LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

dokumen-dokumen yang mirip
L A P O R A N K I N E R J A

MENJAMIN AKSESIBILITAS OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI DAERAH

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Jakarta, 8 Februari 2013 DIREKTUR JENDERAL, Dra. Maura Linda Sitanggang Ph.d NIP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

Buku Indikator Kesehatan

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

TATA KELOLA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN TERPADU. Engko Sosialine M

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN

LAPORAN AKUNTABILITAS

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LAPORAN TRIWULAN-III AKTIVITAS APBD PROVINSI

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

C UN MURNI Tahun

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

Memperkuat Peran Daerah

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

Transkripsi:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 013 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii IKHTISAR EKSEKUTIF iv BAB I : PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN C. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI.. D. SISTEMATIKA. 3 BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. 5 A. PERENCANAAN KINERJA.. 5 1. Visi.. 5. Misi. 5 3. Tujuan... 5 4. Sasaran.. 5 5. Indikator Kinerja dan Target 6 6. Kebijakan 8 7. Output Program. 8 B. PERJANJIAN KINERJA.. 11 BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA 13 A. PENGUKURAN KINERJA. 13 B. SUMBER DAYA... 14 1. Sumber Daya Manusia. 14. Sumber Daya Anggaran... 15 C. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 013 16 1. Indikator Pertama... 16 a. Kegiatan Yang Terkait Langsung Dengan Indikator Pertama... 16 b. Kegiatan Lain Yang Mendukung Indikator Pertama... 17 c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Pertama. 17. Indikator Kedua.. a. Kegiatan Yang Terkait Langsung Dengan Indikator Kedua.. b. Kegiatan Lain Yang Mendukung Indikator Kedua.. c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Kedua i

3. Indikator Ketiga.. 6 a. Kegiatan Yang Terkait Langsung Dengan Indikator Ketiga.. 6 b. Kegiatan Lain Yang Mendukung Indikator Ketiga.. 6 c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Ketiga 7 4. Indikator Penunjang.. 30 a. Jumlah Pengadaan Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.. 30 b. Dukungan Manajemen Administrasi Perkantoran. 31 D. REALISASI ANGGARAN 3 BAB IV : PENUTUP 36 LAMPIRAN PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN... 37 DAFTAR TABEL. 40 DAFTAR GAMBAR.. 41 ii

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan agenda rutin yang disusun setiap Tahun Anggaran berakhir. Setiap Instansi Pemerintah berkewajiban untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) atas pelaksanaan kegiatan selama 1 (satu) tahun, baik keberhasilan maupun kegagalan. Sebagai laporan atas pelaksanaan kegiatan tahun 013, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berkewajiban untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) atas pelaksanaan kegiatan selama 1 (satu) tahun tersebut. Informasi yang tertuang dalam LAK 013 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Selain itu, juga menjadi sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. LAK merupakan sarana bagi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk mengkomunikasikan dan menjawab tentang apa yang sudah dicapai dan bagaimana proses pencapaian hal-hal yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam Penetapan Kinerja. Oleh karena itu, Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (Tapja) dan LAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tidak terlepas dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 010 014 yang telah disarikan dalam Indikator Kinerja Utama dan Penetapan Kinerja tahun 013. Hasil capaian kinerja tahun 013 menunjukkan bahwa secara umum Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah memenuhi sasaran yang ditargetkan. Pencapaian sasaran Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja sebagai berikut: Sasaran : Meningkatnya sediaan farmasi yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan obat esensial generik dan vaksin di sarana pelayanan kesehatan. iv

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Target 011 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Persentase Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai standar Realisasi Capaian Target 01 Realisasi Capaian 013 85% 87% 10,35% 90% 9,85% 103,17% 95% 96,93% 10,03% 65% 81,59% 15,5% 70% 8,80% 118,9% 75% 85,49% 113,98% 65% 71% 109,3% 70% 71,63% 10,33% 75% 79,48% 105,97% Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memiliki komitmen yang kuat dalam mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya yang dimiliki. Dalam rangka evaluasi yang bermutu, maka dilakukan analisis atas pelaksanaan kegiatan tahun 013. Capaian kinerja sebagai hasil yang diperoleh berdasarkan pendayagunaan sumberdaya menjadi salah satu strength Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Sedangkan uraian permasalahan yang dihadapi merupakan Weaknesses dan dijawab dalam upaya peningkatan kinerja indikator yang disusun berdasarkan kemampuan melihat peluang dan tantangan di masa mendatang. Dari hasil analisis tersebut, beberapa strategi pemecahan masalah yang dapat dijadikan masukan dan/atau bahan pertimbangan untuk merumuskan rencana kinerja tahun 014, adalah sebagai berikut: 1. Perlu dialokasikan dana obat dan vaksin baik di Pusat maupun di Daerah, dan Dana Alokasi Khusus.. Perlu dilaksanakan advokasi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk peningkatan alokasi anggaran obat. 3. Perlu peningkatan koordinasi internal dan eksternal khususnya dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 4. Perlu optimalisasi manajemen SDM (pegawai) melalui pemanfaatan kompetensinya untuk menunjang kegiatan yang telah direncanakan. 5. Melaksanakan peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan melakukan pembinaan SDM pengelola obat secara berkesinambungan. v

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintah eselon II dan eselon I diwajibkan menyusun laporan akuntabilitas kinerja untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan kepadanya, berdasarkan perencanaan strategis (Renstra) yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 01 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), di dalam subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan dijelaskan bahwa pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti ilmiah. Karena obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, maka obat tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi semata. Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia, dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah di semua level mulai dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam memenuhi amanat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 01 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) kemudian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 013 yang mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 988/Menkes/Per/XI/006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Departemen Kesehatan sebagai bahan masukan guna pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 013. 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN Tujuan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 013 adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pertanggungjawaban keberhasilan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan program yang digunakan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja. C.. Penyempurnaan dokumen perencanaan untuk periode yang akan datang. 3. Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan untuk periode yang akan datang. 4. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN (Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1144/MENKES/PER/ VIII/010) DIREKTUR BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SUBBAGIAN TATA USAHA SUBDIT ANALISIS DAN STANDARDISASI HARGA OBAT SUBDIT PENYEDIAAN OBAT PUBLIK & PERBEKKES SUBDIT PENGELOLAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SUBDIT PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM OBAT PUBLIK DAN PERBEKKES SEKSI ANALISIS HARGA OBAT SEKSI PERENCANAAN PENYEDIAAN OBAT PUBLIK & PERBEKKES SEKSI STANDARDISASI PENGELOLAAN OBAT PUBLIK & PERBEKKES SEKSI PEMANTAUAN PROGRAM OBAT PUBLIK & PERBEKKES SEKSI STANDARDISASI HARGA OBAT SEKSI PEMANTAUAN KETERSEDIAAN OBAT PUBLIK & PERBEKKES SEKSI BIMBINGAN DAN PENGENDALIAN OBAT PUBLIK & PERBEKKES SEKSI EVALUASI PROGRAM OBAT PUBLIK & PERBEKKES KJF Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1144/MENKES/PER/VIII/010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan; 4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. D. SISTEMATIKA Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 013 ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan selama Tahun 013. Capaian kinerja tersebut dibandingkan juga dengan kinerja tahun sebelumnya sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi, sedangkan realisasi tahun 013 akan dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya dan juga dibandingkan dengan target akhir tahun Renstra (014). Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Analisis atas pencapaian tahun ini dengan target akhir tahun Renstra menggambarkan daya yang masih diperlukan untuk mencapai target. Dengan kerangka berpikir tersebut, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 013 adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, serta sistematika penyajian laporan. Bab II: Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran, indikator kinerja dan target, serta kebijakan dan program Direktorat Bina 3

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Tahun 013. Selain itu bab ini juga menjelaskan mengenai muatan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI untuk periode 010 014 dan penetapan kinerja tahun 014. Bab III: Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan mengenai pengukuran kinerja, pencapaian kinerja tahun 013 dan perbandingannya dengan tahun sebelumnya, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran, serta sumberdaya manusia dan anggaran yang digunakan, dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk tahun 013. Bab IV: Penutup, berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 013. 4

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan kinerja merupakan perencanaan yang disusun dengan selaras mulai dari Rencana Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Indikator kinerja disusun berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran stategis. Perencanaan kinerja disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu. Berdasarkan Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 005 05, salah satu sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahun 005 05 adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk mengedepankan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Langkah yang ditempuh antara lain dengan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang disertai oleh peningkatan pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1144/MENKES/PER/ VIII/010, tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan adalah tugas Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 010 tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 010 014, dalam Rencana Aksi Bidang Kesehatan, kegiatan prioritas terkait dengan obat adalah peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Kegiatan prioritas, sasaran, indikator, dan target tahun 010 014 dalam RPJMN dapat dilihat pada Tabel 1. 5

Tabel 1. Kegiatan prioritas, Sasaran, Indikator, dan Target tahun 010 014 dalam RPJMN Kegiatan Prioritas Sasaran Indikator Peningkatan Meningkatnya Persentase ketersediaan Ketersediaan Obat ketersediaan obat obat dan vaksin Publik dan Perbekalan esensial generik di Kesehatan sarana pelayanan Target 010 011 01 013 014 80 85 90 95 100 kesehatan dasar Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3/MENKES/SK/1/013 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Tahun 010 014, dinyatakan bahwa sasaran hasil program kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang dilakukan antara lain Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dengan luaran meningkatnya ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar. Indikator pencapaian luaran tersebut pada tahun 014 adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%, persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 80%, dan persentase instalasi farmasi Kab/Kota sesuai standar sebesar 80%. Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tersebut, tampak bahwa dalam menunjang Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dilakukan berbagai kegiatan, antara lain sebagaimana tertuang dalam Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Upaya-upaya yang dilakukan diharapkan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangunan kesehatan melalui peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan. 1. VISI Visi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah terjaminnya ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.. MISI Untuk mencapai ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan ditempuh melalui misi sebagai berikut : a. Meningkatkan manajemen pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang efektif dalam menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan. b. Mengendalikan harga dalam upaya pemerataan dan keterjangkauan obat esensial c. Meningkatkan peran serta pemerintah daerah dalam manajemen logistik obat. 6

d. Meningkatkan profesionalisme SDM baik di pusat maupun di daerah dalam manajemen logistik obat. e. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik 3. TUJUAN Adapun tujuan dari didirikannya Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah terselenggaranya penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan dalam rangka meningkatkan ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan. 4. SASARAN Meningkatnya sediaan farmasi yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan obat esensial generik dan vaksin di sarana pelayanan kesehatan. 5. INDIKATOR KINERJA DAN TARGET Untuk dapat mencapai kinerja secara terarah maka diperlukan penetapan indikator kinerja dan target. Indikator kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang tertuang Renstra Revisi yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin, persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan, dan persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai standar. Indikator kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin dengan target sama seperti yang tercantum di dalam Renstra Revisi. Berikut ini adalah tabel yang berisi sasaran, indikator kinerja dan target Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dari tahun 010 014 yang tertuang di dalam Renstra Revisi. 7

Tabel. Sasaran, Indikator Kinerja, dan Target Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. SASARAN INDIKATOR KINERJA Meningkatnya Persentase Ketersediaan sediaan farmasi Obat dan Vaksin dan alat kesehatan Persentase Penggunaan yang memenuhi Obat Generik di Fasilitas standar dan Pelayanan Kesehatan terjangkau oleh Persentase Instalasi masyarakat Farmasi Kabupaten/Kota TARGET 010 011 01 013 014 80% 85% 90% 95% 100% 60% 65% 70% 75% 80% 60% 65% 70% 75% 80% Sesuai Standar Untuk menyamakan persepsi dalam operasionalisasi pencapaian indikator, maka telah dirumuskan Definisi Operasional dari masing-masing indikator seperti tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Definisi Operasional Indikator Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. NO INDIKATOR 1 Persentase ketersediaan obat dan vaksin URAIAN Pengertian : Persentase tersedianya obat dan vaksin selama 18 bulan bagi pelayanan kesehatan dasar di sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Perhitungan : Menghitung persentase ketersediaan menggunakan rumus berikut : obat/vaksin dengan Catatan : Jumlah obat/vaksin yang tersedia adalah : Sisa stok + total penggunaan. Total penggunaan dihitung kumulatif dari Januari tahun tersebut. Kebutuhan adalah : persediaan ideal yang dibangun dengan perhitungan pemakaian rata-rata / bulan tahun sebelumnya dikali 18 bulan. 8

Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan Pengertian : Persentase penggunaan obat generik terhadap penggunaan seluruh obat di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Catatan : 1. Obat generik INN (lihat UU No. 36).. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah adalah Rumah Sakit dan Puskesmas. Perhitungan : Menghitung persentase penggunaan obat generik di Rumah Sakit dan Puskesmas menggunakan rumus berikut : Catatan : Jumlah sampel 13 puskesmas dan 13 rumah sakit pemerintah. 3 Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai standar Pengertian : Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai standar terhadap Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Catatan : Sesuai standar rmemenuhi skor minimal 60%. Cara dan contoh perhitungan terlampir. Perhitungan : Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai standar (S) dihitung dengan rumus sebagai berikut : 6. KEBIJAKAN Kebijakan adalah arah atau tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Adapun kebijakan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tersebut adalah : a. Advokasi penyediaan anggaran sesuai kebutuhan serta efisiensi pembiayaan obat melalui penerapan prinsip farmakoekonomi. b. Pengendalian harga obat khususnya obat esensial generik. c. Mengatur regulasi terkait dengan jaminan ketersediaan dan keterjangkauan obat. d. Pengadaan obat generik, obat program, dan vaksin yang efektif, efisien, transparan, akuntabel dan tepat sasaran. e. Penerapan kebijakan pengelolaan obat satu pintu di Provinsi dan Kabupaten/Kota (One Gate Policy). 9

f. Peningkatan kapasitas SDM melalui bimbingan dan pembekalan tenaga kefarmasian tentang manajemen logistik obat. g. Penerapan wilayah bebas korupsi, wilayah birokrasi bersih dan melayani dalam meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik. 7. OUTPUT PROGRAM Dalam pencapaian tujuan dan sasaran, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mendukung pelaksanaan program kefarmasian dan alat kesehatan melalui serangkaian kegiatan. Output dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kegiatan dan Output Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 013. NO 1. KEGIATAN Penyusunan daftar harga obat generik, obat program dan perbekalan kesehatan OUTPUT Daftar harga obat generik (SK Menkes) E-Catalogue. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ECatalogue Buku Petunjuk Pelaksanaan E-Catalogue 3. Evaluasi Pengadaan dan Penerimaan Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Vaksin Laporan Pelaksanaan Pengadaan Obat dan Vaksin 4. Pertemuan Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Nasional Dokumen Rencana Kebutuhan Obat Nasional 5. Pertemuan Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Embarkasi Haji Dokumen Rencana Kebutuhan Obat Embarkasi Haji di Indonesia 6. Stok Opname Obat Buffer Stok Pusat Laporan stok obat buffer yang ada di Instalasi Farmasi Nasional 7. Monitoring Ketersediaan Obat dan Vaksin Laporan Ketersediaan Obat dan Vaksin dari Provinsi dan Kabupaten/Kota 8. Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Monitoring Harga Obat dan Nama Dagang Laporan analisis harga obat generik dan merk dagang 9. Pemantapan Penerapan E-Catalogue Laporan hasil pelaksanaan E-Catalogue 10. Monitoring Harga Obat Generik,Nama Dagang dan Perbekalan Kesehatan di Apotik Dokumen berupa daftar harga obat generik dan nama dagang di setiap Provinsi 11. Pengadaan Obat, Vaksin, dan Perbekalan Kesehatan 1. Pengembangan Software E-Logistic System Software E-Logistic System yang lebih aplikatif dan sempurna 13. Pertemuan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Laporan hasil evaluasi dan rekomendasi mengenai program obat publik dan perbekalan kesehatan untuk tahun yang akan datang Tersedianya obat, vaksin, perbekalan kesehatan, dan reagen screening darah Terdistribusinya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan 10

14. Monitoring Penggunaan Obat Generik di Sarana Pelayanan Kesehatan Laporan penggunaan obat generik di Rumah Sakit dan Puskesmas 15. Rapat Konsultasi Teknis Laporan dan rekomendasi 16. Penyusunan Prosedur Tetap Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Nasional Buku Prosedur Tetap Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Nasional 17. Penyusunan Prosedur Tetap Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi Buku Prosedur Tetap Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi 18. Peningkatan Kapasitas SDM Instalasi Farmasi Nasional Jumlah SDM yang mendapatkan materi kompetensi pengelolaan obat 19. Pembekalan Tenaga Kefarmasian Terhadap Pedoman Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 01 Laporan berisi jumlah tenaga kefarmasian yang mendapatkan pembekalan 0. Pembekalan Tenaga Kefarmasian Dalam Pengelolaan Vaksin Laporan berisi jumlah tenaga kefarmasian yang mendapatkan pembekalan 1. Pembekalan Tenaga Kefarmasian Tentang Pengelolaan Obat di Arab Saudi Jumlah Penanggung jawab Program Kefarmasian di Provinsi yang mendapat pembekalan mengenai pengelolaan obat Haji. Pemilihan Tenaga Kefarmasian Berprestasi Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota Terpilihnya tenaga pengelola obat berprestasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota 3. Bimbingan Teknis Manajemen Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di sektor pemerintah Laporan hasil pembinaan di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota 4. Penerimaan dan Stok Opname Obat dan Perbekalan Kesehatan Haji di Arab Saudi Laporan Penerimaan Obat dan Stok Obat Haji di Arab Saudi 5. Operasional Instalasi Farmasi Nasional Tersedianya dukungan yang diperlukan untuk operasionalisasi Instalasi Farmasi Nasional 6. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Nasional Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan Instalasi Farmasi Nasional 7. Administrasi Umum Satuan Kerja 8. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Buku LAKIP tahun 013 9. Penyusunan Laporan Tahunan Buku Laporan Tahunan Tahun 013 30. Penyusunan RKAKL Tahun 014 Dokumen RKAKL Tahun 014 31. Penyusunan Rencana Program 014 Daftar kegiatan dan program tahun 014 3. Penyusunan Laporan SAK dan SIMAK BMN Laporan Keuangan dan BMN 33. Pemusnahan Obat Kadaluarsa Laporan berupa dokumen obat yang dimusnahkan 34. Peningkatan Kinerja Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Meningkatnya Kinerja Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tersedianya honor pengelola anggaran yang diterima oleh yang berhak Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka administrasi perkantoran Terselenggaranya kegiatan rapat-rapat kordinasi baik internal maupun eksternal Terpeliharanya sarana kantor dan kendaraan operasional kantor 11

35. Peningkatan Kapasitas SDM di Dalam Negeri dan di Luar Negeri Jumlah pegawai yang mengikuti kegiatan penambah pengetahuan di bidang Manajemen Pengelolaan Obat di dalam maupun luar negeri 36. Fasilitasi Teknis Manajemen Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Laporan pelaksanaan kegiatan yang melibatkan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 37. Kegiatan Lintas Sektor/Lintas Program Laporan pelaksanaan kegiatan Lintas Sektor/Lintas Program yang melibatkan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 38. Pengadaan Alat Pengolah Data Tersedianya alat pengolah data Pembahasan Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Sampling Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) Buku Petunjuk Pelaksanaan Sampling Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) 39. 40. Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Rumah Sakit 41. Pilot Project E-Logistic System di Provinsi DI.Yogyakarta 4. Koordinasi Penyusunan Laporan Kegiatan 43. Penyusunan Daftar Orphan Drug 44. Penyusunan Daftar Formularium Nasional Bahan Medis Habis Pakai 45. Pertemuan Pembahasan E-Catalogue Tahun 014 46. Pertemuan Pembahasan Software ELogistic System 47. Pertemuan Pembahasan ISO 9001 : 008 48. Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Dalam Rangka Pelaksanaan BPJS I 49. Sosialisasi E-Catalogue Tahun 014 50. Kajian Biaya Kapitasi Pelayanan Kefarmasian 51. Pemusnahan Obat Kadaluarsa di Arab Saudi 5. Bimbingan Teknis Software E-Logistic System dan Analisis Ketersediaan Obat Dokumen Rencana Kebutuhan Obat Rumah Sakit Laporan hasil pelaksanaan Pilot Project ELogistic System di Provinsi DI.Yogyakarta Dokumen Laporan Kegiatan Tersusunnya Daftar Orphan Drug Tersusunnya Daftar Formularium Nasional Bahan Medis Habis Pakai Laporan hasil Pembahasan E-Catalogue Tahun 014 Laporan hasil Pembahasan Software ELogistic System Laporan hasil Pembahasan ISO 9001 : 008 Dokumen Rencana Kebutuhan Obat Dalam Rangka Pelaksanaan BPJS I Laporan hasil Sosialisasi E-Catalogue Tahun 014 Laporan hasil Kajian Biaya Kapitasi Pelayanan Kefarmasian Laporan berupa dokumen obat yang dimusnahkan di Arab Saudi Laporan hasil Bimbingan Teknis Software ELogistic System dan Analisis Ketersediaan Obat 1

B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja yang diformulasikan dalam penetapan kinerja merupakan pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Penetapan kinerja disepakati antara pengemban tugas dengan atasannya (performance agreement). Penetapan kinerja juga merupakan ikhtisar rencana kinerja tahunan yang telah disesuaikan dengan ketersediaan anggarannya, yaitu setelah proses anggaran (budgeting process) selesai. Aktualisasi kinerja sebagai realisasi penetapan kinerja dimuat dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja (Performance Accountability Report). Perjanjian kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 013 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Target Perjanjian Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 013. INDIKATOR KINERJA TARGET TAHUN 013 a. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin 95 % b. Persentase Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan 75 % Kesehatan c. Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota Sesuai Standar 75 % 13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Pengukuran kinerja juga merupakan kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian dari masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi tentang masing-masing indikator agar dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang, sehingga setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil dan berdaya guna. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 3/MENKES/SK/013 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 010-014, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan fokus prioritas program Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu, dan penggunaan obat dan alat kesehatan. Prioritas program tersebut menjadi prioritas program semua satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Sesuai dengan dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang dituangkan ke dalam Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, ditetapkan beberapa indikator dengan target tahunan. Untuk tahun 010 014, indikator Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 6. 14

Tabel 6. Target dan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 010 014. REALISASI (%) TARGET (%) INDIKATOR SASARAN KINERJA Meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat 010 011 01 013 014 010 011 80 85 90 95 100 8 87 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Persentase Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai standar B. 01 013 9,85 96,93 014-60 65 70 75 80-8 8,80 85,49-60 65 70 75 80 3,8 71 71,63 79,48 - SUMBER DAYA Dalam mencapai kinerjanya, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Anggaran. 1. Sumber Daya Manusia. Keadaan pegawai di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sampai akhir tahun 013 berjumlah 35 orang dengan rincian sebagai berikut : a. Menurut Jabatan : b. = 14 orang Jabatan Fungsional = Staf = 1 orang 0 orang Menurut Golongan: c. Jabatan Struktural Golongan II = 4 orang Golongan III = 1 orang Golongan IV = 10 orang Menurut Pendidikan: S dan Apoteker = 4 orang S = orang Apoteker = 14 orang Dokter gigi = Sarjana Farmasi = 1 orang 1 orang 15

Sarjana Ekonomi = 1 orang Sarjana Sosial = orang Sarjana Komputer = 1 orang Sarjana Administrasi Negara = 1 orang D3 Farmasi = 4 orang D3 Manajemen Informatika = 1 orang SMA = 3 orang Komposisi SDM berdasarkan jenis pendidikan adalah sesuai dengan Gambar 1. Gambar 1. Kekuatan SDM Dit. Bina Oblik & Perbekkes Kekuatan SDM Dit. Bina Oblik & Perbekkes. Sumber Daya Anggaran Anggaran dalam DIPA Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 013 adalah Rp. 1.43.01.818.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 1.364.77.015.474,dengan realisasi dalam persen 95,9 % 16

Tabel 7. Realisasi Anggaran DIPA Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Satuan Kerja Alokasi (Rp.) Realisasi Rp. % 1.364.77.015.474 95,9 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan 1.43.01.818.000 Kesehatan C. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 013. 1. Indikator Kinerja Pertama: Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin a. Kegiatan yang Terkait Langsung dengan Indikator Kinerja. 1) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan E-Catalogue obat. Dengan tersusunnya petunjuk pelaksanaan tersebut diharapkan dapat memberikan panduan dan kemudahan bagi seluruh instansi pemerintah yang akan melakukan proses pengadaan obat generik menggunakan E-Catalogue obat. ) Pemantapan penerapan E-Catalogue obat. Kegiatan ini bertujuan agar tata cara penggunaan dan kebijakan tentang E-Catalogue obat dapat lebih dipahami oleh penggunanya baik produsen maupun konsumen. 3) Pertemuan Pembahasan e-catalogue tahun 014. Kegiatan ini bertujuan untuk persiapan dan pembahasan dalam rangka menyusun e-catalogue tahun 014. 4) Sosialisasi e-catalogue Tahun 014. Kegiatan ini bertujuan agar e-catalogue 014 dan penggunaannya dapat lebih dipahami oleh pengguna, industri, maupun distributor. 5) Penyusunan Daftar Harga Obat Generik, Obat Program, dan Perbekalan Kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh harga acuan obat generik, obat program, dan perbekalan kesehatan yang akan digunakan dalam proses penyusunan e-catalogue. 6) Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Monitoring Harga Obat dan Nama Dagang. 7) Penyusunan Daftar Formularium Nasional Bahan Medis Habis Pakai. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan daftar bahan medis habis pakai yang bisa digunakan. 8) Monitoring ketersediaan obat dan vaksin. Diperoleh data ketersediaan obat pada masing masing Kabupaten/Kota dan diketahui obat-obat yang kosong sehingga dapat dipenuhi baik dari buffer stok provinsi maupun nasional sehingga ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dapat terpenuhi. 17

9) Penyusunan rencana kebutuhan obat nasional. Mendapatkan data kebutuhan obat secara nasional yang digunakan untuk menyusun e-catalogue (daftar harga elektronik) yang digunakan untuk penetapan harga dalam pengadaan obat pada instansi pemerintah dalam upaya pemenuhan ketersediaan obat. 10) Penyusunan rencana kebutuhan obat Pelayanan Kesehatan Dasar. Merencanakan obat untuk pelayanan kesehatan dasar agar perencanaan sesuai kebutuhan sehingga ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar dapat dijamin sesuai kebutuhan. 11) Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Pelayanan Kesehatan Rujukan. Mendapatkan data kebutuhan obat rujukan yang digunakan untuk menyusun ecatalogue (daftar harga elektronik) yang digunakan untuk penetapan harga dalam pengadaan obat pada instansi pemerintah dalam upaya pemenuhan ketersediaan obat. 1) Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Pelayanan Program Kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk merencanakan kebutuhan obat pelayanan program kesehatan agar ketersediaan obat pelayanan program kesehatan dapat dijamin sesuai dengan kebutuhan. 13) Penyusunan rencana kebutuhan obat embarkasi haji. Merencanakan obat untuk embarkasi haji agar perencanaan sesuai kebutuhan sehingga ketersediaan obat haji dapat dijamin sesuai kebutuhan. 14) Pengadaan obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan. Pengadaan obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan obat dan vaksin untuk program kesehatan. 15) Evaluasi pengadaan dan penerimaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin. Hasil evaluasi dapat memetakan permasalahan yang mungkin ditemui dalam pengadaan obat di instansi pemerintah sehingga pengadaan obat tidak terkendala dan obat dapat tersedia sesuai waktu yang direncanakan. 16) Penerimaan dan Stok Opname obat dan perbekkes haji di Arab Saudi. Mengetahui ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan jemaah haji. b. Kegiatan Lain yang Mendukung Indikator Kinerja. 1) Pengembangan e-logistic system ) Pemantauan kualitas obat di instalasi farmasi kab/kota. Dapat memastikan obat yang dibeli oleh pemerintah untuk pelayanan kesehatan dasar adalah obat yang berkualitas guna pemenuhan ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dasar. Untuk tahun 013 direvisi menjadi kegiatan penyusunan pedoman pemantauan kualitas obat pelayanan kesehatan dengan tujuan agar obat yang diuji hasilnya 18

dapat ditindaklanjuti dengan kebijakan yang jelas antara Badan POM sebagai Pengawas Obat dan Kemenkes sebagai pembuat kebijakan dan berkewenangan dalam pembinaan pada produsen apabila ada produk yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS). 3) Monitoring harga obat generik, nama dagang, dan perbekalan kesehatan di Apotik. 4) Penyusunan Daftar Orphan Drug. 5) Kajian Biaya Kapitasi Pelayanan Kefarmasian. c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Pertama. Kondisi yang Dicapai Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat dan vaksin yang dipantau adalah 144 item yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 item vaksin untuk imunisasi dasar. Data ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota diambil sebagai gambaran ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dasar. Capaian tahun 013 ketersediaan obat dan vaksin rata-rata sebesar 96,93%. Angka ini diperoleh dari ratarata ketersediaan 144 item obat dan vaksin indikator secara nasional. Angka masing masing provinsi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 013 NO 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 13 14 15 16 17 18 19 PROVINSI NAD SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU KEPULAUAN RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU BANGKA BELITUNG LAMPUNG DKI JAKARTA BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH JOGYAKARTA JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR PERSENTASE KETERSEDIAAN 106,3 105,93 163,15 137,11 151,70 17,17 87,77 187,63 167,13 93,16 78,71 188,83 109,1 183,09 19,7 84,9 158,80 80,86 138,00 19

0 1 3 4 5 6 7 8 9 30 31 3 33 KALIMANTAN SELATAN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA PAPUA BARAT 189,31 07,7 158,65 14,89 161,06 118,08 101,17 178,5 145,6 91,74 70,87 78,80 11,79 167,08 Gambar. Gambaran Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 010-013 dalam Persentase Persentase ketersediaan obat di tiap provinsi bervariasi antara 70,87% sampai dengan 19,7%. Dari 33 Provinsi ketersediaan obat dan vaksin paling rendah adalah Provinsi Maluku sebesar 70,87% dan paling tinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 07,7%, rata-rata adalah 96,93% dengan capaian sebesar 10,03%. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 01, yaitu 9,85.%. 0

Gambar 3. Grafik Capaian Realisasi Terhadap Target tahun 010-013 Tahun 010 target 80% tercapai sebesar 8%, apabila dibandingkan dengan target maka capaian sebesar 10,5%. Tahun 011 target 85% tercapai 87%, dibandingkan dengan target maka capaian sebesar 10,35%. Tahun 01 target 90% tercapai sebesar 9,85%, apabila dibandingkan dengan target maka capaian kinerja indikator ini sebesar 103,17%. Gambar 4. E-Procurement Award Tahun 013, pengembangan e-catalogue obat generik mulai dilaksanakan dan diterapkan. Atas pengembangan e-catalogue obat generik dan partisipasi dalam penerapannya, Kementerian Kesehatan menerima e-procurement Award dari LKPP. Target capaian persentase indikator ketersediaan obat dan vaksin pada tahun 013 adalah sebesar 95%, dicapai realisasi sebesar 96,93%. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan target tahun 013 sebesar 95% maka capaian kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar 10,03%. 1

Apabila dilihat dari grafik capaian terhadap target tahun 010 sampai tahun 013 tidak membentuk garis lurus akan tetapi berfluktuasi namun setiap tahun mencapai target. Capaian tahun 013 sebesar 10,03% merupakan capaian paling rendah dibandingkan capaian tahun 010, 011, dan 01. Hal ini disebabkan antara lain oleh perubahan peraturan dalam penetapan harga obat untuk pengadaan pemerintah yang semula menggunakan SK Menkes menjadi katalog elektronik dan perubahan metode pengadaan yang semula lelang atau penunjukkan langsung menjadi e-purchasing melalui LPSE. Penggunaan sistem baru ini memerlukan proses adaptasi pada satker sebagai pengguna, industri sebagai penyedia obat, dan distributor. Hal ini berdampak dalam hal pengadaan obat di Pusat (obat program kesehatan), Provinsi, dan Kabupaten/Kota sehingga ada beberapa obat yang tidak dapat diadakan dan hal ini berdampak pada ketersediaan. Untuk menjamin ketersediaan obat dan vaksin tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berkoordinasi dengan Ditjen PPL, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Ditjen Bina GKIA), Ditjen BUK, Setjen dalam menyusun paket pengadaan obat dan vaksin termasuk perbekalan kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan program kesehatan dan haji antara lain vaksin haji, obat AIDS dan PMS, Obat TB Paru, Obat Filariasis, Obat Gizi, Obat PM, Obat/Vaksin Flu Burung, Obat dan Perbekalan Kesehatan Haji, Obat Emergency Haji, Obat Kesehatan Ibu, Obat Kesehatan Anak, Reagen Screening Darah, Obat Buffer Stock Pusat, Obat Buffer Stok Provinsi, Obat Poliklinik, Obat Buffer Stock Bencana dan Obat Emergency Haji. Serapan anggaran untuk pengadaan obat dan vaksin tersebut di atas sebesar Rp 1.349.58.184.03,- dari alokasi anggaran yang tersedia termasuk APBN-P sebesar Rp 1.406.568.155.000,- atau serapannya sebesar 95,93%. Pelaksanaan proses paket pengadaan obat dan vaksin dimaksud sampai dengan distribusinya ke Dinas Kesehatan Provinsi sepenuhnya merupakan tanggung jawab Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Dalam rangka merealisasikan capaian indikator kinerja, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan melakukan strategi antara lain sebagai berikut: Strategi: a) Peningkatan anggaran melalui APBN maupun APBD I dan APBD II, yang dialokasikan untuk penyediaan obat dan vaksin. b) Mengintensifkan advokasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. c) Mendorong komitmen Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyediakan obat dan vaksin.

d) Memfasilitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengadvokasi Pemerintah Daerah setempat terkait penyediaan obat dan vaksin. e) Melakukan dekosentrasi biaya distribusi obat dan vaksin yang teralokasi dalam APBN. f) Meningkatkan kualitas perencanaan, pengelolaan, dan monitoring evaluasi obat. g) Untuk menjamin ketersediaan obat dan vaksin di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan oleh karena perbedaan letak geografis maka perlu disusun sistem pengelolaan obat secara khusus. Permasalahan: a) Masih ada Pemerintah daerah yang belum mengalokasikan anggaran untuk obat secara optimal karena kurangnya komitmen Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam mengalokasikan anggaran bagi penyediaan obat dari APBD sehingga biaya untuk obat mengandalkan anggaran DAK walaupun pada setiap pertemuan selalu disampaikan bahwa anggaran DAK untuk obat hanya bersifat sementara. b) Dengan adanya perubahan penetapan harga obat untuk pengadaan pemerintah dari SK Menkes secara manual ke harga obat secara elektronik (e-catalogue obat) dan perubahan metode pengadaan yang semula lelang atau penunjukkan langsung menjadi e-purchasing melalui LPSE, diperlukan proses adaptasi baik pada satker sebagai pengguna, industri sebagai penyedia obat, dan distributor. Hal ini mempengaruhi pengadaan obat di setiap jenjang dan berdampak pada ketersediaan obat. Upaya program yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah : a) Mengalokasikan dana obat dan vaksin baik di Pusat maupun Daerah. b) Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK). c) Advokasi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk peningkatan alokasi anggaran obat. d) Menerbitkan harga obat secara elektronik (e-catalogue) pada awal tahun sehingga tidak mengganggu proses pengadaan e) Sosialisasi e-catalogue obat dan penerapannya melalui mekanisme e-purchasing kepada satker sebagai pengguna, industri sebagai penyedia obat, dan distributor agar semua pihak memperloleh pemahaman yang sama. 3

. Indikator Kinerja Kedua: Persentase Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan a. Kegiatan yang Terkait Langsung dengan Indikator Kinerja. Monitoring penggunaan obat generik di sarana pelayanan kesehatan. Dengan adanya kegiatan ini diperoleh data penggunaan obat generik di sarana pelayanan kesehatan, di pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) dan di pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit). b. Kegiatan Lain yang Mendukung Indikator Kinerja. 1) Evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan. Dari kegiatan ini didapatkan data penggunaan obat generik dan permasalahan yang dihadapi dalam penulisan resep obat generik terutama di rumah sakit sehingga pemerintah pusat dapat merancang kebijakan apa yang perlu dibuat guna meningkatkan penggunaan obat generik di rumah sakit. Dengan demikian biaya yang digunakan untuk obat lebih efisien dengan tidak mengurangi efek terapi bagi pasien. ) Fasilitasi teknis manajemen obat publik dan perbekalan kesehatan. Dengan kegiatan ini dapat disampaikan kebijakan kewajiban penggunaan obat generik di pelayanan kesehatan pemerintah pada pertemuan yang diadakan oleh penanggung jawab program obat publik di Provinsi. Peserta pertemuan tersebut dari Kabupaten/Kota dan rumah sakit sehingga dapat dilakukan advokasi peningkatan penggunaan obat generik di rumah sakit. 3) Rapat konsultasi teknis. Dalam pertemuan ini disampaikan kebijakan kebijakan penting terkait obat publik dan perbekalan kesehatan termasuk kebijakan kewajiban penulisan resep obat generik sehingga dihimbau untuk meningkatkan penggunaan obat generik di rumah sakit. c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Kedua Kondisi yang Dicapai Target tahun 013 ditetapkan sebesar 75% dan realisasi 85,49% dimana capaian penggunaan obat generik di pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) sebesar 96,11% dan untuk pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) sebesar 74,87%. Dengan demikian bila dibandingkan terhadap target tahun 013 capaian kinerja indikator persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut adalah sebesar 113,98%. Data capaian indikator ini untuk seluruh Provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 9. 4

Tabel 9. Data Persentase Penggunaan Obat Generik per Provinsi Tahun 013 NO 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 13 14 15 16 17 18 19 0 1 3 4 5 6 7 8 9 30 31 3 33 PROPINSI ACEH SUMUT SUMBAR RIAU KEPRI BENGKULU JAMBI SUMSEL LAMPUNG BABEL BANTEN DKI JAKARTA JATENG JABAR DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NTB NTT KALBAR KALTIM KALTENG KALSEL SULUT SULBAR SULTRA SULSEL SULTENG GORONTALO MALUKU MALUT PAPUA PAPUA BARAT RATA-RATA RATA-RATA PUSKESMAS RATA-RATA RS RATA-RATA 98,96% 99,9% 99,86% 88,09% 90,1% 93,5% 96,68% 87,55% 85,70% 100,00% 97,09% 95,50% 96,40% 98,37% 98,80% 96,88% 99,68% 99,50% 100,00% 95,73% 9,47% 95,5% 97,76% 99,68% 97,55% 96,96% 100,00% 91,45% 97,17% 97,8% 99,36% 88,77% 100,00% 96,11% 91,04% 63,88% 90,35% 57,99% 83,04% 63,07% 67,38% 80,18% 66,51% 89,59% 60,66% 66,31% 66,39% 69,44% 83,3% 51,54% 68,1% 74,50% 81,7% 78,% 61,76% 75,60% 76,89% 8,74% 76,71% 86,60% 71,69% 68,94% 77,83% 81,3% 93,6% 76,15% 88,04% 74,87% 95,00% 81,59% 95,11% 73,04% 86,63% 78,16% 8,03% 83,87% 76,11% 94,80% 78,88% 80,91% 81,40% 83,91% 91,0% 74,1% 83,95% 87,00% 90,86% 86,98% 77,1% 85,56% 87,33% 91,1% 87,13% 91,78% 85,85% 80,0% 87,50% 89,6% 96,31% 8,46% 94,0% 85,49% 5

Gambar 5. Grafik Target dan Persentase Penggunaan Obat di Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 010 013 serta Target Tahun 014 Apabila dilihat dari tahun 010 sampai 013 peningkatan capaian menunjukan angka yang kecil, ini berarti capaian sudah mendekati angka maksimum karena capaian di rumah sakit tidak mengalami peningkatan yang bermakna. Penggunaan obat generik di rumah sakit tahun 013 bervariasi antara 51,54% sampai dengan 93,6% dengan rata-rata nasional adalah sebesar 74,87% dan di Puskesmas juga bervariasi antara 85,70% sampai dengan 100% dengan rata-rata nasional 96,11%, ini dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 6. Grafik Capaian Persentase Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 010 014 6

Gambar 7. Kenaikan Persentase Capaian Penggunaan Obat Generik terhadap Target Tahun 010 013 Persentase penggunaan obat generik di sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah menunjukan peningkatan baik di sarana pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) maupun di pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit). Tahun 010 penggunaan obat generik di Puskesmas 75,6%, di rumah sakit 53,35% dengan angka rata-rata 64,45%. Capaian terhadap target tahun 010 sebesar 107,47%. Tahun 011, capaian penggunaan obat generik di Puskesmas 96,73% dan di rumah sakit 66,45%, rata-rata 81,59%. Capaian terhadap target tahun 011 adalah 15,5% (mengalami kenaikan 17,14% dibanding tahun 010). Tahun 01, penggunaan obat generik di Puskesmas sebesar 95%, rumah sakit 70,61%, sehingga rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 8,80%, dengan demikian, maka capaian terhadap target 70% pada tahun 01 adalah sebesar 118,9% (mengalami kenaikan dari tahun 011 sebesar 1,1%). Tahun 013, penggunaan obat generik di Puskesmas sebesar 96,11%, rumah sakit 74,87%, sehingga rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 85,49%, dengan demikian capaian terhadap target 75% pada tahun 013 adalah sebesar 113,99% (mengalami kenaikan dari tahun 01 sebesar,69%). Dapat dilihat pada gambar 5, 6, dan 7. Permasalahan: Belum terbangunnya sistem pelaporan yang rutin tentang penggunaan obat generik terutama dari Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan diteruskan ke Provinsi dan Pusat. 7

Upaya Penyelesaian Masalah: Perlu dibangun sistem pelaporan penggunaan obat generik dari unit pelayanan ke instansi penanggung jawab kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi). 3. Indikator Kinerja Ketiga: Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai Standar a. Kegiatan yang Terkait Langsung dengan Indikator Kinerja. 1) Peningkatan sarana dan prasarana di instalasi farmasi nasional. Dengan lengkapnya sarana dan prasarana instalasi farmasi nasional obat dapat disimpan sesuai standar. ) Pembekalan Tenaga Kefarmasian terhadap Pedoman Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 01. 3) Pembekalan Tenaga Kefarmasian dalam pengelolaan vaksin. Menambah pengetahuan pengelola obat di Provinsi dalam pengelolaan vaksin agar dapat mengelola vaksin sesuai standar penyimpanan vaksin yang lebih spesifik dan diharapkan Provinsi dapat mentransfer ilmunya ke pengelola obat di IFK sehingga IFK dapat dikondisikan sesuai standar penyimpanan obat dan vaksin. 4) Operasional Instalasi Farmasi Pusat. Dengan adanya biaya operasional maka semua kebutuhan dalam pengelolaan obat dapat dipenuhi termasuk dalam pemeliharaan kebersihan, pemenuhan keperluan pendistribusian obat yang menjadikan pengelolaan sesuai standar yang ditetapkan. b. Kegiatan Lain yang Mendukung Indikator Kinerja. 1) Penyusunan Prosedur Tetap Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Nasional. Dengan adanya Protap Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Nasional diharapkan pengelolaan obat buffer stok nasional berjalan dengan baik walaupun terjadi pergantian sumber daya manusia tidak akan mempengaruhi pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. ) Bimbingan teknis manajemen pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di sektor pemerintah. Dengan memberikan bimbingan pada pengelola obat di Kabupaten/Kota yang pengelolaannya digolongkan masih di bawah standar yang ditetapkan diharapkan ke depan Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang diberikan bimbingan teknis akan mencapai standar. 3) Pemilihan pengelola obat berprestasi di instalasi farmasi provinsi dan kab/kota. Ajang ini dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong dan memotivasi pengelola IFK untuk meningkatkan IFK menjadi sesuai standar. 8

4) Stok opname obat Buffer Stock Pusat. Mendapatkan data stok obat dengan mengetahui kondisi obat termasuk tanggal kadaluwarsanya sehingga langkah langkah untuk pembenahan dapat dilakukan. 5) Pemusnahan Obat Kadaluarsa di Arab Saudi. 6) Penyusunan Prosedur Tetap Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi. Dengan tersusunnya Protap Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi akan memberikan acuan yang jelas bagi petugas farmasi yang melaksanakan pelayanan obat untuk pelayanan kesehatan bagi Jemaah Haji. 7) Pembekalan Tenaga Kefarmasian tentang pengelolaan obat di Arab Saudi. 8) Bimbingan Teknis Software E-Logistic System dan Analisis Ketersediaan Obat 9) Pilot project E-Logistic System di DIY c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Ketiga. Kondisi yang dicapai Untuk mendapatkan data Instalasi Farmasi sesuai standar Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan melakukan penilaian terhadap Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Penilaian dilakukan dengan instrumen yang mencakup 3 aspek yaitu sumber daya manusia pengelola obat dengan bobot 40%, sarana dan prasarana bobot 40% serta biaya operasional bobot 0%. Tata cara penilaian dan skoring dapat dilihat pada lampiran 1. Apabila Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sudah memiliki skoring nilai di atas 60%, maka dapat dikatakan sudah sesuai standar. Data Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang mencakup ketiga aspek tersebut diperoleh dari kegiatan bimbingan teknis ke instalasi farmasi kabupaten/kota dan hasil laporan dari dinas kesehatan provinsi. Tabel 10. Data Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota Sesuai Standar Tahun 013 NO 1 3 4 5 6 7 8 9 PROVINSI NAD SUMATERA UTARA JAMBI BENGKULU SUMATERA BARAT BANGKA BELITUNG RIAU KEPULAUAN RIAU SUMATERA SELATAN JUMLAH IFK JUMLAH IF KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR 3 33 11 10 19 7 1 7 15 13 17 11 10 19 7 10 7 9 PERSENTASE (%) 56,5 51,5 100,00 100,00 100,00 100,00 83,33 100,00 60,00 9

10 LAMPUNG 11 DKI JAKARTA 1 BANTEN 13 JAWA BARAT 14 JAWA TENGAH 15 YOGYAKARTA 16 JAWA TIMUR 17 BALI 18 KALIMANTAN BARAT 19 KALIMANTAN TIMUR 0 KALIMANTAN SELATAN 1 KALIMANTAN TENGAH SULAWESI SELATAN 3 SULAWESI TENGAH 4 SULAWESI TENGGARA 5 SULAWESI BARAT 6 SULAWESI UTARA 7 GORONTALO 8 NUSA TENGGARA BARAT 9 NUSA TENGGARA TIMUR 30 MALUKU 31 MALUKU UTARA 3 PAPUA BARAT 33 PAPUA JUMLAH 14 6 8 6 35 5 38 9 14 14 13 14 4 11 1 5 15 6 10 1 11 9 11 9 497 8 8 6 34 5 35 8 1 11 11 11 4 9 9 5 11 4 8 1 6 7 8 18 395 57,14 33,33 100,00 100,00 97,14 100,00 9,11 88,89 85,71 78,57 84,6 78,57 100,00 81,8 75,00 100,00 73,33 66,67 80,00 57,14 54,55 77,78 7,73 6,07 79,48 Gambar 8. Grafik IFK sesuai Standar Tahun 010 013, target 014 30