misalnya jumlah biji. Pemahaman tentang plastisitas penting tidak hanya sebagai kerangka teori evolusi, tetapi juga terhadap praktek perbaikan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

DESKRIPSI VARIETAS BARU

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah yang berasal dari hutan

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

KONTRAK PERKULIAHAN GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penanda Morfologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

STUDI KERAGAMAN MANGGIS BERBASIS MARKA MORFOLOGI DAN MOLEKULER

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Botani, Daerah Asal dan Penyebaran Manggis

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

SKALA SAAT EVOLUSI. cenozoikum mesozoikum. proterozoikum. archeozoikum

IDENTIFIKASI PEMBEDA VARIETAS KENTANG MENGGUNAKAN PENANDA MORFOLOGI

UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN

Profil DNA 10 aksesi tanaman obat sambiloto dari Pulau Kalimantan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

FORMULIR PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

STRUKTUR GENETIK POPULASI MANGGIS (Garcinia mangostana L.) INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sebagai satu dari empat jenis buah yang ditetapkan sebagai komoditas prioritas

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal

Transkripsi:

103 PEMBAHASAN UMUM Hasil penelitian ini memperkuat informasi tentang adanya keragaman morfologi dan genetik pada manggis. Analisis keragaman morfologi buah menunjukkan variasi yang luas yaitu antara 0 sampai 92%, sedangkan keragaman molekulernya berkisar antara 1 sampai 17%. Hal ini menunjukkan bahwa karakter morfologi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Analisis morfologi membagi aksesi menjadi dua kedua kelompok utama yang dipisahkan oleh karakter morfologi ukuran kelopak, ketebalan kelopak, bentuk cupat dan jumlah segmen buah. Karakter morfologi ini dikategorikan sebagai karakter mayor yaitu karakter yang tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Individu pada sub kelompok dipisahkan oleh karakter morfologi minor yaitu bentuk buah, diameter tangkai, panjang tangkai dan ukuran cupat, dan tebal kulit buah. De Kroen (1994 ) menyebutkan karakter yang tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan sebagai karakter non plastik dan yang mudah dipengaruhi lingkungan sebagai karakter plastik atau karakter minor. Sebagai contoh panjang buku stolon, rhizoma, dan intensitas percabangan pada tanaman klonal dapat bervariasi dalam individu tanaman. Karakter yang terbentuk dalam jangka panjang dari aktifitas meristematik, misalnya ukuran bagian vegetatif, jumlah tunas, daun dan bunga, perpanjangan batang, dan ada tidaknya duri merupakan subjek dari pengaruh lingkungan. Karakter ini lebih plastik daripada karakter yang terbentuk dalam waktu cepat seperti struktur reproduktif atau karakter pada stadia pertumbuhan awal seperti tunas atau daun. Karakter non plastik antara lain adanya anak daun, pinggir daun bergerigi, dan karakter bunga. Tidak semua plastisitas bersifat adaptif tetapi berperan dalam bagian adaptasi tanaman (Bradshaw 1965). Plastisitas morfologi merupakan hal yang umum pada organisme klonal. Tidak jelas berapa besarnya variasi respon plastik yang terdapat antar individu, populasi dan spesies, serta potensinya dalam seleksi alami. Plastisitas morfologi dapat terjadi antara tanaman dan dalam tanaman tergantung lamanya masa hidup tanaman. Spesies dengan umur panjang (perennial) membutuhkan pertahanan terhadap variasi lingkungan dan menunjukkan plastisitas yang nyata pada karakter tertentu. Tanaman perennial mutlak menunjukkan plastisitas dalam tanaman sedangkan tanaman berumur pendek menunjukkan plastisitas antara tanaman

104 misalnya jumlah biji. Pemahaman tentang plastisitas penting tidak hanya sebagai kerangka teori evolusi, tetapi juga terhadap praktek perbaikan tanaman (Bradshaw 1965). Sejumlah mekanisme melalui plastisitas fenotipik dapat mempercepat munculnya fenotipe baru dan kecepatan spesiasi serta makroevolusi (Bruno dan Edmunds 1997). Pada manggis karakter bentuk buah, panjang tangkai, diameter tangkai, tebal kulit dan jumlah biji bervariasi di dalam tanaman dan antar tanaman, yang menunjukkan bahwa karakter ini merupakan karakter minor (plastik). Sedangkan karakter bentuk stigma, ukuran kelopak, tebal kelopak dan jumlah segmen buah merupakan karakter mayor (non plastik). Analisis gabungan morfologi dan molekuler membagi aksesi berdasarkan lokasi. Terdapat hubungan yang erat antara pola pengelompokan berdasarkan karakter morfologi dan molekuler (r=0.95). Dengan mempertimbangkan dendogram morfologi, molekuler dan gabungan secara bersama-sama dapat dikatakan bahwa data hasil analisis molekuler dapat memisahkan kelompok aksesi yang berasosiasi dengan karakter morfologi kelopak tebal, cupat ellip, dan jumlah segmen. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter ketebalan kelopak tebal, cupat ellip, dan jumlah segmen buah dapat digunakan sebagai pembeda kelompok genetik manggis. Sedangkan marka molekuler yang dapat digunakan sebagai pembeda kelompok adalah pita pita spesifik OPH-18/950 bp, PKBT-7/750 bp, PKBT-10/875 bp) segmen 4-8) dan PKBT-7/775 bp, P3/875 bp, dan PKBT-3/1000 bp. Marka molekuler lebih akurat dibandingkan marka morfologi karena dapat memisahkan dua kelompok morfologi menjadi tiga kelompok genetik berbeda. Studi keragaman genetik 106 individu manggis menggunakan 13 marka RAPD dan ISSR menghasilkan 132 pita DNA. Terdapat variasi klonal dimana hampir semua (98%) individu merupakan klonal tunggal. AMOVA pada Tabel 13 menunjukkan bahwa perbedaan genetik didalam populasi sama besarnya dengan antar populasi yaitu masing-masing 50%. Komposisi genotipe antar populasi menunjukkan pengelompokan berdasarkan lokasi. Artinya tidak ada genotipe klonal dari satu populasi dijumpai pada lokasi lainnya sehingga setiap individu tanaman tersebut merupakan genotipe lokal. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar tanaman manggis dibudidayakan secara tradisional menggunakan materi perbanyakan secara lokal. Kebanyakan tanaman perennial

105 mempunyai kapasitas untuk membentuk kelompok klonal sendiri dan merupakan cara untuk meningkatkan keragaman (Eckert 1999). Hal serupa juga terjadi pada Psammochloa villosa (Poaceae) dimana setiap genotipe adalah milik lokal (Li & Ge 2001). Struktur genetik populasi menunjukkan total perbedaan di dalam dan antar populasi yang sama besarnya, namun masing-masing populasi mempunyai pola keragaman tersendiri. Keragaman tertinggi terlihat pada populasi Purwakarta yang dapat dilihat dari persentase pita polimorfiknya (62%) disusul oleh Bulukumba (46%), Tembilahan (40%), dan Kerinci (30%). Tingginya perbedaan genetik individu dalam tiap populasi disebabkan oleh beberapa kejadian yang berhubungan dengan sifat apomiksis diantaranya adalah mutasi. Rhichards (1997) menyatakan bahwa mutasi merupakan satu-satunya mekanisme yang menyebabkan timbulnya variasi genetik pada tanaman apomiksis. Variasi genetik pada manggis dapat terjadi antar aksesi (Mansyah et al 2004b; Sinaga et al. 2007a) dan antara tetua dan keturunannya (Mansyah et al. 2004; Mansyah et al. 2008; Sinaga et al. 2007b; Sobir et al. 2009) serta antar cabang pada pohon yang sama (Noorrohmah 2010). Mutasi pada tanaman apomiksis pada umumnya dapat disebabkan oleh terjadinya mutasi spontan yang dipicu oleh transposable element pada tanaman dengan level ploidi yang tinggi (Wendel 2000). Mutasi juga dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti sinar UV dan zat kimia lainnya yang berbahaya bagi DNA. Tipe mutasi lingkungan biasanya adalah substitusi (Elizabeth 2010). Variasi genetik antar pasangan populasi (Tabel 13, 14) dan pengelompokan individu berdasarkan lokasi geografi (Gambar 26, 27, 28) mendukung asumsi bahwa tanaman manggis diperbanyak secara klonal dari tanaman induk lokal. Penyebaran bersasarkan daerah geografi yang diikuti dengan variasi genetik pada tanaman apomiksis dapat dijelaskan melalui hipotesis Schneller (1998) yaitu : 1). Single origin, mutations, and gradual spread. Hipotesis ini ditandai oleh adanya variasi genetik yang rendah, terakumulasinya mutasi acak selama penyebaran gradual spesies dari tanaman yang diduga sebagai asal usulnya, serta terbentuknya pengelompokan berdasarkan geografi. 2). Single origin, mutations, and long-distance-dispersal. Umumnya terjadi pada tanaman yang mempunyai potensi besar untuk penyebaran jarak jauh, terjadi mutasi, hampir tidak ada variasi

106 genetik dengan pola geografi pada analisis kluster, dijumpai genotip berbeda pada daerah yang sama. Adanya penyebaran pita polimorfik pada hampir seluruh daerah geografi menegaskan terjadinya long-distance dispersal. 3). Multiple hybrid origins (berasal dari beberapa hasil persilangan) yang juga memberikan pola geografi pada analisis kluster. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu manggis memiliki koefisen kemiripan genetik yang tinggi yaitu 0.82-1.0 (Gambar 25) dan mengelompok berdasarkan lokasi geografi. Berkemungkinan manggis merupakan Single origin dengan dua pola penyebaran gradual dispersal dan long-distancedispersal. Jika manggis adalah single origin, tanaman ini menyebar untuk mencapai daerah distribusinya yang ada saat ini dan variasi genetik yang dijumpai merupakan hasil mutasi somatik. Seperti telah dijelaskan oleh Schneller (1998) diatas bahwa mutasi acak terakumulasi selama penyebaran gradual spesies ini yang berasal dari tanaman yang diduga sebagai asal usulnya. Bukti terjadinya long-distance-dispersal pada manggis adalah adanya genotip berbeda pada daerah yang sama seperti yang dijumpai pada populasi Purwakarta dan Tembilahan. Adanya penyebaran manggis mencapai Australia Utara serta daerah subtropik lainnya juga merupakan bukti terjadinya penyebaran jarak jauh. Manggis yang ditanam di Queensland dan New South Wales Australia sejak tahun 1854, merupakan hasil introduksi dari Indonesia (Stephens 1935, dalam Osman & Milan 2006). Walaupun tanaman manggis tidak mempunyai potensi untuk penyebaran jarak jauh secara alami, penyebarannya dapat terjadi dengan bantuan manusia. Sando et al. (2009) menjumpai adanya keragaman genetik pada G. hombroniana yang diduga tetua dari allotetraploid manggis. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Sulassih (2011) yang menjumpai variasi genetik pada 3 tanaman G, malaccensis sedangkan antara 2 pohon G. hombroniana menunjukkan genetik yang sama. Berdasarkan kedua informasi ini diduga bahwa diversitas genetik pada manggis dapat disebabkan oleh multiple hybrid origin dari tetua yang berbeda secara genetik. Dugaan ini mengacu kepada pembentukan allotetraploid Tragopogon miscellus dan Tragopogon mirus yang terbentuk secara berulang dari tetua progenitornya yang berbeda secara genetik masing- masing

107 sebanyak 20 dan 12 kali dalam kurun waktu sekitar 70 tahun (Ownbey 1950, dalam Mackanzie 2005). Untuk memastikan apakah kejadian serupa pada manggis perlu penelitian lebih lanjut. Analisis struktur populasi pada memberikan informasi bahwa pasangan populasi Kerinci dan Bulukumba memiliki jarak geografi cukup jauh tetapi memiliki jarak genetik yang sangat dekat. Kladogram pada Gambar 27 menunjukkan bahwa pembentukan populasi manggis diawali dari Tembilahan, kemudian menyebar ke Purwakarta, Kerinci dan Bulukumba. Secara geografi populasi tersebut dipisahkan oleh pulau dan lautan melintasi garis Wallaceae. Genotipe Bulukumba yang berada pada puncak kluster berhasil tersebar pada jarak yang cukup jauh dari populasi Tembilahan, Purwakarta dan Kerinci melintasi garis Wallaceae. Metode lain untuk mengetahui daerah asal suatu tanaman yang dibudidayakan pada suatu tempat adalah dengan mengumpulkan bukti ethnografi dan linguistik pada daerah tersebut. Blench (2004) melaporkan bahwa data archaeobotanical, ethnographik dan linguistik telah dilakukam pada studi penyebaran pohon buah-buahan di daerah Indo-Pacific. Keragaman bahasa di daratan Asia Tenggara dapat menjelaskan rute penyebaran budidaya buah buahan tersebut. Kombinasi ethnografi dan biogeografi dinyatakan sebagai faktor penting dalam menentukan evolusi hutan subsisten, khususnya pada daerah yang mempunyai banyak pulau dan penduduknya sering berasosiasi dengan introduksi spesies baru. Data linguistik menunjukkan bahwa penyebaran suku Austronesia menyebabkan terjadinya translokasi sejumlah besar pohon buah buahan dari daerah asalnya. Filogeografi telah diaplikasikan pada banyak aspek populasi tanaman dan mencatat bahwa variasi genetik pada tingkat populasi tidak hanya sebagai pertukaran genetik tetapi juga oleh pola hubungan secara historis (Schaal et al. 1998). Populasi Tembilahan pada (grup B) dengan morfologi dan molekuler unik diduga berasal dari long distance dispersal dari Kalimantan Selatan. Hal ini dapat diketahui dari keragaman etnis, dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Tembilahan didiami oleh komunitas multi-etnik seperti Banjar, Melayu, Bugis, Minang, dan Jawa serta kelompok etnis lainnya. Komunitas Banjar merupakan

108 etnik terbesar (40%) dan tersebar di Indragiri Hilir pada 20 kabupaten dan 192 desa. Sebagian besar suku Banjar (70%) bermukim di kota Tembilahan, Sapat, Pulau Palas, Sungai Salak, dan Pangalehan. Komunitas suku Banjar bermigasi ke Pulau Sumatra khususnya Tembilahan, Indragiri Hilir sekitar tahun 1885. Eksodus suku Banjar berawal dari kekecauan politik akibat kedatangan Belanda (Hasanzainuddin, 2007). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk klarifikasi apakah kedua hal tersebut berhubungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis genetik manggis berbasis populasi lebih akurat daripada berbasis individu. Analisis genetik berbasis individu membagi aksesi menjadi dua kelompok genetik (Gambar 5), dan pengelompokan aksesi tidak selalu berdasarkan lokasi yang sama, kecuali untuk aksesi yang berasal dari Bangka. Subkluster lainnya terdiri dari campuran antar lokasi. Analisis genetik berbasis populasi membagi individu menjadi tiga kelompok genetik (Gambar 25, 26, dan 27), dan pengelompokan aksesi berdasarkan kepada lokasi geografi. Selain itu penelitian berbasis populasi juga dapat mengungkapkan adanya kelompok genetik berbeda dalam populasi yang sama seperti yang ditunjukkan oleh populasi Purwakarta dan Tembilahan. Perbedaan tersebut diatas dapat disebabkan oleh kurangnya sampel dari tempat atau daerah geografi yang sama pada penelitian berbasis individu. Peningkatan jumlah sampel dan penggunaan primer berbeda dapat memperjelas hubungan antar individu. Penelitian berbasis populasi dapat membandingkan sampel dari daerah yang berbeda dan mengkonfirmasi tingkat kemiripan sampel yang diobservasi (Frazzon et al. 2002). Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat keragaman genetik pada manggis, tetapi nilai keragaman didalam populasi dan antar populasi sama besarnya. Walaupun demikian tetap dijumpai adanya ekotipe lokal dengan morfologi yang berbeda. Klon lokal dengan variasi morfologi dan genetik yang dijumpai dapat diseleksi dan dievaluasi untuk dikembangan lebih lanjut. Selain itu diperlukan pemeliharaan ekotipe tersebut untuk mempertahankan kekayaan plasma nutfah.