HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGEMUDI SEPEDA MOTOR PADA BERBAGAI KEADAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN KARAKTERISTIK PENGEMUDI, KENDARAAN, DAN PERJALANAN

dokumen-dokumen yang mirip
SEBARAN POSISI SEPEDA MOTOR DI JALUR JALAN PADA BERBAGAI KONDISI ARUS LALULINTAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan 4 Sekolah Menengah Pertama di Kota Yogyakarta. dengan Kampus, sekolah, dan rumah sakit.

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

KUESIONER. Identitas Responden

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB IV INTERPRETASI DATA

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I. A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggemar sepeda motor gede (moge) jumlahnya semakin bertambah dengan seiringnya

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

PERILAKU PENGGUNA SEPEDA MOTOR DALAM MENGUTAMAKAN KESELAMATAN BERLALU LINTAS

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pelarangan penggunaan HP saat berkendaraan dapat disimpulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

STUDI PEMAHAMAN MAHASISWA SEBAGAI PENGENDARA TERHADAP RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN DI KOTA PADANG

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. 1 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

IMPLEMENTASI UU NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Kota Magelang) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

TINGKAT KETAATAN PENGEMUDI SEPEDA MOTOR DALAM PENGGUNAAN LAJUR JALAN PADA BERBAGAI KONDISI ARUS LALULINTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

PENGARUH KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP ASPEK KESELAMATAN BERKENDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TATA TERTIB LALU LINTAS TERHADAP SIKAP BERLALULINTAS SISWA KELAS XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu )

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan

KEPATUHAN MASYARAKAT KOTA MAKASSAR TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGGUNAAN HANDPHONE SAAT BERKENDARAAN

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGEMUDI SEPEDA MOTOR PADA BERBAGAI KEADAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN KARAKTERISTIK PENGEMUDI, KENDARAAN, DAN PERJALANAN Leksmono S. Putranto Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara Jl. Let. Jen. S. Parman No. 1 Jakarta, 11440 (P):021-5672548(F):021-5663277 lexy@tarumanagara.ac.id Ady Pramana Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara Jl. Let. Jen. S. Parman No. 1 Jakarta, 11440 (P):021-5672548(F):021-5663277 Helmy Kurniawan Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara Jl. Let. Jen. S. Parman No. 1 Jakarta, 11440 (P):021-5672548(F):021-663277 Abstrak Keberadaan sepeda motor dalam jumlah yang sangat besar di jalan menyebabkan operasi lalu lintas yang rumit dan cenderung berbahaya. Untuk memahami potensi bahaya ini dilakukan wawancara terhadap 75 responden yang terdiri dari 50 mahasiswa dan 25 dosen/karyawan Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kelompok pertanyaan pertama melipui data umum, data pekerjaan, data kesehatan, data kendaraan dan data penggunaan kendaraan responden. Kelompok pertanyaan ke dua meliputi perilaku responden pada berbagai situasi lalu-lintas. Analisis tabulasi silang dan Kendall s tau-b dilakukan untuk mengetahui hubungan antara data kelompok pertama dengan data kelompok ke dua. Analisis Kendall s tau-b dipilih karena teknik ini cocok untuk data yang berasal dari variabel ordinal yang mendominasi basis data untuk penelitian ini. Secara umum, pengemudi yang lebih tua cenderung lebih berhati-hati dalam bersepeda motor. Makin tua responden, makin kerap yang bersangkutan memeriksa kendaraan sebelum digunakan, makin jarang melanggar lampu merah, melewati garis henti saat menunggu lampu hijau, berkecepatan sangat tinggi, mendahului secara zig-zag, memotong dari kiri ke kanan, menggunakan jalan pada arah yang berkebalikan dari yang diizinkan, mengalami kecelakaan, menggunakan telpon seluler saat mengemudi. Kata-kata kunci: Karakteristik pengemudi sepeda motor, perilaku, situasi lalu-lintas, Kendall s tau-b PENDAHULUAN Sebagaimana umumnya negara berkembang di Asia, tingkat kepemilikan sepeda motor di Indonesia tergolong tinggi. Fenomena ini didukung data penjualan sepeda motor dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) bahwa bila pada tahun 2000 jumlah sepeda motor yang terjual masih kurang dari satu juta, maka pada tahun 2005 telah terjual lebih dari empat setengah juta sepeda motor di Indonesia. Menurut model yang dikembangkan Putranto (2004) setiap kenaikan penduduk sebanyak 1% akan disertai dengan kenaikan jumlah sepeda motor yang teregistrasi sebesar 1,34% bila PDRB per kapita dianggap konstan. Keberadaan sepeda motor dalam jumlah yang sangat besar di jalan bercampur dengan kendaraan jenis lain menyebabkan operasi lalu lintas yang rumit dan cenderung berbahaya. Untuk memahami potensi bahaya ini dilakukan wawancara terhadap 75 responden yang terdiri dari 50 mahasiswa dan 25 dosen/karyawan Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara yang menggunakan sepeda motor ke kampus. Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Perilaku pengendara sepeda motor dijalan sering kali menjadi hal yang terabaikan, secara sadar sesungguhnya hal tersebut merupakan hal yang penting untuk diteliti lebih Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 1 Juni 2006: 63-70 63

cermat. Hal ini dikarenakan banyak sekali perilaku pengendara sepeda motor yang menyimpang dari aturan-aturan hukum yang berlaku. Kelengkapan pengendara sepeda motor sangat menentukan perilaku si-pengendara dijalan, sebagai contoh pengendara tidak menggunakan helm maka ia akan merasa gelisah dan khawatir dijalan karena takut akan bertemu dengan petugas polisi dijalan. Yang biasa dilakukan pengendara pada saat kejadian tersebut adalah berusaha mengendarai sepeda motor secepat-cepatnya menuju tujuan agar tidak diberhentikan oleh petugas polisi dijalan karena ketidaklengkapannya dalam mengendarai sepeda motor, perilaku tersebut dapat membahayakan bagi pengguna jalan yang lain. Pengendara sepeda motor yang tidak memilki atau lupa membawa Surat Izin Mengemudi (SIM) juga seringkali melakukan hal yang sama dengan contoh diatas. Membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) juga salah satu hal yang sering terlupa oleh pengendara sepeda motor (UU No.14 Tahun 1992). Kelelahan atau mengantuk pada saat mengendarai sepeda motor dapat menyebabkan kecelakaan dijalan. Adapun penyebab yang paling dominan adalah ugal-ugalan dijalan, atau dengan kata lain mengendarai sepeda motor sesuai dengan hati dan pikiran si pengendara tanpa memperdulikan pengguna jalan yang lain (Ichwan, 2001). METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dilakukan wawancara terhadap 75 responden yang terdiri dari 50 mahasiswa dan 25 dosen/karyawan Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara yang menggunakan sepeda motor ke kampus. Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Terdapat 2 kelompok pertanyaan. Kelompok pertama melipui data umum, data pekerjaan, data kesehatan, data kendaraan dan data penggunaan kendaraan responden. Kelompok ke dua meliputi perilaku responden pada berbagai situasi lalu-lintas. Metodologi Analisis Data Untuk menganalisis kumpulan data yang telah diperoleh, digunakan program SPSS versi 12.0 dengan melakukan proses tabulasi silang dan secara bersamaan akan dicari nilai Kendall s tau-b. Analisis tabulasi silang dan Kendall s tau-b dilakukan untuk mengetahui hubungan antara data kelompok pertama dengan data kelompok ke dua. Analisis Kendall s tau-b dipilih karena teknik ini cocok untuk data yang berasal dari variabel ordinal yang mendominasi basis data untuk penelitian ini. Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut adalah dapat teridentifikasinya dua variabel yang terdapat korelasi, dapat mengetahui besar kecilnya korelasi, serta mengetahui arah korelasi. Pada analisis dengan metode kendall akan dihasilkan output yang berbentuk tabel-tabel yang didalamnya tercantum nilai Kendall dan nilai approximate significance (α). Nilai Kendall s tau-b berkisar antara 0 (tidak ada korelasi sama sekali) sampai dengan 1 (korelasi sempurna. Tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil, tanda negatif menunjukan hubungan yang terbalik sedangkan tanda positif menunjukan hubungan yang searah. Jika approximate significance (α) lebih besar dari 0,05 maka Ho (tidak ada hubungan antara dua variabel) diterima, dan jika α lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. 64 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 1 Juni 2006: 63-70

HASIL ANALISIS DATA Hubungan Jenis Kelamin dengan Variabel Ada keterkaitan yang cukup antara jenis kelamin (perempuan) dengan apa yang akan dilakukan apabila kondisi jalan tidak baik. Dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor perempuan cenderung lebih memilih untuk tidak melalui jalan yang kondisinya tidak baik. Hubungan Kelompok Umur dengan Variabel Ada keterkaitan antara kelompok umur dengan variabel. Dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor pada kelompok umur yang lebih tua cenderung untuk memeriksa kendaraannya sebelum melakukan perjalanan bila dibandingkan dengan pengendara yang termasuk dalam kelompok umur lebih muda. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor yang termasuk dalam kategori kelompok umur lebih muda memiliki kecenderungan kurang berhati-hati dan suka melanggar peraturan lalu lintas. Pengendara sepeda motor yg termasuk dalam kategori kelompok umur lebih tua juga cenderung lebih memilih menghentikan perjalanan apabila kondisi cuaca menjadi buruk. Hubungan Status Perkawinan dengan Variabel Ada keterkaitan antara status perkawinan dengan variabel, maka dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor yang belum menikah cenderung lebih tidak berhati-hati pada saat mengendarai sepeda motor di jalan. Akan tetapi pengendara sepeda motor yang belum menikah cenderung memeriksa kendaraannya sebelum melakukan perjalanan, serta menghentikan perjalanannya jika cuaca menjadi buruk. Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Variabel Ada keterkaitan antara pendidikan terakhir dengan tidak membawa SIM (Surat Izin Mengemudi) pada saat melakukan perjalanan. Pengemudi dengan pendidikan terakhir yang lebih tinggi cenderung selalu membawa SIM. Hubungan Asal Daerah dengan Variabel Tidak ada keterkaitan sama sekali antara asal daerah dengan variabel perilaku. Hubungan Domisili dengan Variabel Hampir tidak ada keterkaitan sama sekali antara domisili dengan variabel perilaku. Hubungan Status Tempat Tinggal dengan Variabel Ada keterkaitan yang erat antara status tempat tinggal dengan variabel melewati garis berhenti, memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan mendahului kendaraan lain dengan cara zig-zag. Pengendara yang tinggal dengan orang tua cenderung memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan mendahului kendaraan lain dengan cara zig-zag Hubungan Besar Pengeluaran/bulan dengan Variabel Hubungan antara besar pengeluaran per bulan dengan variabel perilaku memiliki keterkaitan yang cukup erat. Pengendara yang besar pengeluaran per bulannya lebih rendah Hubungan antara perilaku pengemudi sepeda motor (Leksmono S. Putranto, Ady Pramana, dan Helmy Kurniawan) 65

cenderung lebih sering berurusan dengan polisi (ditilang) di jalan, karena mereka seringkali melakukan pelanggaran lalu lintas. Dan juga pengendara sepeda motor yang besar pengeluaran per bulannya lebih rendah cenderung kurang berhati-hati. Hubungan Pekerjaan dengan Variabel Hubungan antara pekerjaan pengendara sepeda motor dengan variabel perilaku memiliki keterkaitan yang erat. Karyawan/dosen cenderung lebih memilih untuk memeriksa kelengkapan sepeda motornya sebelum melakukan perjalanan dibandingkan dengan mahasiswa. Sementara pengendara sepeda motor yang berstatus mahasiswa cenderung kurang berhati-hati di jalan. Hubungan Lama Bekerja/Kuliah dengan Variabel Hubungan antara lama bekerja/kuliah dengan variabel memiliki hubungan yang erat. Mahasiswa, dosen dan karyawan yang lebih lama kuliah/bekerja cenderung lebih berhati-hati di jalan dan memiliki kecenderungan memeriksa sepeda motornya sebelum melakukan perjalanan. Hubungan Tahun Masuk/Angkatan dengan Variabel Terdapat keterkaitan yang cukup erat antara tahun masuk/angkatan dengan variabel. Mahasiswa, karyawan maupun dosen yang lebih baru masuk kuliah/bekerja cenderung memacu sepeda motornya di atas kecepatan rata-rata dari yang biasa dilakukan pengendara sepeda motor lainnya. Hubungan Penyakit yang diderita dengan Variabel Karena banyak sel dalam tabel silang yang berisikan angka kurang dari 5, interpretasi tidak layak dilakukan terhadap hasil analisis. Hubungan Perokok dengan Variabel Tidak terdapat keterkaitan antara variable kebiasan merokok dengan perilaku pengendara. Hubungan Jenis Mesin Motor dengan Variabel Terdapat keterkaitan yang erat antara variabel dengan jenis motor. Pengendara yang menggunakan sepeda motor 4 Tak cenderung kurang hati-hati, selalu membawa SIM dan menghentikan perjalanan pada saat cuaca menjadi buruk, apabila dibandingkan dengan pengendara sepeda motor yang menggunakan jenis sepeda motor 2 Tak. Hubungan Merek Motor dengan Variabel Ada keterkaitan yang cukup erat antara merek sepeda motor dengan variabel. Pengendara yang menggunakan sepeda motor dengan merek yang lebih mahal memiliki kecenderungan setuju dengan peraturan keharusan menggunakan helm, jarang membawa barang lebih pada saat melakukan perjalanan dan akan memilih berhenti dan menggunakan jas hujan pada saat cuaca menjadi buruk. 66 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 1 Juni 2006: 63-70

Hubungan Jenis Motor dengan Variabel Ada keterkaitan yang erat antara jenis motor dan variabel perilaku. Pengendara sepeda motor yang menggunakan jenis motor bebek lebih sering berurusan dengan polisi (ditilang) pada saat melakukan perjalanan dengan sebab melanggar peraturan lalu lintas dan juga mereka seringkali membawa muatan lebih pada saat mengendarai sepeda motornya. Hubungan Volume Mesin dengan Variabel Ada keterkaitan erat antara variabel dengan volume mesin. Pengendara sepeda motor yang volume mesin sepeda motornya lebih besar memiliki kecenderungan untuk memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Hubungan Tahun Pembelian dengan Variabel Pengendara sepeda motor yang tahun pembeliannya lebih baru cenderung selalu membawa SIM dan tidak pernah mengalami kecelakaan. Hubungan Bahan Bakar yang digunakan dengan Variabel Pengendara sepeda motor yang menggunakan bahan bakar yang lebih mahal cenderung tidak pernah membawa barang dengan berat yang melebihi kapasitas sepeda motornya. Hubungan Kelompok Umur Sejak Mengendarai Sepeda Motor dengan Variabel Pengendara yang lebih lama menggunakan sepeda motor cenderung tidak menerobos lampu merah. Hubungan Memiliki SIM dengan Variabel Karena banyak sel dalam tabel silang yang berisikan angka kurang dari 5, interpretasi tidak layak dilakukan terhadap hasil analisis. Hubungan Selalu Memakai Helm dengan Variabel Pengendara yang selalu menggunakan helm cenderung lebih terganggu dengan pengendara lain yang ugal-ugalan di jalan, juga selalu membawa SIM. Hubungan Model Helm dengan Variabel Ada keterkaitan yang sangat erat antara model helm dengan variabel perilaku. Pengendara sepeda motor yang menggunakan model helm full face cenderung selalu membawa SIM. Hubungan Lama Menggunakan Motor/Hari dengan Variabel Pengendara sepeda motor yang menggunakan sepeda motornya lebih lama dalam sehari cenderung kurang berhati-hati di jalan. Hubungan Jauhnya Penggunaan Motor/Hari dengan Variabel Pengendara sepeda motor yang menempuh jarak lebih jauh per harinya cenderung Hubungan antara perilaku pengemudi sepeda motor (Leksmono S. Putranto, Ady Pramana, dan Helmy Kurniawan) 67

suka membawa muatan orang lebih banyak dari kapasitas tempat duduk sepeda motornya, serta cenderung tidak terganggu dengan pengendara sepeda motor lain yang menggunakan telepon seluler pada saat melakukan perjalanan. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: (1) Pengendara sepeda motor pada kelompok umur yang lebih tua cenderung memeriksa kendaraannya sebelum melakukan perjalanan bila dibandingkan dengan pengendara sepeda motor yang lebih muda. (2) Pengendara sepeda motor yang masuk ke dalam kelompok umur lebih muda memiliki kecenderungan kurang berhati-hati dan suka melanggar peraturan lalu lintas bila di bandingkan dengan pengendara sepeda motor pada kelompok umur yang lebih tua. Pengendara sepeda motor yang masuk ke dalam kelompok umur yang lebih tua juga cenderung lebih memilih menghentikan perjalanan apabila kondisi cuaca menjadi buruk. (3) Pengendara sepeda motor yang belum menikah cenderung lebih tidak berhati-hati pada saar mengendarai sepeda motor di jalan. Dan pengendara sepeda motor yang tidak menikah cenderung memeriksa kendaraannya sebelum melakukan perjalanan serta menghentikan perjalanannya apabila cuaca menjadi buruk. (4) Pengendara sepeda motor yang pengeluaran bulanannya lebih rendah cenderung lebih sering berurusan dengan polisi (ditilang) di jalan, karena mereka seringkali melakukan pelanggaran lalu lintas. Dan juga pengendara sepeda motor yang pengeluarannya lebih rendah cenderung kurang berhati-hati. (5) Pengendara sepeda motor yang berstratus sebagai karyawan/dosen cenderung lebih memilih untuk memeriksa kelengkapan sepeda motornya sebelum melakukan perjalanan dibandingkan dengan mahasiswa. Pengendara sepeda motor yang berstatus sebagai karyawan/dosen cenderung lebih berhati-hati di jalan. (6) Mahasiswa yang lebih lama kuliah cenderung lebih berhati-hati di jalan. Demikian pula karyawan/dosen yang lebih lama bekerja. Mahasiswa yang lebih lama kuliah memiliki kecenderungan memeriksa sepeda motornya sebelum melakukan perjalanan, demikian pula karyawan/dosen yang lebih lama bekerja. (7) Pengendara sepeda motor yang volume mesin sepeda motornya lebih besar, memiliki kecenderungan untuk memacu kendarannya dengan kecepatan tinggi. (8) Pengendara sepeda motor yang selalu menggunakan helm cenderung lebih terganggu dengan pengendara lain yang ugal-ugalan di jalan, dan lebih berhati-hati di jalan. Pengguna helm juga cenderung selalu membawa SIM (Surat Izin Mengemudi) (9) Pengendara sepeda motor yang tahun pembelian sepeda motornya lebih baru cenderung selalu membawa SIM, dan tidak pernah mengalami kecelakaan. (10) Pengendara sepeda motor yang sudah sejak lama mengendarai sepeda motor cenderung tidak melewati lampu merah. (11) Pengendara sepeda motor yang menggunakan sepeda motornya lebih lama dalam sehari cenderung kurang berhati-hati di jalan. (12) Pengendara sepeda motor yang menempuh jarak lebih jauh per harinya cenderung lebih suka membawa muatan orang lebih dari kapasitas tempat duduk sepeda motornya, serta cenderung tidak terganggu dengan pengendara sepeda motor lain yang menggunakan telepon seluler pada saat melakukan perjalanan. 68 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 1 Juni 2006: 63-70

DAFTAR PUSTAKA Ichwan. 2001. Berbahaya. Harian Kompas. Tahun 2001, Jakarta. Pramana, Ady. 2006. Hubungan Antara Perilaku Pengemudi pada Berbagai Keadaan Lalu Lintas Jalan dengan Karakteristik Pengemudi, Kendaraan dan Perjalanan. Skripsi S1 Universitas Tarumanagara. Jakarta. Undang-undang R.I. No. 14. (1992) Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ghalia, Jakarta, 1993. Hubungan antara perilaku pengemudi sepeda motor (Leksmono S. Putranto, Ady Pramana, dan Helmy Kurniawan) 69

70 Jurnal Transportasi Vol. 6 No. 1 Juni 2006: 63-70