Yudhistira Sukmawardana 1, Prabakti Endramawan 2, Agus Hariwibowo 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KARTUN MATEMATIKA PADA MATERI PERBANDINGAN

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, PAIKEM A. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS ORIGAMI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Gunawan SD N 1 Wonoanti, Trenggalek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA PERMAINAN MONOPOLI PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BLAGUNG SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG SISTEM TATA SURYA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN DKKTGB SISWA X TGB SMK NEGERI 4 SUKOHARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Menurut Arief Furchan (2007:39), metode penelitian merupakan strategi

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

IMPLEMENTASI METODE BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII SMPN-2 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Labuan Dalam Menyimak Puisi Melalui Strategi Modeling dengan Menggunakan Media Video Rekaman Puisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TRAINER PLC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Selanjutnya data yang terkumpul diuraikan melalui analisa deskriptif. Yaitu analisa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Strategi I-Care berbantuan E-Modul untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA IPA KELAS V SD. Nurlianah SD Negeri Lengkongwetan I

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

P-ISSN: 2477-8346 JUPITER (Jurnal Pendidikan Teknik Elektro) E-ISSN: 2477-8354 Volume 1, Nomor 2, Edisi Oktober 2016, 70-76 jupiterfptk@ikippgrimadiun.ac.id PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TRAINER INSTALASI LISTRIK PENERANGAN PADA MATA PELAJARAN INSTALASI LISTRIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 MEJAYAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Yudhistira Sukmawardana 1, Prabakti Endramawan 2, Agus Hariwibowo 3 1 Prodi Pendidikan Teknik Elektro, FPTK, IKIP PGRI Madiun Madiun, 63118, Indonesia 2 Prodi Pendidikan Teknik Elektro, FPTK, IKIP PGRI Madiun Madiun, 63118, Indonesia Email: yudhistirapte@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar teknik instalasi tenaga listrik dengan menggunakan media pembelajaran trainer instalasi listrik penerangan pada siswa kelas XI L teknik instalasi tenaga listrik SMK PGRI 1 Mejayan. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI L Teknik instalasi tenaga listrik berjumlah 30 orang. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 8 kali tatap muka pada dua siklus, siklus pertama dan siklus kedua yang terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan trainer instalasi listrik penerangan. Dari tes awal secara klasikal pada siklus pertama 83,33% meningkat menjadi 100% pada akhir siklus kedua. Kata Kunci: Media Pembelajaran, Hasil Belajar Pendahuluan Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Berbagai usaha sekolah dalam mempersiapkan siswa agar bisa bekerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki diantaranya, memberikan bekal kompetensi yang sesuai dengan bidang kejuruan masing-masing. Teknik pemanfaatan tenaga listrik merupakan salah satu jurusan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dipersiapkan untuk dapat bekerja dan berwirausaha dalam perbaikan kerusakan peralatan industri dan peralatan rumah tangga. Kompetensi yang diperoleh siswa harus sesuai dengan kriteria atau benarbenar menjadi tenaga ahli yang siap bekerja pada sebuah industri, maka keahlian yang diberikan disalurkan lewat proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran kegiatan yang dilakuan adalah kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan bagian penting dan berpengaruh dalam upaya membentuk dan meningkatkan kompetensi siswa. Dalam proses pembelajaran siswa menyerap ilmu serta menyalurkan ilmunya kepada orang lain. Ada empat komponen yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran. Komponenkomponen tersebut adalah tujuan, bahan, metode dan media serta penilaian. Keempat komponen tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Alat atau media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Alat pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan, dapat membantu guru dalam mengatasi 70

71 gangguan-ganguan yang terjadi dalam proses pembelajaran (Sadiman, 2011). Oleh karena itu media pembelajaran yang digunakan pada suatu proses pengajaran sangat berpengaruh sekali terhadap daya serap para peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Disini guru dituntut untuk kreatif dalam memilih media pembelajaran yang efektif yang mampu diserap oleh anak didiknya. Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah alat pembelajaran atau juga disebut trainer. Alat Pembelajaran merupakan bagian dari jenis media pembelajaran yang dapat menyalurkan pesan yang akan disampaikan kepada siswa (Gerlach 1980:5). Pada saat ini kebanyakan trainer yang digunakan sebagai media belajar oleh guru masih kurang variatif. Masih banyak alat praktek yang belum diujicobakan oleh siswa. Dengan kurang variatifnya trainer tersebut maka ilmu yang didapat oleh siswa kurang maksimal. Ini dikhawatirkan saat siswa terjun di dunia industri menjadi tidak siap. Kasus yang terjadi yaitu di SMK PGRI 1 Mejayan. Trainer yang digunakan sebagai media pembelajaran kurang bervariasi dan guru tidak menggunakan lembar kerja praktek siswa atau job sheet pada saat melakukan proses pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah kompetensi memasang dan menyambung sistm pengawatan. Pada kompetensi ini untuk menunjang kualitas belajar yang optimal perlu adanya dukungan dari beberapa media belajar yang baik. Kurangnya pengetahuan dibidang praktek siswa SMK PGRI 1 Mejayan pada kompetensi ini adalah salah satunya karena media belajar yang berupa alat praktek dan lembar kerja praktek siswa yang masih kurang bervariasi. Alat praktek tersebut yaitu pada trainer instalasi penerangan. Pada kompetensi ini membutuhkan suatu trainer instalasi penerangan yang memiliki variasi lebih banyak komponen dan penggunaannya. Bertolak dari uraian diatas maka perlu adanya trainer instalasi penerangan yang lebih baik yaitu pengadaan trainer instalasi listrik pada rumah tinggal yang dilengkapi dengan saklar tukar sebagai pendukung proses belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan trainer instalasi penerangan di SMK PGRI 1 Mejayan tahun 2015/2016. Metode Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan langkah penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dalam hal ini merupakan siswa kelas XI Jurusan TITL (Teknik Instalasi Tenaga Listrik) SMK PGRI 1 Mejayan Kabupaten Madiun Jawa Timur yang diteliti minat belajarnya melalui penggunaan trainer instalasi listrik penerangan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes dan observasi. Sedangkan analisis data yang dilakukan juga berupa analisis kuantitatif. Data masukan pada penelitian ini adalah data kuantitatif. Sehingga analisis data yang dilakukan juga berupa analisis kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari observasi tentang kinerja siswa yang berkaitan dengan interaksi kelas. Analisis kuantitatif ini digunakan untuk melihat seberapa besar interaksi kelas yang terjadi pada masing-masing siklus. Data kuantitatif yang lain diperoleh melalui penilaian praktek dan analisis kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan. Pada validitas job sheet dilakukan dengan cara validitas isi/content validity dengan cara membandingkan isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Hasil Penelitian Data nilai awal diperoleh dari praktikum langsung oleh siswa tanpa melalui siklus. Perolehan data awal yang didapat adalah sebagai berikut: pada daftar nilai awal diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 68,83 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 anak (50,00%), siswa

72 yang tidak tuntas sebanyak 15 anak (50,00%). Ditinjau dari distribusi frekuensi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Prosentasi Nilai Awal Siswa Berdasarkan Gambar 1, dapat dapat kita ketahui bahwa siswa yang baik sebanyak 15 (50%), siswa yang cukup sebanyak 13 (43,33%) dan, siswa yang kurang sebanyak 2 (6,67%), untuk memperjelas perbandingan nilai siswa, kita buat diagram lingkaran. Mengacu pada proses pembelajaran awal yang kurang memuaskan, maka guru menerapkan pembelajaran pada materi memasang dan menyambung sistem pengawatan menggunakan trainer pengawatan instalasi penerangan listrik. Pelaksanaan penelitian terdiri dari 2 siklus. Siklus I Pada tahap ini penelitian dilakukan denagn tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Tahap perencanaan (planning) meliputi perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan implementasi pembelajaran menggunakan trainer (RPP) instalasi penerangan listrik dengan materi memasang dan menyambung system pengawatan dengan saklar tunggal dan saklar seri, perancangan Lembar Kerja Siswa (LKS), perancangan lembar observasi, angket, dan persiapan sarana prasarana trainer instalasi. Tahap pelaksanaan (acting) dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pertemuan pertama berisi penyampaian penjelasan materi pengawatan instalasi dengan saklar tunggal, kemudian dilanjutkan dengan pemberian job sheet untuk memperjelas dan lembar kerja praktek pada masing- masing siswa, kemudian dilakukan kegiatan praktek dan penilaian praktek, setelah itu menyimpulkan penjelasan materi secara bersama- sama. Pertemuan kedua berisi penyampaian penjelasan materi pengawatan instalasi dengan saklar seri kemudian dilanjutkan dengan pemberian job sheet untuk memperjelas dan lembar kerja praktek pada masing-masing siswa, kemudian dilakukan kegiatan praktek dan penilaian praktek, setelah itu menyimpulkan penjelasan materi secara bersama-sama. Tahap pengamatan (observing) difokuskan pada observasi pelaksanaan pembelajaran, kinerja siswa, dan kinerja guru selama berlangsung pembelajaran. Tahap refleksi (reflecting) merupakan analisis dari hasil observasi dan hasil tes. Refleksi pada siklus I dilaksanakan segera setelah tahap pelaksanaan/tindakan selesai. Refleksi siklus I meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi praktek siklus I. Hasil analisis data tes siklus I dengan sub materi Pengawatan instalasi menggunakan saklar tunggal dan saklar seri., diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 76,00 yang tuntas sebanyak 25 anak (83,33%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 anak (16,66%) dengan nilai tertinggi 90 nilai terendah 55,00. Prosentasi hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Prosentase Perbandingan Nilai Siswa Siklus I Berdasarkan Gambar 2, dapat dapat kita ketahui bahwa siswa yang sangat baik sebanyak 2 (6,67%), siswa yang sebanyak

73 23 (76,67%), siswa yang cukup sebanyak 4 (13,33%) dan, siswa yang kurang sebanyak 1 (3,33%). Pada siklus I pertemuan I diperoleh jumlah skor kinerja siswa dalam pembelajaran adalah 15 dengan persentase 60%, dengan kriteria kinerja siswa dalam pembelajaran cukup baik. Sedangkan untuk pertemuan II diperoleh jumlah skor kinerja siswa dalam pembelajaran adalah 16 dengan persentase 64%, dengan kriteria kinerja siswa dalam pembelajaran baik. Hasil observasi pada siklus I diperoleh data bahwa: (1) siswa masih susah untuk berinteraksi dengan guru, ini terlihat dari diskusi yang dilakukan oleh guru kurang bisa berjalan, (2) siswa kurang melakukan persiapan awal sebelum melakukan praktek, (3) siswa masih suka kurang memperhatikan penjelasan dari guru, (4) siswa masih belum berani bertanya, (5) siswa masih terkesan malu untuk bertanya. Berdasarkan angket refleksi terhadap pembelajaran, pembelajaran memasang dan menyambung sistem pengawatan menggunakan trainer pengawatan instalasi penerangan listrik menyenangkan. Siswa merasa senang praktek menggunakan trainer. Penggunaan media belajar berupa trainer instalasi penerangan dinilai lebih mudah dalam pemahamanya. Adanya job sheet juga sangat membantu dalam pemahaman serta menambah ketertarikan dan mendorong siswa untuk terus belajar mata pelajaran instalasi dasar penerangan listrik. Namun ada sebagian siswa yang merasa pembelajaran dengan trainer pengawatan instalasi penerangan listrik membuat siswa bingung. Namun demikian, penggunaan media belajar berupa trainer instalasi penerangan dinilai lebih mudah dalam pemahamanya. Adanya job sheet juga sangat membantu dalam pemahaman serta menambah ketertarikan dan mendorong siswa untuk terus belajar mata pelajaran instalasi dasar penerangan listrik. Demonstrasi alat pembelajaran yang dilakukan oleh guru dimaksudkan untuk memperkuat isi materi yang disampaikan sekaligus dapat memperlihatkan proses terjadinya sesuatu (Nana Sudjana, 2008:78). Setelah seorang guru melaksanakan demonstrasi alat pembelajaran, kegiatan berikutnya adalah memberi kesempatan praktek kepada peserta didik. Jika ditinjau dari kinerja guru, masih canggung dalam penggunaan trainer pengawatan instalasi penerangan listrik. Saat menjelaskan cara pemasangan pengawatan instalasi listrik guru masih bingung. Hal ini dikarenakan pembelajaran menggunakan media berupa trainer instalasi penerangan listrik baru pertama kali digunakan oleh guru. Dalam menindaklanjuti permasalahan ini guru harus lebih siap dalam menggunakan media dengan cara mempelajari terlebih dahulu pemakaian trainer instalasi penerangan rumah tersebut sebelum terjun ke kelas. Masih adanya sebagian siswa yang merasa kesulitan belajar menggunakan trainer pengawatan instalasi penerangan listrik dan juga mengacu refleksi hasil observasi, maka dilanjutkan pada siklus II. Beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus I dan diharapkan dapat dilaksanakan pada siklus II antara lain: a. Pengelolaan waktu selama proses pembelajaran. Waktu yang digunakan untuk menerangkan materi terlalu lama, hal ini menyebabkan waktu yang digunakan untuk praktek kurang. Untuk itu guru harus lebih memperhatikan waktu agar materi dan praktek yang diberikan bisa dapat terselesaikan dengan tepat waktu. b. Interaksi antara guru dan siswa saat pembelajaran masih kurang. Pada saat pembelajaran hanya sebagian kecil siswa yang bertanya serta dapat menjawab pertanyaan guru dan dapat menanggapi apa yang guru jelaskan. Hal ini dikarenakan siswa masih malu untuk bertanya ataupun memberikan pernyataan kepada guru atau teman. Untuk tindak lanjut berikutnya yang dilakukan guru agar siswa bias lebih aktif berinteraksi adalah guru harus lebih aktif melakukan interaksi kepada siswa agar siswa terpancing, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. c. Kemampuan guru dalam menguasai penggunaan trainer instalasi

74 penerangan rumah. Saat melakukan kegiatan praktek guru masih canggung menggunakan trainer instalasi penerangan rumah,ini terjadi karena guru baru pertama kali mengajar menggunakan trainer tersebut. Untuk menindak lanjuti permasalahan ini guru harus lebih siap dalam menggunakan media dengan cara mempelajari terlebih dahulu pemakaian trainer instalasi penerangan rumah tersebut sebelum terjun ke kelas. d. Siswa yang masih kurang dalam melakukan persiapan awal sebelum melakukan praktek serta masih kurang juga dalam merapikan kembali alat-alat praktek. Ini dikarenakan siswa ingin cepat-cepat menyelesaikan kegiatan praktek. Yang harus dilakukan untuk menindaklanjutinya yaitu guru memberikan pengarahan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa melakukan kegiatan praktek. Siklus II Pada tahap siklus II tahap penelitian sama dengan siklus I yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Tahap perencanaan (planning) dilakukan dengan meningkatkan pengorganisasian waktu dalam pembelajaran dengan baik sehingga semua tahap dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal. Dilanjutkan dengan perancangan RPP, LKS, lembar observasi, angket, dan persiapan sarana prasarana yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Tahap pelaksanaan (acting) pada siklus II dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama berisi penyampaian materi menyambung system pengawatan dengan saklar tukar hubungan gudang kemudian dilanjutkan dengan pemberian job sheet sebagai Lembar kerja praktek siswa, dilakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan secara bersama-sama. Pertemuan kedua berisi penyampaian materi menyambung system pengawatan dengan saklar tukar hubungan lorong atau rumah bertingkat, kemudian dilanjutkan dengan pemberian job sheet sebagai Lembar kerja praktek siswa, dilakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan secara bersama-sama. Tahap pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting) pada siklus II dilakukan seperti halnya pada siklus I. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa pada sub materi memasang sistem pengawatan dengan saklar tukar hubungan gudang dan lorong, diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 87,50 siswa yang tuntas sebanyak 30 anak (96,67%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 0 anak (0,00%) dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 75. Prosentase nilai siswa pada siklus II dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Prosentase perbandingan nilai siswa siklus II Berdasarkan tabel diatas dapat dapat diketahui bahwa siswa yang sangat baik sebanyak 11 (36,66%), siswa yang baik dan sebanyak 19 (63,33%). Pada siklus II pertemuan I diperoleh jumlah skor kinerja siswa dalam pembelajaran adalah 18 dengan persentase 72%, dengan kriteria kinerja siswa dalam pembelajaran baik. Sedangkan untuk pertemuan II diperoleh jumlah skor kinerja siswa dalam pembelajaran adalah 20 dengan persentase 80%, dengan criteria kinerja siswa dalam pembelajaran baik. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa: (1) siswa telah terbiasa dengan pembelajaran praktek menggunakan trainer instalasi penerangan rumah yang dilaksanakan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, (2) keantusiasan siswa dalam mengerjakan praktek baik, (3) siswa sudah

75 cukup aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusinya, (4) hubungan kerjasama antar siswa sudah baik sehingga suasana diskusi antar siswa sudah efektif. Jika ditinjau dari kinerja guru, pembelajaran menggunakan trainer instalasi penerangan rumah yang dilakukan guru pada siklus II sudah berlangsung efektif. Guru sudah berhasil mengorganisaikan waktu dengan baik. Dalam pembelajaran guru telah mampu menguasai penggunaan trainer instalasi penerangan rumah serta guru sudah dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran seperti siswa berani bertanya, memberi tanggapan atas penjelasan guru, siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. Berdasarkan angket refleksi terhadap pembelajaran di atas, pembelajaran memasang dan menyambung sistem pengawatan menggunakan trainer pengawatan instalasi penerangan listrik sangat menyenangkan dan mudah diikuti. Penyajian hasil karya yang dilaksanakan menyenangkan bagi siswa. Ada sejumlah peningkatan respon positif dibandingkan dengan siklus I. Hasil angket terhadap sikap siswa menunjukkan bahwa pelajaran instalasi listrik merupakan pelajaran yang digemari siswa. Dari hasil penelitian menunjukkan 57% menggemari pelajaran instalasi listrik, 40% sangat menggemari pelajaran instalasi listrik dan hanya 3% yang tidak menggemari pelajaran tersebut. Minat yang tinggi terhadap praktek, selain dilihat dari sikapnya, dapat dilihat juga dari keinginan dapat memperagakan penggunaan trainer, kedisiplinan dan selalu ingin maju. Hasil survei menunjukan bahwa sebagian besar siswa memperagakan penggunaan trainer dengan sungguh-sungguh, mempersiapkan perlengkapan terlebih dahulu, dan memahami penggunaan sampai bisa. Ketekunan merupakan indikator tinggi rendahnya minat siswa terhadap pelajaran instalasi listrik. Ketekunan ini dapat dilihat dari usaha dan rajin tidaknya berlatih. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar siswa jika mengalami kesulitan dalam praktek tidak akan putus asa dalam berlatih. Minat yang tinggi dapat dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan dari dalam diri sendiri. Namun dorongan dari lingkungan merupakan motivasi yang dapat menambah minatnya menjadi lebih tinggi. Hasil survey menunjukkan bahwa minat yang tinggi dari siswa terhadap pelajaran instalasi listrik karena dorongan dan dukungan dari teman-temannya. Secara keseluruhan, pada siklus II ini kinerja siswa sudah baik dan meningkat dibandingkan siklus I. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar siswa saat pembelajaran. Hasil survei menjelaskan juga bahwa sebagian besar siswa mempunyai inisiatif yang tinggi untuk melakukan praktek sendiri, apabila guru praktek tidak datang. Hal ini menunjukan minat yang tinggi terhadap praktek dengan trainer. Hasil peningkatan pembelajaran tiap siklus dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Perbandingan Nilai Awal Siswa, Siklus I, dan Siklus II. Mengacu pada Gambar 1, menunjukan bahwa indikator keberasilan telah tercapai. Ada peningkatan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar melalui pembelajaran mata pelajaran instalasi dasar penerangan listrik menggunakan trainer instalasi penerangan rumah pada siswa kelas XI TITL SMK PGRI Mejayan. Kesimpulan Hasil belajar siswa kelas XI terhadap pelajaran instalasi listrik yang dilakukan di Sekolah dalam kategori tinggi. Diamati dari hasil belajar praktek siswa pada siklus I menunjukan nilai tertinggi 90 dan

76 nilai terendah 52,5. Dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 83,33%. Sehingga penelitian tindakan kelas pada siklus I sudah dikatakan berhasil tetapi masih perlu pembenahan. Padasikus II hasil belajar praktek siswa menunjukan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 75. Dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 100% selain itu melalui pembelajaran dengan trainer instalasi penerangan pada mata pelajaran instalasi dasar penerangan listrik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TITL SMK PGRI 1 Mejayan. Tahun Ajaran 2015/2016 pada sub kompetensi memasang dan menyambung system pengawatan. Hasil peningkatan yang diamati adalah Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar praktek dari siklus I kesiklus II adalah sebesar 11,5 dengan ketuntasan klasikal meningkat 12,66%. DAFTAR PUSTAKA Arif S. Sadiman, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Gerlach & D.P. Ely, 1980, Boston, MA: Allyn and Bacon. Multimedia Learning: Prinsip-prinsip dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.