BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kelompok tumor ganas kulit yang ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemungkinan mengakibatkan. berbagai penyakit-penyakit yang dapat dialaminya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

Asal Usul dan Patogenesis ovarium epitel Kanker-Teori Unifying Usulan

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

ABSTRAK PERBEDAAN EKSPRESI PROTEIN 53 (p53) PADA STADIUM I, II DAN III KANKER SERVIKS TIPE SEL SKUAMOSA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara adalah keganasan pada payudara. yang berasal dari sel epitel kelenjar payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah metastasis adalah akibat kurang efektifnya manajemen

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan salah satu keganasan. yang paling sering terjadi pada wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Kanker paru merupakan salah satu dari keganasan. tersering pada pria dan wanita dengan angka mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

I. PENDAHULUAN. wanita di dunia. Berdasarkan data dari WHO/ICOInformation Centre on. jumlah kasus sebanyak kasus dan jumlah kematian sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering. terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanker ginekologi perempuan. Kanker ovarium dapat terjadi akibat faktor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari jaringan organ yang tidak mengalami diferensiasi membentuk .

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

4 Universitas Indonesia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium merupakan peringkat keenam keganasan terbanyak di dunia, dan merupakan penyebab kematian ketujuh akibat kanker. Kanker ovarium didiagnosis pada 225.500 wanita di seluruh dunia setiap tahunnya, dan 140.200 kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem, 2012). Kanker ovarium diperkirakan hanya 3% dari seluruh kanker, namun memiliki angka kematian tertinggi dari rasio kejadian (Corney et al., 2008; Arik and Kulacoglu, 2011). Menurut American Cancer Society, tahun 2010 diperkirakan terdapat 21.880 kasus baru kanker ovarium ini, dengan angka kematian rata-rata 63,30% (Jermal et al., 2010; McCluggage, 2011). Di Inggris, setiap tahunnya 2 dari 3 wanita yang menderita kanker meninggal akibat kanker ovarium (Clark and Altman, 2003). Kejadian kanker ovarium berbeda-beda di berbagai belahan dunia, di daerah Asia dan Afrika diperkirakan kurang dari 5 per 100.000 wanita, sedangkan di Eropa dan Amerika lebih dari 13 per 100.000 wanita. Tumor ini sering ditemukan di negara-negara Skandinavia, dan relatif jarang ditemukan di Jepang maupun negara-negara berkembang (Daniilidis and Karagiannis, 2007; Seidman et al, 2011). Kanker ovarium merupakan tumor primer kedelapan tersering dari seluruh kasus keganasan, dan merupakan tumor primer ketiga terbanyak, setelah kanker payudara dan kanker servik di Indonesia pada tahun 2011. Di Sumatera Barat kanker ovarium menempati urutan empat besar, dan merupakan tumor primer kedua yang paling sering terjadi pada tahun 2011. Sumatera Barat menempati posisi ketiga

2 untuk kasus kanker ovarium di Indonesia. Tidak didapatkan data mengenai tipe kanker ovarium ini baik di Indonesia maupun Sumatera Barat (Badan Registrasi Kanker, 2015). Etiologi kanker ovarium belum diketahui pasti, namun ditemukan beberapa faktor risiko yang dianggap dapat menjadi penyebab timbulnya kanker ovarium antara lain adalah faktor genetik, usia, dan paritas. Sebanyak 80% dari kejadian kanker ovarium ditemukan pada wanita diusia lebih dari 45 tahun. Bertambah usia menyebabkan meningkatnya risiko terhadap kanker ovarium (Seidman et al., 2011). Menurut penelitian Aziz pada tahun 2009, insiden kanker ovarium di Indonesia paling banyak dijumpai pada usia 45-54 tahun. Karsinoma ovarium merupakan keganasan ginekologi yang paling mematikan, insiden kasus ini mencapai 90% dari seluruh kanker ovarium, sehingga banyak penelitian yang dilakukan pada jenis tumor ini. Lebih dari 70% pasien datang pada stadium lanjut (Kurman and Shih, 2010; Ezzati et al., 2014). Sampai saat ini belum ada pilihan terapi yang efektif, sehingga memiliki prognosis buruk. Berdasarkan hal ini maka harapan hidup 5 tahun pada karsinoma ovarium stadium lanjut pada umumnya buruk (Seidman et al., 2011; Li et al., 2012; Latifi et al., 2014.). Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2014 dan morfologi tumor, tumor primer ovarium dibagi menjadi tiga kategori yaitu tumor epitel, tumor sel benih dan tumor sex-cord stromal. Sebagian besar tumor ganas ovarium berasal dari tumor epitel. Menurut WHO 2014 tumor epitel ovarium terdiri atas tumor serosum, musinosum, endometrioid, sel jernih, Brenner, seromusinosum, dan karsinoma undifferentiated. Karsinoma serosum merupakan tipe kanker ovarium

3 yang bersifat agresif. Tumor ini dapat muncul dari berbagai organ yang berasal dari jalur Mullerian (Nofech-Mozes et al., 2008; Devouassoux-Shisheboran and Genestie, 2015). Derajat histopatologik karsinoma serosum terbagi menjadi dua, dimana masing-masing memiliki patogenesis yang berbeda yaitu derajat tinggi dan derajat rendah. Karsinoma serosum derajat tinggi diperkirakan 85-90%, sedangkan derajat rendah lebih sedikit yaitu 10-15% dari seluruh karsinoma serosum (Devouassoux- Shisheboran and Genestie, 2015). Studi morfologi terbaru dilakukan berdasarkan pendekatan biologi molekular menemukan bahwa patogenesis kanker ovarium memiliki kepentingan pada skrining kanker dimasa depan dan berpengaruh pada terapi platinum dasar. Penemuan adanya perbedaan biologis antara karsinoma serosum derajat rendah dan tinggi menjadi dasar dari grup Baltimore, Kurman et al., untuk mengajukan dualistik model terbaru dari karsinogenesis karsinoma ovarium yang dikenal menjadi tipe I dan tipe II, dengan karsinoma serosum sebagai prototipe tumornya. Tipe I terdiri dari karsinoma ovarium serosum derajat rendah, karsinoma endometrioid derajat rendah, sel jernih dan musinosum. Tipe II terdiri atas karsinoma serosum derajat tinggi, karsinoma endometrioid derajat tinggi dan karsinoma undifferentiated (Kurman and Shih, 2010). Karsinoma serosum derajat rendah secara patogenesis menunjukan korelasi antara neoplasma jinak yang berkembang menjadi suatu karsinoma. Karsinoma ini secara klinis tidak bersifat agresif, secara umum sering ditemukan pada stadium awal. Tumor ini berasal dari adenofibroma atau tumor borderline, mengalami

4 mutasi dari gen-gen KRAS, BRAF, atau ERBB2. Tumor ini memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan tipe II (Kurman and Shih, 2010; Sundov et al., 2013). Karsinoma serosum derajat tinggi adalah tumor yang bersifat sangat agresif, sering kali menunjukan pola pertumbuhan papilari dan solid. Berdasarkan penelitian terbaru, karsinoma ini berawal 2 jalur yaitu dari karsinoma intraepitel pada tuba falopi dan sebagian kecil kasus berasal dari karsinoma derajat rendah. Karakteristik dari tumor ini adalah mutasi p53 serta peran mutasi BRCA 1 dan 2. Walaupun kedua tipe karsinoma serosum ovarium ini memiliki patogenesis yang berbeda, namun derajat tinggi dapat muncul dari derajat rendah (Kurman and Shih, 2010; Sundov et al., 2013). Salah satu gen yang yang memiliki peran penting dalam etiopatogenesis serta progresi kanker ovarium adalah p53. Protein p53 merupakan faktor transkripsi terhadap gen yang terlibat dalam regulasi siklus sel, induksi apoptosis, DNA repair dan stabilitas genom. Mutasi gen p53 merupakan abnormalitas molekuler yang paling sering, pada lebih dari 50% kasus keganasan terutama pada kanker ovarium, kanker kolorektal dan kanker paru. Studi terbaru terhadap wanita dengan garis keturunan mutasi BRCA 1 atau 2 pada populasi karsinoma serosum pada pelvis, memiliki lesi prekanker pada fimbrie tuba falopi. Terdapat spektrum pada potensial lesi prekursor untuk menjadi karsinoma serosum, meliputi p53 signature dan secretory cell outgrowth, yang ditemukan pada fimbrie (Li et al., 2012). Gen p53 berperan sebagai indikator prognostik, pertumbuhan keganasan dan berhubungan dengan respon atau resistensi kanker ovarium terhadap kemoterapi. Seperti halnya gen p53, derajat histopatologik karsinoma serosum sebagai salah satu karakteristik nilai prognostik yang signifikan dan relevansi terapi

5 (Havrilensky, 2009; Li et al., 2012). Belum ada penelitian tentang hubungan langsung antara ekspresi p53 dengan derajat histopatologik pada karsinoma serosum di Sumatera Barat. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan p53 dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah hubungan antara ekspresi p53 dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan ekspresi p53 dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi usia pada karsinoma serosum ovarium berdasarkan derajat histopalogik. 2. Mengetahui distribusi usia berdasarkan universal grading system pada karsinoma ovarium serosum. 3. Mengetahui distribusi ekspresi p53 berdasarkan universal grading system pada karsinoma ovarium serosum. 4. Mengetahui hubungan usia dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium

6 5. Mengetahui hubungan ekspresi p53 dengan derajat histopatologik karsinoma serosum ovarium. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan 1. Menjadi referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada karsinoma serosum ovarium. 2. Untuk menentukan prognostik dan terapi pada pasien karsinoma serosum ovarium. 1.4.2 Manfaat untuk Institusi Menjadi data penelitian karsinoma serosum ovarium di Bagian Patologi Anatomik yang berada di Sumatera Barat. 1.4.3 Manfaat untuk Klinisi Memberi landasan ilmiah bagi para klinisi dalam menentukan prognosis dan pilihan terapi untuk pasien karsinoma serosum ovarium.