PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Ekonomi Makro

A. Realisasi Keuangan

POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

KARAKTERISTIK KOMODITAS SUB SEKTOR PERTANIAN DI WILAYAH JALUR LINTAS SELATAN (JLS) KABUPATEN JEMBER

PERANAN DAN TREND KOMODITAS SUB SEKTOR PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH JALUR LINTAS SELATAN (JLS) KABUPATEN JEMBER

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

S. Andy Cahyono dan Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

Ir. Rahmadi Agus Santosa, M.Si

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

PERANAN KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN TIAP KECAMATAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL

JUMLAH DIPINDAHKAN Laki - laki Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar 1.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

TINJAUAN PUSTAKA. 2.6 Sub Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun. perekonomian Kabupaten Simalungun yaitu perkebunan besar/negara dan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

KEPALA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN. Ir. SAFUAN KABUPATEN WONOGIRI

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOGIRI

Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share)

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI


PENGADILAN NEGERI WONOGIRI Jalan R.M. Said No. 12 Telp. (0273) Fax. (0273) W O N O G I R I

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun


Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient. Artikel Ilmiah

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel


IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DALAM PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG

Economics Development Analysis Journal

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/KU.340/2/2011 TENTANG

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Powerpoint Templates

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

Pembangunan Agribisnis di Indonesia

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015

REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN


Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016

PENGEMBANGAN KOMODITAS KETELA POHON SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KAJIAN IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG. Jamhari Hadipurwanta dan Bariot Hafif

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

Economics Development Analysis Journal

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

Transkripsi:

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI Aminah Happy MA Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The objectives of this research are to calculate the contribution of main agriculture commodities in enhancing income surplus and multiplier effect, to know the specialization and locality level of basic agricultural commodity, in order to determine the development priority of agricultural commodity in Wonogiri Regency. Quantitative method and analysis were implemented in this research in the formulation of income surplus analysis, sector specialization analysis, sector locality analysis and analysis of agricultural commodity priority. Results showed that income multiplier effect in Wonogiri Regency was 1.550836 which means that every Rp 1,000,000.00 of agricultural basic commodity income will generate agricultural income in Wonogiri Regency at Rp 1,550,836.00. Average specialization quotient number of Wonogiri Regency was 0,324983 meant that in general there was no specialization in agricultural activity. Therefore, there was no specialization in certain commodity. Agricultural commodities that have a high locality level or relatively centered in one region were cassava, corn and peanut. Key Words: Specialization Quotient, Locality Quotient, Basic Commodity Pendahuluan Keberhasilan perencanaan pembangunan di suatu daerah sangat berkaitan dengan kualitas perencanaan pembangunan yang disusun oleh daerah tersebut. Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan kegiatan sektor ekonomi yang dominan (Sjafrizal, 1997). Salah satu cara pendekatan perencanaan pada model ekonomi regional, yaitu basis ekonomi. Model ini dapat menjelaskan struktur ekonomi daerah menurut kegiatan ekonomi suatu daerah atas dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Suatu daerah dapat melakukan pembangunannya apabila dapat memproduksi lebih dari kebutuhannya atau ada surplus, dan surplus dapat digunakan untuk usaha-usaha pembangunan lebih lanjut. Bagi daerah yang belum surplus, maka usaha pembangunan harus diusahakan untuk secepatnya menciptakan surplus bagi satu atau lebih komoditas, yang merupakan keunggulan daerah. Inti dari teori ini menyatakan bahwa karena sektor unggulan menghasilkan barang dan jasa untuk dipasarkan di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor unggulan, tetapi juga menaikkan permintaan akan sektor non unggulan. Berdasarkan teori ini, sektor unggulanlah yang harus dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Arsyad, 1999). Sektor basis dalam analisis lanjutan penting untuk menentukan pola kebijakan dalam pembangunan regional. Karena adanya sektor basis pada suatu daerah tertentu berimplikasi pada adanya endowment factor yang melimpah atau dukungan sumberdaya manusia, sehingga daerah tersebut mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi pada sektor tertentu. Dengan melihat sektor basis sebagai komoditas ekspor ke daerah lain, dapat diperoleh pola hubungan yang berkaitan antar wilayah serta potensi pengembangan untuk masing-masing wilayah (Richardson,1997). Di dalam pembangunan wilayah untuk mempercepat perkembangannya harus 126

Peran Dan Identifikasi... 126 132 (Aminah Happy MA) diberikan penekanan pada sektor-sektor unggulan yang dapat memberikan dampak lebih luas terhadap kesejahteraan serta memberikan efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain. Dengan memberikan penekanan pada sektor-sektor tertentu secara simultan dapat dicapai peningkatan kesejahteraan dan pengembangan wilayah secara lebih luas. (Widayanto, 2000). Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan kompetitif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Adanya potensi ekonomi di suatu daerah tidaklah mempunyai arti bagi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut bila tidak ada upaya memanfaatkan dan mengembangkan potensi ekonomi tersebut secara optimal. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi yang potensial harus menjadi prioritas utama untuk digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara utuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri dilihat dari surplus pendapatan yang diberikan serta efek pengganda yang ditimbulkan, mengetahui tingkat spesialisasi dan lokalisasi komoditas basis pertanian di Kabupaten Wonogiri dan mengidentifikasi komoditas pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Wonogiri. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Maksudnya suatu penelitian yang ingin mengungkapkan atau menjawab tentang pertanyaan berapa atau berapa banyak suatu hal atau obyek yang diamati. Disebut juga penelitian analitik yaitu merupakan penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengujian kebenaran hipotesis dan analisisnya secara statistik atau kuantitatif (Wisadirana, 2005). Daerah penelitian diambil secara sengaja di Kabupaten Wonogiri, atas pertimbangan kelengkapan data, dan Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang sektor pertaniannya memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian wilayah. Hasil Penelitian Data yang menunjukkan komoditas basis pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah ditunjukkan pada Tabel 1. Komoditas basis pertanian masingmasing kecamatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah komoditas basis pertanian berbeda-beda untuk setiap kecamatan, dimana Kecamatan Girimarto mempunyai komoditas basis pertanian paling banyak yaitu 30 komoditas, sedangkan kecamatan yang mempunyai komoditas basis pertanian paling sedikit adalah Kecamataan Bulukerto dengan 5 komoditas. Perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa komoditas basis pertanian dari tiap sub sektor Komoditas basis pertanian tersebut merupakan komoditas yang memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perbandingan antar wilayah dan merupakan komoditas yang berperan dalam meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pertanian yang pada akhirnya pengembangan komoditas tersebut akan meningkatkan pendapatan dari komoditas non basis pertanian serta sektor-sektor ekonomi lainnya dalam perekonomian di Kabupaten Wonogiri serta layak dikembangkan untuk pembangunan daerah Kabupaten Wonogiri tahun 2008 yakni: 1. Komoditas subsektor tanaman pangan yaitu komoditas padi sawah, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai. 2. Komoditas sub sektor tanaman hortikultura yaitu mangga, durian, rambutan, pisang dan melinjo. 3. Komoditas sub sektor tanaman perkebunan yaitu kelapa dalam, cengkeh, mete, kapuk, kopi robusta, tanaman obat dan kapulaga. 4. Komoditas sub sektor peternakan yaitu sapi, domba, kambing, ayam buras dan ayam potong, itik dan entog. Analisis Surplus Pendapatan Dalam perekonomian Kabupaten Wonogiri, wilayah kecamatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian bernilai positif adalah mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Sehingga dengan sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan-kegiatan di sektor 127

Tabel 1. Komoditas Basis Pertanian Tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Kecamatan Jumlah Komoditas Komoditas Basis Pertanian Pracimantoro 17 Padi gogo, Jagung, Ubi kayu, Kedelai, Kacang hijau, Sorghum, Kacang panjang, Cabe, Kelapa hibrida, Kelapa deres, Kapas, Melinjo, Wijen, Ayam potong, Ayam petelur, Itik, Benih ikan Paranggupito 17 Padi gogo, Jagung, Ubi kayu, Mangga, Pisang, Kacang panjang, Kangkung, Bayam, Kelapa deres, Kapas, Empon-empon, Wijen, Sapi, Domba, Kambing, Ayam buras, Itik Giritontro 17 Padi gogo, Ubi kayu, Kedelai, Sorghum, Jeruk, Sirsak, Pisang, Kelapa dalam, Kapas, Melinjo, Wijen, Sapi, Domba, Kambing, Ayam buras, Ayam potong, Ikan air tawar Giriwoyo 10 Padi gogo, Jagung, Kacang Tanah, Kedelai, Mangga, Sukun, Jambu biji, Sawo, Pepaya, Benih ikan Batuwarno 19 Padi gogo, Jagung, Ubi kayu, Kedelai, Pisang, Ketimun, Cabe, Terung, Kelapa dalam, Kapok, Kopi Arabica, Empon-empon, Janggelan, Melinjo, Sapi, Domba, Kambing, Ayam potong, Ayam petelur Karangtengah 26 Jagung, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Alpokat, Jeruk, Sirsak, Sukun, Durian, Sawo, Pisang, Nanas, Bawang daun, Sawi, Tomat, Terung, Kangkung, Labu siam, Cengkeh, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Panili, Janggelan, Lada, Kerbau Tirtomoyo 19 Padi gogo, Ubi kayu, Kacang Tanah, Buncis, Cengkeh, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Emponempon, Panili, Janggelan, Lada, Wijen, Sapi, Kerbau, Domba, Ayam buras, Itik, Kayu jati, Kayu Rimba Nguntoronadi 16 Padi sawah, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kacang hijau, Kacang panjang, Sawi, Cabe, Terung, Bayam, Tebu, Sapi, Kambing, Ayam buras, Kayu jati, Kayu Rimba, Ikan air tawar Baturetno 15 Padi sawah, Kedelai, Kacang panjang, Cabe, Kelapa dalam, Kapok, Tebu, Sapi, Kambing, Ayam buras, Ayam potong, Ayam petelur, Itik, Benih ikan, Ikan air tawar Eromoko 11 Jagung, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Sukun, Sawo, Pepaya, Kacang panjang, Kapas, Ayam buras, Ayam potong Wuryantoro 18 Padi sawah, Kedelai, Kacang hijau, Sorghum, Mangga, Sawo, Kacang panjang, Bayam, Kelapa hibrida, Wijen, Sapi, Kambing, Ayam buras, Ayam potong, Itik, Kayu jati, Kayu Rimba, Ikan air tawar Manyaran 16 Padi sawah, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Jambu biji, Sawo, Ketimun, Tomat, Terung, Kangkung, Bayam, Wijen, Kerbau, Domba, Kayu jati, Benih ikan Selogiri 12 Padi sawah, Kacang hijau, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Tebu, Melinjo, Sapi, Ayam buras, Ayam potong, Kayu jati, Kayu Rimba, Benih ikan Wonogiri 21 Padi sawah, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kacang hijau, Mangga, Rambutan, Jeruk, Jambu biji, Sawo, Pepaya, Nanas, Kacang panjang, Ketimun, Kangkung, Bayam, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Tebu, Melinjo, Sapi, Kayu jati Ngadirojo 19 Kacang Tanah, Mangga, Rambutan, Sirsak, Jambu biji, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kapok, Tebu, Kapas, Kakao, Melinjo, Wijen, Kerbau, Ayam buras, Ayam potong, Kayu Rimba, Ikan air tawar Sidoharjo 20 Padi sawah, Kacang Tanah, Kacang panjang, Ketimun, Tomat, Kangkung, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kopi Robusta, Tebu, Empon-empon, Melinjo, Wijen, Sapi, Kerbau, Domba, Kambing, Ayam buras, Kayu jati Jatiroto 18 Jagung, Kacang Tanah, Mangga, Pepaya, Kacang panjang, Ketimun, Terung, Kangkung, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kapok, Empon-empon, Wijen, Sapi, Kerbau, Itik, Kayu Rimba Kismantoro 21 Jagung, Ubi kayu, Mangga, Rambutan, Jeruk, Sawo, Nanas, Bawang merah, Ketimun, Buncis, Bayam, Kelapa dalam, Cengkeh, Jambu mete, Kapok, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Janggelan, Kerbau, Ayam petelur Purwantoro 21 Padi sawah, Jagung, Ubi kayu, Kacang hijau, Alpokat, Mangga, Rambutan, Sirsak, Jambu biji, Sawo, Nanas, Kacang panjang, Sawi, Kelapa dalam, Jambu mete, Kapok, Kerbau, Domba, Kambing, Ayam buras, Itik Bulukerto 5 Padi sawah, Jagung, Ubi kayu, Pisang, Ayam buras Puhpelem 19 Jagung, Alpokat, Mangga, Rambutan, Jeruk, Sirsak, Pepaya, Pisang, Bawang merah, Tomat, Cengkeh, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Domba, Kambing, Itik, Kayu jati, Kayu Rimba Slogohimo 24 Padi sawah, Jagung, Alpokat, Mangga, Rambutan, Sirsak, Durian, Jambu biji, Sawo, Sawi, Ketimun, Tomat, Bayam, Kubis, Kelapa dalam, Cengkeh, Kapok, Kopi Robusta, Empon-empon, Melinjo, Domba, Kambing, Kayu jati, Kayu Rimba Jatisrono 16 Padi sawah, Jagung, Pepaya, Kacang panjang, Sawi, Bayam, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kapok, Empon-empon, Melinjo, Wijen, Domba, Ayam buras, Kayu Rimba Jatipurno 25 Padi sawah, Kacang Tanah, Rambutan, Pisang, Kacang panjang, Cabe, Buncis, Bayam, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Cengkeh, Jambu mete, Kapok, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Kakao, Lada, Melinjo, Sapi, Domba, Kambing, Ayam buras, Kayu jati, Kayu Rimba Girimarto 30 Padi sawah, Kacang Tanah, Sorghum, Pisang, Bawang merah, Bawang putih, Bawang daun, Kacang panjang, Sawi, Cabe, Tomat, Terung, Buncis, Kangkung, Labu siam, Wortel, Kentang, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Cengkeh, Jambu mete, Kapok, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Kakao, Panili, Lada, Melinjo, Wijen 128

Peran Dan Identifikasi... 126 132 (Aminah Happy MA) ekonomi Kabupaten Wonogiri. Besarnya surplus pendapatan komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri dapat dicermati pada Tabel 2. Tabel 2. Surplus Pendapatan komoditas Basis Pertanian Setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 (dalam Ribuan Rupiah) Kecamatan Surplus Pendapatan Pengeluaran Sisa Surplus Pendapatan Pracimantoro 13029534,059 2652457,840 10377076,219 Paranggupito 4397661,556 955734,804 3441926,752 Giritontro 4309677,766 1212175,444 3097502,322 Giriwoyo 4839821,051 1867339,094 2972481,957 Batuwarno 4976505,139 1281675,817 3694829,323 Karangtengah 9478661,044 3228673,969 6249987,075 Tirtomoyo 13716274,160 1947363,880 11768910,280 Nguntoronadi 5244947,624 1171915,309 4073032,315 Baturetno 2275786,700 937735,358 1338051,342 Eromoko 10191087,034 2451865,767 7739221,267 Wuryantoro 2566526,683 1216173,241 1350353,442 Manyaran 5668705,415 1237483,962 4431221,452 Selogiri 13022334,917 805268,704 12217066,213 Wonogiri 4527608,503 996020,180 3531588,322 Ngadirojo 5343766,685 3069961,355 2273805,330 Sidoharjo 2347414,804 775671,583 1571743,221 Jatiroto 5377775,568 1582738,556 3795037,012 Kismantoro 13492834,775 1735602,374 11757232,401 Purwantoro 4229574,520 1212518,637 3017055,883 Bulukerto 3355433,886 2122339,789 1233094,097 Puhpelem 2636191,193 1038895,641 1597295,552 Slogohimo 1743315,378 1371408,426 371906,952 Jatisrono 4776821,187 816405,063 3960416,125 Jatipurno 2490361,580 1617116,942 873244,639 Girimarto 2954970,064 2031716,994 923253,070 Dengan melihat Tabel 2. di Kecamatan Slogohimo surplus pendapatan, pengeluaran untuk membeli dan memenuhi komoditas non basis pertanian, dan sisa surplus pendapatan masing-masing sebesar Rp1.743.315.378,00, Rp1.371.408.426,00, dan Rp371.906.952,00. Sisa surplus pendapatan yang bernilai positif, tetapi relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan kecamatan lain. Ini berarti bahwa komoditas basis pertanian yang relatif besar yaitu 24 komoditas karena komoditas yang diusahakan relatif belum meningkatkan surplus pendapatan. Sedangkan Kecamatan Bulukerto mempunyai komoditas basis yang relatif sedikit dibandingkan dengan kecamatan lain, tetapi mempunyai sisa surplus pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Slogohimo karena mempunyai komoditas basis yaitu ayam buras yang memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan basis ekonomi daerah tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Kecamatan Selogiri memperoleh surplus pendapatan sebesar Rp13.022.334.917,00, pengeluaran untuk membeli dan memenuhi komoditas non basis pertanian sebesar Rp805.268.704,00. Sisa surplus pendapatan adalah Rp12.217.066.213,00. Sisa surplus pendapatan yang bernilai positif memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan basis ekonomi daerah tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam perekonomian Kabupaten Wonogiri, wilayah kecamatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian bernilai positif adalah mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Sehingga dengan sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi Kabupaten Wonogiri. Efek Pengganda Pendapatan Kegiatan Basis Pertanian Menurut teori basis ekonomi, wilayah pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah terjadi karena adanya efek pengganda pendapatan dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan wilayah tersebut atas penjualan ke luar wilayah. Besarnya efek pengganda pendapatan dan pertumbuhan pendapatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 3. Peran sektor pertanian terhadap pembangunan daerah Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dari besarnya efek pengganda pendapatan. Kabupaten Wonogiri memiliki efek pengganda pendapatan sebesar 1,550836 berarti bahwa setiap kenaikan pendapatan komoditas basis pertanian sebesar Rp 1.000.000,00 maka akan menghasilkan pendapatan total wilayah Kabupaten Wonogiri dari sektor pertanian sebesar Rp 1.550.836,00 129

yang berarti bahwa ada penambahan pendapatan dari komoditas non basis pertanian sebesar Rp 550.836,00 dan dengan pertumbuhan pendapatan wilayah Kabupaten Wonogiri sebesar Rp3.944.416.080,00 pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan sektor pertanian sudah dapat memberikan kontribusi pendapatan yang besar terhadap perekonomian wilayah. Tabel 3. Efek Pengganda Pendapatan Komoditas Basis Pertanian dan Pertumbuhan Pendapatan Setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Efek Pertumbuhan Kecamatan Pengganda Pendapatan Pracimantoro 1,300437 6.129.580.000,00 Paranggupito 1,258425 3.419.960.000,00 Giritontro 1,462905 2.152.120.000,00 Giriwoyo 1,783835 5.011.120.000,00 Batuwarno 1,315436 2.189.180.000,00 Karangtengah 1,318938 9.363.730.000,00 Tirtomoyo 1,519398 4.011.760.000,00 Nguntoronadi 1,385483 1.438.060.000,00 Baturetno 1,634341 3.355.270.000,00 Eromoko 1,413099 8.741.520.000,00 Wuryantoro 2,208430 4.168.530.000,00 Manyaran 1,398878 3.491.500.000,00 Selogiri 1,557737 3.613.800.000,00 Wonogiri 1,341479 4.279.810.000,00 Ngadirojo 2,148786 7.938.930.000,00 Sidoharjo 1,710587 3.339.830.000,00 Jatiroto 1,572034 1.464.200.000,00 Kismantoro 1,269773 2.226.620.000,00 Purwantoro 1,233946 3.195.730.000,00 Bulukerto 1,374204 (33.331.380.000,00) Puhpelem 1,851723 38.671.330.000,00 Slogohimo 1,472672 6.106.510.000,00 Jatisrono 1,797939 4.914.910.000,00 Jatipurno 1,651210 2.975.300.000,00 Girimarto 1,789203 (263.440.000,00) Rata-rata 1,550836 3.944.416.080,00 Analisis Spesialisasi Sektor Penggunaan analisis Specialization Quotient untuk mengetahui adanya spesialisasi kegiatan pertanian dan mengetahui tingkat spesialisasi komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri. Semakin tinggi tingkat spesialisasi suatu komoditas pertanian, makin tinggi pula keunggulan komparatif daerah tersebut dalam memproduksi komoditas pertanian tersebut. Kecamatan Selogiri mempunyai keunggulan komparatif yang relatif tinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Selogiri mempunyai efisiensi yang relatif lebih tinggi dalam memproduksi komoditas pertanian sehingga pengembangan kegiatan pertanian untuk tujuan ekspor sangat menguntungkan kecamatan tersebut. Apabila dilihat secara keseluruhan wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki nilai specialization quotient rata-rata sebesar 0,324983. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan Kabupaten Wonogiri tidak ada spesialisasi kegiatan pertanian sehingga tidak berspesialisasi pada komoditas tertentu, terlihat dari Tabel 4. Tabel 4. Specialization Quotient pada Setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Kecamatan Specialization Quotient Pracimantoro 0,372166 Paranggupito 0,388433 Giritontro 0,309293 Giriwoyo 0,285576 Batuwarno 0,370438 Karangtengah 0,344943 Tirtomoyo 0,416287 Nguntoronadi 0,413525 Baturetno 0,228117 Eromoko 0,367510 Wuryantoro 0,236803 Manyaran 0,332850 Selogiri 0,572035 Wonogiri 0,275711 Ngadirojo 0,165973 Sidoharjo 0,275098 Jatiroto 0,323365 Kismantoro 0,463504 Purwantoro 0,325230 Bulukerto 0,347059 Puhpelem 0,292912 Slogohimo 0,139747 Jatisrono 0,332406 Jatipurno 0,285987 Girimarto 0,259617 Rata-rata 0,324983 Analisis Lokalisasi Sektor Kegiatan pertanian yang dilakukan di setiap kecamatan umumnya menghasilkan produk yang sama. Namun pendapatan yang diperoleh bervariasi untuk setiap kecamatan. Hal ini dapat dianalisis dari aspek lokalisasi 130

Peran Dan Identifikasi... 126 132 (Aminah Happy MA) yang dapat mendorong lokalisasi kegiatan Secara umum lokalisasi komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri menyebar sangat merata dan tingkat lokalisasi setiap komoditas pertanian bervariasi. Komoditas pertanian yang mempunyai tingkat lokalisasi tinggi adalah komoditas ubi kayu, jagung dan kacang tanah yang berarti bahwa komoditaskomoditas tersebut relatif memusat di satu kecamatan. Hal ini dapat dicermati dari Tabel 5. Tabel 5. Locality Quotient Komoditas Pertanian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Komoditas Locality Locality Komoditas Quotient Quotient Padi Sawah 0,0100 Wortel -0,9526 Padi Gogo 0,0300 Kentang -0,9726 Jagung 4,7869 Kubis -0,9849 Ubi Kayu 9,9130 Kelapa Dalam 0,0647 Kc. Tanah 1,1313 Kelapa Hibrida -0,8453 Kedelai 0,7765 Kelapa Deres -0,8850 Kc. Hijau -0,8852 Cengkeh -0,6631 Sorghum -0,3596 Jambu Mete 0,9171 Alpokat -0,9740 Kapok -0,9332 Mangga 0,3023 Kopi Arabica -0,9631 Rambutan -0,7278 Kopi Robusta -0,9723 Jeruk -0,9558 Tebu -0,9044 Sirsak -0,9158 Kapas -0,7991 Sukun -0,9791 Empon-empon -0,8364 Durian -0,6376 Kakao -0,9167 Jambu Biji -0,9338 Panili -0,9669 Sawo -0,9541 Janggelan -0,8187 Pepaya -0,8688 Lada -0,9759 Pisang 0,0741 Melinjo -0,8527 Nanas -0,9885 Wijen -0,8550 Bawang Merah -0,9625 Sapi -0,7941 Bawang Putih -0,9799 Kerbau -0,9784 Bawang Daun -0,9708 Domba -0,7615 Kc. Panjang -0,7782 Kambing -0,8771 Sawi -0,9326 Ayam Buras 0,1017 Ketimun -0,8120 Ayam Potong -0,8717 Cabe -0,4850 Ayam Petelur -0,8554 Tomat -0,9460 Itik -0,7179 Terung -0,9536 Kayu Jati -0,9565 Buncis -0,8826 Kayu Rimba -0,9487 Kangkung -0,9620 Benih Ikan -0,8460 Bayam -0,9772 Ikan Air Tawar -0,5671 Labu Siam -0,9832 Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis dalam penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan adanya komoditas basis pertanian akan terjadi surplus yang memungkinkan untuk mengekspor surplus tersebut keluar wilayah yang akhirnya mendatangkan pendapatan bagi daerah. 2. Pengembangan komoditas basis pertanian memberikan dampak ganda terhadap peningkatan pendapatan dari sektor 3. Masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonogiri tidak memiliki spesialisasi kegiatan pertanian karena cenderung memiliki beragam komoditas basis 4. Komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri umumnya menunjukkan lokasi yang sangat menyebar pada kecamatannya dengan pertumbuhan yang masih berorientasi lokal. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran bahwa: 1. Lemahnya daya tawar petani dan pertanian umumnya, menyebabkan sektor pertanian Kabupaten Wonogiri berkembang kurang baik bagi petani. Langkah lanjutannya adalah perlu dikembangkannya sistem agrobisnis yang berkesinambungan. 2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang potensi pengembangan wilayah pertanian di Kabupaten Wonogiri dengan melakukan studi kelayakan terhadap pengembangan komoditas-komoditas basis Daftar Pustaka Arsyad, L., 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Richardson, H. W., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan oleh Paul Sihotang. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES. No. 3. Widayanto, B.,2000. Kajian Sektor Unggulan dan Transformasi Struktur Perekonomian di Kabupaten Sleman DIY dalam Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Pertanian. Volume 1 No. 1. Juni 2000. 131

Wisadirana, Darsono, 2005. Metode Penelitian dan Pedoman Penulisan Skripsi untuk Ilmu Sosial. UMM Press. Malang. 132