PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI TERHADAP PRODUK REKAYASA GENETIKA

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

1 Universitas Indonesia

Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

PANGAN TRANSGENIK DALAM DILEMA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN DAN JAMINAN KEAMANAN PANGAN RAKYAT. Oleh : Anton Rahmadi

SIARAN PERS ISAAA. Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR BOGOR 2009

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

FAO: INDEKS HARGA MAKANAN DUNIA NAIK 6% DI BULAN JULI

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

LAPORAN TAHUNAN ISAAA MENGENAI TANAMAN BIOTEK TAHUN 2015 DIRILIS DI BEIJING, TIONGKOK

BRIEF 34. Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: Clive James Ketua Dewan Direksi ISAAA

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PANGAN REKAYASA GENETIKA PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN NUR RISKA TADJOEDIN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

STUDI TERBARU UNGKAP STAGNANSI HASIL PRODUKSI TANAMAN PANGAN, PERLU ADANYA AKSI REGIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

Tanaman Produk Rekayasa Genetik dan Kebijakan Pengembangannya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Ibu Rumah Tangga

TINJAUAN PUSTAKA Produk Rekayasa Genetika

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Ilmu Pengetahuan Alam. Bioteknologi. Kelas IX L/O/G/O

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

Ekonomi Pertanian di Indonesia

G20 LUNCURKAN STRATEGI INOVATIF UNTUK TINGKATKAN KEAMANAN PANGAN

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PBB BANTU NEGARA BERKEMBANG TINGKATKAN STRATEGI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MEREKA

Highlight Status Global Komersialisasi Tanaman Biotek/Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: Oleh Clive James, Pendiri dan Ketua Dewan ISAAA

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

FAO, IFAD, WFP RILIS PERNYATAAN BERSAMA DI TENGAH LONJAKAN HARGA PANGAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

UNDANGAN UNTUK AKSES GRATIS INFORMASI TENTANG TANAMAN BIOTEK

Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK. Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI ( ) RISKA AMELIA ( )

LUAS GLOBAL TANAMAN BIOTEK Juta Hektar (1996 s/d 2006)

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

KEBIJAKAN PRODUKSI DAN PEREDARAN PRODUK PERTANIAN HASIL REKAYASA GENETIKA (PRG) DI INDONESIA

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

PARA AHLI PERTANIAN UNI AFRIKA MEMANTAPKAN POSISI DALAM GMO

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kedelai (Gycine max (L) Merrill) merupakan komoditas pangan utama bagi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

KOMPARASI EKONOMI JAGUNG INDONESIA DENGAN NEGARA PRODUSEN UTAMA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman jagung termasuk keluarga (famili) gramineae, seperti

PRODUK BIOTEKNOLOGI AKAN TERUS BERKEMBANG. Waber menyatakan bahwa produk-produk berikut ini merupakan produk yang dinanti antara lain :

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, tumbuh di dataran tinggi dan relatif mahal. Tanaman terung belanda

PG ECONOMICS LAPORKAN DAMPAK GLOBAL TANAMAN BIOTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi adalah salah satu bentuk pemuliaan non konvensional yang dapat dipakai untuk meningkatkan mutu pemuliaan tanaman. Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan proses biologi dari mikroba, tanaman atau hewan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Apliii bioteknologi dapat memperbaiki sifat tanaman dengan lebih efisien dan akurat karena $en dari sifat tertentu yang ingin ditambahkan sudah diarakterisasi secara akurat szrta dapat dilacak. Teknologi ini memberikan peluang bagi pemulia untuk merakit tanaman yang diinginkan dengan waktu lebih cepat (Bahagiawati & Herman 2008). Dengan bioteknologi diarapkan dapat menyelesaikan masalahmasalah di bidang pertanian yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Rekayasa genet& merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya yang dikenal juga dengan istilah transgenik. Perkembangan pemanfaatan teknologi modem rekayasa genetika (genetically modijied organism, GMO) melalui rekombinasi DNA, telah menghasilkan produk rekayasa genetika (PRG) baik tanaman transgenik yang mempunyai sifat-sifat baru yang diinginkan untuk mengatasi kendala utama dalam rangka meningkatkan produksi pertanian, maupun menghasiikan produk pangan yang lebii berkwalitas, serta peningkatan daya saing produk di pasar global. Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan komersial, aplikasi bioteknologi PRG di dunia meningkat dengan pesat, temtama untuk produk pangan. Pada tahun 1997 luas tanarn PRG di dunia kurang dari 8 juta ha. Pada tahun 2006 telah menjadi 102 juta ha, meningkat 13 kali lipat. Pada tahun 2007 luas areal penanaman menjadi 114,7 juta ha yang ditanam di 23 negara yang terdiri atas 11 negara industri dm 12 negara berkembang, dan peningkatan luas tanarn yang terbesar adalah di USA, Argentina, Brazil, Canada, India, dan China (ISAAA 2007). Dua komoditas utama PRG pangan yang ditanam luas dan tersebar di berbagai negara adalah produk pangan terutama kedelai (soybean) dan

jagung (maize), sedangkan untuk PRG nonpangan adalah kapas (cotton). PRG bempa tomat, pepaya, alfalfa dan beras masih kecil luas tanamnya. Selama rentang waktu sepuluh tahun, luas tanam kedelai PRG di dunia meningkat drastis dari 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi sekitar 55 juta ha pada tahun 2006. Luas tanaman kedelai PRG yang signifikan adalah di USA, Argentina, Brazil, Canada, Paraguay, Uruguay, Meksiko, Afiika Selatan dan Romania. Romania pada tahun 2006 menanam 115 ribu ha kedelai PRG, namun dilarang oleh Uni Eropa (EU) karena negara tersebut baru saja menjadi anggota EU. Luas tanam jagung PRG juga meningkat pesat, meskipun tidak sepesat perkembangan peningkatan luas tanaman kedelai. Jika pada tahun 1996 luas tanam jagung belum mencapai 2 ha, maka pada tahun 2006 luas tanam jagung PRG adalah 25.2 juta ha yang ditanam oleh petani di 13 negara, antara lain ditanam di Atiika Selatan dan di Philipina (ISAAA 2007). Pengembangan PRG juga dilakukan di beberapa negara Asia lainnya. Malaysia mengembangkan riset PRG untuk tanaman pangan, tanaman industri, tanaman hias, dan kehutanan. Negara Thailand mengembangkan riset PRG dan uji lapang komoditas tomat, jagung, kacang panjang, dan kapas (Sitepoe 2001). Penelitian tentang PRG pangan dan nonpangan juga telah dilakukan di Indonesia. Untuk tanaman pangan, sejak beberapa tahun terakhir telah diujicobakan tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, coklat, teby ubi jalar, kentang, dan padi, sedangkan untuk tanaman nonpangan telah dicobakan penanaman kapas jenis Bt di Sulawesi Selatan menjelang akhir tahun 2000. Namun Oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup saat itu tidak disetujui karena dianggap bertentangan dengan Kesepakatan Cartagena. Salah satu kesepakatan Cartagena adalah bahwa diperlukan persetujuan negara importir bila suatu negara mengimpor PRG (Sitepoe 2001). Pada tahun 2003, pemerintah secara resmi menghentikan komersialisasi program kapas transgenik. Beberapa produk PRG impor seperti kedelai dan jagung serta komponenkomponen dari kedelai dan jagung PRG yang diimpor telah beredar di Indonesia. Berbagai komponen kedelai seperti isolat protein dan lecithin diproduksi secara massal dari kedelai PRG, dan gula sirup jagung di produksi dari jagung PRG.

Komponen-komponen ini digunakan untuk bahan tambahan pangan atau ingredient makananlminuman dalam industri pangan. Demikian pula jagung PRG untuk temak diimpor untuk pakan ternak dan hasil temaknya dimakan penduduk Indonesia. Swastika dan Hardinsyah (2008) mengungkapkan bahwa Indonesia mengimpor tidak kurang dari 300 ribu ton beras, dan masing-masing sekitar satu juta ton jagung dan kedelai tiap tahun. Sebagian besar jagung diimpor dari Argentina dan kedelai dari Amerika serikat, dimana PRG untuk kedua komoditas ini berkembang dengan pesat. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kedelai tersebut merupakan kedelai transgenik. Sampai saat ini konsumen belum dapat membedakan secara langsung antara kedelai transgenik dan non transgenik, karena mempunyai penampakan yang tidak berbeda (Yuliawati 2003). Beberapa kasus yang ditemukan di pasaran bahwa kedelai-kedelai ini sering dicampur oleh pedagang untuk kemudian dijual sehingga semakin sulit untuk dapat mendeteksi keberadaan kedelai transgenik. Belum jelas apakah ada efek yang merugikan bagi kesehatan manusia dari berbagai produk PRG yang beredar di Indonesia. Regulasi belum jelas mengatumya dan posisi pemerintah belum tegas (LIP1 2004). Ddam Dokumen Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan disebutkan bahwa "Pemerintah Indonesia bersikap pro (menerima) pengembangan dan pemanfaatan produk transgenik, disertai dengan penerapan prinsip kehati-hatian" (DKP 2001). Namun sampai saat ini belum jelas regulasi dan mekanisme "menerima" dan regulasi tentang "kehatihatian" dalam konteks informasi bagi konsumen dan perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang. Kontroversi pangan rekayasa genetik seringkali mengundang masalah pelik yang merugikan petani (Hardinsyah 2000), kemudian diperkirakan introduksi PRG tersebut menimbulkan ketergantungan pada bibit PRG impor dan kemungkinan gangguan lingkungan bisa jadi malapetaka yang lebih buruk lagi. Dalam jangka panjang, seharusnya pemerintah memfasilitasi riset-riset untuk pengembangan PRG lokal yang aman dan membangun pemahaman dan persepsi yang baik bagi semua stakeholders PRG sedini mungkin.

Studi-studi mengenai produk rekayasa genetika terutama pada pangan sangat perlu dilalculcan karena bersinggungan secara langsung dengan masyarakat. Penelitian lcearah sana hendalcnya lebih sering dilakukan untuk mensosialisasikan produk hasil rekayasa genetika, sehingga masyarakat menjadi lebih faham. Kesalahfahaman bisa te rjadi diakibatkan informasi yang tidak seimbang. Sampai saat ini belum pemah ada di Indonesia penelitian skala luas dan komprehensif tentang prod& rekayasa genetika terutama dalam bidang pangan yang melibatkan petani. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengadaan dan peredaran PRG, menganalisis penerimaan dan faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap PRG, serta menganalisis pengetahuan, persepsi, dan harapan petani tentang PRG. Dari penelitian ini diharapkan aka1 dapat dilcetahui lebih jauh tentang pengadaan dan peredaran PRG di Indonesia. Tujuau Umum Secara umum t~ljuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan petani terhadap produk rekayasa genetika. Tujuan Khusus 1. Mengetal~ui pengadaan dm peredaran PRG pangan dan nonpangan di Indonesia. 2. Menganalisis penerimaan petani tentang PRG dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Menganalisis pengetahuan petani tentang PRG 4. Menganalisis persepsi petani tentang peredaran, dampak positif, dan dampalc negatif PRG 5. Menganalisis hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan dan persepsi petani tentang PRG 6. Mengetahui harapan petani tentang PRG

Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peredaran PRG pangan dan nonpangan di Indonesia pada masyarakat, khususnya petani, serta diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti lainnya yang tertarik pada PRG di masa yang akan datang. Bagi pemerintah, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan implikasi kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia melalui rekayasa genetika dan dapat menentukan arah penelitian tentang produksi, pengadaan benih, dan pemasaran PRG, serta dasar bagi pengembangan penerapan bioteknologi PRG di Indonesia. Selain itu diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyusun peraturan dan undang-undang bagi perlindungan dan keamanan konsumen terkait dengan pelepasan dan peredaran PRG.