Manajemen Anestesi pada Pasien dengan Kistoma Ovarii Permagna. Management of Anesthesia in A Patient with Cystoma Ovarian Permagna

dokumen-dokumen yang mirip
PENATALAKSANAAN ANESTESIA PADA LAPAROTOMI KISTOMA OVARII PERMAGNA

Management of Anesthesia in Patient with Large Ovarian Cystic Neoplasm and Anemia Without Complications

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

ABSTRAK KORELASI ANTARA TEKANAN VENA SENTRAL

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB III RESUME KEPERAWATAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

2. PERFUSI PARU - PARU

BAB I PENDAHULUHAN. kelahiran hidup, 334/ kelahiran hidup, dan 307/ kelahiran

Bagian Anestesesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dilakukan adalah teknik aliran gas segar tinggi atau high-flow anesthesia

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

Novianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan komplikasi pada organ lainnya (Tabrani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

Ditetapkan Tanggal Terbit

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK USU. :Jl. Sembada XI No.3 Kompleks Koserna Medan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

Easy Way to Interpret

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

RANCANGAN JADWAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

BAB III TINJAUAN KASUS

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs)

MONITORING HEMODINAMIK

PENGKAJIAN PNC. kelami

PERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK DAN TINGKAT KESADARAN PASCA PEMAKAIAN ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN PADA OPERASI MAYOR DI DAERAH ABDOMEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I. PENDAHULUAN. perubahan klinis dan psikologis sehingga meningkatkan morbiditas, mortalitas,

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

Ovarian Cysts: A Review

BAB III TINJAUAN KASUS. secara autoanamnesa dan alloanamnesa di RSUP dr. Karyadi Semarang. kering, cemas karena penyakitnya tak kunjung sembuh.

TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT AISYIYAH BOJONEGORO

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

RIWAYAT HIDUP PENELITI. : dr. Haryo Prabowo NIM : Tempat / Lahir : Medan / 26 Desember 1985

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian nomor 7 (5,7%). Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem

Transkripsi:

LAPORAN KASUS Manajemen Anestesi pada Pasien dengan Kistoma Ovarii Permagna Management of Anesthesia in A Patient with Cystoma Ovarian Permagna Hadyan Sinantyanta *, Ida Bagus Gde Sujana* * Bagian Anestesi dan Terapi intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah, Denpasar, Bali Korespondensi/correspondence: sinantyantahadyan@yahoo.com ABSTRACT Background: Management of anesthesia in patients with cystoma ovarian permagna is a challenge because it requires careful preparation and have a high risk during the perioperative period. A woman of 25 years with complaints of abdominal bloating which reduced in her activities due to dyspneu. Objective: To report management of anesthesia in a woman with cystoma ovarian permagna. Methods: A woman 25 years old attending with a growing abdomen experienced since the 15 months before admission, the patient complained of slight difficulty breathing. Activity began to decrease, difficult to walk. Patients with 109 cm abdominal circumference. Ultrasound examination showed a large cystoma with ascites. CT scan of the abdomen showed a large cystic mass with a size of 30,3 x 34,9 x42,1 cm with solid components are urging the intestine and the presence of hydronephrosis degrees IV and III in the left- right, minimal intraperitoneal ascites fluid. Results: The surgery lasted for 2 hours, cystoma successfully removed intact ovary weighed 23 kg. Intraoperative bleeding patients about 500 ml, and 1600 ml of urine production. After 19 hours of observation in the intensive care unit was extubated. After the third day the patient is allowed to be treated in the room. Weight 30 kg patient in the room. Normal physical activity and without complaints of pain with VAS scale ( visual analog score) as silent as it moved 2 cm 0 cm. Patients were allowed to go home after day 8 post for outpatient surgery. Summary: Management of anesthesia has been conducted to a woman with cystoma ovarian permagna. The surgery was a great success and patient dismissed after day 8 post op. Keyword: cystoma ovarian permagna ABSTRAK Pendahuluan: Manajemen anestesi pada pasien dengan kistoma ovarium permagna merupakan tantangan karena memerlukan persiapan yang cermat dan memiliki risiko tinggi selama periode perioperatif. Seorang wanita 25 tahun dengan keluhan perut kembung mengganggu aktivitas karena sesak nafas. Tujuan: Melaporkan pengelolaan anestesi pada wanita dengan kistoma ovarium 225

permagna. Metode: Seorang wanita berusia 25 tahun datang dengan keluhan perut membesar sejak 15 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan kesulitan bernapas. Aktivitas mulai berkurang, terdapat kesulitan berjalan. Pasien memiliki lingkar perut 109 cm. Pemeriksaan USG menunjukkan kistoma besar dengan ascites. CT scan abdomen menunjukkan massa kistik besar dengan ukuran 30,3 x 34,9 x42,1 cm dengan komponen padat mendesak usus dan adanya hidronefrosis derajat IV dan III di kiri-kanan, cairan asites minimal intraperitoneal. Hasil: Operasi berlangsung selama 2 jam, kistoma berhasil diangkat secara utuh DENGAN berat massa saat ditimbang 23 kg. Perdarahan intraoperatif sekitar 500 ml, dan produksi urin 1600 ml. Setelah 19 jam pengawasan di unit perawatan intensif, pasien diekstubasi. Setelah hari ketiga pasien dirawat di ruangan. Berat pasien 30 kg diruangan. Aktivitas fisik normal dan tanpa keluhan nyeri dengan skala VAS ( skor analog visual) saat diam dan saat bergerak 2 cm 0 cm. Pasien diijinkan pulang ke rumah setelah hari ke-8 pasca operasi untuk rawat jalan. Ringkasan: Manajemen anestesi telah dilakukan pada wanita dengan kistoma ovarium permagna.operasi berjalan sukses dan pasien diperbolehkan pulang ke rumah setelah hari ke-8 pasca operasi untuk rawat jalan Kata kunci: kistoma ovarium permagna PENDAHULUAN Kistoma ovarium permagna masih sering ditemukan karena kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan dan evaluasi sejak dini masih kurang, sebagian besar masyarakat baru berobat setelah mengetahui tumornya sudah besar dan sebelumnya telah mencoba pengobatan-pengobatan alternatif. Penatalaksanaan anestesi pada pasien dengan kistoma ovarii permagna merupakan suatu tantangan karena membutuhkan persiapan yang matang dan memiliki resiko tinggi selama periode perioperatif. KASUS Seorang wanita 25 th datang dengan keluhan perut semakin membesar yang dialami sejak 15 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien juga mengeluhkan sedikit sulit bernafas karena perut terus membesar. Aktifitas mulai berkurang karena perut yang membesar, pasien juga merasa berat bila berjalan. Pasien masih bisa merawat diri sendiri tanpa bantuan. Pasien bisa tidur dengan satu bantal tetapi akan lebih nyaman bila memakai dua bantal. Tidak ada keluhan saat kencing maupun buang air besar. Tidak ada riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi maupun kencing manis sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi dan operasi. Pasien dengan berat badan 55 kg, tinggi badan 150 cm dan lingkar abdomen 109 cm, tidak ditemukan gangguan kardiovaskuler maupun respirasi. Pemeriksaan rongent dada tampak 226

diafragma letak tinggi karena pendesakan abdomen, jantung dan paru tidak ada kelainan. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya gambaran kistoma yang besar dengan asites. Dari CT scan abdomen menunjukkan massa kistik besar dengan ukuran 30,3 x 34,9 x42,1 cm dengan komponen solid yang mendesak usus serta adanya hidronefrosis derajat IV kanan dan III di kiri,cairan asites intraperitoneal minimal. Pemeriksaan hematologi didapatkan Hb 11,4 g/dl, hematokrit 37%, sedangkan fungsi hemostasis, kadar elektrolit, albumin, fungsi hati dan ginjal masih dalam batas normal. Persiapan sebelum operasi disiapkan 5 unit PRC dan plasma segar beku. Di ruangan dipasang iv line untuk akses pemberian cairan, diberikan premedikasi antasida, H2 blocker dan metocloperamid namun tidak diberikan obat sedasi. Di ruang persiapan dilakukan pemasangan kateter vena sentral (di vena jugularis interna kanan) untuk monitoring dan pemberian cairan serta arteri line ( di arteri radialis kanan). Di kamar operasi, dengan posisi pasien setengah duduk dilakukan preoksigenasi memakai oksigen 100% selama 3 menit dilanjutkan dengan koinduksi fentanyl 50 mcg pelan-pelan, induksi menggunakan propofol secara perlahan 100 mg iv, setelah tertidur dilakukan Sellick manouvre kemudian diberikan pelumpuh otot yang onsetnya cepat rocuronium 30 mg iv, setelah ditunggu 60 detik dilakukan laringoskopi-intubasi dengan pipa endotracheal no 6,5 dengan cuff. Setelah memastikan posisi tube dan cuff dikembangkan Sellick manouvre dilepaskan. Selama tindakan laringoskopi intubasi tidak terjadi regurgitasi. Selanjutnya pemeliharaan anestesi dengan ventilasi kendali memakai O2 50% dan N2O 50%. Relaksasi otot memakai rocuronium. Durante operasi dilakukan monitoring secara ketat tekanan darah arterial, heart rate, saturasi oksigen, end tidal CO2, tekanan vena sentral, produksi urin, dan perdarahan. Operasi berlangsung selama 2 jam, kistoma ovarii berhasil diangkat secara utuh dengan berat setelah ditimbang 23 kg. Intraoperatif pasien mengalami perdarahan sekitar 500 ml, dan produksi urin 1600 ml. Tekanan vena sentral 8-15 cmh2o, tekanan darah arterial antara 90-120/50-70 mmhg, end tidal CO2 33-35 mmhg, saturasi oksigen 97-100%. Pasca operasi diberikan reversed menggunakan prostigmin dan sulfas atropine, namun pasien tidak bisa bernafas dengan adekuat, volume tidalnya tidak cukup ( <6 ml/kgbb). Ketika dicoba untuk bernafas spontan SpO2 turun menjadi 90%, ETCO2 naik. Dengan pertimbangan itulah saat itu diputuskan untuk tidak dilakukan ekstubasi dan ventilasi tetap dikendalikan dengan ventilator di ruang intensif. Analgesia pasca operasi menggunakan kombinasi paracetamol 3 x 750 mg iv dan epidural analgesia, kateter epirural dipasang di L1-2 dengan panjang kateter di ruang epidural 5 cm, 227

Gambar 1. Pasien dengan kista ovarium permagna Gambar 2. Kista yang berhasil diangkat 228

menggunakan campuran regimen bupivacain 0,125% + morfin 1 mg tiap 10ml NaCl 0,9% setiap 12 jam pemberian. Tim Acute Pain Service ( APS) mengobservasi nyeri selama di ruang intensif. Setelah 19 jam diobservasi di ruang rawat intensif dilakukan ekstubasi. Selama di ruang intensif kondisi pasien stabil dengan nadi 88-95x/menit, tekanan darah 100-110/70-90mmHg, frekuensi nafas 14-16x/mnt, saturasi oksigen 99-100%. Proses penyapihan dari ventilator dapat dilakukan tanpa kesulitan. Setelah hari ketiga pasien diijinkan untuk dirawat di ruangan. Berat badan pasien di ruangan 30 kg, nafsu makannya meningkat dan mampu menghabiskan 100% porsi makan dari rumah sakit. Aktifitas fisik normal dan tanpa keluhan nyeri dengan skala VAS (visual analog score) saat diam 0 cm saat bergerak 2 cm. Pasien diijinkan pulang setelah hari ke-8 pasca operasi untuk rawat jalan. PEMBAHASAN Di RS Sanglah Denpasar masih sering dijumpai kistoma ovarii permagna, hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat yang masih sangat kurang, kebanyakan masyarakat awam baru datang berobat setelah tumornya sangat besar dan telah mencoba beberapa pengobatan alternatif. Selain itu RS Sanglah merupakan rumah sakit pusat rujukan bukan hanya untuk wilayah Bali namun juga wilayah Indonesia bagian timur dan Timor Leste, dimana menerima banyak pasien dari luar daerah yang dirujuk sudah dalam kondisi penyakit yang berat. Untuk kasus dengan kistoma ovarii permagna, beberapa peneliti pernah melaporkan penggunaan tehnik laparoskopi. 1,2 Beberapa kasus lainnya dikelola dengan tehnik laparotomi. 3,4 Pada kasus ini dikelola dengan tehnik laparotomi karena belum bisa memastikan apakah kistoma tersebut ganas atau jinak. Pada periode perioperatif faktor psikologis mendapat perhatian karena pasien belum pernah menikah dan ada perasaan malu karena perut yang membesar. Selain itu aspek nutrisinya juga perlu diperhatikan. Secara klinis pasien tampak sangat kurus dengan perut yang sangat besar. Sehari-hari pasien masih bisa makan tetapi hanya mampu menghabiskan maksimal 25-50% dari menu yang diberikan oleh rumah sakit karena pasien merasa cepat kenyang. Meskipun kadar albumin dan hemoglobinnya masih dalam batas normal, masalah nutrisi pasien seperti ini perlu mendapat perhatian. Pasien ini dikelola dengan anestesi umum dengan nafas kendali. Pada saat induksi penting diperhatikan untuk mencegah resiko regurgitasi-aspirasi yaitu dengan persiapan puasa, pemberian antasida, H2 blocker, serta Sellick manouvre. 4,7 Preoksigenasi menjadi sangat penting untuk meningkatkan functional residual capacity (FRC) dengan oksigen 100%, minimal perlu 229

waktu 3 menit, hal ini akan meningkatkan cadangan oksigen pasien selama periode apneu. 7 Masalah lain yang mengancam adalah supine hypotension/ aorto-caval compresion akibat penekanan pada vena cava dan aorta abdominalis oleh masa intraabdomen yang besar. Untuk mengurangi resiko tersebut maka pasien diposisikan setengah duduk dan sedikit miring ke kiri. 5 Perlu diperhatikan bahwa volume intravaskuler telah tercukupi sebelum memulai induksi. Induksi juga perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dengan terus memperhatikan resiko terjadinya penurunan cardiac output dan hilangnya nadi secara mendadak. 8 Masih terdapat kontradiksi tentang kapan waktu melakukan drainase apakah preoperatif atau intraoperatif. Keuntungan drainase preoperative adalah berkurangnya masa tumor sehingga lebih mudah tatalaksana anestesi dan pembedahannya. Beberapa ahli bedah menyatakan bahwa akan lebih mudah dilakukan drainase sesaat sebelum diincisi daripada setelah diincisi. Namun belum ada penelitian yang membandingkan drainase preoperatif dengan intraoperatif. Pada saat drainase yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadinya splanchnic shock karena hilangnya tekanan pada pembuluh darah splanknik secara tibatiba saat dilakukan drainase secara cepat. 3 hipotermia intra dan pasca operasi karena kehilangan panas tubuh akibat terpapar oleh suhu kamar operasi yang dingin (18 C) dan yang paling besar akibat pemberian cairan infus yang dingin tanpa menggunakan blood warmer. Pada kasus ini hipotermi dapat dikurangi dengan pemakaian cairan infus hangat dan penggunaan blanket warmer. Masalah lain adalah berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat pasca operasi. Pernah dilaporkan terjadi kesulitan dalam ventilasi pasca operasi. 6 Pada pasien ini pasca operasi ventilasinya tidak adekuat. Beberapa penyebab dari ventilasi yang tidak adekuat pasca operasi adalah faktor mekanik diafragma dan otot-otot bantu pernafasan akibat penekanan oleh massa kistik yang besar ke rongga torak dalam waktu yang lama. 6 Nyeri pasca operasi juga disebutkan dapat menjadi penyebab ventilasi tidak adekuat. 6 RINGKASAN Managemen anestesi telah dilakukan pada seorang wanita 25 tahun, berat badan 55 kg, tinggi badan 150 cm dan lingkar abdomen 109 cm. Pasien dikelola dengan anestesi umum dengan nafas kendali. Pada saat operasi penting diperhatikan untuk mencegah resiko regurgitasi-aspirasi, mencegah supine hypotension/ aorto-caval compression, ketersediaan volume intravaskuler, pencegahan hipotermia intra dan pasca operasi, serta ventilasi yang adekuat. Pasien juga beresiko mengalami 230

DAFTAR PUSTAKA 1. Su-Kon Kim, Jong-Soo Kim. A Case of Giant Ovarian Cyst Managed Successfully Through laparoscopic Surgery: a case report. Korean Journal of Obstetrics and Gynecology 2012; 55(7): 534-37. 2. Dhuliya DJ,Rahana F. Largest Serous Cystadenoma in the first Trimester treated Laparoscopically: A Case Report. Oman Medical Journal 2012;27: 1. 3. Koshiba H, Kitawaki J, Fujita H, Honjo H, Okumura J.Giant ovarian tumor removed after preoperative drainage, with abdominoplasty. A case report.j Reprod Med. 2003 ;48(8):652-4. 4. Lim S, Seyung-Yeon Ha. Giant ovarian cyst : a case of ovarian mucinous cystadenoma. Journal of Women Medicine 2009; 2(4): 162-4. 5. Yoshinaga A, Tokuda K, Sonoda H. [Anesthetic management of a patient with a giant ovarian tumor].[article in Japanese].Masui. 2004;53(5):565-8. 6. Ravindran J. Massive Ovarian Cyst Successful management of Two Cases. 1994; 49 (3):303-5. 7. Ehrenfeld JM, Cassedy EA, Forbes VE, Mercaldo ND, Sandberg WS. Modified rapid sequence induction and intubation: a survey of United States current practice.anesth Analg. 2012 ;115(1):95-101. 8. Vanacker B. Anaesthetic issues in women undergoing gynaecological cytoreductive surgery.curr Opin Anaesthesiol. 2009 ;22 (3):362-7. 231