STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Hapsari Wulandari

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN OVERINDULGENCE IBU DENGAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Leni Nurul Azizah Dibimbing Oleh : Dra. Marisa Fransisca M, M.

Hubungan Durasi Waktu Bermain Make-Believe Play dengan Kemampuan Menunda Kepuasan Pada Anak Prasekolah. Sofia Nurinawati

HUBUNGAN ANTARA OVERINDULGENCE YANG DILAKUKAN AYAH DENGAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN ANNISA AMALIA

Hubungan Antara Overindulgence Oleh Caregiver Dengan Kemampuan Menunda Kepuasan Pada Anak Usia Prasekolah Febby Rosa Annisafitrie

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

*Fakultas Psikologi UNPAD Tahun ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

Self-Regulation. Wahyu Rahardjo

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RELATIONSHIP DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA ANAK-ANAK USIA 11 TAHUN

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

Kata Kunci : Regulasi Diri, Kecanduan, Online game, Mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ATTACHMENT ANTARA IBU DENGAN ANAKNYA YANG BERUSIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

Mengenali Perkembangan Balita

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

GAYA PENGASUHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN MORAL ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK MASYITAH NU MATARAM

Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Keterampilan Sosial Buruk pada Remaja Kelas XI di SMAN 1 Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai self-regulation

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN PENGGUNA INSTAGRAM IKA PUJAWATI ABSTRAK

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KETERLIBATAN AYAH DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DI TAHAP FAMILY WITH PRESCHOOL CHILDREN

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

Kata kunci: Remaja Akhir, Sexting, Intensi

SUBJECTIVE WELL-BEING DAN REGULASI DIRI REMAJA PELAKU TINDAK KEKERSAN (Studi pada anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang)

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi anak-anak Indonesia adalah diharapkan tingkat kemandirian anak usia prasekolah dapat berkembang sesuai dengan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

PENGASUHAN POSITIF. Hj. Fitriani F. S., MSi. Psikolog. Disampaikan pada Parenting TKIT Teratai Hijau Kota Depok, 17 Desember 2016

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Sikap Siswa Dalam Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah

BAB II LANDASAN TEORI

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah

Keluarga dengan dua orang anak memiliki Self Regulation yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga dengan lebih dari dua orang anak

STUDI KOMPARATIF MENGENAI KEMANDIRIAN EMOSIONAL PADA SISWA SMP YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN ORANG TUA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. orang lain. Rasa percaya diri merupakan keyakinan pada kemampuan-kemampuan yang

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN TAHAP PLANNING ORIENTASI MASA DEPAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN.


GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

The Social Learning Theory of Julian B. Rotter

HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS DALAM KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP TERBUKA FIRDAUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

Guilford, 1967 Diana Baumrind, Prof. Dr. S.C.U. Munandar, dkk. Diana Baumrind, 1971 Jonckheere -Terpstra

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI TK NEGERI PEMBINA 2 KOTA JAMBI

Developmental and Clinical Psychology

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Hapsari Wulandari Dibimbing oleh : Dra. Marisa F. Moeliono, M.Pd. ABSTRAK Pada masa usia prasekolah, salahsatu tugas perkembangan yang harus dicapai adalah mengontrol keinginan dan menyesuaikan diri dengan harapan oranglain termasuk didalamnya menunda dan menunggu tercapainya keinginan (Duvall, 1977). Hal tersebut dikenal dengan delay of gratification ability atau diterjemahkan menjadi kemampuan menunda kepuasan. Kemampuan menunda kepuasan ini memberikan dampak positif pada terhadap perkembangan anak selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan menunda kepuasan dan pola asuh pada anak usia prasekolah. Jumlah partisipan sebanyak 35 pasang anak usia prasekolah dengan ibu. Alat ukur yang digunakan adalah prosedur kemampuan menunda kepuasan yang diadaptasi dari Jacobsen et al. (1997) dan Alat ukur pola asuh yang dikembangkan dari konsep teori Baumrind (1971). Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa partisipan sebagian besar sudah mampu menunda kepuasan (900 detik), yaitu sebanyak 26 partisipan (74%). Tipe pola asuh partisipan dalam penelitian ini sebagian besar adalah pola asuh authoritative, yaitu sebanyak 29 partisipan (82%). Profil pasangan antara variabel kemampuan menunda kepuasan dan pola asuh orangtua paling banyak adalah pasangan authoritative dan mampu menunda kepuasan yaitu 23 partisipan (79%). Kata Kunci : Pola Asuh, Kemampuan Menunda, Kepuasan, Anak Usia Prasekolah PENDAHULUAN Pada usia prasekolah, anak memiliki tugas perkembangan untuk dapat mengontrol keinginannya dan menyesuaikan diri dengan harapan orang lain termasuk didalamnya menunda dan menunggu tercapainya keinginan (Duval, 1977). Dalam menunda dan menunggu tercapainya keinginan ini disebut dengan istilah delay of gratification. Dalam penelitian ini Delay of gratification ability diterjemahkan menjadi kemampuan menunda kepuasan. Kemampuan menunda kepuasan ini terus berkembang dari anak sampai dengan dewasa dan

sangat penting untuk dimiliki karena memberikan dampak pada anak. Dampak pada anak yang memiliki kemampuan menunda kepuasan ini antara lain anak lebih berorientasi pada masa depan, berhati-hati dalam berencana, memiliki achievement motivation yang lebih tinggi, lebih dewasa, dan lebih dapat mengontrol stimulus yang diterimanya. (Mischel, 1974). Sedangkan anak yang tidak memiliki kemampuan menunda kepuasan akan lebih impulsif dan lebih berorientasi saat ini. Mischel dan koleganya menemukan bahwa 10 tahun kemudian, remaja yang dapat menunda kepuasannya pada saat prasekolah menunjukkan akademik dan kompetensi sosial yang lebih baik dan lebih bisa mengatasi frustasi dan godaan. Kemampuan menunda kepuasan mengacu pada kemampuan dan kesediaan anak dalam mengontrol dorongan untuk bertindak segera dan menunggu seperti yang sudah diinstruksikan demi hadiah yang lebih berharga dan diinginkan (Mischel, Shoda, & Rodriguez, 1989). Kemampuan menunda kepuasan ini merupakan salah satu bagian dari self regulatory (Mischel, 1974). Awal terbentuknya self control dan self regulation berhubungan dengan caregiver behaviors (Olsaon, Bates, dan Bayles, 1990). Ibu yang overcontrolling atau terlalu mengatur anaknya dapat menghambat perkembangan anak dalam mengontrol impuls, oleh karena itu anak tidak memiliki keterampilan self regulation yang digunakan untuk menunda kepuasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menunda kepuasan, antara lain : Kematangan, Anak dibawah usia 4 tahun akan menggunakan strategi yang akan membuat kemampuan menunda kepuasan menjadi lebih sulit. Level Stress (Mischel & Ayduk, 2004) Anak yang sedang mengalami stres psikologis, seperti memikirkan hal yang tidak menyenangkan, merasa lapar, dan merasa sedang sakit akan kesulitan menunjukkan kemampuan menunda kepuasan. Pengasuhan Kemampuan menunda kepuasan dipelajari, sebagian ditentukan oleh interaksi awal anak dengan orang tua (Kopp, 1982). Pola asuh merupakan semua interaksi antara orangtua dan anaknya, interaksi ini mencakup pernyataan-pernyataan orangtua tentang sikap-sikap, nilai, dan minat orangtua (Sears, Maccoby, dan Lewin (1957), dalam Berk (2006)). Baumrind (1971, dalam Berk, 1989),menyatakan ada dua dimensi tingkahlaku orangtua terhadap anak, yaitu dimensi konrol dan kehangatan. Dimensi kontrol berhubungan dengan sejauh mana orangtua menerapkan dan menuntut kematamgan serta tingkahlaku yang bertangung jawab dari anak. Dimensi ini juga berkaitan dengan seberapa jauh orangtua memberikan kebebasan atau mengontrol tingkahlaku anak. Kontrol ini juga mendorong agar anak berperilaku lebih dewasa. Sedangkan dimensi kehangatan menunjukkan responsivitas dan afeksi orangtua terhadap anak. Orangtua yang memberikan kehangatan akan memberikan dukungan dan semangat ketika anak mengalami

masalah serta memberikan pujian atas apa yang telang anak lakukan. Dari kedua dimensi tersebut dapat membentuk empat pola asuh yang berbeda (Baumrind (1971), dalam Berk, 1989). Pola asuh tersebut antara lain: Pola asuh Authoritative Pola asuh ini memberikan kontrol dan kehangatan yang tinggi. Orangtua akan mendorong anak untuk mandiri namun tetap dalam batasan dalam menendalikan tindakan mereka. Pola asuh Authoritarian Pola asuh Authoritarian menunjukkan kontrol yang tinggi namun kehangatan yang rendah. Pola asuh ini memberikan batasan dan bersifat menghukum pada anak agar anak menaati perintah-perintah yang diberikan orangtua. Pola asuh Permissive Pola ini menunjukkan bahwa orangtua sangat terlibat dengan anak namun sedikit menuntut atau mengendalikan anak. Pola asuh Neglected Pada pola asuh ini, Baumrind menggambarkan bahwa orangtua memberikan kontrol dan kehangatan yang sama-sama rendah. Orangtua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Setiap orang tua mempunya cara tersendiri dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. Setiap tipe pola asuh yang diberikan pada anak akan menghasilkan respon yang berbeda. Pada penelitian ini respon yang ditekankan pada kemampuan penundaan kepuasan. Pada tahun 2000, seorang peneliti dari Departement of Psychology Miami University melakukan penelitian terkait dengan pengaruh Maternal Child-Rearing Attitudes and Teaching Behaviors on Preschoolers Delay of Gratification. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu dari anak yang tidak dapat menunda kepuasannya menunjukkan perilaku mengajarkan dan sikap membesarkan anak yang konsisten dengan pola asuh permisif. Sedangkan ibu dari anak yang dapat menunda kepuasan menunjukkan perilaku mengajarkan dan sikap membesarkan anak yang konsisten dengan pola asuh authoritative. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran mengenai pola asuh orangtua dan kemampuan menunda kepuasan pada anak prasekolah. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan non-eksperimental kuantitatif dengan metode studi deskriptif. Rancangan penelitian non-eksperimental kuantitatif adalah jenis penelitian deskriptif dimana bertujuan untuk memberikan gambaran yang akurat mengenai situasi atau fenomena tertentu (Christensen, 2007). Partisipan Penelitian Partisipan penelitian untuk variabel kemampuan menunda kepuasan adalah anak-anak prasekolah yang berada pada rentang usia 4 sampai 6 tahun. Dalam penelitian ini peneliti melibatkan 4 TK yang berada di kecamatan Jatinangor, yaitu PAUD Al-manah, TK Murai, TK Ash Shofwah, dan TK Bahagia. Dari keempat TK ini peneliti mampu mengumpulkan

data kemampuan menunda kepuasan sebanyak 101 anak. Sedangkan partisipan penelitian untuk variabel pola asuh merupakan ibu dari anak yang menjadi partisipan dalam penelituan variabel kemampuan menunda kepuasan. Namun karena keterbatasan penelitian, peneliti tidak dapat menjangkau keseluruhan ibu yang anaknya menjadi partisipan penelitian variabel kemampuan menunda kepuasan. Keterbatasan ini antara lain sulitnya mendapatkan alamat yang rinci hingga ke nomor rumah, partisipan yang sudah pindah, maupun partisipan yang tidak bersedia menjadi partisipan penelitian. Peneliti hanya dapat mengumpulkan 35 kuisioner. Sehingga secara keseluruhan penelitian ini melibatkan 35 pasangan partisipan yang terdiri dari ibu dan anak. Dari 35 pasang partisipan ini didapatkan 29 partisipan anak tergolong dalam tipe pola asuh Authoritative, 3 partisipan anak tergolong dalam tipe pola asuh Permissive, 1 partisipan anak tergolong dalam tipe pola asuh Authoritarian, dan 2 partisipan anak tergolong dalam tipe pola asuh Neglected. Pengukuran Alat ukur variabel kemampuan menunda kepuasan diadaptasi berdasarkan prosedur yang dilakukan oleh Jacobsen, Huss, Frendrich, Kruesi, & Ziegenhain (1997). Namun dilakukan beberapa adaptasi dan perubahan pada prosedurnya. Dalam penelitian ini kemampuan menunda kepuasan diukur melalui durasi waktu yang dicapai partisipan dalam detik. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel pola asuh orangtua adalah kuisioner yang akan mengklasifikasikan tipe-tipe pola asuh yang diturunkan berdasarkan dimensi-dimensi dari pola asuh menurut konsep teori dari Baumrind (1971). HASIL DAN PEMBAHASAN Mauro dan Harris (2000) melalui hasil penelitiannya menyatakan bahwa ibu dari anak yang dapat menunda kepuasan menunjukkan perilaku mengajarkan dan sikap membesarkan anak yang konsisten dengan pola asuh authoritative. Hal ini sejalan dengan apa yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa dari 29 partisipan yang tergolong dalam pola asuh Authoritative, terlihat bahwa sebagian besar partisipan mampu menunda kepuasannya, yaitu sebanyak 23 partisipan (79%), sedangkan 6 partisipan lainnya (21%) tidak mampu menunda kepuasannya. 29 partisipan yang tergolong dalam pola asuh authoritative ini kebanyakan orangtuanya menerapkan kontrol yang cukup tinggi, seperti terlihat dari hasil pengisian kuisioner secara keseluruhan ditemukan adanya item-item yang memiliki tingkat kesesuaian tinggi dibandingkan item lainnya. Peneliti juga mencoba menelusuri dari item-item yang berkaitan dengan kemampuan menunda kepuasan, seperti dalam item anak mengerti bahwaorangtua memberikan batasan uang jajan yang setiap harinya, 10 dari 23 partisipan yang tergolong dalam pola asuh authoritative dan mampu menunda kepuasannya menjawab sesuai, hal ini menunjukkan bahwa orangtua memberikan batasan atau restrictiveness. Dalam kemampuan menunda kepuasan juga hal yang menentukan adalah bagaimana aturan-aturan diterapkan oleh orangtua, hal ini dapat dilihat melalui item-item yang berkaitan mengenai aturan-

aturan yaitu beberapa item dalam dimensi kontrol, seperti aturan terkait batasan lamanya menonton televisi, jam tidur anak dirumah, mainan yang boleh dan tidak boleh dimainkan, pemberian sanksi yang tegas, jenis jajanan yang boleh dikonsumsi, jenis peraturan apa saja yang berlaku dirumah, keharusan bersikap sopan pada orang yang lebih tua. Hampir disemua item tersebut orangtua menjawab dengan sesuai atau sangat sesuai, namun pada item yang berkaitan dengan pemberian sanksi atau hukuman ketika melakukan pelanggaran kebanyakan orangtua menjawab tidak sesuai. Sedangkan 6 partisipan yang tergolong dalam pola asuh authoritative dan tidak mampu menunda kepuasan, orangtua partisipan juga menerapkan aturan-aturan terkait lamanya menonton tv, jam tidur, mainan yang boleh dan tidak boleh dimainkan, memberikan sanksi jikaberbuat salah, batasan uang jajan, dan sebagainya. Pada pola asuh Authoritarian hanya terdapat 1 partisipan (100%) dan tidak mampu menunda kepuasan. Partisipan tidak dapat menunda kepuasannya kemungkinan karena ibu yang terlalu mengontrol dapat mempengaruhi perkembangan anak mereka dalam mengontrol impuls dan memungkinkan anak mereka tidak memiliki kemampuan regulasi diri yang baik untuk membantu mereka dalam menunda kepuasannya. Hal ini terlihat dari artisipan memiliki orangtua yang sangat mengontrol, seperti mengatur waktu menonton tv, waktu tidur, hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dari ke-3 partisipan yang tergolong dalam pola asuh Permissive, 2 partisipan (67%) tergolong mampu menunda kepuasan sedangkan 1 partisipan (33%) lainnya tidak mampu menunda kepuasannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Mauro dan Harris (2000) yang menyatakan bahwa ibu dari anak yang tidak dapat menunda kepuasannya menunjukkan perilaku mengajarkan dan sikap membesarkan anak yang konsisten dengan pola asuh permisif. Perilaku permisif dalam penelitian ini dapat dilihat melalui perilaku orangtua yang memanjakan, banyak terlibat dalam kehidupan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengendalikan anak. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mauro dan Harris (2000) didapatkan hasil bahwa ibu dari anak yang tidak dapat menunda kepuasannya menunjukkan perilaku mengajarkan dan sikap membesarkan anak yang konsisten dengan pola asuh permissive. Pola asuh ini akan menjadikan anak menjadi tanggung jawab sosialnya rendah. Regulasi dirinya juga tidak terlalu berkembang sehingga masih ada partisipan yang tidak mampu menunda kepuasannya. Pada pola asuh Neglected, 1 partisipan (50%) tergolong mampu menunda kepuasan, sedangkan 1 partisipan lainnya (50%) tergolong tidak mampu menunda kepuasan. Pola asuh Neglected ini dicirikan dengan orangtua yang tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anak, orangtua cenderung mengabaikan apa yang anak lakukan. Kebanyakan orangtua pada tipe ini menjawab tidak sesuai pada pernyataan-pernyataan dalam kuisioner. Mungkin karena orangtua tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anak, anak yang akan menentukan sendiri apa yang akan dia lakukan. Seperti misalnya dalam hal menunda kepuasan ini ada anak yang mampu menunda dan tidak mampu menunda. Dalam penelitian sebelumnya,

pola asuh neglected tidak muncul sama sekali. Jika dilihat dari usia, pada tipe pola asuh ini keduanya sama-sama berusia 6 tahun. DAFTAR PUSTAKA Berk, L. E. (2006). Child Development Seventh Edition. Illinois State University: Pearson. Christensen, L. B. (2007). Experimental Methodology. Pearson Education, Inc. Christensen, L. B., Jonhnson, R. B., & Turner, L. A. (2011). Research Methods, Design, and Analysis 11th Ed. Boston: Pearson Education, Inc. Duval, E. M. (1977). Marriage and Family Development. New York: J.B. Lippincott Company. Hurlock, E. (1956). Child Development Thrid Edition. Jacobsen, T., Huss, M., Frendrich, M., Kruesi, M. J., & Ziegenhain, U. (1997). Children's Ability to Delay Gratification: Longitudinal Relations to Mother-Child Attachment. The Journal of Genetic Psychology, 411-426. Kopp, C. B. (1982). Antecedents of self-regulation: A developmental perspective. Developmental Psychology, 199 214. Messick, S. (1998). Consequences on Tes Intepretation and Use: The Fusion of Validity and Values in Psychological Assessment. Princeton: Educational Testing Service. Mischel, W. (1974). Advances in experimental social psychology. Procesess in delay of gratification, 7, pp. 249-292. Mischel, W. S. (1989). Delay of gratification in children. Science. Mischel, W., Shoda, Y., & Rodriguez, M. L. (1989). Delay of gratification in children. Science, 933 938. Mischel, W., & Ayduk, O. (2011). Willpower in Cognitve Affective Processing System. Handbook of Self Regulation 2nd Ed (hal. 83-105). New York: The Guilford Press.