitas penanganan serta pengolahan. Kapal ikan dapat diklasifikasikan menurut jenis alat penggerak dan material badan kapal (hull). Dilihat dari jenis alat penggerak, kapal ikan dibedakan menjadi kapal yang menggunakan tenaga penggerak berupa mesin motor (outboard engine dan inboard engine) dan kapal yang menggunakan tenaga penggerak berupa layar atau dayung. Klasifikasi menurut material badan kapal dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, antara lain kapal kayu, kapal besi atau baja, kapal ferrocement, kapal aluminium dan kapal FRP (fibreglass reinforced plastic) (Nomura dan Yamazaki, 1977). Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di Palabuhanratu dikelompokan menjadi nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang sehari-hari nya berprofesi sebagai nelayan saja. Nelayan sambilan adalah nelayan yang melakukan pekerjaan penangkapan ikan pada waktu waktu tertentu saja. Ekasari (2008) mengemukakan bahwa nelayan Palabuhanratu dapat pula dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga dengan sebutan

8 juragan. Sedangkan nelayan buruh adalah orang yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK). 2.1.2 Alat tangkap 2.1.2.1 Jaring insang (gillnet) Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang atau gillnet adalah suatu alat tangkap jaring dengan bentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas, dan ris bawah (kecuali jaring udang barong yang tidak memiliki ris bawah). Alat ini merupakan alat tangkap yang selektif karena besar mata jaring dari jaring ini bervariasi disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap. Dikatakan jaring insang karena ikan tertangkap karena terjerat pada bagian belakang lubang penutup insang (operculum), terbelit atau terpuntal pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis. Berdasarkan metode operasinya, gillnet dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang labuh (set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), dan jaring klitik (bottom gillnet). Sedangkan menurut lokasi operasinya, gillnet dapat dibagi menjadi jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang kolom (midwater gillnet), dan jaring insang dasar (bottom gillnet). Jaring insang (gillnet) ada yang terdiri dari satu lapis jaring, namun ada pula yang terdiri dari 3 lapis jaring, yaitu trammel net (Subani dan Barus,1989). Parameter utama dari alat tangkap jaring insang atau gillnet adalah ukuran dari mata jaring. Ukuran dari mata jaring akan mempengaruhi jenis ikan yang akan tertangkap (Subani dan Barus, 1989). Jaring insang atau gillnet merupakan alat tangkap dengan bahan utamanya berupa jaring. Selain dari jaring, bagian bagian lain dari alat ini adalah : 1. Pelampung. Jaring insang atau gillnet memiliki 2 macam pelampung, yaitu pelampung tanda dan pelampung tali ris atas. 2. Tali ris Tali ris pada jaring insang atau gillnet terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah.

9 3. Tali selambar. 4. Tali pelampung. 5. Pemberat (sinker). 6. Badan jaring. Badan jaring terdiri dari kumpulan-kumpulan satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Satu tinting atau piece jaring memiliki dimensi panjang 100 m dan lebar 100 mata jaring (1 mata = 1 inchi). Bahan jaring terbuat dari PA (polyamide) sedangkan untuk tepi jaring yang lebih kaku biasa disebut saran (sel vedge) menggunakan polyethylene. a. Metode pengoperasian alat Ada beberapa tahap yang harus dilakukan ketika mengoperasikan jaring insang, yaitu terdiri atas tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan, penurunan jaring (setting), perendaman (soaking), pengangkatan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan (Martasuganda, 2002). 1. Tahap persiapan. Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan di fishing base sebelum berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat tangkap, mesin, bahan bakar, dan bahan perbekalan. 2. Pencarian daerah penangkapan. Penentuan fishing ground untuk melakukan operasi penangkapan ikan dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan jaring insang lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1-1,5 jam. 3. Penurunan jaring (setting). Setelah tiba di daerah penangkapan atau fishing ground, nelayan bersiapsiap untuk melakukan setting. Penurunan lampu tanda dan pelampung tanda, dilanjutkan dengan penurunan jaring secara perlahan dan diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan jaring, kapal berjalan dengan kecepatan rendah. Keberhasilan penangkapan sangat tergantung pada beberapa kondisi di fishing ground, seperti arus perairan dalam kondisi tenang dan alat tangkap lain yang sudah terpasang untuk menghindari alat tangkap terbelit satu sama lain.

10 4. Perendaman (soaking). Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan. Selama proses soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat menunggu sampai hauling akan dilakukan. Lama perendaman biasanya selama 2 4 jam. 5. Pengangkatan jaring (hauling). Pengangkatan jaring dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas kapal disusul dengan pelampung tanda, kemudian jaring ditarik ke atas kapal secara perlahan. Pembagian tugas bagi nelayan adalah seorang nelayan menarik tali ris atas, seorang nelayan menarik bagian jaring yang berada di tengah, seorang nelayan mengangkat tali ris bawah, dan seorang nelayan lagi mengeluarkan hasil tangkapan yang terpuntal pada bagian jaring. Selanjutnya, setelah hauling selesai, dilakukan setting berikutnya. 6. Penanganan hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan meletakkan hasil tangkapan pada cool box agar kualitas hasil tangkapan tetap segar tidak busuk. b. Daerah pengoperasian dan musim penangkapan Daerah pengoperasian bagi jaring insang dasar atau bottom gillnet, terletak di dasar perairan karena sasaran utama tangkapannya adalah udang dan ikan dasar, sedangkan pengoperasian bagi drift gillnet dilakukan pada kolom perairan dan sasaran utama tangkapannya yaitu ikan pelagis (Martasuganda, 2005). Sedangkan musim penangkapan bagi jaring insang adalah ketika angin selatan berhembus, karena pada saat tersebut, keadaan laut tenang dan arus yang terjadi di kolom perairan dan dasar laut juga tidak besar (Martasuganda, 2005). c. Hasil tangkapan Hasil tangkapan untuk jaring dasar atau bottom gillnet berupa udang barong (Panulirus sp.) dan spiny lobster atau ikan demersal, sedangkan untuk hasil tangkapan utama drift gillnet yaitu ikan pelagis, seperti tongkol (Auxis sp.),tuna yellow fin (Thunnus albacares), tengggiri (Scomberomorus sp.), dan sebagainya.

11 2.1.2.2 Pancing tonda Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan (Ayodhyoa, 1981). Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda juga dapat diklasifikasikan ke dalam alat tangkap pancing. Pancing tonda memiliki komponen-komponen penting, yaitu : a. Tali pancing, terbuat dari bahan katun, nylon, polyethlen. Terdiri dari tali utama yang terbuat dari nilon tunggal dengan panjang 7-60 m dan tali cabang yang terbuat dari nilon berdiameter 0,95 mm dan panjang 3,5 m, berfungsi menghubungkan antara tangkai dengan mata pancing. b. Mata pancing, terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lainnya yang anti karat. Ujung mata pancing umumnya berkait balik namun ada juga tanpa kait balik. Jumlah mata pancing bisa tunggal atau ganda, ukuran mata pancing bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran ikan sasaran (Subani dan Barus, 1989), berfungsi sebagai tempat memasang umpan. c. Pemberat, terbuat dari bahan timah yang biasanya berukuran 1-1,5 cm dengan berat 30-40 gr, berfungsi untuk menenggelamkan mata pancing. Parameter utama dari alat tangkap ini adalah dari besar kecilnya ukuran dan ketajaman mata pancing (Subani dan Barus, 1989). a. Umpan Pada pengoperasian pancing tonda jarang sekali menggunakan umpan alami karena akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung (Ayodhyoa, 1981). Umpan buatan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus dan juga dari tali rafia atau karet plastik, berfungsi untuk memberi rangsangan respon yag bersifat fisik maupun kimia yang dapat memberikan respon bagi ikan tertentu untuk datang selama operasi penangkapan. (Endratno, 2002).

12 b. Alat bantu Dalam pengoperasian pancing tonda, alat bantu yang digunakan adalah ganco. Dimana ganco ini berfungsi membantu mengangkat ikan yang terpancing dan cara menancapkan bagian ujung ganco ke badan ikan (Nugroho, 2002). c. Metode pengoperasian alat Kegiatan pengoperasian pancing tonda meliputi persiapan, pencarian fishing ground, yang membutuhkan waktu 1-2 jam, dan berlangsung dari pagi hingga sore. Setelah melihat tanda-tanda keberadaan ikan maka pancing mulai diturunkan secara perlahan lalu dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali pancing dan menambah kecepatan kapal. Nelayan mengetahui pancingnya dimakan ikan dengan cara merasakan tegangan tali pancing yang agak keras kemudian menggulung tali pancing tersebut dan diangkat ke atas kapal. Waktu yang dibutuhkan untuk hauling tergantung dari ukuran ikan yang tertangkap, biasanya 5-15 menit (Ayodhyoa, 1981). d. Daerah pengoperasian dan musim penangkapan Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda dioperasikan hampir diseluruh perairan Indonesia pada bagian permukaan laut dan sebagian di lapisan dasar. Lokasi untuk pancing tonda lapisan dasar banyak digunakan di daerah sekitar Selat Alas dan Muna, Buton dan beberapa daerah perikanan Indonesia Timur. Sedangkan untuk lapisan permukaan banyak dioperasikan di Jawa Tengah (Tayu, Pati). e. Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari pengoperasian pancing tonda adalah cakalang (Katsuwonus pelamis) sedangkan tangkapan sampingan dari alat tangkap pancing tonda adalah madidihang (Thunus albacares), tenggiri (Scomberomerus commersoni), serta alu-alu (Sphyraena sp.) (Endratno, 2002). 2.1.2.3 Pancing ulur Menurut DKP (2004), pancing ulur remasuk ke dalam kelompok dropline. Dropline adalah suatu tali pancing yang diberi pemberat (sinkers) dengan satu

13 atau lebih mata pancing, dipasang secara vertikal dalam suatu perairan, dan dioperasikan dengan tangan. Pancing ulur pada umumnya digunakan dalam perikanan skala kecil. a. Umpan Berbeda halnya dengan pancing tonda, pada pancing ulur, umpan yang digunakan adalah ikan segar. Menurut Parmadi (1972) vide Sarry (1999), umpan yang biasa digunakan dalam perikanan pancing ulur antara lain Cumi-cumi (Loligo sp), ikan Kembung (Rastrelliger sp), dan ikan Layur (Trichiurus sp). b. Alat bantu Pada pengoperasian pancing ulur tidak digunakan alat bantu, karena pengoperasian pancing ulur yang sangat sederhana. c. Metode pengoperasian alat Kayadoe (1983) menjelaskan bahwa pengoperasian handline dilakukan dengan cara mengulurkan pancing secara vertikal ke bawah. Ujung tali yang satu berada di tangan dan ujung tali lainnya terulur sampai ke dasar perairan atau pada kedalaman tertentu dengan mata pancing ulur di ujungnya. Apabila umpan yang melekat pada mata pancing dimakan oleh ikan, maka tali pancing ditarik dengan cepat ke permukaan dan ikan yang tertangkap diambil dari mata pancing tersebut lalu disimpan di palkah. Selanjutnya dilakukan pemasangan umpan kembali dan siap untuk dioperasikan kembali. d. Daerah pengoperasian dan musim penangkapan Sama halnya dengan jenis alat tangkap pancing lainnya, daerah pengoperasian pancing ulur meliputi hampir seluruh perairan Indonesia. Menurut Nontji (1987), daerah pengoperasiannya antara lain seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana. Sedangkan untuk musim penangkapan dengan menggunakan pancing ulur di Palabuhanratu terjadi satu kali dalam satu tahun, yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Januari. Menurut Sasmita (1995), puncaknya terjadi pada bulan November dan musim terendah pada bulan Mei. Kelimpahan tersebut terjadi karena pada bulan Oktober bertepatan dengan awal musim barat.

14 e. Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari pancing ulur adalah ikan Layur (Trichiurus sp). Terdapat beberapa jenis ikan Layur yang dapat tertangkap, antara lain adalah jenis Trichiurus haumela yang banyak terdapat di perairan pantai pulau Jawa dan jenis Trichiurus savala dan Trichiurus glossodon yang dapat ditemukan di Sumatera (Nontji,1987). 2.1.2.4 Rumpon Rumpon adalah alat bantu pengumpul ikan yang berupa benda atau struktur yang dirancang atau dibuat dari bahan alami atau buatan yang ditempatkan secara tetap atau sementara pada perairan laut (Kep/30/MEN/2004). Rumpon biasa disebut juga dengan Fish Aggregating Device (FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area (Sudirman dan Mallawa, 2004). Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon (Sudirman dan Mallawa, 2004). Gambar 2 Konstruksi Rumpon a. Klasifikasi rumpon Dilihat dari kedalaman air tempat rumpon dipasang, dibedakan antara rumpon laut dangkal dengan rumpon laut dalam (Subani dan Barus, 1989).

15 Rumpon laut dangkal biasanya dipasang pada kedalaman kurang dari 100 m, sedangkan rumpon laut dalam dipasang pada kedalaman lebih dari 600 m bahkan bisa mencapai 1500 m (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Sianipar, 2003). Namun menurut SK Mentan No.30 tahun 2004, kini rumpon tidak lagi dipasang berdasarkan pada kedalaman, namun berdasarkan wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan masyarakat, perorangan atau perusahaan perikanan dapat memasang dan / atau memanfaatkan rumpon. Adapun pembagian wilayahnya adalah sebagai berikut : 1. Perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah ; 2. Perairan di atas 4 mil laut sampai dengan 12 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah ; 3. Perairan di atas 12 mil laut dan ZEE Indonesia. Menurut Zakri (1993) vide Sianipar (2003) tipe-tipe rumpon yang dikembangkan hingga saat ini dapat dikelompokkan atas kategori berikut: 1. Berdasarkan posisi dari pemikat, rumpon dapat dibagi menjadi rumpon perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan lapisan tengah terdiri dari jenis perairan dangkal dan perairan dalam. 2. Berdasarkan kriteria permanensi, rumpon dapat dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah-pindahkan (dinamis). 3. Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi rumpon tradisional dan modern. Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia telah lama dilakukan terutama nelayan dari Manuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan rumpon modern dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut (Monintja, 1993). Rumpon tradisional umumnya terdiri dari pelampung, tali jangkar, jangkar/pemberat dan pemikat yang dipasang pada kedalaman 300-2000 m. Rumpon modern umumnya digunakan perusahaan swasta dan BUMN. Komponen rumpon ini biasanya terdiri dari pelampung (plat besi/drum), tali jangkar (kabel baja/steel wire), tali sintetis dan swivel. Pemberat

16 biasanya terbuat dari semen cor, sedangkan pemikat umumnya terbuat dari bahan alami dan bahan sintetis seperti ban, pita plastik (Nahumury, 2001). b. Fungsi rumpon Rumpon berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar ikan berkumpul pada suatu tempat tertentu yang kemudian dilakukan operasi penangkapan (Subani dan Barus, 1989). Rumpon dapat berfungsi pula sebagai sumber makanan dan tempat berlindung ikan kecil (pelagis) dari predator. Tingkah laku ikan sejak dahulu telah diketahui, yaitu ikan cenderung menyukai berada di sekitar benda mengapung dan menyerupai tumbuhan. Hal ini dimanfaatkan dengan adanya rumpon yang sengaja dibuat dengan tujuan komersil. Jenis ikan di sekitar rumpon biasanya berenang dengan mengusahakan posisi tubuh selalu membelakangi rumpon (Subani, 1986 vide Sianipar, 2003). Pengumpulan ikan dengan rumpon umumnya untuk ikan bermigrasi yang secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon, lalu tertarik untuk beruaya di sekitar rumpon baik untuk sementara maupun permanen. Rumpon pada hakekatnya dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan agar sekumpulan ikan mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002). Dalam hal mengumpulkan ikan, Gunarso (1985) mengungkapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai rangsangan (kimia, penglihatan, pendengaran, penciuman, aliran listrik dan menyediakan tempat berlindung). Berbagai alasan dikemukakan oleh Samples dan Sproul (1985) vide Imawati (2003) untuk menjelaskan ketertarikan ikan terhadap rumpon, antara lain sebagai berikut: 1. Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan tertentu. 2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan tertentu. 3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur bagi ikan tertentu. 4. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu. 5. Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan tertentu.

17 Menurut Seaman (2000) vide Agus (2005), tujuan penggunaan rumpon di lingkungan perairan laut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan produksi perikanan. 2. Meningkatkan produksi perikanan komersial. 3. Lokasi produksi akuakultur. 4. Lokasi rekreasi pancing. 5. Lokasi rekreasi skin diving. 6. Wisata penyelaman. 7. Mengontrol daya recruitment sumberdaya ikan. 8. Melindungi habitat. 9. Konservasi keanekaragaman hayati. 10. Mitigasi kerusakan habitat. 11. Mengembalikan atau meningkatkan kualitas air dan habitat. 12. Penelitian. Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Ardianto, 2005). Menurut Bergstrom (1983) vide Imawati (2003) rumpon merupakan suatu arena makan. Awal terjadinya arena makan tersebut adalah timbulnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon pertama kali dipasang. Makhluk renik tersebut bersama hewan kecil lainnya menarik perhatian ikan pelagis kecil. Kemudian ikan pelagis kecil akan memikat ikan pelagis yang lebih besar, sehingga di sekitar rumpon terdapat sekumpulan ikan yang mencari makan. Tidak semua jenis ikan yang beruaya dapat berasosiasi dengan rumpon, hanya beberapa jenis tertentu yang sering berada di daerah rumpon. Berdasarkan hasil penelitian Monintja (1993) vide Sudirman dan Mallawa (2004) ditemukan ada 16 spesies ikan seperti terlihat pada tabel 5. Jika diperhatikan, maka jenisjenis ikan pelagis merupakan jenis yang dominan. Beberapa negara telah menggunakan rumpon sebagai alat batu penangkapan seperti Jepang, Filipina, Sri Lanka, Papua Nugini, Sichelles, dan Australia (Sudirman dan Mallawa, 2004).

18 Tabel 4 Jenis Ikan yang Sering Berkumpul pada Rumpon No Nama Indonesia Nama Inggris Nama Latin 1. Cakalang Skipjack Katsuwonus pelamis 2. Tongkol Frigate tuna Auxis thazard 3. Tongkol pisang Frigate tuna Euthynnus offinis 4. Tenggiri King mackeret Scomberomorus sp. 5. Madidihang Yellowfin tuna Thunnus albacares 6. Tembang Frigate sardine Sardinella fimbriata 7. Japuh Rainbow sardine Dussumeria hasselti 8. Ekor kuning pisang Silverstripe Spratteloides delicatuladi 9. Sardin Sardinella Sardinella schanum 10. Layang Scad Decapterus sp. 11. Tuna mata besar Big eye tuna Thunnus obesus 12. Cumi-cumi Squid Loligo sp. 13. Hiu Shark Spiraena sp. 14. Layaran Sailfish Istiophorus gladius 15. Ikan kwe Jack Caranx sp. Sumber : Yusfiandayani, 2004 Subani (1986) dalam Imawati (2003) mengatakan bahwa ikan yang berkumpul di sekitar rumpon umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti deles (Decapterus crumenophthalmus), kembung (Rastralliger sp.), lemuru (Sardinella longiceps), dan selar (Caranx leptolesis). 2.2 Analisis Finansial Menurut Kadariah et al. (1978), untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial. Selain itu usaha agribisnis merupakan usaha yang memerlukan modal usaha yang cukup besar dengan resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksud untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan.

19 Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat (benefit) adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. 2.2.1 Analisis usaha Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk mengetahui keuntungan, antara lain adalah analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran dimaksudkan nilai penggunaan sarana produksi yang diperlukan atau yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan (Kadariah, 1999) Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap barang-barang konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat (Gittinger, 1986). Pada umumnya, kegiatan usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta ditujukan untuk mencari pendapatan bersih dan berusaha mencari keuntungan yang maksimal untuk investasi serta mempertahankan lajunya untuk kelanggengan perusahaan (Gittinger, 1986). Menurut Rahardi (2001), analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berjalan. Seorang pengusaha dapat membuat perhitungan dan menentukan langkah untuk memperbaiki serta meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau memperbesar nilai harga jual, namun yang biasa dilakukan oleh pengusaha adalah menekan biaya produksi. Biaya produksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan

20 biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi, sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. 2.2.2 Analisis Kriteria Investasi Dalam analisis kriteria investasi sebuah usaha, komponen yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Net Present Value (NPV) adalah selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV lebih kecil dari nol, maka usaha tidak layak dan apabila NPV lebih besar dari nol, maka usaha layak dilanjutkan. Internal Rate of Return adalah nilai discount rate i yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku maka usaha layak untuk dilakukan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana B t -C t bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999). 2.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan pemaksaan manajer proyek untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang menyesatkan atau taksiran yang tidak tepat (Umar, 2003). Analisis ini dapat juga digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kriteria investasi apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya ataupun pendapatan (Kadariah et al., 1999).

21 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berlangsung pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di daerah Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian studi kasus pada kapal PSP 01 milik Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Metode studi kasus merupakan suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Metode ini digunakan apabila telaahnya amat terbatas dan kesimpulannya hanya berlaku untuk kasus itu saja, walaupun dapat saja dalam praktek menjadi preseden bagi kasus berikutnya. Akan tetapi studi kasus tidak dapat dijadikan sebagai teori (Nazir, 1982). 3.3 Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan responden yang dibutuhkan. Responden dalam penelitian ini adalah nelayan kapal PSP 01. Data sekunder yang didapat berasal dari kantor Kepelabuhanan PPN Palabuhanratu, seperti data produksi dan nilai ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, data jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, data jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, dan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, seperti data jumlah armada penangkapan ikan selama 5 tahun terakhir, dan data produksi dan nilai produksi selama 5 tahun terakhir. 3.4 Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena analisis data dapat menyederhanakan data menjadi bentuk yang lebih

22 mudah dipahami dan diinterpretasikan (Nazir, 1983). Data dan informasi yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara mengetahui gambaran teknis operasional kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu. Sedangkan analisis secara kuantitatif didapatkan dari analisis di bawah ini : 3.4.1 Analisis finansial Analisis finansial dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha perikanan. Analisis finansial dilakukan dengan pendekatan analisis usaha dan analisis kriteria investasi. A) Analisis usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang akan dicapai selama usaha tersebut berjalan. Dalam analisis usaha dilakukan analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, payback period (Sugiarto et al., 2002). Analisis usaha yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis break event point (BEP), analisis waktu balik modal (payback period), dan analisis return on investment (ROI). 1) Analisis pendapatan usaha Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usaha bertujuan mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Djamin, 1984) dengan rumus: Π = TR TC Keterangan: Π : keuntungan TR : total penerimaan TC : total biaya

23 Dengan kriteria: a) Jika TR > TC, maka kegiatan usaha mendapatkan keuntungan sehingga layak untuk dilanjutkan. b) Jika TR < TC, maka kegiatan usaha mengalami kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan. c) Jika TR = TC, maka kegiatan usaha tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada pada titik impas. 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya ( Revenue Cost ratio ) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha ( Hernanto, 1989 ), rumus yang digunakan: R C PenerimaanTotal BiayaTotal Dengan kriteria : R/C > 1, usaha menguntungkan R/C < 1, usaha rugi R=C, usaha pada titik impas 3) Break Even Point (BEP) Analisis Break Even Point dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah penjualan dan volume produksi yang tidak memperoleh kerugian dan tidak memperoleh laba, juga pada jumlah penjualan dan volume produksi yang dapat mencapai keuntungan tertentu (Djamin, 1984). Analisis Break Even Point (BEP) dihitung dengan rumus, yaitu : BEP 1 BiayaTetap biayatidaktetap penerimaan (Rp) BEP BiayaTetap Pr oduksi Penjualan BiayaTidakTetap (Kg)

24 4) Return on Invesment ( ROI ) Analisis ROI bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha (Djamin, 1984), dapat dihitung dengan rumus : ROI Keuntungan 100% Investasi 5) Payback Period (PP) Payback period (PP) merupakan analisis penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari proyek (Djamin, 1984). Payback period dapat dihitung dengan rumus : Investasi PP ( 1tahun) Keuntungan B) Analisis kriteria investasi 1) Net Present Value (NPV) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Net Present Value merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya, dinyatakan dengan rumus (Kadariah et al., 1999) : NPV t t t t 1 1 i n B C

25 Keterangan : NPV = Net Present Value B t = benefit dari suatu proyek pada tahun ke-t (Rp) C t = biaya dari suatu proyek pada tahun ke-t (Rp) i = tingkat suku bungan (i = 20%) n = umur ekonomis proyek (n = 5 tahun) 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana B t - C t bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan dengan rumus (Kadariah et al., 1999) : NetB / C n t 1 n t 1 B C t 1 i t 1 i C B t t t t Bt Ct B C t t 0 0 Apabila : Net B/C > 1, maka usaha layak atau untung Net B/C = 1, maka usaha pulang pokok Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau rugi 3) Internal Rate of Return (IRR) Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yang dinyatakan dengan rumus (Kadariah et al., 1999) :

26 IRR i' NPV ' NPV ' NPV " i' i" Keterangan : IRR = Internal Rate of Return i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV pada suku bunga i NPV = NPV pada suku bunga i C) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kriteria investasi apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya ataupun pendapatan (Kadariah et al., 1999).

27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Topografi PPN Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Terdapat beberapa kecamatan di kabupaten Sukabumi yang termasuk kedalam wilayah pengembangan pantai, antara lain Kecamatan Surade, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Palabuhanratu, dan Kecamatan Cisolok. Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 6 o 57 LS 7 o 04 LS dan 106 o 31 BT 106 o 37 BT. Dalam unit kelurahan atau desa, cakupan wilayah Palabuhanratu meliputi 1 kelurahan dan 4 Desa, yaitu Kelurahan Palabuhanratu, Desa Citepus, Desa Citarik, Desa Cidadap, dan Desa Loji. Berdasarkan luas administratif, luas wilayah Palabuhanratu adalah 8.124,2 ha. Adapun batas-batas wilayah Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Bapedda Kabupaten Sukabumi, 2008) : - Utara berbatasan dengan Desa Cikadu dan Desa Buniwangi yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu; - Barat berbatasan dengan Teluk Palabuhanratu dan Samudera Hindia; - Selatan berbatasan dengan Desa Kertajaya dan Desa Cihaur yang merupakan wilayah Kecamatan Simpenan; - Timur berbatasan dengan Desa Cikadu, Desa Tonjong, dan Desa Cibuntu yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu. Wilayah Palabuhanratu mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari dataran datar sampai berbukit. Dataran datar terletak di sepanjang garis pantai dan sepanjang aliran sungai sampai dengan daerah perkotaan, sedangkan dataran berbukit terletak di daerah pinggiran kota dan menyebar ke arah timur kota (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008). Palabuhanratu memiliki panjang garis pantai kurang lebih 105 km, dan merupakan daerah lereng pegunungan yang mempunyai kemiringan 40%, serta merupakan dataran rendah yang sempit. Terdapat beberapa aliran sungai di

28 wilayah ini, antara lain sungai Cimandiri, sungai Cibareno, sungai Cisolok, dan lain-lain. 4.2 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu Kegiatan perikanan tangkap terbesar di wilayah Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok, karena di kedua kecamatan tersebut terdapat PPN Palabuhanratu dan PPI Cisolok. Oleh karena itu maka kedua kecamatan ini menjadi pusat fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak sangat strategis berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia dan akses pemasaran domestik maupun eksport. Akses pemasaran domestik dapat ditempuh selama 3-4 jam dari Palabuhanratu ke Bandung atau Jakarta. Pada tahun 2009 terdapat 9 jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, yaitu payang, pancing ulur, rampus, bagan apung, trammel net, purse seine, gill net, pancing tonda, dan longline. Jumlah keseluruhan alat tangkap yang beroperasi adalah sebanyak 598 unit alat. Alat tangkap yang paling banyak beroperasi adalah pancing ulur yaitu sebanyak 170 unit, sedangkan alat tangkap yang paling sedikit beroperasi adalah purse seine, yaitu sebanyak 8 unit alat tangkap. Data jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 dapat dilihat lebih rinci dalam bentuk grafik pada Gambar 3. Kapal perikanan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base pada tahun 2009 terdapat 758 unit yang terbagi menjadi dua jenis kapal perikanan, yaitu perahu motor tempel sebanyak 364 unit dan kapal motor sebanyak 394 unit. Kondisi ini menunjukkan bahwa unit penangkapan skala besar dengan skala kecil tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Jumlah kapal terbanyak pada jenis kapal perahu motor tempel yaitu kapal Kincang 236 unit, sedangkan pada jenis kapal motor jumlah terbanyak adalah kapal bagan apung 108 unit. Data lebih rinci dapat dilihat dalam bentuk grafik pada Gambar 4.

29 Jumlah (unit) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Payang 121 Pancing Ulur 170 Rampus 110 Bagan Apung 23 25 Trammel net Purse seine Alat Tangkap 8 Gill net 38 Pancing Tonda 65 Longline 33 Gambar 3 Grafik Jumlah Unit Alat Tangkap yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009 Jumlah Kapal 250 225 200 175 150 125 100 75 50 25 0 Kincang (PMT) 236 Payang (PMT) 75 Dogol (PMT) 25 2 Bagan apung (PMT) Angkutan bagan (PMT) 26 10 Bagan apung (KM) Angkutan bagan (KM) 108 Jenis Kapal Payang (KM) 2 Pancing tonda (KM) 65 Gill net (KM) 52 Rawai tuna (KM) 106 Gambar 4 Grafik Jumlah Kapal Motor / Perahu Motor Menurut Jenis Alat Tangkap yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009 Keterangan : PMT : Perahu Motol Tempel KM : Kapal Motor

30 Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan termasuk didalamnya ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal. Adapun nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4453 orang. Jumlah tersebut terdiri atas 1741 nelayan yang menggunakan perahu motor tempel dan 2712 nelayan yang menggunakan kapal motor. Jumlah nelayan yang beroperasi akan diuraikan secara rinci pada Gambar 5. Jumlah Nelayan 2000 1900 1800 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Kincang ( PMT) 472 Payang (PMT) 1138 Dogol (PMT) 75 Angkutan bagan (PMT) 4 Bagan apung (PMT) 52 20 Angkutan bagan (KM) Bagan apung (KM) Jenis Kapal 216 Payang (KM) 30 Pancing tonda (KM) 325 Gill net (KM) 283 Rawai tuna (KM) Gambar 5 Grafik Jumlah Nelayan yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009 1838 Produksi perikanan adalah semua hasil tangkapan ikan atau binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan alami (laut) yang diusahakan oleh perusahaan perikanan. Pada tahun 2009 PPN Palabuhanratu menghasilkan volume produksi perikanan laut sebesar 3.950.267 kg dengan nilai sebesar Rp 56.735.939.610,00. Jumlah volume produksi terbesar terjadi pada bulan Juni dan

31 Agustus sebesar 456,705 ton dan 545,346 ton, karena pada bulan tersebut termasuk kedalam kategori musim peralihan. Pada bulan April dan Mei yang termasuk kedalam kategori musim barat, volume produksi memiliki nilai terendah yaitu 183,316 ton dan 203,812 ton. Data nilai volume produksi dan nilai produksi perikanan laut per bulan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5 dan pada grafik di Gambar 6. Tabel 5 Data Volume Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Bulan Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp) (dalam Milyar) Januari 327,049 4,042 Februari 333,806 3,740 Maret 418,491 2,700 April 183,316 2,659 Mei 203,812 3,370 Juni 456,705 8,296 Juli 357,610 7,147 Agustus 545,346 6,932 September 328,753 4,576 Oktober 304,485 4,494 November 234,023 3,746 Desember 256,871 5,028 Jumlah 3950,267 56,735 Sumber :Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009

32 600 550 545.35 Volume (ton) dan Nilai Produksi (milyar) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 456.7 418.5 333.8 357.6 327.05 183.3 203.8 328.75 304.48 256.8 234.02 Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (M ilyar) 50 0 4.04 2.7 3.74 2.66 3.37 8.29 7.15 6.93 4.58 4.5 3.75 5.03 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 6 Grafik Volume Produksi Perikanan dan Nilai Produksi Perikanan di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009 4.3 Fasilitas PPN Palabuhanratu Fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan meliputi sarana dan prasarana pelayanan umum dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional pelabuhan memperlancar aktivitas usaha perikanan (Lubis, 2002). Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu, maka Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan menyediakan sarana PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992 yang kemudian sarana dan prasarananya dilengkapi secara bertahap. Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

33 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPN Palabuhanratu terdiri dari : a. Areal Pelabuhan Areal Pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas pelabuhan. PPN Palabuhanratu memiliki luas areal seluas 10,29 ha dan areal tersebut merupakan milik PPN Palabuhanratu yang mana sudah digunakan untuk pembangunan fasilitas pelabuhan. b. Dermaga Panjang dermaga PPN Palabuhanratu pada awal operasional adalah 509 m. Namun setelah beberapa tahun operasional, dermaga tersebut melampaui kapasitasnya karena kapal-kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu untuk mendaratkan hasil tangkapannya tiap tahun meningkat. Guna meningkatkan pelayanan, pada tahun 2002 pihak PPN Palabuhanratu telah membangun dermaga baru (dermaga 2) dengan panjang 410 m. PPN Palabuhanratu saat ini menggunakan dermaga 1 untuk melayani tambat labuh kapal-kapal ukuran <30 GT, sedangkan dermaga 2 digunakan untuk kapalkapal ukuran >30 GT. c. Kolam Pelabuhan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai kolam pelabuhan dengan luas sekitar 3 ha dengan variasi kedalaman -3 m, -2,5 m, dan -2 m. Pada tahun 2002 bersamaan dengan dibangunnya dermaga 2, PPN Palabuhanratu juga membangun kolam pelabuhan baru (kolam 2) seluas 2 ha dengan kedalaman -4 m. d. Breakwater Panjang breakwater yang dimiliki PPN Palabuhanratu bagian selatan 294 m, bagian utara 125 m, bagian barat 50 m, dan bagian timur 200 m. Breakwater berguna untuk melindungi kapal-kapal perikanan yang tambat labuh di dermaga terhadap pengaruh gelombang laut.

34 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu antara lain : a. Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m 2. Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. Tempat Pelelangan Ikan PPN Palabuhanratu saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya sebagai tempat pelelangan ikan. b. Pasar Ikan Pasar ikan yang dimiliki PPN Palabuhanratu mempunyai luas 352 m 2, yang bersebelahan dengan gedung TPI dan dimanfaatkan sebagai tempat untuk memasarkan hasil tangkapan. c. Menara Air dan Instalasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai fasilitas air bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m 3 yang berada di dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang baru, khusus untuk kegiatan masyarakat. d. Tangki BBM Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai dua unit tangki BBM yang berkapasitas 320 m 3 dan 208 m 3 yang dipasok dari station package dealer (SPDN) untuk nelayan yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. e. Listrik dan Instalasi Listrik di PPN Palabuhanratu bersumber dari PLN dengan kapasitas daya 82,5 kilo volt amper (KVA). f. Tempat Perbaikan Jaring Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai tempat untuk memperbaiki jaring dengan luas bangunan 500 m 2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas 3000 m 2.

35 g. Balai Pertemuan Nelayan Balai pertemuan nelayan PPN Palabuhanratu mempunyai luas 150 m 2, dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan, rapat KUD, penyuluhan, dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan. h. Forklift, Dump Truck, Truck Folder Crane Fasilitas ini berfungsi untuk alat bantu memindahkan barang dari dermaga ke tempat penumpukan barang. 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN Palabuhanratu antara lain adalah Kantor Administrasi Pelabuhan, Rumah Dinas, Mushola, MCK, dan tempat parkir.

36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Operasional kapal PSP 01 (Multi gear) Kapal PSP 01 merupakan kapal yang dimiliki oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kapal ini yang digunakan untuk kapal penelitian dan kapal latih bagi mahasiswa. Selain itu kapal PSP 01 juga telah melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan di Palabuhanratu. Pada kapal PSP 01 dioperasikan alat tangkap multigear, atau lebih dari satu buah alat tangkap, yaitu pancing dan gill net. Kapal PSP 01 memiliki panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (Bmax) 3,12 meter, dan kedalaman (D) 1,2 m. Kapal PSP 01 mulai beroperasi terhitung bulan Mei tahun 2008 hingga sekarang. 1) Unit penangkapan Unit penangkapan yang dioperasikan kapal PSP 01 antara lain yaitu pancing dan gillnet. Pengoperasian alat tangkap dilakukan di daerah rumpon. Alat tangkap yang diutamakan untuk dioperasikan yaitu pancing. Ketika mengoperasikan pancing, nelayan juga mengoperasikan gillnet. Gillnet merupakan salah satu alat tangkap yang dimiliki oleh kapal PSP 01. Jenis gillnet yang dioperasikan adalah drift gillnet dan jaring blo on. Drift gillnet adalah salah satu jenis gillnet yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis, sedangkan jaring blo on merupakan salah satu jenis gillnet yang dioperasikan untuk menangkap udang atau ikan demersal. Pancing merupakan alat tangkap yang juga dioperasikan oleh nelayan PSP 01. Pancing yang dioperasikan pada kapal PSP 01 terdapat dua jenis pancing, yaitu pancing tonda dan pancing ulur. Pancing ulur yang dioperasikan terdapat beberapa jenis, yaitu pancing tomba, pancing layang, dan pancing taber. Ketiga jenis pancing ulur tersebut pada dasarnya memiliki spesifikasi alat, daerah penangkapan, serta hasil tangkapan yang sama, namun yang berbeda adalah waktu pengoperasian dan metodenya.

37 2) Metode pengoperasian alat Sebelum melakukan operasi penangkapan, nelayan PSP 01 melakukan persiapan perbekalan, pemeriksaan mesin dan perahu, serta penyusunan alat tangkap di perahu. Setelah menentukan daerah penangkapan barulah para nelayan berangkat menuju fishing ground. Untuk pengoperasian drift gillnet dan jaring blo on hampir sama, namun berbeda pada waktu pengoperasian. Jaring kopet dioperasikan biasanya pada waktu malam hari sekitar pukul 20.00 WIB dan dilakukan proses drifting (perendaman) jaring selama 2-3 jam, sedangkan jaring blo on dioperasikan pada waktu pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB dan tanpa proses drifting. Untuk pengoperasian pancing, pancing tonda menggunakan umpan buatan pada pengoperasiannya, sedangkan pancing ulur menggunakan umpan hidup. Kapal PSP 01 akan kembali ke PPN Palabuhanratu pada hari ke-6 atau ke-7. 3) Fishing ground Kegiatan operasional kapal PSP 01 di Palabuhanratu berlangsung sepanjang tahun, dengan lama 1 trip antara 5 sampai dengan 7 hari. Dalam satu bulan kapal PSP 01 dapat melakukan 3 trip sampai 4 trip. Untuk daerah penangkapan kapal PSP 01 dilakukan di daerah rumpon. Dari data yang didapat, daerah rumpon kapal PSP 01 antara lain di daerah Ujung Kulon, Binuangeun, perairan Legundi, perairan Selat Panaitan, Cisokan dan Karang Bolong. Peta fishing ground kapal PSP 01 dapat dilihat pada Lampiran 1. 4) Komposisi hasil tangkapan Berdasarkan data kapal PSP 01, komposisi hasil tangkapan yang didapatkan cukup beragam. Ketika kapal PSP 01 mengoperasikan gillnet dan pancing maka hasil tangkapan yang didapatkan berupa ikan pelagis seperti yellow fin tuna (Thunnus albacares) dengan berbagai ukuran, cakalang (Katsuwonus pelamis), layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus (Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Sedangkan ketika kapal PSP 01 mengoperasikan jaring blo on maka didapatkan udang-udang karang dan lobster seperti udang mutiara (Penaeus sp.), dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor). Komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 selama dua tahun beroperasi dapat dilihat pada Gambar berikut.

38 0.7% 0.3% 23.4% 30.3% 3.7% 0.3% 6.6% 0.4% 34.1% 0.2% Cakalang Jangilus Tongkol Tenggiri Layur Lobster Madidihang Albacore Banyar Cucut Gambar 7. Presentase Komposisi Hasil Tangkapan Kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2010 Sumber : Data Primer Kapal PSP 01 2010 Pada Gambar 7 dapat dilihat komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 yang paling banyak dan dominan yaitu jenis ikan pelagis, seperti madidihang, cakalang, albacore, dan layur. Pada Mei 2008-April 2010 komposisi hasil tangkapan untuk kapal PSP 01 yang paling banyak yaitu ikan Madidihang (yellow fin tuna) sebanyak 34,1 %, lalu Cakalang sebanyak 30,3 %, kemudian albacore sebanyak 23,4 %, dan layur sebanyak 6,6 %. Dapat dilihat juga pada gambar, terdapat beberapa hasil tangkapan sampingan kapal PSP 01 seperti, ikan jangilus sebanyak 3,7 %, tongkol sebanyak 0,3 %, tenggiri sebanyak 0,4 %, lobster sebanyak 0,2 %, banyar sebanyak 0,7 %, dan cucut sebanyak 0,3 %. 5.1.2 Analisis usaha 1) Keuntungan Setiap usaha yang dilakukan pasti mengharapkan keuntungan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin layak usaha tersebut untuk dilakukan. a) Investasi Untuk analisis usaha dengan teknik finansial, dibutuhkan beberapa komponen penting yaitu investasi, biaya, penerimaan, dan bagi hasil. Modal atau investasi adalah besarnya pengeluaran awal yang harus dikeluarkan oleh

39 pengusaha sebelum menjalankan suatu usaha (Gittinger, 1986). Investasi awal kapal PSP 01 yaitu sebesar Rp 146.000.000,00. Investasi awal digunakan untuk pembelian kapal, mesin utama, mesin bantu, peralatan navigasi, alat tangkap, dan perlengkapan tambahan. Rincian modal investasi untuk kapal PSP 01 (tahun 2008) dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Investasi Usaha Perikanan Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 Rincian Investasi Umur teknis Biaya (Rp) Persentase (%) Kasko kapal 7 tahun 70.000.000 48 Mesin dan Perlengkapannya 5 tahun 40.000.000 27 AS, Propeler, Bos Coker, daun kemudi 5 tahun 10.000.000 7 Peralatan Navigasi (GPS,Kompas) 3 tahun 3.000.000 2 Alat tangkap Gill Net 3 tahun 15.000.000 10 Alat tangkap pancing 2 tahun 5.000.000 3 Perlengkapan tambahan 1 tahun 3.000.000 2 Total 146.000.000 100 Sumber : Data Pengelola Kapal PSP 01 tahun 2010 b) Biaya Biaya adalah sesuatu yang harus dikeluarkan dalam melakukan usaha (Kadariah et al., 1999). Biaya yang dikeluarkan dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2009 sebesar Rp 34.486.667,00 dan biaya variabelnya sebesar Rp 129.768.025. Sedangkan pada Mei 2009-April 2010 biaya tetapnya sebesar Rp 34.784.667,00 dan biaya variabelnya sebesar Rp 115.583.250. Komponen biaya total kapal PSP 01 selama dua tahun dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

40 Tabel 7 Biaya Usaha Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 Tahun 2010 Uraian Nilai (Rp) A. Biaya Tetap Mei 2008-April 2009 Mei 2010-April2010 Penyusutan kapal 10.000.000 10.000.000 Penyusutan peralatan kapal 1.666.666,67 1.666.666,67 Penyusutan mesin 10.000.000 10.000.000 Penyusutan Gillnet 5.000.000 5.000.000 Penyusutan Pancing 1.500.000 1.500.000 Penyusutan Peralatan navigasi 1.000.000 1.000.000 Penyusutan Perlengkapan 3.000.000 3.000.000 Oli 750.000 235.000 Papan sekat 420.000 - Cat Perahu 300.000 - Perizinan 850.000 - Docking - 2.343.000 Ganco - 40.000 Total 34.486.666,67 34.784.666,67 Biaya Variabel Solar 41.190.000 38.700.000 Minyak tanah 3.152.500 - Es 14.100.000 15.375.000 Logistik nelayan 25.670.000 29.700.000 Umpan 2.850.000 - Box 360.000 - Otonom 1.311.000 - Kuli 522.000 - Batu Timah 200.000 - Gas 150.000 1.500.000 Benang anyaman 100.000 - V Belt 125.000 - Nilon 92.000 - Pancing 4.482.000 7.550.000 Petromax 300.000 - Upah nelayan 35.163.525 22.758.250 Total 129.768.025 115.583.250 Total Biaya 164.254.692 150.367.917 Sumber : Hasil perhitungan analisis usaha kapal PSP 01 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa total biaya dalam usaha kapal PSP 01 pada bulan Mei 2008 April 2009 yaitu sebesar Rp 164.254.692,00 dan pada bulan Mei 2009 April 2010 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 150.367.917,00. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh kapal PSP 01 dalam menjalankan usahanya adalah pada biaya operasional untuk bahan bakar.

41 c) Penerimaan Hasil tangkapan yang diperoleh oleh kapal PSP 01 tidak menentu. Hasil tangkapan kapal PSP 01 didominasi oleh ikan jenis tuna, seperti yellow fin (Thunnus albacares) dengan berbagai ukuran, cakalang (Katsuwonus pelamis), big eye (Thunnus obesus), serta layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus (Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Selain itu, hasil tangkapan yang diperoleh kapal PSP 01 berupa udang mutiara (Penaeus sp.) dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor). Total hasil tangkapan kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2009 mencapai Rp 168.493.000 dan pada Mei 2009-April 2010 total hasil tangkapannya sebanyak Rp 147.486.000. Komposisi penerimaan hasil tangkapan kapal PSP 01 dapat dilihat pada Lampiran 4. 2) Rasio imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio) R-C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Analisis R/C dilakukan untuk melihat berapa penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pada unit usaha penangkapan kapal PSP 01. Penerimaan dari unit usaha kapal PSP 01 periode Mei 2008-April 2009 yaitu sebesar Rp 168.493.000 dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 164.254.692,00. Dari data diperoleh nilai R/C sebesar 1,03 (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,03. Pada periode Mei 2009-April 2010, total penerimaan yang diperoleh kapal PSP 01 sebesar Rp 147.486.000 dan total biayanya adalah sebesar Rp 150.367.917, sehingga nilai R/C yang diperoleh sebesar 0,97. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran. 3) Payback Period (PP) Analisis waktu pengembalian modal (payback period) bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menutupi biaya investasi apabila seluruh keuntungan yang diperoleh digunakan untuk menutupi investasi (Djamin, 1984). Payback period dari usaha kapal PSP 01 di Palabuhanratu yaitu 27,8 tahun. Hal ini berarti waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan akan kembali dalam waktu 27,8 tahun. Waktu ini terbilang

42 sangat lama untuk suatu unit usaha penangkapan. Hal ini dikarenakan nilai investasi yang besar tidak sebanding dengan nilai penerimaan yang didapatkan. 4) Return on Investment (ROI) Return on Investment bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang ditanamkan (Djamin, 1984). Return on Investment dari usaha kapal PSP 01 sebesar 3,6%. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah investasi yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,036. 5) Break Event Point (BEP) Break Event Point dilakukan untuk mengetahui jumlah penjualan dan volume produksi yang tidak memperoleh kerugian dan tidak memperoleh laba, juga pada jumlah penjualan dan volume produksi yang dapat mencapai keuntungan tertentu (Djamin, 1984). Nilai BEP dari usaha kapal PSP 01 ini sebesar Rp 118.737.046,6. Hal ini berarti bahwa pada nilai penerimaan Rp 118.737.046,6 kapal PSP 01 berada pada posisi impas. Tabel 8 Analisis Usaha Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Keterangan Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 Keuntungan (Rp) 5.238.308-2.881.917 (rugi) R/C 1,03 0,97 PP (tahun) 27,8 - ROI (%) 3,6 - BEP (Rp) 118.737.046,6 - Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Usaha Kapal PSP 01 Tahun 2010 5.1.3 Analisis Kriteria Investasi Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk memperoleh manfaat sampai secara teknik sudah tidak menguntungkan lagi. Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan usaha. Dalam melakukan analisis kriteria investasi kapal PSP 01, dilakukan hanya dengan satu skenario, yaitu modal berasal dari departemen PSP sendiri. Biaya dalam analisis ini merupakan komponen pengeluaran dari usaha penangkapan yang merupakan biaya operasional dalam operasi penangkapan. Biaya operasional adalah biaya yang betul-betul riil dikeluarkan dalam

43 menghasilkan produk pada operasi penangkapan. Komponen biaya operasional dalam usaha penangkapan kapal PSP 01 terdiri atas biaya perawatan kapal, biaya perawatan mesin, biaya docking, biaya perizinan, biaya oli, biaya solar, biaya es, biaya gas, biaya minyak tanah, biaya logistik nelayan, biaya umpan, biaya perawatan alat tangkap, biaya retribusi, biaya kuli, dan biaya upah nelayan. Penerimaan usaha penangkapan kapal PSP 01 adalah hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan produksi (kg) yang berlaku saat ini dan nilai sisa dari investasi. Nilai sisa merupakan nilai sisa dari investasi yang tidak habis digunakan selama proyek. 1) Cash Flow Cash flow merupakan arus manfaat bersih sebagai akibat dari pengurangan biaya bersih selama tahun proyek. Penyusunan cash flow menggunakan beberapa asumsi untuk membatasi permasalahan yang ada. Asumsi yang digunakan dalam perkiraan cash flow usaha penangkapan kapal PSP 01 yaitu (1) Usaha penangkapan kapal PSP 01 yang dikelola oleh Departemen PSP dianggap usaha yang telah berjalan selama 2 tahun dari tahun 2008 sampai sekarang; (2) Umur proyek ditentukan 5 tahun berdasarkan umur ekonomis kapal, karena kapal merupakan komponen investasi yang memiliki umur ekonomis paling lama ; (3) Tahun pertama proyek dimulai pada tahun 2008 ; (4) Nilai hasil tangkapan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-5 dianggap tetap, sehingga penerimaan dari hasil penjualan usaha kapal PSP 01 juga tetap, yaitu sebesar Rp 147.486.000,00 per tahun ; (5) Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian ; (6) Biaya operasional yang dikeluarkan dari tahun kedua sampai tahun kelima dianggap sama, yaitu sebesar Rp 118.201.250,00 ; dan (7) Nilai discount rate yang digunakan merupakan tingkat suku bunga pinjaman pada tahun 2008 sebesar 20% pada bank BRI. Arus masuk atau in flow pada perkiraan cashflow terdiri atas penerimaan, pemasukan dari research, dan nilai sisa, sedangkan arus keluar atau out flow pada

44 perkiraan cash flow terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Perkiraan cash flow dari usaha penangkapan kapal PSP 01 dapat dilihat pada Lampiran 2) Kriteria investasi Setelah dilakukan perhitungan kriteria investasi pada usaha penangkapan kapal PSP 01 didapatkan nilai NPV kapal PSP 01 sebesar (-) Rp 50.684.573,87. Nilai ini menunjukkan bahwa selama proyek usaha berjalan tidak memberikan manfaat melainkan akan memberikan kerugian sebesar Rp 50.684.573,87 jika dinilai pada saat sekarang dengan discount rate sebesar 20%. Net B/C yang diperoleh sebesar 0,44, nilai ini merupakan perbandingan net benefit positive dengan net benefit negative selama tahun proyek. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 0,44 selama umur proyek pada tingkat discount rate 20%. Internal Rate of Return yang diperoleh pada usaha ini yaitu sebesar (-) 11%. Hal ini menggambarkan bahwa nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan kapal PSP 01 ini tidak memberikan manfaat internal melainkan mengalami kerugian sebesar 11% tiap tahunnya. Nilai IRR tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat suku bunga (discount rate) yang berlaku pada saat penelitian (20%). Hal tersebut menggambarkan bahwa usaha penangkapan kapal PSP 01 tidak layak untuk dikembangkan. Tabel 9 Nilai Kriteria Investasi Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu No Keterangan Nilai 1. NPV (Rp) - 50.684.573,87 2. Net B/C 0,44 3. IRR (%) - 11 Sumber : Hasil perhitungan dari data primer 3) Analisis Sensitivitas Pada kriteria investasi usaha penangkapan kapal PSP 01 dengan menggunakan unit penangkapan multi gear, nilai IRR yang didapatkan bernilai negatif, sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan sensitivitas usaha.

45 5.2 Pembahasan 5.2.1 Aspek teknik Secara teknis operasional, kapal PSP 01 merupakan kapal perikanan yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap atau dengan nama lain multi gear. Kapal PSP 01 mengoperasikan alat tangkap gill net, pancing tonda, serta pancing ulur. Penentuan daerah penangkapan kapal PSP 01 berdasarkan data hasil tangkapan nelayan sebelumnya, pengalaman melaut nelayan, dan musim penangkapan. Pengoperasian alat tangkap sangat dipengaruhi oleh keberadaan dan posisi rumpon serta kondisi dari daerah penangkapan itu sendiri (Juliana, 2007). Pada Tabel 10 disajikan empat kriteria data teknis dari kapal PSP 01 yaitu Gross Tonage (GT) kapal, jumlah ABK, jumlah hari operasi per tahun, dan jumlah bahan bakar per tahun. Kapal PSP 01 memiliki GT kapal sebesar 9,5 GT, jumlah ABK yang beroperasi dalam satu kapal 6 orang, jumlah trip dalam satu tahun sebanyak 32 trip pada tahun pertama (Mei 2008-April 2009) dan 30 trip pada tahun kedua (Mei 2009-April 2010), dan jumlah bahan bakar pada Mei 2008-April 2009 sebesar 7.800 liter solar dan pada Mei 2009-April 2010 sebanyak 8300 liter solar. Tabel 10 Data Teknis Kapal PSP 01 di Palabuhanratu pada Mei 2008-April 2010 Data Teknis Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 GT Kapal 9,5 9,5 ABK (orang) 6 6 Trip per tahun 32 30 Bahan bakar per tahun (liter) 7.800 8.300 Sumber : Hasil Wawancara Responden Tahun 2010 Dari data teknis tersebut dapat diketahui keragaan produksi hasil tangkapan dengan membagi jumlah produksi hasil tangkapan per tahun dengan keempat kriteria data teknis. Produksi kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2009 yaitu sebanyak 12.556,56 kg dan pada Mei 2009-April 2010 sebanyak 10.425 kg. Nilai produksi kapal PSP 01 pada tahun kedua lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun pertama. Hal ini disebabkan karena musim ikan yang tidak pernah menentu, sehingga berpengaruh terhadap jumlah produksi hasil tangkapan.

46 Perbandingan keragaan produksi hasil tangkapan tersebut dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan Keragaan Produksi Hasil Tangkapan Kapal PSP 01 di Palabuhanratu Keragaan Hasil Tangkapan Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 Σ Hasil Tangkapan 1 thn (kg) 12.556,56 10.425 X1 (kg) 1.321,74 1.097,36 X2 (kg) 2.092,76 1.737,50 X3 (kg) 392,39 347,50 X4 (kg) 1,61 1,26 Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Keragaan Hasil Tangkapan Keterangan : X1 X2 X3 X4 : Jumlah Hasil Tangkapan / GT kapal : Jumlah Hasil Tangkapan / jumlah ABK : Jumlah Hasil Tangkapan / jumlah trip per tahun : Jumlah Hasil Tangkapan / jumlah bahan bakar per tahun Pada tabel 11 nilai X1 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 GT kapal yaitu sebesar 1.321,74 kg pada tahun pertama dan 1.097,36 kg, nilai X2 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 orang ABK yaitu sebesar 2.092,76 kg pada tahun pertama dan 1.737,5 kg pada tahun kedua, nilai X3 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 trip operasi yaitu sebesar 392,39 kg pada tahun pertama dan 347,5 kg pada tahun kedua, dan nilai X4 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 liter bahan bakar sebesar 1,61 kg pada tahun pertama dan 1,26 pada tahun kedua. Nilai keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01 tahun pertama (Mei 2008- April 2009) lebih besar jika dibandingkan dengan tahun kedua (Mei 2009-April 2010). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan kapal PSP 01 tahun pertama yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun kedua usaha. 5.2.2 Aspek finansial Suatu usaha dapat dilihat kelayakannya melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Dalam hal ini usaha yang telah dianalisis secara finansial yaitu usaha penangkapan kapal PSP 01 yang mengoperasikan alat tangkap multi gear.

47 Pada Tabel 12 di bawah ini disajikan hasil perhitungan analisis finansial untuk kapal PSP 01. Tabel 12 Analisis Finansial Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Keterangan Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 Keuntungan 5.238.308-2.881.917 (rugi) R/C ratio 1,03 0,97 PP (tahun) 27,8 - ROI (%) 3,6 - BEP (Rp) 118.737.046,6 - NPV (Rp) - 50.684.573,87 - Net B/C 0,44 - IRR (%) - 11 - Sumber: Hasil perhitungan dari data kapal PSP 01 Berdasarkan pada Tabel 12 di atas, dapat dilihat hasil perhitungan analisis finansial untuk kapal PSP 01. Jika dilihat dari keuntungan usaha, kapal PSP 01 memperoleh keuntungan hanya di tahun awal usaha yaitu sebesar Rp 5.238.038, sedangkan pada tahun kedua usaha kapal PSP 01 mengalami kerugian sebesar Rp 2.881.917. Dalam analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio), kapal PSP 01 memiliki nilai R/C sebesar 1,03 pada tahun pertama usaha dan 0,97 pada tahun kedua usaha. Hal ini menunjukkan bahwa kapal PSP 01 masih menguntungkan untuk dilanjutkan, namun belum terbilang layak untuk dikembangkan karena nilai R/C yang hampir mendekati 1 di tahun pertama dan nilai R/C di bawah 1 pada tahun kedua. Waktu yang dibutuhkan untuk kapal PSP 01 mendapatkan kembali modal awalnya yaitu selama 27,8 tahun. Waktu ini terbilang sangat lama untuk sebuah usaha mendapatkan kembali modal awalnya. Pada perhitungan analisis kriteria investasi, dapat sangat terlihat bahwa usaha penangkapan kapal PSP 01 dengan alat tangkap multi gear tidak layak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan nilai NPV dan IRR yang bernilai negatif, yaitu (-) Rp 50.684.573,87 dan (-) 11%, sehingga analisis sensitivitas tidak dilanjutkan untuk dihitung. Ketidaklayakan usaha kapal PSP 01 untuk dikembangkan, diduga disebabkan karena adanya perhitungan perencanaan di awal usaha yang kurang akurat. Pada investasi awal usaha, dikeluarkan biaya yang cukup besar untuk

48 membeli dua alat tangkap, gillnet dan pancing. Namun pada kenyataannya, ketika kapal PSP 01 beroperasi, alat tangkap yang lebih sering digunakan adalah pancing. Sedangkan gillnet hanya dioperasikan sesekali saja. Hal ini yang membuat ketidak seimbangan antara investasi awal usaha yang cukup besar dengan penerimaan hasil tangkapan yang kurang optimal.

49 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1) Secara teknik operasional, pengoperasian alat tangkap kapal PSP 01 lebih sering dilakukan di daerah rumpon, sehingga alat tangkap yang lebih sering dioperasikan adalah pancing. Gillnet dioperasikan ketika nelayan sudah tidak dapat menemukan ikan di daerah rumpon 2) Keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01 pada tahun pertama usaha Mei 2008-April 2009 lebih besar dibandingkan dengan keragaan hasil tangkapan pada tahun kedua Mei 2009-April 2010. Hal ini disebabkan karena jumlah volume produksi hasil tangkapan di tahun pertama lebih besar yaitu 12.556,56 kg, sedangkan pada tahun kedua usaha hasil tangkapan hanya mencapai 10.425 kg. Jumlah hasil tangkapan yang menurun ini disebabkan karena musim ikan yang tidak menentu. 3) Usaha penangkapan kapal PSP 01 dengan alat tangkap multi gear memiliki nilai keuntungan sebesar Rp 5.238.038 pada tahun pertama dari Mei 2008 April 2009, dan mengalami kerugian sebesar Rp 2.881.917 pada tahun kedua yaitu Mei 2009 April 2010. Usaha ini memiliki nilai R/C > 1, yaitu 1,03 (Mei 2008-April 2009) dan 0,97 (Mei 2009-April 2010). Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk kapal PSP 01 mendapatkan kembali nilai investasinya (PP) yaitu selama 27,8 tahun. Dalam tiap satu rupiah investasi yang ditanamkan oleh kapal PSP 01 akan mendapatkan kembali keuntungan sebesar Rp 0,036 (ROI). Nilai BEP kapal PSP 01 yaitu sebesar Rp 118.737.046,6. 4) Berdasarkan hasil perhitungan analisis kriteria investasi, usaha penangkapan kapal PSP 01 tidak layak untuk dikembangkan karena nilai NPV dan IRR yang negatif. 6.2 Saran 1) Mengatur pencatatan data operasional kapal PSP 01 agar lebih rinci dan jelas pembagian trip mana yang menggunakan alat tangkap pancing dan trip mana yang menggunakan alat tangkap gillnet.

50 2) Mengatur pencatatan data operasional kapal PSP 01 agar lebih rinci dan jelas penerimaan hasil tangkapannya. 3) Menambahkan satu atau lebih dari satu unit kapal untuk keberlangsungan usaha yang lebih layak, jika usaha kapal PSP 01 ini tetap akan dilanjutkan. 4) Mengalihkan jenis usaha dari usaha penangkapan menjadi usaha jasa wisata berupa penyewaan kapal untuk memancing.

51 DAFTAR PUSTAKA Agus S.B. 2005. Analisis Perencanaan dan Pengembangan Rumpon (Fish Seller) Sebagai Upaya Meningkatkan Sumberdaya Ikan. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 6. Anonim.2007.Bottom Gillnet.www.winugroho.web.id.index.php.[10 Oktober 2009]. Ardianto A. 2005. Pemanfaatan Rumpon laut Dalam : Upaya Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di PT. Usaha Mina (Persero) Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 1-27 Ariestine, D. 2001. Analisis Faktor-faktor Teknis Perikanan Jaring Nilon di Perairan Teluk Jakarta Muara Angke, Jakarta Utara. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ayodhyoa A U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 97 hal. Citrasari, N. 2004. Evaluasi Teknis dan Ekonomi Unit Penangkapan Payang di Perairan Ulak Karang Sumatera Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Djamin, Z. 1984. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 167 hal. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2004. Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2004. Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2004. Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2004. Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi.

52 [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2004. Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2004. Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Effendi I. 2002. Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 8. Endratno.2002.Uji Coba Umpan Benang Perak pada Pancing Tonda (Troll Line) di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 3-5. Fridman A.L. 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkap Ikan. (alih bahasa Team Penerjemah BPPI Semarang 1988). Koperasi Serba Usaha Perikanan. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. Hal 59-96. Gittinger, P.J., 1982. Economic Analysis of Agricultural Projects. Second Edition. Jakarta : University of Indonesia Press. Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode, dan Taktik Penangkapan. [Diktat Kuliah] (Tidak Dipublikasikan). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 149 hal. Hendriana, Juliana. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda Pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hernanto, F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. 309 hal. Imawati N. 2003. Studi Tentang Kepadatan Ikan Pelagis di Sekitar Rumpon di Perairan Pasauran, Banten. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 7-8. Kadariah, L., Karina dan C. P. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

53 Kayadoe, M. E. 1983. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tangan (Handline) di Teluk Ambon. Fakultas Perikanan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Klust G. 1987. Bahan Jaring untuk Alat Penangkap Ikan. (alih bahasa tim penerjemah Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang). BPPI Semarang. Hal 69-88. Martasuganda S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 65 hal. Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Palabuhanratu; Kajian Teknis dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pemilik. [Skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Monintja D.R. 1993 Study On The Development of Rumpon As Fish Aggregation Device In Indonesia. Maritek. Buletin ITK. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 3 (3) : 137 hal. Nahumury J. R. 2001. Analisis Pengaruh Waktu Pemancingan dan PeriodeBulan Terhadap Jenis dan Komposisi Hasil Tangkapan Handline di Sekitar Rumpon di Teluk Tomini. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 72 hal. Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 622 hal. Nugroho P. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 4-7. Nurani TW, SH Wisudo dan MP Sobari. 1997. Studi Perbandingan Kajian Tekno- Ekonomi Usaha Penangkapan Longline untuk Fresh dan Frozen Tuna. [Laporan Penelitian]. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 53 hal.

54 Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Rumpon Studi Group Bogor Agricultural University. 1987. Final Report Survey On The Location and Design of Rumpon (Payaos) In Ternate, Tidore and Bacan Waters. (Tidak Dipublikasikan). The Department of Fisheries Resources Utilization, Faculty of Fisheries, Bogor Agricultural University. Hal V 1-10. Sarry, R. 1999. Studi tentang Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Layur pada Siang san Malm Hari di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sasmita, V. S. 1995. Pendugaan Potensi dan Fruktuasi Musim Penangkapan Sumberdaya Layur (Trichiurus sp) di Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Sianipar M.H. 2003. Komposisi Hasil Tangkapan Payang Menurut Waktu dan Periode Bulan di Sekitar Rumpon di Perairan Pasauran Provinsi Banten. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 7-10. Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 248 hal. Sudirman H dan Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Asdi Maha Satya. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 27-32. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 462 hal. Yusfiandayani, R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan di Perairan Pasauran Propinsi Banten. [Disertasi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 229 Hal

55 Lampiran 1. Foto Kapal PSP 01 Kapal PSP 01

56 Lampiran 2. Peta lokasi penelitian U 106 o 30 BT Sumber : Data Primer, 2010

57 Lampiran 3. Analisis Usaha Perikanan Kapal PSP 01 Mei 2008- April 2009 Tabel Biaya Investasi Kapal PSP 01 Tahun 2008 Biaya Investasi Uraian Umur teknis Harga Kasko kapal 7 tahun 70.000.000 Mesin dan Perlengkapannya 5 tahun 40.000.000 AS, Propeler, Bos Coker, daun kemudi 5 tahun 10.000.000 Peralatan Navigasi (GPS,Kompas) 3 tahun 3.000.000 Alat tangkap Gill Net 3 tahun 15.000.000 Alat tangkap pancing 2 tahun 5.000.000 Perlengkapan tambahan 1 tahun 3.000.000 Total 146.000.000 Tabel Biaya Penyusutan Kapal PSP 01 Biaya Penyusutan Nilai (Rp) Penyusutan kapal 10000000 Penyusutan peralatan kapal 1,666,667 Penyusutan medsin 10000000 Penyusutan Gillnet 5000000 Penyusutan Pancing 1500000 Penyusutan Peralatan navigasi 1,000,000 Penyusutan Perlengkapan 3,000,000 Total 32166666.67

58 Lanjutan Lampiran 3. Tabel Biaya Kapal PSP 01 per Bulan (Mei 2008-April 2009) Mei Juni Juli Agustus Sept Oktober Nov Des Jan Feb Maret April TOTAL Biaya Tetap Oli 200.000 - - - - 220.000 - - - 100.000 - - 520.000 Papan Sekat - - 420.000 - - - - - - - - - 420.000 Gemuk - - - 90.000 90.000 - - 50.000 - - - - 230.000 Cat perahu - 300.000 - - - - - - - - - - 300.000 Perizinan - - - - - - - - - - - - 850000 Total 200.000 300.000 420.000 90.000 90.000 220.000-50.000-100.000 - - 2.320.000 Total Biaya Tetap 34.486.667 B. Variabel Solar 2.775.000 2.775.000 5.272.500 2.220.000 3.885.000 3.052.500 5.272.500 2.220.000 1.387.500 3.330.000 5.400.000 3.600.000 41.190.000 Minyak tanah 100.000 270.000 400.000 200.000 285.000 200.000 400.000 222.500 100.000 300.000 675.000 3.152.500 Es 500.000 1.162.500 2.125.000 1.062.500 1.625.000 1.250.000 1.500.000 1.000.000 2.312.500 1.562.500 14.100.000 Logistik nelayan 850.000 2.120.000 3.700.000 1.800.000 2.500.000 1.500.000 2.700.000 1.400.000 700.000 2.100.000 3.600.000 2.700.000 25.670.000 Umpan - - - - - - - - 600.000 2.250.000 2.850.000 Gas - - - - - - - - - - - 150.000 150.000 Box - - - - - - 120.000 120.000 120.000 - - - 360.000 Petromax - - - - - - 100.000 100.000 100.000 - - - 300.000 Otonom 70.000 223.000 448.000 250.000 250.000-70.000 - - - - - 1.311.000 Kuli/roda - 15.000 237.000 70.000 100.000 100.000 - - - - - - 522.000 Batu Timah - 200.000 - - - - - - - - - - 200.000 Benang Ayaman - 100.000 - - - - - - - - - - 100.000 V Belt - 25.000 - - - - - 100.000 - - - - 125.000 Nilon - 92.000 - - - - - - - - - - 92.000 Pancing - - 948.000 550.000 630.000 350.000 50.000 304.000 - - 900.000 750.000 4.482.000 Total B.Variabel 4.295.000 6.982.500 13.130.500 6.152.500 9.275.000 6.452.500 10.212.500 5.466.500 3.007.500 7.980.000 12.887.500 8.762.500 94.604.500 Total Biaya 129,091,167

59 Lanjutan Lampiran 3. Mei Juni Juli Agustus Sept Oktober Nov Des Jan Feb Maret April TOTAL Pendapatan (HT) Abu-abu - 78.000 - - - - - - - - 400000 - Banyar 1.160.000 - - - - - - - - - - - Cakalang 50.000-16231000 1764000 900000 4446000 420000 - - - 1460000 1260000 Cakalang Kecil - 1.785.000 - - - - - - - - - - Cengker - 175.000 - - - - - - - - - - Cucut - 437.500 - - - - - - - - - - Layaran - 25.000 - - - - - - - - - - Jangilus - - - - 2660000 - - - - - - 3609000 Ikan Jouvenil - - - - - - 11500 - - - - - Keong Macan - - - - - - - - 3.850.000 10.500.000 - - Layur 1.800.000 - - - - - 3850000 7076000 - - - - Udang Mutiara - - - - - - 280500 - - - - - Udang Mutiara Kecil - - - - - - 204000 - - - - - Salur - 63.000 - - - - - - - - - - Lobster Pasir Besar - - - - - - 2110000 - - - - - Lobster Pasir Kecil - - - - - - 2548500 - - - - - Tenggiri Besar - 270.000 - - - - - - - - - - Tenggiri kecil - 1.260.000 - - - - - - - - - - Tuna 15-20 kg - - - - 288000 - - - - - 1005000 240000 Tuna 20-30 kg - 3.456.000 2952000-468000 - - - - - 3927000 1190000 Tuna 30 up - 8.725.000 4800000 1.750.000 17025000 - - - - - 4940000 10244000 Tuna Baby < 15kg - - 8425000 6.279.000 1248000-585.000 - - - - - Tuna kecil >1 kg - 1.192.000 3813000 3681000 378000 - - - - - 1410000 - Tuna kecil <1 kg - - - - - 740000 1265000 - - - 1760000 216000 Tuna Reject - 1680000 2452000 300.000 1659000 270.000-160.000 - - 1.086.000 - Total 1.210.000 19.146.500 38673000 13.774.000 24626000 5.456.000 11274500 7.236.000 3.850.000 10.500.000 15988000 16759000 168.493.000

60 Lanjutan Lampiran 3. Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Feb Maret April TOTAL Bagi Hasil 770.000 5.533.950 8.614.750 3.678.750 5.806.750 1.000.000 2.119.625 1.186.750 542.500 1.492.500 1.454.700 2.963.250 35.163.525 Penerimaan 440.000 13.612.550 30.058.250 10.095.250 18.819.250 4.456.000 9.154.875 6.049.250 3.307.500 9.007.500 14.533.300 13.795.750 133.329.475 Keuntungan 5.238.308 R/C 1,03 ROI 0,036 PP 27.87 BEP 118.737.047

61 Lampiran 4. Analisis Usaha Perikanan Kapal PSP 01 Mei 2009-April 2010 Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Feb Maret April Total Biaya Tetap (Rp) Oli - - - 115.000-120.000 - - - - - - 235.000 Docking - 2.343.000 - - - - - - - - - - 2.343.000 Ganco - - - - - - - - 40.000 - - - 40.000 Penyusutan - - - - - - - - - - - - 32.166.667 Total 34.784.667 Biaya Variabel Solar (liter) 4.725.000 2.250.000 2.925.000 4.050.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 4.950.000 2.700.000 2.250.000 4.050.000 38.700.000 Isi gas 200.000 100.000 150.000 150.000 100.000 100.000 100.000 100.000 150.000 100.000 100.000 150.000 1.500.000 Es (balok) 2.000.000 1.000.000 1.500.000 1.500.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.500.000 1.000.000 1.250.000 1.625.000 15.375.000 Logistik nelayan 3.800.000 2.000.000 2.800.000 2.800.000 1.800.000 1.900.000 2.000.000 2.000.000 3.200.000 2.000.000 2.200.000 3.200.000 29.700.000 Umpan - - - - - - - - - - - - - Minyak tanah (ltr) - - - - - - - - - - - - - Box - - - - - - - - - - - - - Petromax - - - - - - - - - - - - - Pancing 1.300.000 550.000 900.000 900.000 200.000 500.000 250.000 500.000 500.000 500.000 600.000 850.000 7.550.000 Total B. Variabel 12.025.000 5.900.000 8.275.000 9.400.000 5.800.000 6.200.000 6.050.000 6.300.000 10.300.000 6.300.000 6.400.000 9.875.000 92.825.000 Total Biaya 127.609.667 Pendapatan (HT) Layur - - - - - - - - 990.000 - - - Tuna Baby < 15 kg - - - - 6.162.500 160.000 1.750.000 - - - - - Tuna Kecil > 5 kg 17.576.000 8.372.000 5.538.000 4.394.000 - - 1.690.000 7.200.00 407.000 - - - Tuna 30 Up Kg 1.000.000 780.000 1.666.000 493.000-442.000-1.430.000 4.316.000 10.972.000 5.226.000 11.908.000 Tuna 20-30 kg - - 256.000 784.000-736.000-357.000 1.122.000 952.000-867.000

62 Lanjutan Lampiran 4 Pendapatan (HT) Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Feb Maret April Total Tuna 15-20 kg 1.267.000 469.000 918.000-2.884.000 3.156.000 1.240.000 880.000 1.072.000 - - 1.392.000 Cakalang - 196.000-4.986.000 - - - 1.400.000 - - - - Abu-abu - - - - - 1.386.000 - - - - - - Tuna 10-15 Kg 2.691.000 680.000 1.910.000 - - 4.110.000 1.413.000 - - - - - Tuna > 1 kg 1.120.000 425.000 425.000 - - 3.872.000-1.520.000 1.638.000 - - - Jangilus 560.000 1.050.000 1.540.000 1.596.000 - - - 600.000 - - - - Tuna Reject - - - 8.929.500 - - 280.000 60.000 144.000 - - - Cakalang Kecil - - - - - 350.000 260.000 - - - - - Total 24.214.000 11.972.000 12.253.000 21.182.500 9.046.500 14.212.000 6.633.000 6.967.000 9.689.000 11.924.000 5.226.000 14.167.000 147.486.000 Bagi Hasil 4.291.700 1.813.800 1.661.600 4.475.800 1.728.250 2.584.800 800.000 500.000 1.039.400 1.993.800 0 1.869.100 22.758.250 Penerimaan 19.922.300 10.158.200 10.591.400 16.706.700 7.318.250 11.627.200 5.833.000 6.467.000 8.649.600 9.930.200 5.226.000 12.297.900 124.727.750 Keuntungan -2.881.917 R/C ratio 0,98 Lanjutan Lampiran 4.

63 Lampiran 5. Perkiraan Cash flow Kapal PSP 01 No Uraian 1 2 3 4 5 1 Inflow a. Penerimaan H.T 168.493.000 147.486.000 147.486.000 147.486.000 147.486.000 b. Pendidikan 0 c. Research 1.000.000 d. Nilai sisa 0 0 5.000.000 15.000.000 45.166.667 Jumlah Inflow 169.493.000 147.486.000 152.486.000 162.486.000 192.652.667 2 Outflow a. Investasi Kapal 70.000.000 Mesin 40.000.000 40.000.000 AS, Propeler, Bos Coker, daun kemudi 10.000.000 10.000.000 Peralatan Navigasi 3.000.000 3.000.000 Alat Tangkap Gillnet 15.000.000 15.000.000 15.000.000 Alat Tangkap pancing 5.000.000 5.000.000 5.000.000 Perlengkapan tambahan 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 b Jumlah Investasi 146.000.000 3.000.000 23.000.000 56.000.000 23.000.000 Biaya Tetap Oli 750.000 235.000 235.000 235.000 235.000 Papan Sekat 420.000 40.000 40.000 40.000 40.000 Cat Perahu 300.000 Docking 0 2.343.000 2.343.000 2.343.000 2.343.000 Perizinan 850.000 Jumlah Biaya Tetap 2.320.000 2.618.000 2.618.000 2.618.000 2.618.000

64 Lanjutan Lampiran 5. No Uraian 1 2 3 4 5 c Biaya Variabel Solar 41.190.000 38.700.000 38.700.000 38.700.000 38.700.000 Minyak tanah / gas 3.302.500 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 Es 14.100.000 15.375.000 15.375.000 15.375.000 15.375.000 Logistik nelayan 25.670.000 29.700.000 29.700.000 29.700.000 29.700.000 Umpan 2.850.000 Batu Timah 200.000 Benang anyaman & V belt 225.000 Nilon & Pancing 4.574.000 7.550.000 7.550.000 7.550.000 7.550.000 Keranjang ikan 660.000 Otonom 1.311.000 Kuli 522.000 Upah Nelayan 35.163.525 22.758.250 22.758.250 22.758.250 22.758.250 Jumlah Biaya Variabel 129.768.025 115.583.250 115.583.250 115.583.250 115.583.250 Jumlah outflow 278.088.025 121.201.250 141.201.250 174.201.250 141.201.250 3 Net Benefit (1-2) -108.595.025 26.284.750 11.284.750-11.715.250 51.451.417 4 Discount factor 20 % 0,833333333 0,694444444 0,578703704 0,482253086 0,401877572 5 Present Value (PV) -90.495.854,2 18.253.298,61 6.530.526,62-5.649.715,47 20.677.170,54 6 Net Present Value (NPV) -50.684.573,9 7 Net B/C 0,439923803 8 IRR -11%

65 Lampiran 6. Foto Fasilitas di PPN Palabuhanratu Syahbandar PPN Palabuhanratu Puskemas Nelayan Palabuhanratu Kantor PPN Palabuhanratu Bengkel

66 Lanjutan Lampiran 6. AGB Palabuhanratu Breakwater PPN Palabuhanratu Lampu tanda TPI Palabuhanratu

67 Lanjutan Lampiran 6. Mushalla Pegadaian

68 Lampiran 7. Foto Alat Tangkap di Kapal PSP 01 Gillnet Pelampung Pancing tomba Swivel

69 Lanjutan Lampiran 7. Mata pancing Dirijen Umpan buatan Umpan buatan

70 Lanjutan Lampiran 7. Mata pancing Tali pancing

71 Lampiran 8. Komposisi Hasil Tangkapan Kapal PSP 01 Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp.) Ikan Jangilus (Istiophorus sp.) Albacore

72 Lanjutan Lampiran 8. Ikan Tongkol (Auxis sp.) Ikan Layur (Trichiurus sp.) Berbagai jenis lobster