HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Farmaka Volume 15 Nomor 3 96

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PADA RSUD KABUPATEN KARANGANYAR. Tutik Nuryanti 1),Slamet Djauhari 2) 1)

: Dimensi Kualitas, Kepuasan Pasien, Askes Sosial, Pelayanan Rawat Jalan, Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KAMAR OBAT PUSKESMAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

DESKRIPSI MUTU PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA PROLANIS BPJS DI PUSKESMAS PATARUMAN III KOTA BANJAR

Kata Kunci : Persepsi Pasien, Mutu Jasa Pelayanan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

Putri Zahrah Adelia, Harlina Nurtjahjanti. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2,3

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PENUMPING KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

ABSTRAK STUDI KASUS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN DASAR GRATIS DI KOTA BANJAR. Andini Dwikenia Anjani, 2008, Pembimbing : Felix Kasim, dr.

ABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI KLINIK TERPADU POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG

INTISARI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURAKARTA TAHUN 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA UPT PUSKESMAS MUARA TEWEH DI KABUPATEN BARITO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI

HALAMAN PENGESAHAN. Artikel Ilmiah

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. DR. R.

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

KARTIKA-JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2017, 5(1), p-issn /e-issn

Arista Noviyanti*), Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes**), Retno Astuti S, SS.MM**) ABSTRACT PENDAHULUAN

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM KOTA MAGELANG

Kata Kunci: Kualitas, Pelayanan Obat, Assurance

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan Usaha Perjalanan Wisata

ABSTRAK. KUALITAS PELAYANAN RESEP DI PUSKESMAS TELUK DALAM BANJARMASIN H.M.Ridho 1 ; Yugo Susanto. 2 ; M.Erriyadi Fazri 3

ABSTRACT. Keywords : Public clinics, Perception Mother, Toddler Diarrhea, Medical personnel, Utilization Repeat. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

HUBUNGAN PERSEPSI DAN HARAPAN TENTANG MUTU PELAYANAN MAKANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA

Factors that Affect the Service Quality Toward Patient Satisfaction In Clinical Disease In Sunan Kalijaga Demak Period Of May 2015 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

KEPUASAN PASIEN BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN DI UNIT RAWAT JALAN (URJ) RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2014

Analisis kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan kamar obat di puskesmas surabaya utara

INTISARI GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN DISTRIBUSI OBAT PT.TRI SAPTA JAYA TERHADAP APOTEK DI WILAYAH BANJARMASIN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISI KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSIA CICIK PADANG. Oleh: KHARISMA ROSA BP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS TEPUS I KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN HARAPAN SERTA PERSEPSI PASIEN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK X DI DAERAH SEMINYAK

ABSTRAK KUALITAS PELAVANAN RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA ULIN KOTA BANJARMASIN MENURUT PERSEPSI PASIEN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

ANALISIS INDEKS KEPUASAN PESERTA BPJS TERHADAP PELAYANAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DEWASA KELAS I DI RUMAH SAKIT DHARMAIS PUSAT KANKER NASIONAL ABSTRAK

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

FAKTOR KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN PERAWATAN PADA PASIEN BEDAH DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN YANG BEROBAT DIINSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM SANGATTA

BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH BERSALIN NISA KOTA PALU

ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010

CORRELATION OF KNOWLDEGE OF REGISTRATION EMPLOYEE ON BPJS TO SERVICES QUALITY OF BANDARHARJO PUBLI HEALTH CENTER SEMARANG CITY 2015

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 51-62

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UNTUK MENILAI TINGKAT KEPUASAN NASABAH PT. BANK RAKYAT INDONESIA UNIT GENTENG BANYUWANGI. Rinawati Anwar Rudi Kusubagio

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di Indonesia Rumah Sakit adalah sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Differences in Quality of MCH on BPJS Program in Patient Satisfaction between City and Village District

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN (Studi Kasus di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI PUSKESMAS GONDANG, SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Keywords : responsiveness, tangibles and empathy and community satisfaction.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK DI KOTA RANAI KECAMATAN BUNGURAN TIMUR KABUPATEN NATUNA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

DAFTAR PUSTAKA. Rangkuti, Freddy (2002), Measuring Customer Satisfaction, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN KLUB OLAHRAGA TENIS MEJA TERHADAP ATLET TENIS MEJA DI YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DENGAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN APOTEK DI KABUPATEN REMBANG KOTA REMBANG NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH (STUDI KASUS PADA PD. BPR BKK BOJA CABANG PATEBON KENDAL)

KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PADA BALAI PENGOBATAN SANTA FAMILIA DI BARONG TONGKOK KAB. KUTAI BARAT

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

Transkripsi:

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015 Eko Punto Wijanarko*), Agus Perry Kusuma*) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula 1 No. 5 11 Semarang Email :ekopuntowijanarko@gmail.com ABSTRACT Background:Health is one of the most expensive investments in life and also a gift from God that is priceless. The clinic is a functional health organization unity is central to the development of public health, fostering the role of the community, providing services and integrated to the society in the territory it works in the form of principal activities. Patients who come to the clinic to seek treatment will get a diagnosis from a doctor and taking medication at the pharmacy. The recipe given doctors brought patients to health centers, pharmacies pharmacies will prepare medicine to be handed over to the patient. Well whether the quality of service provided by the pharmacist to the patient will affect the satisfaction of the patients at the clinic. This research aims to know the relationship of service quality of Pharmacy patient satisfaction level towards health centers Kendal. Methods:The type of research that is used is a non experimental, are explanatory remes is a form of research to find out the relationship between two or more variables. Cross sectional research design. The population of this research is a group of clinics in the town of spring city 69 66 and 68 patients out of the city. The sampling method used in this research are probability sampling with probability sampling techniques with techniques of cluster sampling with large samples taken is 203 patients. Results:The results showed that there is a relationship between the responsiveness of service a pharmacy (0.0001), a pharmacy service emphaty (0.0001), the a pharmacy service of tangibles (0.0001), there is no relationship between the guarantee of certainty (0,128), and reliability (0,560) and the level of satisfaction of patients in clinics Kendal. Conclusion: Evaluate in every health centers, a pharmacy in the three months to evaluate the performance of officers.with the purpose to increase the performance of reward. A pharmacy given training to the officers of services with the aim of increasing a pharmacy knowledge about the service. Keywords: the quality ofpharmacy services, patient satisfaction ABSTRAK LATAR BELAKANG :Kesehatan merupakan salah satu investasi termahal dalam hidup dan juga merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang tak ternilai harganya. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pasien

yang datang ke puskesmas untuk berobat akan mendapat diagnosis dari dokter dan sekaligus mengambil obat pada apotek. Resep yang diberikan dokter dibawa pasien ke apotek puskesmas, apotek akan menyiapkan obat untuk diserahkan kepada pasien. Baik tidaknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas apotek kepada pasien akan mempengaruhi kepuasan pasien pada puskesmas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kualitas pelayanan farmasi terhadap tingkat kepuasan pasien Puskesmas Kabupaten Kendal. METODE : Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimen, bersifat explanatory remes merupakan penelitian yang berwujud untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah kelompok puskesmas dalam kota 69 semi dalam kota 66 dan luar kota 68 pasien. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik probability sampling dengan teknik cluster sampling dengan besar sampel yang diambil adalah 203 pasien. HASIL : Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara responsiveness pelayanan kefarmasian (0,0001), emphaty pelayanan kefarmasian (0,0001), tangibles pelayanan kefarmasian (0,0001), tidak ada hubungan antara jaminan kepastian (0,128), dan kehandalan (0,560) dengan tingkat kepuasan pasien di puskesmas Kabupaten Kendal. SARAN : Mengevaluasi petugas farmasi pada Puskesmas tiap 3 bulan dengan tujuan untuk menilai kinerja petugas. Memberikan reward dengan tujuan meningkatkan kinerja petugas. Dapat diberikan pelatihan pelayanan kefarmasian pada petugas dengan tujuan meningkatkan pengetahuan petugas tentang pelayanan kefarmasian. Kata kunci: kualitas pelayanan farmasi, kepuasan pasien PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu investasi termahal dalam hidup dan juga merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang tak ternilai harganya. Sebanyak apapun harta yang dimiliki oleh seseorang tentu tidak akan ada artinya apa bila orang tersebut tidak mempunyai tubuh yang sehat. Berbagai cara dilakukan agar seseorang dapat kembali menjadi sehat salah satu cara yang dilakukan masyarakat pada umumnya adalah dengan memeriksakan diri ke tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Oleh karena itu puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.puskesmas tersebar hampir di berbagai daerah biasanya selalu ada di tiap kecamatan dengan jangkauan luas daerah operasional yang sesuai. (1) Puskesmas tidak hanya membatasi dirinya sebagai penyembuh orang sakit saja tetapi juga punya tanggung jawab untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.paradigma pelayanan kesehatan pada puskesmas memang harus berubah dari paradigma sakit ke paradigma sehat. (2) Pelayanan di puskesmas meliputi pelayanan jasa harus sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi standar standar pelayanan rumah puskesmas dan standar profesi (3).Dalam hal penunjang medik, salah satu pelayanan penting dalamnya adalah pelayanan farmasi (apotek).instalasi farmasi pada puskesmas harus memiliki organisasi yang memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker dengan personalia lain, meliputi para apoteker, asisten dokter, tenaga administrasi serta tenaga teknis. (7) Dari survei awal yang dilakukan pada 2 Puskesmas terhadap 10 pasien di Kabupaten Kendal diketahui bahwa 50% pasien masih banyak yang masih kurang puas dengan kualitas pelayanan apotek seperti ruang tunggu yang kurang nyaman, keadaan puskesmas yang kurang bersih terdapat sampah bungkus plastik,dan masih banyakpasien yang mengeluhkan sikap petugas apotek yang kurang ramah terhadap pasien. Dari uraian fakta fakta diatas, maka akan dilakukan studi penelitian tentang hubungan kualitas pelayanan kefarmasian terhadap tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Kabupaten Kendal Tahun 2015. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimen, bersifat explanatory remes merupakan penelitian yang berwujud untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan rancangan penelitian cross sectional. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Populasi penelitian ini adalah kelompok puskesmas dalam kota 69 semi dalam kota 66 dan luar kota 68 pasien. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik cluster sampling. Sampel yang diambil adalah 203 pasien.

HASIL 1. Hubungan antara responsiveness (daya tanggap) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Hasil tabulasi silang antara responsiveness (daya tanggap) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien adalah sebagai berikut : Tabel 1 Tabulasi Silang Antara Responsiveness (Daya Tanggap) Pelayanan Kefarmasian Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien Daya Tanggap Kurang Puas Cukup Puas Sangat Puas Total F % F % F % F % Kurang Tanggap 3 50,0 3 50,0 0 0 6 100 Cukup Tanggap 12 36,4 19 57,6 2 6,1 33 100 Tanggap 8 4,9 104 63,4 52 31,7 164 100 Total 23 11,3 126 62,1 54 26,6 203 100 Sumber : Data Primer Terolah (2015) Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman untuk menguji hubungan antara responsiveness (daya tanggap) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien diperoleh nilai p value = 0,000(p value < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima, dengan demikian ada hubungan antara responsiveness (daya tanggap) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. Bahwa pasien yang kurang puas terhadap mutu pelayanan farmasi lebih banyak terhadap pada mereka yang berpendapat daya tanggap petugas farmasi kurang (50%) dibandingkan yang cukup tanggap (36,4%) dan sangat tanggap (4,9%). 2. Hubungan antara assurance (jaminan kepastian) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Hasil tabulasi silang antara assurance (jaminan kepastian) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Tabulasi Silang Antara Assurance (Jaminan Kepastian) Pelayanan Kefarmasian Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien Jaminan Kepastian Kurang Puas Cukup Puas Sangat Puas Total F % F % F % F % Kurang Terjamin 4 26,7 6 40,0 5 33,3 15 100 Cukup Terjamin 18 11,2 104 64,6 39 24,2 161 100 Terjamin 1 3,7 16 59,3 10 37,0 27 100 Total 23 11,3 126 62,1 54 26,6 203 100 Sumber : Data Primer Terolah (2015) Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman untuk menguji hubungan antara assurance (jaminan kepastian) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien diperoleh nilai p value = 0,128 (p value > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (hipotesis nihil) diterima dan Ha (hipotesis alternatif) ditolak, dengan demikian tidak ada hubungan antara assurance (jaminan kepastian) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. 3. Hubungan antara reliability (kehandalan) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Hasil tabulasi silang antara reliability (kehandalan) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien adalah sebagai berikut : Tabel 3 Tabulasi Silang Antara Reliability (Kehandalan) Pelayanan Kefarmasian Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien Kehandalan Kurang Puas Cukup Puas Sangat Puas Total F % F % F % F % Kurang Handal 4 20,0 12 60,0 4 20,0 20 100 Cukup Handal 13 9,2 91 64,1 38 26,8 142 100 Handal 6 14,6 23 56,1 12 29,3 41 100 Total 23 11,3 126 62,1 54 26,6 203 100 Sumber : Data Primer Terolah (2015) Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman untuk menguji hubungan antara reliability (kehandalan) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien diperoleh nilai p value = 0,560 (p value > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (hipotesis nihil) diterima dan

Ha (hipotesis alternatif) ditolak, dengan demikian tidak ada hubungan antara reliability (kehandalan) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. 4. Hubungan antara emphaty (empati) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Hasil tabulasi silang antara emphaty (empati) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien adalah sebagai berikut : Tabel 4 Tabulasi Silang Antara Emphaty (Empati) Pelayanan Kefarmasian Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien Empati Kurang Puas Cukup Puas Sangat Puas Total F % F % F % F % Kurang Berempati 0 0 2 100 0 0 2 100 Cukup Berempati 13 31,0 26 61,9 3 7,1 42 100 Berempati 10 6,3 98 61,6 51 32,1 159 100 Total 23 11,3 126 62,1 54 26,6 203 100 Sumber : Data Primer Terolah (2015) Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman untuk menguji hubungan antara emphaty (empati) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien diperoleh nilai p value = 0,000 (p value > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima, dengan demikian ada hubungan antara emphaty (empati) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. 5. Hubungan antara tangibles (bukti langsung) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Hasil tabulasi silang antara tangibles (bukti langsung) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien adalah sebagai berikut :

Tabel 5 Tabulasi Silang Antara Tangibles (Bukti Langsung) Pelayanan Kefarmasian Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien Bukti Langsung Kurang Puas Cukup Puas Sangat Puas Total F % F % F % F % Kurang Baik 4 33,3 6 50,0 2 16,7 12 100 Cukup Baik 17 11,5 99 66,9 32 21,6 148 100 Baik 2 4,7 21 48,8 20 46,5 43 100 Total 23 11,3 126 62,1 54 26,6 203 100 Sumber : Data Primer Terolah (2015) Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman untuk menguji hubungan antara tangibles (bukti langsung) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien diperoleh nilai p value = 0,000 (p value < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima, dengan demikian ada hubungan antara tangibles (bukti langsung) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara responsiveness (daya tanggap) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase pasien yang kurang puas pada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian kurang tanggap (50,0 %) lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian cukup tanggap (36,4 %) dan lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian sangat tanggap (4,9 %). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Wyncof dalam Tjiptono (1996) yang menyatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersiapkan baik dan memuaskan.jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.sebaliknya juga jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang

diharapkan, maka kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi pelanggannya secara konsisten (6). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agus Hufron (2008) di Puskesmas Penumping, Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi pasien tentang ketanggapan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping (5). 2. Hubungan antara assurance (jaminan kepastian) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase pasien yang kurang puas pada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian kurang terjamin (26,7 %) lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian cukup terjamin (11,2 %) dan lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian sangat terjamin (3,7 %). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Wyncof dalam Tjiptono (1996) yang menyatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersiapkan baik dan memuaskan.jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.sebaliknya juga jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi pelanggannya secara konsisten (4) Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Agus Hufron (2008) di Puskesmas Penumping, Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan bermakna antara persepsi pasien tentang keyakinan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping (5).

3. Hubungan antara reliability (kehandalan) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase pasien yang kurang puas pada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian kurang handal (20,0 %) lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian sangat handal (14,6 %) dan lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian cukup handal (9,2 %). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Wyncof dalam Tjiptono (1996) yang menyatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhikualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersiapkan baik dan memuaskan.jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.sebaliknya juga jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi pelanggannya secara konsisten (4). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Agus Hufron (2008) di Puskesmas Penumping, Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan bermakna antara persepsi pasien tentang kehandalan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping (5). 4. Hubungan antara emphaty (empati) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase pasien yang kurang puas pada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian cukup berempati (31,0 %) lebih besar daripada pasien yang merasa pelayanan kefarmasian sangat berempati (6,3 %). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Wyncof dalam Tjiptono (1996) yang menyatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila

jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersiapkan baik dan memuaskan.jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.sebaliknya juga jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi pelanggannya secara konsisten (4). Hasil ini sesuai dengan pendapat Vincent Gosperst (1977)yang menyatakan bahwa dimensi empathy adalah dimensi kualitas pelayanan yang berkaitan dengan perhatian dan kepedulian petugas pemberi pelayanan terhadap kepentingan pengguna pelayanan (9). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agus Hufron (2008) di Puskesmas Penumping, Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif namun tidak signifikan antara persepsi pasien tentang perhatian pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping (5). 5. Hubungan antara tangibles (bukti langsung) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase pasien yang kurang puas pada pasien yang merasa bukti langsung pelayanan kefarmasian kurang baik (33,3 %) lebih besar daripada pasien yang merasa bukti langsung pelayanan kefarmasian cukup baik (11,5 %) dan lebih besar daripada pasien yang merasa bukti langsung pelayanan kefarmasian sangat baik (4,7 %). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Wyncof dalam Tjiptono (1996) yang menyatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersiapkan baik dan memuaskan.jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.sebaliknya juga jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang

diharapkan, maka kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi pelanggannya secara konsisten (4). Hasil ini sesuai dengan pendapat Parasuraman dalam Irawan (2008) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan kinerja (performa) (8) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agus Hufron (2008) di Puskesmas Penumping, Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan bermakna antara persepsi pasien tentang penampilan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Penumping (5). Hasil penelitian ini juga memberikan bukti sebagaimana yang diterangkan oleh Philip Kotler (2007) menyatakan kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Sehingga penampilan fisik, peralatan serta personil yang mencakup kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, penataan eksterior dan interior, kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai, dan kerapian dan kebersihan penampilan petugas terhadap pelayanan kesehatan pada pasien akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien. Oleh karena itu, semakin tinggi mutu pelayanan kesehatan yang dilihat dari persepsi pasien tentang penampilan maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang diterima oleh pasien. (6). SIMPULAN 1. Sebanyak 80,8 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian sangat tanggap, sebanyak 16,3 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian cukup tanggap dan hanya 3,0 % pasien yang merasa bahwa pelayanan kefarmasian kurang tanggap. 2. Bahwa sebanyak 79,3 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian cukup terjamin, sebanyak 13,3 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian sangat terjamin dan sebanyak 7,4 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian kurang terjamin.

3. Sebanyak70,0 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian cukuphandal, sebanyak 20,2 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian sangat handal dan sebanyak 9,9 % pasienmerasa bahwa pelayanan kefarmasian kurang handal. 4. Bahwa sebanyak 78,3 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian sangat berempati, sebanyak 20,7 % pasien merasa bahwa pelayanan kefarmasian cukup berempati dan hanya 1,0 % pasien yang merasa bahwa pelayanan kefarmasian kurang berempati. 5. Sebanyak 72,9 % pasien merasa bahwa bukti langsung pelayanan kefarmasian cukup baik, sebanyak 21,2 % pasien merasa bahwa bukti langsung pelayanan kefarmasian sangat baik dan hanya 5,9 pasien yang merasa bahwa bukti langsung pelayanan kefarmasian kurang baik. 6. Sebanyak 62,1 % pasien merasa cukup puas terhadap pelayanan kefarmasian, sebanyak 26,6 % pasien merasa sangat puas terhadap pelayanan kefarmasian dan hanya 11,3 pasien yang merasa kurang puas terhadap pelayanan kefarmasian. 7. Ada hubungan antara responsiveness (daya tanggap) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. (p value = 0,000) 8. Tidak ada hubungan antara assurance (jaminan kepastian) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. (p value = 0,128) 9. Tidak ada hubungan antara reliability (kehandalan) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien.(p value = 0,560) 10. Ada hubungan antara emphaty (empati) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. (P value = 0,000) 11. Ada hubungan antara tangibles (bukti langsung) pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien. (P value = 0,000) SARAN 1. Megevaluasi petugas farmasi pada Puskesmas tiap 3 bulan dengan tujuan untuk menilai kinerja petugas. 2. Memberikan reward dengan tujuan meningkatkan kinerja petugas.

3. Dapat diberikan pelatihan pelayanan kefarmasian pada petugas dengan tujuan meningkatkan pengetahuan petugas tentang pelayanan kefarmasian. 4. Untuk menjaga kebersihan farmasi di ruang tunggu farmasi maka perlu menambahkan sarana membuang sampah dan himbauan menjaga kebersihan. Selain itu petugas kebersihan puskesmas bertanggung jawab untuk menjamin kebersihan lingkungan secara rutin. DAFTAR PUSTAKA 1. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara, 1995. 2. Djojodibroto, Darmanto. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates, 1997 3. Rangkuti, Freddy. Measuring Customer Satisfaction : Teknik pengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003. 4. Tjiptono, Fandy. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Offset, 1996. 5. Hufron, Agus and Supratman. Analisis Hubungan Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Puskesmas Penumping Kota Surakarta. Surakarta : Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.3, September 2008 :119-124, 2008. 6. Kolter, Philip, Keller, kevin Lane and Molan, Benyamin. Manajemen Pemasaran, Jilid 1. Jakarta : Indeks, 2007. 7. Hartono. Manajemen Apotik. Jakarta : Depot Informasi Obat, 2003. 8. Irawan, Swantha B.10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008. 9. Gosperst, Vincent. Manajemen Kualitas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1977