BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian eksperimen (True Experimental Research) yaitu suatu penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN. anak-anak yang tersubordinasi dan termarginalisasi. khususnya. secara sosial, ekonomi dan seksual.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan desain satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. perilakuan religius terhadap kesejahteraan subjektif penderita gagal ginjal kronis

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

Nonequivalent Control Group Design

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain one group pretest

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experimental design). Penelitian eksperimental ini meniru kondisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:117). Populasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN VISUALISASI TERHADAP PENURUNAN STRES PADA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI. Oleh : Firman M2A

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. objek lainnya (Hatch dalam Sugiyono, 2006). Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2010) penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

III. METODE PENELITIAN. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 2. Variabel bebas (X) : Konseling Kelompok Perencanaan Karir. B. Definisi Operasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penggunaan media CD interaktif terhadap minat dan hasil belajar dalam

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan sense of humor dengan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan dan menganalisa data penelitiannya. Metode dalam sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan komunikasi interpersonal melalui bimbingan kelompok. Dalam penelitian eksperimen ini dibentuk dua kelompok.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul dan mudah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan ini menggunakan jenis penulisan eksprerimental semu, karena bukan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Adapun desain yang dipilih adalah pre-experimental designs (nondesign). Desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif dengan metode komparasi. Kata komparasi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 1 Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pemahaman dengan metode interaktif dalam mata kuliah chukyuu dokkai pada

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis eksperimen dengan cara memberi perlakuan sesuatu pada situasi tertentu, kemudian membandingkan hasil tersebut dengan hasil tanpa perlakuan (Neuman, 1994). Penelitian eksperimen (True Experimental Research) yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Tuckman, 1982 : 128-156). Menurut Latipun (2002) Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengn melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. 3.2 DESAIN PENELITIAN Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group Design. Desain eksperimen di mana peneliti membagi subjek ke dalam dua kelompok secara random di mana salah satu kelompok mendapat perlakuan pada variabel bebas kemudian peneliti mengukur perbedaan mean pada variabel terikat dari dua kelompok tersebut (Corbetta, 2003). Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut : Y1 X Y2 R Y3 Y4 Gambar 3.1. Desain Penelitian

Keterangan : R X Y1 Y2 Y3 Y4 : Randomisasi : Expressive Art Therapy : Kondisi pre test kelompok Eksperimen : Kondisi Post test kelompok Eksperimen : Kondisi Pre test Kelompok Kontrol : Kondisi Post test kelompok kontrol Pengaruh ekspresive art therapy ini dapat dilihat dari perbedaan skor yang diperoleh dari perbandingan pre test dan post test. Adapun tahapan yang dilakukan dalam desain penelitian ini adalah : 1. Melakukan pre test skala Psychological Well Being kepada subjek terpilih 2. Menghitung pre test skala Psychological Well Being 3. Memberikan perlakuan kepada peserta 4. Melaksanakan pengukuran post test kepada subjek terpilih 5. Menghitung hasil post test 6. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh. 3.3 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (Neuman, 1994). Variabel bebas pada penelitian adalah ekspresive arts therapy yang dilakukan secara berkelompok. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel lain (Neuman, 1994). Variabel terikat pada eksperimen ini adalah Psychological Well Being.

Variabel X (ekspresive arts therapy) Variabel Y (Dimensi Psychological Well Being) Gambar 3.2. Identifikasi Variabel X dan Y 3.4 Definisi operasional a. Variabel bebas (expresssive arts therapy) Expressive Arts Therapy menurut Rogers (1993) adalah penggunaan berbagai media arts seperti gerakan, menggambar, mewarnai, memahat, musik, menulis, suara, dan sandtray dalam kondisi yang mendukung untuk mengalami dan mengekspresikan perasaan (Machioldi, 2005). b. Variabel terikat (Psychological Well Being) Ryff (dalam Allan Car, 2008) mendefinisikan psychological well-being sebagai suatu dorongan untuk menggali potensi diri individu secara keseluruhan. Dorongan tersebut dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat psychological well-being individu menjadi rendah atau berusaha untuk memperbaiki keadaan hidup yang akan membuat psychological well-being individu tersebut menjadi tinggi (Ryff & Keyes, 1995). 3.5 SUBJEK PENELITIAN 3.5.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang berada dan menetap di Jaringan XYZ. Jaringan XYZ menaungi seluruh anak jalanan yang berada di kota Malang dengan jumlah 685 anak. Sedangkan anak jalanan yang menetap di Jaringan XYZ adalah 25 anak.

3.5.2 Sampel Anak Jalanan karena karakteristik situasi dan kondisi yang dialami selama hidup dijalan relatif sama. Subjek penelitian ini adalah anak jalanan yang berada atau diasuh oleh Jaringan XYZ dan dengan kriteria : a. Berada di Jaringan XYZ b. Bisa membaca dan menulis c. Berusia 13-18 tahun. d. Terdiri dari anak jalanan, dan atau anak terlantar. e. Bisa membaca dan menulis. f. Bersedia menjadi peserta pelatihan Expressive Arts Therapy 3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data untuk penelitian dilakukan dengan menggunakan skala PWB (Psychological Well Being) yang diciptakan oleh Ryff (1989) yang bertujuan untuk mengukur tingkat kesejahteraan psikologis. Skala tersebut terdiri dari 6 aspek yaitu Tabel 3.2 Indikator PWB Aspek Penerimaan Diri Relasi Positif dengan Skor High scorer: memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Low scorer: menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupan masa lalu, bermasalah dengan kualitas personalnya dan ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya High scorer: mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari orang lain. individu juga memiliki kepedulian

Orang Lain Kemandirian Penguasaan Lingkungan Tujuan Hidup Personal growth terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi. Low scorer: terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. High scorer: bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri (selfdetermination) dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain. Low scorer: sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk mmembuat keputusan penting, serta mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu. High scorer: memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Low scorer mengalami kesulitan dalam mengatur situasi seharihari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya serta tidak mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya. High scorer: memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup masa kini maupun yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup serta memiliki tujuan dan sasaran hidup. Low scorer: kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di masa lalu, serta tidak mempunyai harapan yang memberi arti pada kehidupan. High scorer: adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan yang bertambah. Low scorer: merasakan dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik

3.7 ALAT UKUR PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pengukuran menggunakan Psychological Well Being Scale (PWBS) yang telah diformulasikan oleh Ryff untuk mengetahui tingkat Well Being seseorang. PWBS terdiri dari beberapa jenis form, yaitu short form (18 item), medium form(42 Item) dan long form (84 Item). Dalam penelitian ini digunakan PWBS medium form yaitu dengan jumlah aitem 42 butir. Hal ini disebabkan penggunaan Short Form untuk assessment tidak disarankan karena tidak terlalu reliabel, yang disarankan untuk sebuah assessment adalah Medium Form dan Long Form. Skala PWB di terjemahkan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Penerjemahan skala PWB kemudian dilakukan adaptasi dan penyesuaian untuk memastikan tidak adanya aitem yang ambigu, mudah dipahami, psychological equivalent dan akurasi penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Skala ini nantinya akan diisi oleh subjek dengan memilih salah satu diantara alternatif jawaban yang ada. Berikut merupakan blue print dari penyusunan alat ukur psychological well being. Tabel 3.3 Blue print skala Psychological Well Being No Aspek Indikator Item Unfavourable Item Favourable 1 Kemandirian berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, 13,19, 31 1,7, 25, 37 mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan

cara-cara tertentu. 2 Penguasaan Lingkungan 3 Personal Growth 4 Relasi Positif dengan Orang lain mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya, tidak mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya. merasakan dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. 5 Tujuan Hidup kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di masa lalu, tidak mempunyai harapan yang memberi arti pada kehidupan. 6 Penerimaan Diri menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupan masa lalu, ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya 14, 26,32 2,8, 20, 38 3, 15, 27, 39 9, 21, 33, 10,16, 34 4, 22,28, 40 5, 17,23,41 11, 29,35 18, 30,36, 6,12, 24, 42

Sangat tidak setuju Tabel 3.4 Skoring Skala Psychological Well Being Tidak Setuju Agak Tidak Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju Skor Item 1 2 3 4 5 6 Favourable Skor Item Unfavourable 6 5 4 3 2 1 Dasar pengkategorian Psychological Well Being dilakukan dengan membagi skor ke dalam tiga kategori dengan rumusan sebagai berikut (Azwar, 2008) : Kategori X < (mean-sd) (mean-sd) < X < (Mean+SD) (Mean+SD) < X : Rendah : Sedang : Tinggi Gambar 3.3. Dasar Kategorisasi (Azwar,2008) Uji Reliabilitas dari skala Psychological well-being diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPPS 17 for windows. Berikut ini merupakan hasil uji reliabilitas skala Psychological well-being: Tabel 3.5 Uji Reliabilitas Skala Psychological Well Being Cronbach Alpha N of Items 0.908 28

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa nilai dari koefisien Alpha Cronbach mencapai 0,908 yang menunjukkan bahwa semua item pada skala Psychological well-being adalah sangat reliabel sehingga dapat digunakan untuk mengukur Psychological well-being pada anak jalanan dikarenakan koefisien reliabilitas skala psychological well being berada pada rentang 0,81 1,00 dengan kategori sangat reliabel. Blue print yang baru untuk variabel psychological well-being dibuat setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas. Terdapat sejumlah item yang dihilangkan oleh peneliti karena tidak memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas yang ditetapkan. Meskipun demikian, semua indikator tetap terwakili, hanya saja dengan jumlah lebih berkurang dari alat ukur yang asli. Berikut ini adalah blue print alat ukur yang baru setelah uji coba. Tabel 3.6 Blue Print Psychological Well Being No Aspek Indikator Item Unfavourable Item Favourable 1 Kemandirian berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, mudah terpengaruh oleh tekanan 7, 12, 21 1, 17, 26 sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu. 2 Penguasaan mengalami kesulitan dalam 8, 18, 22 13, 27 Lingkungan mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya, tidak mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya.

3 Personal Growth 4 Relasi Positif dengan Orang lain 5 Tujuan Hidup 6 Penerimaan Diri merasakan dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di masa lalu menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupan masa lalu, ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya 2, 9, 19 6, 14, 23 10 3, 15, 20 4 24 11, 25 5, 16, 28 Setelah memperoleh blue print yang baru, peneliti kemudian akan mengaplikasikan blue print tersebut sebagai dasar untuk menyusun skala psychological well-being berdasarkan item-item yang valid sehingga dapat diujikan kepada subjek sebagai data pretest dan posttest. 3.8 MODUL INTERVENSI Gambaran umum dari masing-masing sesi dalam modul expressive arts therapy setelah mendapatkan masukan dari professional judgement adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Gambaran Umum Modul Expressive Arts Therapy Sesi Tujuan Kegiatan Waktu I Art, Movement dan a. Melakukan recall 100-120 proses kreatif terhadap pengalam tidak menit mempengaruhi suasana menyenangkan atau hati, energi dan Sense of menyakitkan dalam well being hidupnya. b. Menggambar berdasarkan ekspresi dari peristiwa yang di recall c. Melakukan gerakan ringan d. Melakukan recall terhadap pengalaman paling menyenangkan dan dalam hidupnya. e. Menggambar berdasarkan ekspresi dari peristiwa yang di recall f. Berdiskusi dan berbagi bersama anggota 2 untuk meningkatkan positive self talk 3 Untuk menumbuhkan Self Acceptance dan meningkatkan citra diri dengan menekankan aspek positif dari diri. belajar mengeksternalisasi proses internal sehingga healing dapat terjadi kelompok a. Merenungkan tentang kekurangan dan kelebihan diri b. Menggambar menggunakan tangan kiri c. Memberikan tanggapan dan komentar berdasarkan gambar yang dibuat sendiri d. Berdiskusi dan berbagi bersama anggota kelompok a. Menuliskan tanggapan subjek tentang cinta b. Membuat tulisan kreatif dan ekspresif tentang cinta. c. Menggambarkan sesuatu berdasarkan yang disukai dalam tulisan kreatif yang dibuat d. Berdiskusi dan berbagi bersama anggota 100-120 menit 100-120 menit

4 Meningkatkan kemampuan sosialisasi, membangun relasi dan peningkatan self esteem, yang berasal dari kerja sama sebagai sebuah kelompok. 5 - Memberikan kesempatan untuk mengenali wilayah di masa lalu yang tak tersembuhkan bagi Subjek. - Memberikan kesempatan untuk melihat kehidupan saat ini ada sebagai puncak dari masa lalu Subjek. 3.9 TEKNIK ANALISIS DATA kelompok a. Berkelompok dan menentukan tema sebuah cerita b. Masing-masing anggota melanjutkan cerita yang dibuat oleh anggota lain. c. Membuat gambar dari cerita yang telah tersusun. d. berbagi bersama anggota kelompok a. Peserta membuat kelompok secara berpasangan b. Saling menatap mata masing-masing partner c. Mengemukakan hal positif dari pasangannya, yang mungkin tidak disadari oleh orang yang bersangkutan d. Memberikan pernyataan tentang aspek positif tersebut dihadapan anggota kelompok yang lain. 100-120 menit 100-120 menit Data penelitian akan diuji dengan teknik statistik parametrik. Asumsi penggunaan teknik statistik parametrik adalah data penelitian bersifat interval, memenuhi uji normalitas, dan memenuhi uji homogenitas (Coolican, 2004). Penelitian ini menggunakan data bersifat interval, namun untuk pemenuhan uji asumsi baru akan dilaksanakan pada bab IV. Analisis data penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0 Tujuan analisis data adalah untuk : 1. Mengetahui efektifitas perlakuan dengan melihat perbedaan tingkat psychological well being antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, dengan menggunakan t-test. Asumsi yang mendasari penggunaan t-test adalah (Sheskin, 2000) : a. Data bersifat interval/rasio b. Meskipun standar deviasi populasi telah diketahui namun karena jumlah sampel kurang dari 25, maka tetap disarankan untuk memakai t-test daripada z-test (Z-test biasanya dipergunakan bila standar deviasi populasi telah diketahui, sedang t-test dipergunakan bila standar deviasi populasi tidak diketahui) t-test menyediakan estimasi yang lebih akurat untuk sampel kecil daripada z-test. 2. Menghitung effect size dari perubahan yang terjadi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau efektifitas perlakuan tersebut. (Field & Hole, 2008). Effect Size ini merupakan suatu perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui besarnya efektivitas suatu perlakuan terhadap masing-masing variabel terikat, yaitu Psychological well-being. Cohen (1988) membuat norma efektivitas dari suatu perlakuan, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.8 Norma Effect Size Effect Size Interpretasi 0,2 < nilai < 0,5 Rendah 0,5 < nilai < 0,8 Sedang Nilai > 0,8 Tinggi