HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penanda Morfologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penanda Morfologi"

Transkripsi

1 36 HSIL DN PEMHSN nalisis Penanda Morfologi Penanda morfologi meliputi karakter bentuk, ukuran, warna untuk daun dan buah. Variasi kedudukan daun terlihat pada posisi tegak, terbuka dan terkulai. Letak duri dan ada tidaknya duri pada daun terdapat di seluruh bagian daun dan diujung daun. Warna daun ditunjukkan dengan adanya variasi warna yaitu hijau tua dan hijau ditengah merah tua. Penampilan bentuk buah terlihat dengan bentuk silinder tipis meruncing (cylindrical slight taper), silinder tajam meruncing (cylindrical sharp taper) dan bulat (pyriform). Warna buah ditunjukan dengan variasi warna buah putih, kuning pucat dan kuning. Variasi permukaan mahkota ditunjukkan dengan adanya bentuk panjang berbentuk kerucut (long conical), panjang berbentuk silinder (longtherned cylindrical), dan panjang berbentuk silender dengan rangkai panjang (longtherned cylindrical with bunchy top). Karakter yang digunakan untuk pengelompokan ialah karakter morfologi baik kualitatif maupun kuantitatif. Karakter kualitatif yang diamati meliputi daun (kedudukan daun, warna daun, ada tidaknya duri, distribusi duri), buah (warna kulit buah ketika masak, bentuk mata, warna daging buah dan bentuk buah), mahkota (permukaan mahkota, duduk daun mahkota, letak duri), sedangkan karakter kuantitatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, daun (jumlah, panjang dan lebar daun), jumlah duri/10 cm, buah (panjang tangkai, diameter tangkai, panjang buah, diameter buah, panjang empulur, keliling buah, diameter hati, kedalaman mata, bobot, tebal daging buah, PTT, ph, kadar asam dan vitamin C) dan mahkota (tinggi, lingkar, jumlah daun dan bobot). Keragaman morfologi bentuk, warna, tipe maupun ukuran, diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung pada warna daun tua, distribusi duri, warna buah matang, warna daging buah, dan bentuk mahkota. Keragaman bentuk karakter morfologi secara kualitatif diperlihatkan pada Gambar 2.

2 C D E F G H I J Gambar 2. Hasil pengamatan morfologi karakter kedudukan daun(1), warna daun tua (2), distribusi duri (3), warna buah matang (4), warna daging buah (5), dan bentuk mahkota 6) pada C-SMDU (), C- NHYU (), SC-ND (C), SC-PR (D), SC-SMUT3 (E), C-PK (F), QC-P5/12 (H), C-FLPN (I) dan C-DSG (J).

3 Keragaman morfologi dapat diamati pada penanda morfologi sebanyak 31 karakter meliputi organ : (1) daun yaitu 15 karakter, (2) buah yaitu 16 karakter. Parameter morfologi yang diamati, diasumsikan setara dengan jenis primer pada penanda molekuler, sedangkan lokus sub karakter setara dengan lokus pita pada penanda molekuler. Hasil pengamatan morfologi pada aksesi nenas dari 31 parameter yang diamati diperoleh 116 karakter pembeda. Tabel 3. Rekapitulasi karakter polimorfik penanda morfologi nenas No Parameter Penanda Jumlah sub Sub karakter Jumlah karakter Morfologi karakter yang berbeda polimorfik 1 Tinggi tanaman Kedudukan daun Lebar daun a. atas b. tengah c. bawah Panjang daun Diameter tajuk Letak duri Warna daun tua Jumlah daun mahkota obot mahkota Tinggi Mahkota Lingkar mahkota Permukaan mahkota Warna daun mahkota Duduk daun mahkota Duri pada mahkota Panjang uah Permukaan buah Warna buah ketika masak Warna daging buah Mata buah Diameter buah a. atas b. tengah c. bawah

4 39 Tabel 3. (lanjutan) Rekapitulasi karakter polimorfik penanda morfologi nenas No Parameter Penanda Jumlah sub Sub karakter Jumlah karakter Morfologi karakter yang berbeda polimorfik 22 Keliling buah a. atas b. tengah c. bawah Diameter hati a. atas b. tengah c. bawah obot buah obot total buah Total padatan terlarut a. atas b. tengah c. bawah Total asam a. atas b. tengah ph buah a. atas b. tengah c. bawah Jumlah mata buah Panjang empulur Panjang buah dan 31 mahkota JUMLH % Matriks koefisien kemiripan morfologi antara 32 aksesi diturunkan dari matriks simqual menunjukkan rentang tingkat kemiripan berkisar antara (Tabel Lampiran 4). Nilai koefisien kemiripan tertinggi 0.95 yaitu pada aksesi Q-KTM1 dengan Q-KTM2 yang memiliki perbedaan pada lebar daun atas, tengah, dan bawah. Perbedaannya adalah lebar daun Q-KTM1 lebih besar dibandingkan Q-KTM2 (Gambar 3).

5 40 Gambar 3. Perbedaan karakter morfologi lebar daun atas, tengah dan bawah pada aksesi Q-KTM2 () dengan Q-KTM1 () di koefisien kemiripan 0.95 Nilai koefisien kemiripan terendah 0.57 yaitu aksesi C-SMUT2 dengan QC-P14 yang memiliki perbedaan pada karakter kedudukan daun, warna buah ketika masak, permukaan mahkota, letak duri pada mahkota, warna daging buah, mata buah, lebar daun atas dan letak duri pada daun (Gambar 4). Koefisien kemiripan terendah lainnya yaitu pada aksesi C-SMUT dengan QH-EL, yang memiliki perbedaan pada kedudukan daun, warna daun mahkota, lebar daun (atas, tengah, bawah), keliling buah (atas, tengah, bawah) dan mata buah. Gambar 4. Perbedaan karakter morfologi kedudukan daun, warna buah ketika masak dan warna daging buah pada C-SMUT2 () dengan QC-P14 () di koefisien kemiripan 0.57

6 Koefisien Kemiripan C-KS SC-JPG C-LMPG1 C-LMPG3 SC-SMDG Q-KTM1 Q-KTM2 Q.OGIL Q-RIU QH-EL Q-LI QC-P18 QC-ZRI QC-V49 C-RNIS QC-P5/12 CNN C-SMUT2 QC-P10 SC-WNSO C-FLPN QC-III QC-P14 C-SMUT C-NHYU SC-ND SC-SMUT3 C-SMDU SC-PR Q-MNDO C-PK C-DSG Gambar 5. Dendrogram karakter morfologi berdasarkan analisis (SHN)-UPGM pada 116 karakter dengan r = Hasil analisis data morfologi (116 karakter) dengan menggunakan program NTSYS, diperoleh dendrogram pengelompokan aksesi sebanyak 3 grup pada tingkat kemiripan 0.63 seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Pengelompokan 32 aksesi nenas berdasarkan dendrogram GRUP KSESI KRKTER PENCIRI C-KS, SC-JPG, C-LMPG1, C- Panjang buah pendek, LMPG3, SC-SMDG, Q-KTM1, Q- diameter hati tengah dan KTM2, Q-OGIL, Q-RIU, QH- bawah kecil, bobot total ringan EL, Q-LI, QC-P18, QC-ZRI, QC-V49, C-RNIS, QC-P5/12, CNN, C-SMUT2, QC-P10, SC- WNSO, C-FLPN, QC-III, QC- P14 I II III C-SMUT, C-NHYU, SC-ND, C-SMDU, SC-SMUT3, SC-PR Permukaan buah silinder tipis meruncing, letak duri diujung, warna daun tua hijau merah ditengah. C C-MNDO, C-PK, SC-DSG Kedudukan daun terbuka, duri pada mahkota diujung, warna buah ketika masak kuning dalam sampai jingga tua. Hasil analisis memperlihat pada (1) grup memiliki karakter penciri pada panjang buah pendek, diameter hati tengah dan bawah kecil, bobot total ringan, C

7 42 panjang empulur pendek dan ph buah bawah rendah, (2) grup memiliki karakter penciri permukaan buah silinder tipis meruncing, duri pada mahkota diujung, warna daun tua hijau ditengah merah, keliling buah atas dan bawah sedang dan jumlah mata buah banyak, (3) grup C memiliki karakter penciri pada karakter kedudukan daun terbuka, duri pada mahkota diujung, warna buah ketika masak kuning dalam sampai jingga tua, warna daun tua hijau ditengah merah dan diameter hati tengah dan bawah kecil. erdasarkan pengelompokan grup terlihat bahwa daerah asal usul aksesi tidak berpengaruh pada pengelompokan. Nilai korelasi matriks kesamaan MxComp r = , artinya dendrogram yang dihasilkan goodness of fit sesuai menggambarkan pengelompokan tersebut (Rohlf 1993). Keragaman maksimum pada penanda morfologi 32 aksesi mencapai Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Nasution (2008) yaitu mencapai 0.70 dan priyani (2005) mencapai Hal tersebut disebabkan oleh jumlah karakter morfologi yang diamati priyani (2005) sebanyak 49 karakter. Karakter yang menentukan pengelompokkan dapat dianalisis dengan nalisis Komponen Utama. nalisis Komponen Utama (KU) adalah tehnik yang digunakan untuk mentransformasi suatu data dengan cara mentransformasikan linear sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan varian maksimum. nalisis Komponen Utama (KU/Principal Component nalysis) digunakan untuk (1) identifikasi peubah baru yang mendasari data peubah ganda, (2) mengurangi banyaknya dimensi peubah yang banyak dan berkorelasi menjadi peubah baru yang tidak berkorelasi dengan mempertahankan keragaman pada himpunan data dan (3) menghilangkan peubah asal yang mempunyai sumbangan informasi yang relatif kecil. anyaknya komponen utama yang dipilih yaitu apabila persentase keragaman kumulatif minimum 70% (Supranto 2004). Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa hanya 29.9% dari total 100% keragaman data dapan dijelaskan dengan menggunakan dua komponen utama dan 38.4% dari total 100% data dapat dijelaskan menggunakan tiga komponen utama. Keragaman kumulatif 70% dapat dilihat pada 9 komponen utama (Tabel 5).

8 Hal ini menunjukkan bahwa nilai akumulasi keragaman yang diperoleh tidak memenuhi batas minimum 70% untuk tiga komponen utama. Tabel 5. Nilai analisis komponen utama pada karakter morfologi Komponen Utama Eigenvalue Proportion Cumulative Karakter PC PC PC PC PC PC PC PC PC Pola keragaman yang lebih besar dapat diketahui dengan menggabungkan data morfologi pada parameter pengamatan yang sama berdasarkan hasil yang diamati oleh priyani (2005). Pengamatan morfologi dilakukan pada 32 asesi dan ditambahkan hasil pengamatan morfologi priyani (2005) pada 21 asesi (Tabel Lampiran 7). Hal ini dilakukan karena aksesi tersebut merupakan bagian dari koleksi besar PKT sehingga data perlu digabungkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh dari keragaman yang ada. Matriks koefisien kemiripan morfologi antara 53 aksesi diturunkan dari matriks simqual menunjukkan rentang tingkat kemiripan berkisar antara (Tabel Lampiran 8). Nilai koefisien kemiripan tertinggi 0.98 yaitu pada aksesi -10 dengan -12 yang memiliki perbedaan pada diameter buah bagian tengah. Diameter buah -10 berukuran kecil (7.5 cm cm) dan -12 berukuran sedang (9.6 cm cm ). Nilai koefisien terendah 0.46 yaitu pada aksesi 3 dengan 6; 6 dan 4 dengan 7; 6 dan 5 dengan 9; 5 dengan 10, 12, 9, 8 dan 1 dengan 13; 12, 10, C-LMPG1 dengan 10; 12, 8,1 dengan 18; 8 dan 7 dengan 21. Salah satu perbedaan karakter diperlihatkan pada aksesi 3 dan 6 yaitu tinggi tanaman, lebar daun bagian bawah, panjang daun, warna daun tua, diameter buah bagian tengah dan bawah, keliling buah bagian tengah dan bawah, jumlah daun mahkota, bobot mahkota, bobot total buah, tinggi mahkota, total padatan terlarut dan ph buah.

9 44 I II III Koefisien Kemiripan C-KS SC-JPG C-LMPG1 C-LMPG3 SC-SMDG Q-KTM1 Q-KTM2 QC-III Q-LI QC-P5/12 CNN QC-P18 QC-P10 QC-V49 C-RNIS Q.OGIL Q-RIU QC-ZRI QH-EL C-SMUT2 SC-WNSO C-FLPN QC-P C-SMUT C-NHYU SC-ND C-SMDU SC-SMUT3 C-PK C-DSG Q-MNDO SC-PR C Gambar 6. Dendrogram karakter morfologi berdasarkan analisis (SHN)-UPGM pada 100 karakter dengan r = Penggabungan jumlah aksesi menjadi 53 meningkatkan keragaman morfologi sebesar 0.54 lebih tinggi dibandingkan keragaman morfologi 32 yaitu Hal ini dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah aksesi sehingga karakterkarakter yang diamati memberikan keragaman yang lebih banyak. Nilai korelasi matriks kesamaan MxComp r = , artinya dendrogram yang dihasilkan goodness of fit sesuai menggambarkan pengelompokan tersebut (Rohlf 1998). Hasil analisis data morfologi dengan menggunakan program NTSYS, diperoleh dendrogram pengelompokan aksesi sebanyak 3 grup pada tingkat kemiripan 0.50 seperti pada Tabel 6.

10 Tabel 6. Pengelompokan 53 aksesi nenas berdasarkan dendrogram GRUP KSESI KRKTER PENCIRI C-KS, SC-JPG, C-LMPG1, C- Tinggi tanaman rendah, LMPG3, SC-SMDG, Q-KTM1, Q- KTM2, QC-III, Q-LI, QC-P5/12, keliling buah atas kecil, lebar daun tengah besar. CNN, QC-P18, QC-P10, QC-V49, C-RNIS, Q-OGIL, Q-RIU, QC- ZRI, QH-EL, C-SMUT2, SC- WNSO, C-FLPN, QC-ZRI, QC- P14, -8, -10, -12, -21, -6, -1, -2, C-SMUT, C-NHYU, SC-ND, C-SMDU, SC-SMUT3, C-PK, C-DSG, C-MNDO, SC- PR, -3, -4, -14, -17, -9, -19, -15, -11-5, -13, -18 Letak duri diujung daun, warna daun tua hijau merah ditengah C 7, -16, -20 Lebar daun bagian atas sedang, keliling bah tengah besar Hasil analisis menunjukkan pada grup memiliki karakter penciri tinggi tanaman rendah, karakter keliling buah atas kecil dan lebar daun tengah besar. Grup meliputi tinggi tanaman tinggi, lebar daun tengah dan bawah sedang, letak duri diujung daun dan warna daun tua hijau ditengah merah. Grup C meliputi karakter lebar daun atas sedang, letak duri di ujung daun dan keliling buah tengah besar. 45 nalisis Penanda Molekuler Primer yang digunakan untuk analisis molekuler adalah 10 primer, meliputi : SH 06, SH 07, SH 08, SH 12, SH 13,SH 18,SH 19, SN 03, SN 13. OPE 07 dari keseluruhan primer tersebut mampu menunjukkan pola yang polimorfik. Contoh pola pita RPD hasil amplifikasi primer SH 13 dapat membedakan ke-32 asesi nenas yaitu pada pita berukuran 1400 bp. ksesi 18 (SC-PR) dan 19 (C-RNIS) membentuk pita pada ukuran 1400 bp sedangkan ke- 30 asesi lainnya tidak terbentuk pita (Gambar 7).

11 46 Kb Kb bp Gambar 7. Karakter pola pita DN nanas comosus 32 asesi pada primer SH 13. mplifikasi primer terhadap 32 aksesi menghasilkan 50 pita yang terdiri dari pola pita polimorfik sebanyak 47 pita atau sebesar 94% dan pita monomorfik sebanyak 3 pita atau sebesar 6% (Tabel 7). Keragaman pola pita dari 10 primer menunjukan keeragaman yang tinggi hingga mencapai 94% yang terlihat dari nilai pola pita polimorfik yang dihasilkan, sedangkan pola pita monomorfik hanya terbentuk 3 pita mencapai 6%. Tabel 7. Rekapitulasi jumlah amplifikasi pita DN nanas comosus 32 aksesi pada 10 primer No Primer Jumlah pita Jumlah pita polimorfik Jumlah pita monomrfik 1 SH SH SH SH SH SH SH SN SN OPE Total (94 %) 3 (6%)

12 47 I II III C Gambar 8. Dendrogram karakter molekuler berdasarkan analisis (SHN)-UPGM pada 10 primer dengan r = Matriks koefisien kemiripan genetik antara 32 aksesi diturunkan dari matriks simqual menunjukkan nilai kemiripan berkisar antara (Lampiran 5). Nilai koefisien kemiripan tertinggi yaitu 0.92 diperoleh pada aksesi QC-P5/12 dengan QC-P10. Nilai koefisien kemiripan terendah diperoleh C- LMPG1 dengan SC-PR dan QC-ZRI dengan QC-P14 yaitu Nilai korelasi matriks kesamaan MxComp r = , artinya dendrogram yang dihasilkan sesuai menggambarkan pengelompokan diatas (Rolf 1998). Keragaman maksimum pada penanda molekuler 32 aksesi mencapai Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Nasution (2008) yang mencapai Hal tersebut disebabkan oleh jumlah primer yang digunakan lebih banyak yaitu 12 primer. Keragaman maksimum penanda molekuler priyani (2005) mencapai Nilai tersebut lebih rendah disebabkan jumlah primer yang digunakan yaitu 4 primer. Uraian di atas menunjukkan tingkat keragaman dan nilai korelasi matriks kesamaan MxComp pada penanda molekuler lebih besar dibandingkan dengan penanda morfologi, ini disebabkan data morfologi sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga data molekuler menjadi sangat penting.

13 Hasil analisis data biner skor pita DN dengan menggunakan program NTSYS, diperoleh dendrogram pengelompokan aksesi sebanyak 3 grup pada tingkat kemiripan 0.66 seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Pengelompokan 32 aksesi nenas berdasarkan dendrogram karakter molekuler GRUP KSESI C-KS, C-RNIS, SC-JPG, C-LMPG3, SC-SMDG, Q-KTM1, Q- KTM2, QC-III, Q-LI, QC-P5/12, CNN, QC-P18, QC-V49, QC- ZRI, Q-OGIL, Q-RIU, QH-EL, C-SMUT2, QC-P10, C-SMUT, C-NHYU, SC-ND, C-SMDU, SC-SMUT3, C-PK, C-DSG C C-MNDO, SC-PR 48 Hasil analisis komponen utama menujukkan bahwa hanya 43.9% dari total 100% keragaman data dapat dijelaskan menggunakan dua komponen utama dan 51.1% dari total 100% keragaman data dapat dijelaskan menggunakan tiga komponen utama (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa nilai akumulasi keragaman yang diperoleh tidak memenuhi batas minimum 70% untuk tiga komponen utama pertama, sehingga 50 profil pita DN yang diperoleh tidak ada yang dapat dijadikan komponen utama untuk mengelompokkan 32 aksesi nenas. Tabel 9. Nilai analisis komponen utama pada karakter molekuler Komponen Utama Eigenvalue Proportion Cumulative Karakter PC PC PC PC PC PC PC nalisis Gabungan Penanda Morfologi dan Molekuler Informasi secara fenotipik dan genotipik dapat diperoleh dengan melakukan penggabungan antara data penanda morfologi dan penanda molekuler. Karakter yang digunakan adalah penggabungan 31 karakter morfologi dan 50 profil pita analisis molekuler dari 10 primer ( (Tabel 10).

14 49 Tabel 10. Rekapitulasi jumlah karakter dan pita hasil analisis gabungan Karakter/pita Data gabungan Karakter morfologi 31 Jumlah profil pita analisis molekuler 50 Jumlah data gabungan 81 nalisis gerombol terhadap 81 karakter gabungan penanda morfologi dan DN menghasilkan dendrogram dengan tingkat kemiripan berkisar antara (Gambar 9). Koefisien kemiripan genetik antara 32 aksesi diturunkan dari matriks simqual menunjukkan nilai kemiripan berkisar antara (Lampiran 6). Nilai koefisien kemiripan tertinggi yaitu 0.89 diperoleh pada aksesi Q-KTM1 dengan Q-KTM2, kemudian disusul aksesi QC-V49 dengan QC-ZRI yaitu Nilai koefisien kemiripan terendah antara C-LMPG1 dengan C- SMDU dan QC-ZRI dengan SC-ND yaitu Koefisien keragaman pada penggabungan penanda morfologi dan molekuler 32 aksesi mencapai Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Nasution (2008) yaitu mencapai Hal tersebut disebabkan jumlah penggabungan karakter morfologi dan molekuler yang diamati Nasution (2008) lebih banyak yaitu 126 karakter. I II III Koefisien Kemiripan C-KS C-SMUT C-PK C-NHYU C-SMDU C-FLPN QC-III C-DSG Q-KTM1 Q-KTM2 C-LMPG3 C-SMUT2 Q-RIU Q-LI QC-V49 QC-ZRI C-LMPG1 C-RNIS QH-EL Q.OGIL QC-P18 QC-P10 QC-P5/12 CNN SC-SMDG SC-JPG SC-WNSO QC-P14 Q-MNDO SC-ND SC-PR SC-SMUT3 Gambar 9. Dendrogram gabungan karakter morfologi dan molekuler berdasarkan analisis (SHN)-UPGM pada 150 karakter dengan r = C

15 Hasil analisis data biner SHN-UPGM dengan menggunakan program NTSYS, diperoleh dendrogram pengelompokan aksesi sebanyak 3 grup pada tingkat kemiripan 0.61 seperti pada Tabel 11. Tabel 11. Pengelompokan 32 aksesi nenas berdasarkan dendrogram karakter molekuler GRUP KSESI C-KS, C-SMUT, C-PK, C-NHYU, C-SMDU, C-FLPN, QC- III, C-DSG, Q-KTM1, Q-KTM2, C-LMPG3, C-SMUT2, Q- RIU, Q-LI, QC-V49, QC-ZRI, C-LMPG1, C-RNIS, QH- EL, Q-OGIL, QC-P18, QC-P10, QC-P5/12, CNN, SC-SMDG, SC-JPG, SC- WNSO, QC-P14 Q-MNDO, SC-ND, SC-PR C SC-SMUT3 50 Nilai korelasi matriks kesamaan MxComp r = , artinya dendrogram yang dihasilkan goodness of fit kurang sesuai menggambarkan pengelompokan tersebut di atas (Rolf 1993). Faktor utama yang menyebabkan ketidakselarasan disebabkan oleh penanda morfologi yang diamati dan profil DN RPD yang teramplifikasi belum tentu merupakan DN yang menjadi penyandi karakter morfologi yang diamati. Hasil analisis yang tidak selaras dari hasil penelitian ini, terdapat pula pada hasil penelitian priani (2005) dengan menggunakan penanda morfologi (berdasarkan data vegetative dan generative) plasma nutfah nenas dengan empat primer RPD dimana diperoleh tingkat keselarasan yang tidak sesuai antara kedua penanda. Ketidakselarasan juga diperoleh pada hasil penelitian Nasution (2008) yang menggunakan penanda morfologi dan dua belas primer RPD dengan nilai r =

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Keberagaman Karakter Morfologi Keberagaman morfologi bentuk, warna, tipe maupun ukuran, diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung pada karakter warna bunga, warna daun muda,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Proliferasi Kalus Embriogenik Kalus jeruk keprok Garut berasal dari kultur nuselus yang diinduksi dalam media dasar MS dengan kombinasi vitamin MW, 1 mgl -1 2.4 D, 3 mgl -1 BAP, 300

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Nenas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai manfaat ganda, baik sebagai makanan segar, bahan industri makanan seperti pizza, rempah,

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L.) Merr.) HASIL PERSILANGAN BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN RAPD

STUDI KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L.) Merr.) HASIL PERSILANGAN BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN RAPD STUDI KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L.) Merr.) HASIL PERSILANGAN BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN RAPD Abstrak Tiga puluh genotipe nenas hibrida dan tetuanya Queen dan Smooth Cayenne dari Pusat

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk mendata dan mengevaluasi karakteristik morfologi daun, duri, buah, mata dan mahkota pada

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L). Merr) BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD CORNALIA MEINARTI

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L). Merr) BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD CORNALIA MEINARTI ANALISIS KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L). Merr) BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD CORNALIA MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Profil RAPD Keanekaragaman profil RAPD meliputi jumlah fragmen dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan tiga primer (OPA-2, OPC- 2, dan OPC-5)

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor yang berada pada ketinggian 216 m di atas permukaan laut, 06.55 LS dan 106.72 BT pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi morfologi Ipomoea batatas Lamk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi morfologi Ipomoea batatas Lamk. digilib.uns.ac.id 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Morfologi Ipomoea batatas Lamk. Karakterisasi morfologi Ipomoea batatas Lamk. dilakukan dengan mengamati organ tanaman seperti ubi, batang,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Analsis Keanekaragaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume.) Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat Berdasarkan Karakter Morfologi SISKA SRI WAHYUNI 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 3 Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Polimorfisme RAPD dan Mikrosatelit Penelitian ini menggunakan primer dari Operon Technology, dimana dari 10 primer acak yang diseleksi, primer yang menghasilkan pita amplifikasi yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durian ( Durio zibethinus, Murr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek cukup cerah untuk menjadi komoditas unggulan, baik untuk tujuan ekspor

Lebih terperinci

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan 120 PEMBAHASAN UMUM Asiatikosida merupakan salah satu kandungan kimia pada pegagan yang memiliki aktivitas biologis. Pegagan dikenal aman dan efektif untuk mengobati berbagai macam penyakit, tumbuhan ini

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Metode Pengamatan morfologi mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Rifai (1976) dan Vogel (1987). Analisis molekuler, ekstraksi DNA dari daun muda tanaman mangga mengikuti prosedur CTAB (Doyle & Doyle

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Keanekaragaman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi I. PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA Uji kualitatif dilakukan dengan dipilih secara acak sebanyak 14 sampel dari 27 sampel yang digunakan karena dianggap mewakili keseluruhan sampel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Mutu Mentimun Jepang Mentimun jepang yang akan dipasarkan harus memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh konsumen. Parameter mutu untuk mentimun jepang meliputi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAB. IV. Simulasi Analisis Marka Mikrosatelit Untuk Penduga Heterosis Pada Populasi Inbrida

BAB. IV. Simulasi Analisis Marka Mikrosatelit Untuk Penduga Heterosis Pada Populasi Inbrida BAB. IV Simulasi Analisis Marka Mikrosatelit Untuk Penduga Heterosis Pada Populasi Inbrida ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan paket marka SSR (Single Sequence Repeats) yang efektif dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua. Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2

Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua. Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2 Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2 Pendahuluan Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat

Lebih terperinci

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1) Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim (Morphological Performance and Fruit Quality of Papaya on Four Locations at Bogor Areas in Two Seasons) Siti

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS

STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS ELVIVO ISSN: 233990 STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Dwi Wahyuni, Suranto 2, Edi Purwanto 3 Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Uji Kebaikan Suai Khi-Kuadrat (Chi-Square Goodness of Fit Test) Uji kebaikan suai khi-kuadrat merupakan uji yang dilakukan untuk mengevaluasi apakah contoh yang terpilih mewakili populasi atau tidak.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sidik Ragam Luas Daun (cm) pada Pengamatan I ( 14 hst )

Lampiran 1. Sidik Ragam Luas Daun (cm) pada Pengamatan I ( 14 hst ) Lampiran 1. Sidik Ragam Luas Daun (cm) pada Pengamatan I ( 14 hst ) Lokasi 2 61.64 30.82 620.53 ** 5.14 10.92 Ulangan*lokasi 6 0.30 0.05 2.19 tn 2.66 4.01 Varietas 3 82.17 27.39 1,206.65 ** 3.16 5.09 Varietas*lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) HERITABILITY AND GENETIC GAINS OF F2 POPULATION IN CHILLI (Capsicum annuum L.) Zuri Widyawati *), Izmi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit oleh B. theobromae Penyakit yang disebabkan oleh B. theobromae pada lima tanaman inang menunjukkan gejala yang beragam dan bagian yang terinfeksi berbeda-beda (Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Morfologi Pada penelitian ini digunakan lima sampel koloni karang yang diambil dari tiga lokasi berbeda di sekitar perairan Kepulauan Seribu yaitu di P. Pramuka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-Ukuran Kulit Kokon C. trifenestrata Rataan, simpangan baku, koefisien keragaman berbagai ukuran kokon panjang kokon, lingkar bagian medial kokon, lingkar ¼ bagian posterior

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

misalnya jumlah biji. Pemahaman tentang plastisitas penting tidak hanya sebagai kerangka teori evolusi, tetapi juga terhadap praktek perbaikan

misalnya jumlah biji. Pemahaman tentang plastisitas penting tidak hanya sebagai kerangka teori evolusi, tetapi juga terhadap praktek perbaikan 103 PEMBAHASAN UMUM Hasil penelitian ini memperkuat informasi tentang adanya keragaman morfologi dan genetik pada manggis. Analisis keragaman morfologi buah menunjukkan variasi yang luas yaitu antara 0

Lebih terperinci

\_rs,. BADAN BENIH NASIONAL. (i;;d/oed. hv ili"nto, M sc. g%irp?r

\_rs,. BADAN BENIH NASIONAL. (i;;d/oed. hv ilinto, M sc. g%irp?r DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN BENIH NASIONAL SEKRETARIA-l : DIREKTOR.{T PERBENIHAN Jl. AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Kotak Pos l0.lks. PSM. Telp. :(021) 78l59tl -78847047 Fax. (021) 78l59ll Nomor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan salah satu tanaman buah tropika penting ketiga setelah pisang dan mangga, yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai kandungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan:

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan: Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN C3 B1 C1 D2 E1 A3 D1 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1 Keterangan: A. Pupuk N, P dan K (200 kg/ha Urea + 450 kg/ha ZA + 150 kg/ha SP-36 + 150 kg/ha KCl) B. 1,5 ton/ha Pupuk

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) 8 tampak diskor secara manual. Kriteria penskoran berdasarkan muncul tidaknya lokus, lokus yang muncul diberi skor 1 dan yang tidak muncul diberi skor 0. Data biner yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi

Lebih terperinci

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU PENGELOMPOKAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.)BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU Wahid Badru Zaman 1, Fitmawati 2, Herman 3 1 Mahasiswa Program S1 Biologi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DI PULAU BENGKALIS BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

KEANEKARAGAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DI PULAU BENGKALIS BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI KEANEKARAGAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DI PULAU BENGKALIS BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Diversity of Durian (Durio zibethinus Murr.) in Bengkalis Island based on morphological characters Sri Lestari,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS JAMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS JAMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSN UNTUK MENENTUKN KULITS JMUR ¹Devi yunani Wandasari, ²Dewi Soyusiawaty ¹ ² Program Studi Teknik Informatika Universitas hmad Dahlan Prof. Dr. Soepomo, S.H., Janturan, Umbulharjo,

Lebih terperinci