ISSN OUTLOOK ANGGREK

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

OUTLOOK KOMODITI JAHE

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

OUTLOOK KOMODITI TEBU

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

OUTLOOK KOMODITI DURIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Monitoring Realisasi APBD Triwulan I

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

Bab 4 P E T E R N A K A N

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

DATA MENCERDASKAN BANGSA

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2011

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

Transkripsi:

ISSN 1907-1507 OUTLOOK ANGGREK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015

OUTLOOK ANGGREK ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) : 27 halaman Penasehat: Dr. Suwandi, M.Si Penyunting: Dr. Ir. Leli Nuryati,M.Sc Ir. Noviyati, M.Si Ir. Roch Widaningsih, M.Si Naskah: Dra. Retno Suryani Design dan Layout: Victor Saulus B. Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

OUTLOOK ANGGREK 2015 KATA PENGANTAR Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas Hortikultura. Publikasi Outlook Anggrek Tahun 2015 merupakan salah satu bagian dari Outlook Komoditas Pertanian, yang menyajikan keragaan data series komoditi Anggrek secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran domestik dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat diperoleh atau diakses melalui website Pusdatin yaitu http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id /. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi Anggrek secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP.19670323.199203.1.003 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

2015 OUTLOOK ANGGREK iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Ruang Lingkup... 2 BAB II. METODOLOGI... 3 2.1. Sumber Data dan Informasi... 3 2.2 Metode Analisis... 3 2.2.1. Analisis keragaan... 4 2.2.2. Analisis Penawaran... 4 BAB III. KERAGAAN ANGGREK DALAM NEGERI... 7 3.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek di Indonesia... 7 3.2 Perkembangan Ekspor Impor Anggrek Indonesia... 11 3.3 Perkembangan Harga Ekspor Impor Anggrek Indonesia... 17 BAB V. ANALISIS PENAWARAN... 21 5.1 Proyeksi Penawaran Anggrek 2016 2019... 21 BAB VI. KESIMPULAN... 23 DAFTAR PUSTAKA... 25 LAMPIRAN... 27 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

2015 OUTLOOK ANGGREK vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data... 3 Tabel 4.1. Hasil Proyeksi Penawaran Anggrek Indonesia, 2015 2019... 21 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

2015 OUTLOOK ANGGREK viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Anggrek di Indonesia, 1997-2014... 7 Gambar 3.2. Distribusi Luas Panen Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010-2014... 8 Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Anggrek di Indonesia,1997-2014. 9 Gambar 3.4. Distribusi Produksi Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010-2014... 10 Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Anggrek di Indonesia, 1997-2014... 11 Gambar 3.6. Perkembangan Volume Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12 Gambar 3.7. Perkembangan Volume Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12 Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2011 13 Gambar 3.9. Perkembangan Nilai Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 14 Gambar 3.10. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014... 15 Gambar 3.11. Negara Asal Impor Anggrek Ke Indonesia... 16 Gambar 3.12. Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014... 16 Gambar 3.13. Perkembangan Harga Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 18 Gambar 3.14. Perkembangan Harga Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

2015 OUTLOOK ANGGREK x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek Indonesia, 1997-2014... 27 Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Anggrek Menurut Provinsi, 2007-2014... 28 Lampiran 3 Perkembangan Produksi Anggrek Menurut Provinsi, 2007-2014... 29 Lampiran 4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014... 30 Lampiran 5. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014... 31 Lampiran 6. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014... 31 Lampiran 7. Perkembangan Harga Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014... 31 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

2015 OUTLOOK ANGGREK xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan luas panen anggrek di Indonesia pada periode tahun 1997 2015 secara umum cenderung meningkat rata-rata sebesar 3,95% per tahun. Luas panen anggrek tahun 2000 hingga 2001 mengalami penurunan dari 1,72 juta tangkai dari 950,74 ribu m 2 di tahun 2000 menjadi 844,57 ribu m 2 di tahun 2001 pada tahun selanjutnya (2000 2014) cenderung naik. Perkembangan produksi anggrek di Indonesia pada periode 1997 2014 cenderung naik, dengan rata-rata pertumbuhan 10,67%. Produksi anggrek di tahun 1997 sebesar 6,50 Juta tangkai hingga di tahun 2014 mencapai 19,74 juta tangkai. Sentra luas panen angrek di Indonesia terdapat di pulau Jawa yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten, dengan luas panen masing-masing sebesar 460.712 m 2,313.119 m 2 dan 274.393 m 2. Ketiga provinsi tersebut kontribusi produksi anggrek di Indonesia masing-masing sebesar 5,06 juta tangkai, 4,81 juta tangkai dan 2,64 juta tangkai. Harga ekspor maupun impor anggrek dari tahun 2000-2014 sangat berfluktuasi. Tahun 2010-2011 tidak terjadi ekspor bibit anggrek, namun sebaliknya tahun 2012-2014 tidak terjadi impor tanaman anggrek. Harga ratarata ekspor anggrek tahun 2000-2014 berkisar US$ 6.33 perkilo untuk bibit dan US$ 5,56 perkilo untuk tanaman, sedangkan harga rata-rata impor anggrek tahun 2000-2014 berkisar US$ 6,01 perkilo untuk bibit dan US$ 4,73 perkilo untuk tanaman. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

2015 OUTLOOK ANGGREK xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bunga anggrek tidak pernah menyebabkan orang bosan melihatnya, karena bunga ini mempunyai keanekaragaman bentuk, ukuran, warna dan corak. Hampir setiap tahun dihasilkan jenis-jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya. Dendrobium merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dijumpai sebagai anggrek alam di hutan-hutan Indonesia. Jenis-jenis anggrek tersebut mempunyai potensi yang sangat penting sebagai tanaman induk untuk menghasilkan hibridahibrida yang berkualitas sebagai bunga potong. Diperkirakan terdapat kurang lebih 5000 spesies tersebar di hutan-hutan seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Anggrek spesies merupakan titik tolak produksi hasil silangan yang mempunyai nilai ekonomis. Keanekaragaman anggrek spesies yang terdapat di Indonesia mempunyai potensi untuk dapat dipakai sebagai induk silangan. Sayangnya pemanfaatan anggrek spesies belum optimal, walaupun sudah ada peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya campur tangan manusia melalui persilangan buatan akan memperkaya keindahan hibridahibrida baru yang dihasilkan. Dendrobium merupakan salah satu jenis tanaman anggrek yang bunganya dipakai sebagai bunga potong. Sifatnya yang menonjol diantaranya adalah ketahanan bunganya yang tetap segar dalam waktu cukup lama walaupun sudah terpisah dari tanamannya. Sifat ini didukung dengan penampilan bunganya yang menarik untuk dipergunakan sebagai hiasan. Anggrek biasanya digunakan untuk berbagai macam acara seperti upacara keagamaan, hiasan, dekorasi rumah serta sebagai bunga ucapan. Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan untuk tujuan komersil adalah Dendodrium, Cattleya, Vanda, dan Orcidium. Namun demikian, dikalangan penggemar dibudidayakan pula anggrek dari jenis Phalanaenopsis, Cimbidium, dan Paphiopedilum. Segmen pasar yang mempunyai selera eksklusif terhadap jenis anggrek tertentu yang belum mampu dihasilkan di dalam negeri mengakibatkan Indonesia tetap Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

2015 OUTLOOK ANGGREK melakukan impor anggrek baik dalam wujud bibit maupun tanaman. Meskipun demikian, beberapa lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu mengembangkan varietas-varietas baru yang berdaya saing kuat dengan varietas impor. Dengan kondisi tanah dan iklim yang memadai maka usaha anggrek dapat berkembang dengan baik di Indonesia (Puslithorti, 2005). Outlook komoditas anggrek ini menyajikan keragaan dan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas angggrek di Indonesia, berikut peranannya dalam perdagangan internasional. Selain itu disajikan pula proyeksi penawaran anggrek di Indonesia untuk periode tahun 2015 hingga 2019. 1.2. TUJUAN Melakukan penyusunan Buku Outlook Komoditas Anggrek yang berisi keragaan data series di Indonesia dan dunia serta di lengkapi proyeksi penawaran anggrek di Indonesia. 1.3. RUANG LINGKUP adalah : Kegiatan yang di cakup dalam penyusunan outlook komoditas anggrek - Identifikasi peubah yang dianalisis mencakup luas panen, produksi, produktivitas, ekspor, Impor anggrek. - Penyusunan analisis komoditas anggrek dan proyeksi penawaran anggrek di Indonesia tahun 2015-2019 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 BAB II METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditas anggrek tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Jenis variabel, periode dan sumber data secara rinci disajikan pada tabel 2.1 : Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data. No Variabel Periode Sumber Keterangan 1 Luas panen anggrek Indonesia 2 Produksi anggrek Indonesia 3 Produktivitas anggrek Indonesia 4 Ekspor impor anggrek Indonesia 5 Negara tujuan Ekspor anggrek Indonesia 6 Negara impor anggrek ke Indonesia 1997-2014 Badan Pusat Statistik 1997-2014 Badan Pusat Statistik Wujut bunga segar dengan tangkai 1997-2014 Badan Pusat Statistik Wujut bunga segar dengan tangkai 2000-2014 Badan Pusat Statistik Kode HS yang di gunakan 0602101000, 0602901000, 0602902000, 0603130000 2014 Badan Pusat Statistik 2014 Badan Pusat Statistik 2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas anggrek adalah sebagai berikut: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

2015 OUTLOOK ANGGREK 2.2.1. Analisis Keragaan Analisis keragaan memberikan ilustrasi perkembangan komoditas anggrek dengan gambar dan grafik. Keragaan ini dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga ekspor dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan untuk data series nasional. 2.2.2. Analisis Penawaran Analisis penawaran komoditas anggrek dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan beberapa peubah penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam regresi linier berganda, parameter-parameter yang terlibat diduga bersifat linier. ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Teknik analisis data dengan metode ARIMA dilakukan karena merupakan teknik untuk mencari pola yang paling cocok dari sekelompok data (curve fitting), dengan demikian ARIMA memanfaatkan sepenuhnya data masa lalu dan sekarang untuk melakukan peramalan jangka pendek yang akurat. ARIMA seringkali ditulis sebagai ARIMA (p,d,q) yang memiliki arti bahwa p adalah orde koefisien autokorelasi, d adalah orde / jumlah diferensiasi yang dilakukan (hanya digunakan apabila data bersifat non-stasioner) dan q adalah orde dalam koefisien rata-rata bergerak (moving average). Peramalan dengan menggunakan model ARIMA dapat dilakukan dengan rumus : Keterangan : B Yt : Koefisien Regresi : Variabel dependen pada waktu t 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Yt-1... Yt-p : Variabel lag et : Residual term W1... Wq : Bobot et-1... et-p : nilai sebelumnya atau residual Terbatasnya ketersediaan data anggrek analisis permintaan anggrek tidak dapat dilakukan Kelayakan Model Untuk memilih model terbaik pada analisis deret waktu, kriteria pemilihan model biasanya didasarkan nilai RMSE(Root Mean Square Error), MAPE (Mean Absolute Percentage Error), MAD (Mean Absolute Deviation) dan MSD (MeanSquared Deviation) yant terkecil. Demikian juga bisa dilihat secara visual perbandingan plot peramalan dengan datatesting, semakin dekat data peramalan dengan data testing, maka semakin bagus model tersebut. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

2015 OUTLOOK ANGGREK 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 OUTLOOK ANGGREK 2015 BAB III KERAGAAN ANGGREK DALAM NEGERI 3.1 PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS ANGGREK DI INDONESIA Perkembangan luas panen anggrek di Indonesia dari tahun 1997-2014 disajikan pada Gambar 3.1 Lampiran 1. Selama periode 1997-2014, perkembangan luas panen anggrek cenderung naik, secara rata-rata dalam rentang tahun 1997 2014, luas panen anggrek di Indonesia mengalami pertumbuhan 3,95% per tahun dengan luas panen tertinggi terjadi pada tahun 1998 mencapai 2,93 juta m 2 dan tahun 2004 sebesar 2,26 juta m 2. Dalam periode ini, luas panen anggrek sempat mengalami beberapa kali penurunan luas panen dengan penurunan terjadi cukup besar pada tahun 2000 (44.75%) Bila di lihat dari pertumbuhan lima tahun terakhir, juga mengalami fluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan turun 0.86%. (m 2 ) 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 - Luas Panen Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Anggrek di Indonesia, 1997-2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

2015 OUTLOOK ANGGREK Jatim 17,64% Banten 15,46% Jabar 25,96% Bali 11,62% lainnya 6,18% Kaltim 1,43% Kalbar 1,77% Sulut 1,93% Sumut 2,78% Jateng 7,53% DKI 7,71% Gambar 3.2. Distribusi Luas Panen Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010-2014 Penyebaran luas panen anggrek di Indonesia dari rata-rata luas panen dari tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan hampir 93% tersebar hanya di 10 propinsi dan 5 diantaranya adalah propinsi di Pulau Jawa. Dari Gambar 3.2 terlihat pula bahwa Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki share rata-rata luas panen anggrek terbesar yaitu mencapai 25,96% dan 17,64% terhadap ratarata luas panen anggrek di Indonesia periode tahun 2010 2014. Propinsi Banten memiliki kontribusi rata-rata luas panen terbesar berikutnya dengan nilai share sebesar 15,46% diikuti oleh Propinsi Bali dengan share 11,62% Provinsi lainnya memliki luas panen berkisar antara share 1,43% terdapat di Kalimantan Timur sampai share 7,71% terdapat di DKI Jakarta secara rinci disajikanpada Lampiran 2. Berbeda dengan luas panen anggrek yang sempat mengalami penurunan jumlah luasan, sejak tahun 1997 produksi anggrek berkecenderungan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 10,67%. (Gambar 3.3). Pada tahun 1997 ke tahun 1998 naik 19,65%, namun kemudian turun hingga 58,78% menjadi hanya 3,21 juta tangkai di tahun 1999, sekaligus merupakan tahun dengan penurunan produksi yang cukup tinggi pada periode tahun 1997-2014. Perkembangan produksi yang tinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 38,20% atau naik sebesar 1.91 juta tangkai menjadi 6,90 juta tangkai. Sejak tahun 1999 2014 perkembangan anggrek meningkat terus dari mulai 3,21 juta tangkai di tahun 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 1999 hingga 19,74 juta tangkai di tahun 2015, walaupun ada beberapa tahun yang sempat turun produksinya. Perkembangan anggrek lima tahun terakhir (2010 2014) terjadi kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,19%. Secara rinci tersaji pada Lampiran 3. (Tangkai) 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 - Produksi Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Anggrek di Indonesia, 1997-2014 Sejalan dengan Gambar 3.2 dimana luas panen anggrek di Indonesia hanya tersebar di 10 propinsi, maka pada Gambar 3.4 sentra produksi anggrek tersebar di propinsi yang sama. Kesepuluh propinsi yang tersebut berkontribusi hingga 96,73% dari produksi anggrek di Indonesia sejak tahun 2010 2015. Dalam Gambar 3.4, terlihat bahwa Propinsi Banten memiliki kontribusi terbesar dengan nilai share mencapai 28,03% terhadap rata-rata produksi anggrek Indonesia. Propinsi Jawa Jabar, memiliki kontribusi rata-rata luas panen anggrek yang hampir sama dengan Propinsi Banten, yaitu nilai share rata-rata produksi sebesar 26,63%. Kemudian urutan ketiga di provinsi Jawa Timur dengan nilai share rata-rata produksi sebesar 14,62%. Propinsi lainnya seperti Bali, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara Dan Kalimantan memiliki kontribusi berkisar antara 1,12 % hingga 6,62%, atau 201,93 ribu tangkai sampai 1.195,54 ribu tangkai. Secara rinci produksi anggrek per propinsi tersaji pada Lampiran 3. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

2015 OUTLOOK ANGGREK Jabar 26,63% Banten 28,03% Jatim 14,62% lainya 3,27% Kaltim 1,12% Sulut 1,15% Sumut 3,88% DKI 4,76% Kalbar 4,08% Bali 6,62% Jateng 5,86% Gambar 3.4. Distribusi Produksi Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010-2014 Dengan luas panen pada periode 1997 2014 yang berkencederungan menurun sementara produksi anggrek mengalami peningkatan telah menjadi indikasi bahwa pada periode tersebut terjadi peningkatan produktivitas anggrek di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan Gambar 3.5 yang menyajikan perkembangan produktivitas anggrek di Indonesia selama periode 1997 2014. Produktivitas anggrek nasional pada tahun 1997 adalah 3,28 tangkai/m 2 dan meningkat menjadi 13,39 tangkai/m 2 pada tahun 2014 atau meningkat secara rata-rata sebesar 14,78% setiap tahunnya. Selama periode 1997 2014 produktivitas anggrek tertinggi terjadi pada tahun 2014 dimana anggrek nasional mampu berproduksi hingga 13,39 tangkai per m 2. Data produktivitas anggrek nasional tersaji pada Lampiran 1. 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 (Tangkai/m 2 ) 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - Produktivitas Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Anggrek di Indonesia, 1997-2014 3.2. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR ANGGREK INDONESIA Pada outlook ini ekspor dan impor komoditas anggrek dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu ekspor dan impor untuk bibit atau anakan anggrek (Kode HS 0602902000) dan untuk tanaman anggrek, termasuk didalamnya anggrek segar (Kode HS 0603130000), serta anggrek potongan (Kode HS 0602101000 dan 0602901000). Data volume, nilai, dan neraca perdagangan anggrek Indonesia tersaji secara lengkap pada Lampiran 4. Perkembangan ekspor dan impor anggrek pada periode tahun 2000-2014, seperti terlihat pada Gambar 3.6 untuk volume ekspor maupun Gambar 3.7 untuk volume impor, menunjukan adanya kecenderungan penurunan aktivitas. Untuk volume ekspor (Gambar 3.6), terlihat bahwa ekspor yang mendominasi volume ekspor anggrek Indonesia adalah dari tanaman anggrek. Tahun 2002 adalah tahun terakhir Indonesia mampu melakukan ekspor bibit anggrek diatas ekspor tanaman anggrek sebelum akhirnya sama sekali tidak ada ekspor bibit anggrek Indonesia di tahun 2010 dan 2011. Tahun 2012-2014 terjadi lagi ekspor bibit dengan volume lebih besar dari tanaman anggrek yaitu berkisar antara 52.187 kg sampai 54.972 kg. Volume ekspor tanaman anggrek sempat mengalami kecenderungan peningkatan volume hingga tahun 2003 sebelum akhirnya berkecenderungan turun hingga akhir tahun 2014 yaitu hanya mencapai 268 kg. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

2015 OUTLOOK ANGGREK (kg) 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Bibit Tanaman Total Gambar 3.6. Perkembangan Volume Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 Berbeda dengan volume ekspor anggrek, volume impor anggrek lebih didominasi oleh impor anakan anggrek dibandingkan impor tanaman anggrek (Gambar 3.7). Tahun 2002 hingga tahun 2003 adalah tahun-tahun dimana impor bibit dan tanaman anggrek Indonesia sama banyaknya. Namun setelah tahun 2003, Indonesia berkecenderungan terjadi penurunan impor tanaman anggrek, dengan kisaran antara 100 kg hinga 32.679 kg, pada tahun 2009 Indonesia sempat mengalami peningkatan impor tanaman anggrek, namun kembali menurun di tahun-tahun berikutnya. (kg) 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 Bibit Tanaman Total Gambar 3.7. Perkembangan Volume Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Nilai ekspor komoditas anggrek pada periode tahun 2000-2003 (Gambar 3.8) terlihat memiliki kecenderungan meningkat, namun pada periode berikutnya yaitu periode tahun 2004-2014 terlihat nilai ekspor komoditas anggrek Indonesia cenderung mengalami penurunan. Dalam rentang tahun 2000-2014 nilai ekspor anggrek Indonesia tertinggi dicapai pada tahun 2003 yaitu mencapai 1,71 juta US$ namun pencapaian ini tidak bertahan pada tahun-tahun berikutnya dimana nilai ekspor anggrek terus mengalami penurunan hingga tahun 2014. Pada tahun 2004 nilai ekspor anggrek Indonesia 1,33 juta US$ atau turun 22,5% dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 nilai ekspor anggrek meningkat mencapai nilai 1,43 juta US$ namun kembali turun hingga tahun 2009, dimana pada tahun tersebut nilai ekspor anggrek meningkat sebesar 39,56% atau mencapai nilai 1,04 juta US$ dan kembali menurun hingga tahun 2014. Secara keseluruhan pada periode 2000-2014, nilai ekspor anggrek Indonesia turun sebesar rata-rata 1,47% tiap tahun. Sama halnya dengan nilai ekspor total tanaman anggrek, nilai ekspor bibit anggrek juga mengalami penurunan pada periode 2000-2014 dengan rata-rata penurunan mencapai 4,31% setiap tahun. Data lengkap nilai ekspor anggrek Indonesia periode 2000-2014 disajikan pada Lampiran 4. (US$) 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 Bibit Tanaman Total Gambar3.8. Perkembangan Nilai Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

2015 OUTLOOK ANGGREK (US$) 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 Bibit Tanaman Total Gambar 3.9. Perkembangan Nilai Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 Berbeda dengan nilai ekspor anggrek yang sebagian besar dalam bentuk tanaman, nilai impor anggrek Indonesia sebagian besar dalam bentuk bibit anggrek (Gambar 3.9). Pada tahun 2000, nilai impor bibit anggrek Indonesia sebesar US$ 300.149 atau 86,65% dari total nilai impor. Artinya persentase impor tanaman anggrek hanya sebesar 13,35%. Demikian juga dengan tahun-tahun berikutnya, kontribusi bibit anggrek untuk nilai impor sangat dominan. Namun pada tahun 2009, terjadi kondisi sebaliknya, dimana impor anggrek dalam bentuk tanaman lebih besar dari pada impor bibit anggrek dan kembali rendah pada tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat Indonesia pada tahun-tahun sebelum dan setelahnya mengimpor anggrek dalam bentuk tanaman tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan impor bibit anggrek. Secara keseluruhan perkembangan nilai impor anggrek selama periode 2000-2014 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 37,12% setiap tahunnya. Rata-rata kontribusi nilai impor bibit anggrek terhadap nilai impor total adalah 61,57%. Perkembangan volume dan nilai impor anggrek Indonesia secara rinci disajikan pada Lampiran 4. 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Gambar 3.10. Negara tujuan ekspor anggrek Indonesia, 2014 Selama periode tahun 2000-2014, ekspor anggrek Indonesia sebagian besar dalam bentuk tanaman anggrek dengan rata-rata kontribusi sebesar 70,94%, sementara dalam bentuk bibit anggrek sebesar 29,06%. Sementara di tahun 2014 ekspor dalam bentuk tanaman anggrek lebih kecil (0.51%) dari pada ekspot dalam bentu bibit anggrek (99,49). secara rinci di sajikan pada lampiran 4. Tahun 2007 ekspor anggrek Indonesia dominan ditujukan ke negara Jepang yaitu sebesar US$ 263,04 ribu atau 41,15% dari total ekspor anggrek Indonesia. Negara tujuan ekspor anggrek berikut nya adalah Australia yakni sebesar US$ 177,80 ribu atau 27,82% dari total indonesia, kemudian negara Singapore dengan nilai ekspor sebesar US$ 137,02 ribu atau 21,44% (Gambar 10). Negara tujuan ekspor berikutnya adalah Taiwan, Uni Emerat Arab, Gatar, Malaysia dan Thailand dengan realisasi ekspor di bawah US$ 54 ribu, secara rinci disajikan pada lampiran 5. Indonesia melakukan impor beberapa jenis tanaman anggrek walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Selama periode tahun 2010-2014 impor anggrek Indonesia mengalami penurunan dari sisi volume sebesar 17,80%, namun nilai impornya naik sebesar 39,82%. Hal ini menunjukan adanya kenaikan harga impor anggrek yang masuk ke Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 x 10000 (US$) 2015 OUTLOOK ANGGREK Tahun 2014 tanaman anggrek yang di impor Indonesia sebagian besar berasal dari Taiwan senilai US$ 56,90 ribu atau 51,52% dari total Impor anggrek Indonesia. Kemudian negara Thailand dengan nilai impor US$ 34,13 ribu atau 30,90% dari total anggrek Indonesia, yang terakhir negara Jepang dengan nilai impor US$ 19,41ribu atau 17,58% dari total nilai impor anggrek Indonesia. Negara asal impor anggrek Indonesia secara rinci dapat di lihat pada lampiran 6. Taiwan 51,52% Thailand 30,90% Japan 17,58% Taiwan Thailand Japan Gambar 3.11. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014 200 150 100 50 0-50 Bibit Tanaman Total Gambar 3.12. Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Gambar 3.12 menyajikan neraca nilai ekspor dan impor anggrek Indonesia periode 2000 2014. Dari Gambar 3.12 terlihat bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan di bibit atau anakan anggrek. Sedangkan untuk tanaman anggrek, Indonesia terlihat memiliki kinerja yang lebih baik. Dengan volume ekspor tanaman anggrek Indonesia yang berkecenderungan turun sementara nilai dan neraca ekspor perdagangan tanaman anggrek Indonesia yang cukup baik kinerjanya, dapat menunjukkan bahwa tanaman anggrek adalah komoditas perdagangan dunia yang cukup menjanjikan bagi Indonesia. Namun disisi lain, kinerja perdagangan bibit anggrek Indonesia yang defisit menunjukan Indonesia belum mampu menciptakan bibit anggrek sendiri. 3.3. PERKEMBANGAN HARGA EKSPOR-IMPOR ANGGREK INDONESIA Harga ekspor komoditas anggrek Indonesia dalam outlook ini digunakan dengan pendekatan nilai ekspor dibagi volume ekspor. Begitupula untuk harga impor, digunakan pendekatan nilai impor dibagi volume impor. Sebagaimana pada keragaan ekspor dan impor sebelumnya, harga ekspor dan impor anggrek akan dibedakan berdasarkan tanaman dan bibit. Untuk harga ekspor tanaman, pada tahun 2000 2010, harga ekspor tanaman anggrek Indonesia cenderung mengalami peningkatan namun pada tahun 2011 harga tanaman anggrek Indonesia menurun sebesar 27,32% dibandingkan harga tahun 2010. Pada tahun 2010 harga tanaman anggrek Indonesia mencapai 16,11 US$/Kg tertinggi pada periode 2000 2014 sedangkan pada tahun 2011 harga tanaman anggrek Indonesia hanya 11,71 US$/Kg. Namun hal ini lebih baik dibandingkan dengan harga ekspor bibit anggrek yang pada dua tahun terakhir tidak terjadi ekspor bibit anggrek dari Indonesia. Secara keseluruhan, peningkatan harga ekspor tanaman anggrek Indonesia pada periode tahun 2000 2014 mencapai 59,06% atau meningkat 3.94% per tahun. Keragaan harga ekspor anggrek Indonesia untuk periode 2000 2014 disajikan pada Gambar 3.13 dengan data pada Lampiran 7. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

2015 OUTLOOK ANGGREK (US$/kg) 20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - Bibit Tanaman Gambar 3.13. Perkembangan Harga Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 (US$/kg) 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Bibit Tanaman Gambar 3.14. Perkembangan Harga Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 Berbeda dengan harga ekspor, harga impor tanaman anggrek Indonesia berkembang cukup fluktuatif. Pada periode tahun 2000 2014, harga impor tanaman anggrek Indonesia mengalami dua kali periode kenaikan harga. Pada tahun 2005 harga impor tanaman anggrek sebesar 3,06 US$/Kg dan meningkat menjadi 11,78 US$/Kg pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 284,64%. Peningkatan harga ini tidak berlanjut pada tahun 2007, dimana pada tahun 2007 harga impor tanaman anggrek Indonesia turun menjadi 4,92 US$/Kg atau turun sebesar 58,23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan harga impor 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 tanaman anggrek tertinggi terjadi pada tahun 2010. Tahun 2010 harga impor tanaman anggrek Indonesia hanya 0,55 US$/Kg atau turun sebesar 96,11% dibandingkan tahun 2009. Secara lengkap grafik perkembangan harga impor anggrek Indonesia disajikan pada Gambar 3.14 dengan data dapat dilihat pada Lampiran 7. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

2015 OUTLOOK ANGGREK 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 BAB IV. ANALISIS PENAWARAN 4.1 PROYEKSI PENAWARAN ANGGREK DI INDONESIA 2015-2019 Proyeksi penawaran anggrek merupakan refrentasi dari fungsi produksi Namun karena terbatasnya ketersediaan data komoditas anggrek, maka perhitungan proyeksi produksi dengan analisis deret waktu (time series). Kriteria pemilihan model MAPE (Mean Absolute Percentage Error), MAD (Mean Absolute Deviation) dan MSD (Mean Squared Deviation) yang terkecil. Hasil dari analisis tersebut disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Proyeksi Penawaran Anggrek Indonesia, 2015 2019 Tahun Proyeksi Produksi (tangkai) Sasaran Renstra (tangkai) Selisih (tangkai) (Sasaran Rentra - Proyeksi) 2014*) 19.739.627 2015 20.471.344 21.689.665 1.218.321 2016 21.230.184 22.696.066 1.465.882 2017 22.017.154 23.749.163 1.732.009 2018 22.833.295 24.851.124 2.017.829 2019 23.679.690 28.004.216 2.324.526 Rata-rata 3,71% 4,64% Pertumbuhan Ket. *) : 2014 Angka tetap Terlihat pada Tabel 4.1. produksi anggrek nasional diproyeksikan akan meningkat dengan rata rata pertumbuhan 3,71%, sementara sasaran rentra tahun 2015-2019 pertumbuhan rata-rata mencapai 4,64%. Pada tahun 2015 produksi anggrek nasional diproyeksikan akan mencapai 20,47 juta tangkai, sedangkan sasaran renstra mencapai 21,69 juta tangkai atau selisih 1,22 juta tangkai (5,62%). Proyeksi produksi tahun 2016 akan naik menjadi 21,23 juta tangkai atau dapat di katakan hanya selisih 1,47 juta tangkai (6,46%) dari sasaran rentra sebesar 22,70 juta tangkai. Hingga tahun 2019 proyeksi produksi akan mencapai 23,68 juta tangkai atau dapat di katakan lebih kecil dari sasaran rentra yaitu 28,00 juta tangkai atau selisih 2,32 juta tangkai (8,94%). Hasil perhitungan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

2015 OUTLOOK ANGGREK proyeksi produksi tahun 2015-2019 telah mendekati angka 91% hingga 94% bila di bandingkan dengan angka sasaran rentra tahun 2015-2019. Hasil proyeksi di sajikan pada tabel 4.1. Hasil Proyeksi tahun 2015-2019 lebih kecil di bandinkan sasaran rentra tahun 2015-2019 dikarenakan model analisis yang di gunakan untuk menghitung proyeksi produksi mengunakan time series dengan pola produksi tahun sebelumnya tanpa di pengaruhi variabel lain. Sementara untuk angka prediksi produksi sasaran rentra kemungkinan besar di pengaruhi oleh beberapa variabel sehingga produksi dapat naik, misalnya adanya program atau usaha pemerintah agar dapat meningkatkan produksi anggrek di Indonesia seperti pengadaan bibit unggul, pemupukan, rencana pengadaan anggrek secara besar-besaran dll. 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 BAB V KESIMPULAN Perkembangan luas panen anggrek dari tahun 1997-2014 mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan 3,95%. Perkembagan produksi juga mengalami kenaikan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 10,67% dan perkembanag produktivitas juga mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan 14,78 %. Perkembangan volume ekspor impor dan nilai ekspor impor mengalami fluktusi yang cukup besar. Indonesia lebih banyak mengekspor anggrek dalam bentuk tanaman dan mengimpor anggrek dalam bibit. Harga ekspor komoditas anggrek Indonesia digunakan dengan pendekatan nilai ekspor dibagi volume ekspor. Begitu pula untuk harga impor, digunakan pendekatan nilai impor dibagi volume impor. Perhitungan proyeksi produksi merupakan representasi penawaran mengunakan analisis deret waktu (time series). Kriteria pemilihan model MAPE yang terkecil. Produksi anggrek nasional diproyeksikan akan meningkat dengan rata rata pertumbuhan 3,71%. Pada tahun 2015 produksi anggrek nasional diproyeksikan akan mencapai 20,47 juta tangkai dan akan meningkat terus hinga tahun 2019 dengan produksi 23,68 juta tangkai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

2015 OUTLOOK ANGGREK 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Ensiklopedi Tanaman Hias. Jakarta: AgroMedia Pustaka Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. Michigan: Wiley. Gunawan, L.W. 2005. Budidaya Anggrek. Edisi Revisi. Bogor: Penebar Swadaya. [Puslithorti] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2005. Prospek dan Arah Kebijakan Agribisnis Anggrek. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Sarwono, B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Jakarta: AgroMedia Pustaka. http://dimaseputro.blogspot.co.id/2011/12/peramalan-dengan-time-series-chaparima.html http://id.scribd.com/doc/23768342/perbandingan-metode-forecasting#scribd Victor. 2009. Potensi Anggrek Spesies Dendrobium asal Indonesia Sebagai Tanaman Induk Bunga Potong Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

2015 OUTLOOK ANGGREK 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek Indonesia, 1997-2014 Tahun Luas Panen (m 2 ) Pertumbuhan (%) Produksi (Tangkai) Pertumbuhan (%) Produktivitas (Tangkai/m 2 ) 1997 1.980.305 6.502.669 3,28 Pertumbuhan (%) 1998 2.929.223 47,92 7.780.202 19,65 2,66 (19,11) 1999 1.720.697 (41,26) 3.206.992 (58,78) 1,86 (29,83) 2000 950.739 (44,75) 3.260.858 1,68 3,43 84,03 2001 844.574 (11,17) 4.450.787 36,49 5,27 53,65 2002 1.142.261 35,25 4.995.735 12,24 4,37 (17,01) 2003 1.237.685 8,35 6.904.109 38,20 5,58 27,55 2004 2.260.464 82,64 8.027.720 16,27 3,55 (36,34) 2005 1.221.524 (45,96) 7.902.403 (1,56) 6,47 82,16 2006 1.120.630 (8,26) 10.703.444 35,45 9,55 47,64 2007 1.229.102 9,68 9.484.393 (11,39) 7,72 (19,21) 2008 1.799.181 46,38 15.309.964 61,42 8,51 10,28 2009 1.665.543 (7,43) 16.205.949 5,85 9,73 14,35 2010 1.828.546 9,79 14.050.445 (13,30) 7,68 (21,03) 2011 1.945.878 6,42 15.490.256 10,25 7,96 3,60 2012 1.641.352 (15,65) 20.727.891 33,81 12,63 58,64 2013 1.983.078 20,82 20.277.672 (2,17) 10,23 (19,03) 2014 1.473.760 (25,68) 19.739.627 (2,65) 13,39 30,99 Pertumbuhan rata-rata (%) 1997-2011 3,95 10,67 14,78 2010-2014 -3,52 9,81 18,55 Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

2015 OUTLOOK ANGGREK Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Anggrek Menurut Provinsi, 2007-2014 No Provinsi Luas panen (m 2 ) Rata-rata 2010 2011 2012 2013 2014 2010-2015 Share Kumulatif 1 Jawa Barat 309.729 348.328 349.659 806.938 488.906 460.712 25,96 25,96 2 Jawa Timur 519.756 292.545 289.758 236.627 226.910 313.119 17,64 43,60 3 Banten 280.086 225.959 298.386 297.556 269.979 274.393 15,46 59,06 4 Bali 193.297 351.028 308.902 112.360 65.412 206.200 11,62 70,67 5 DKI Jakarta 171.831 367.845 38.287 85.284 21.083 136.866 7,71 78,38 6 Jawa Tengah 82.966 85.119 143.492 200.418 155.976 133.594 7,53 85,91 7 Sumatera Utara 53.055 69.430 35.698 47.391 41.131 49.341 2,78 88,69 8 Sulawesi Utara 39.857 29.475 30.535 26.678 44.811 34.271 1,93 90,62 9 Kalimantan Barat 35.434 19.100 30.292 45.206 26.915 31.389 1,77 92,39 10 Kalimantan Timur 24.278 30.293 20.562 27.438 24.324 25.379 1,43 93,82 11 Lampung 32.253 35.192 13.926 14.111 24.667 24.030 1,35 95,17 12 DI Yogyakarta 17.431 13.202 17.599 17.548 22.188 17.594 0,99 96,16 13 Sulawesi Selatan 6.680 7.825 6.137 17.894 21.318 11.971 0,67 96,84 14 Sulawesi Tengah 14.088 23.430 2.087 4.593 2.278 9.295 0,52 97,36 15 Sumatera Selatan 9.456 7.531 7.893 10.916 7.032 8.566 0,48 97,84 16 Sulawesi Tenggara 4.956 3.103 6.808 10.142 3.998 5.801 0,33 98,17 17 Maluku Utara 700 8.378 16.086 130 13 5.061 0,29 98,46 18 Sumatera Barat 5.571 5.785 2.738 3.765 3.230 4.218 0,24 98,69 19 Jambi 6.038 5.361 2.986 3.242 1.325 3.790 0,21 98,91 20 Papua 3.252 1.223 3.443 2.230 7.531 3.536 0,20 99,11 21 Riau 3.939 2.970 2.764 2.587 5.130 3.478 0,20 99,30 22 Nusa Tenggara Barat 3.620 2.737 3.152 2.025 1.820 2.671 0,15 99,45 23 Kalimantan Tengah 2.176 1.563 2.286 1.499 2.325 1.970 0,11 99,56 24 Bengkulu 2.373 2.061 1.824 1.076 793 1.625 0,09 99,66 25 Gorontalo 406 706 1.860 2.266 2.148 1.477 0,08 99,74 26 Kepulauan Riau 1.481 1.578 1.048 752 650 1.102 0,06 99,80 27 Kalimantan Selatan 1.509 1.281 1.652 326 384 1.030 0,06 99,86 28 Kep. Bangka Belitung 1.152 892 697 698 534 795 0,04 99,90 29 Papua Barat 517 825 200 - - 514 0,03 99,93 30 Sulawesi Barat 114 810 107 605-409 0,02 99,96 31 Aceh 470 280 238 492 239 344 0,02 99,97 32 Nusa Tenggara Timur - - 35 285 710 343 0,02 99,99 33 Maluku 75 23 215 - - 104 0,01 100,00 Indonesia 1.828.546 1.945.878 1.641.352 1.983.078 1.473.760 1.774.989 100 Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Lampiran 3. Perkembangan Produksi Anggrek Menurut Provinsi, 2007-2014 No Provinsi Produksi (Tangkai) Rata-rata 2010 2011 2012 2013 2014 2010-2014 Share Kumulatif 1 Banten 2.189.988 3.673.559 5.628.179 6.406.732 7.408.688 5.061.429 28,03 28,03 2 Jawa Barat 2.412.619 4.085.935 7.626.316 5.266.148 4.648.868 4.807.977 26,63 54,66 3 Jawa Timur 3.430.362 1.952.960 2.483.618 2.890.127 2.440.221 2.639.458 14,62 69,27 4 Bali 1.209.106 1.349.747 1.236.218 992.619 1.190.003 1.195.539 6,62 75,89 5 Jawa Tengah 452.886 411.276 1.242.982 1.229.972 1.950.394 1.057.502 5,86 81,75 6 DKI Jakarta 1.305.565 1.683.623 211.438 931.257 165.253 859.427 4,76 86,51 7 Kalimantan Barat 1.009.599 358.844 764.824 992.367 555.091 736.145 4,08 90,59 8 Sumatera Utara 531.431 862.964 705.923 787.679 611.317 699.863 3,88 94,46 9 Sulawesi Utara 296.409 205.117 215.714 165.863 152.483 207.117 1,15 95,61 10 Kalimantan Timur 484.318 216.196 118.108 119.678 71.356 201.931 1,12 96,73 11 Lampung 219.669 159.944 64.671 71.914 144.873 132.214 0,73 97,46 12 Sulawesi Selatan 42.057 51.903 67.468 133.762 92.517 77.541 0,43 97,89 13 DI Yogyakarta 86.451 50.335 64.995 68.860 78.977 69.924 0,39 98,28 14 Sumatera Barat 106.988 76.737 32.192 31.145 74.458 64.304 0,36 98,63 15 Sulawesi Tengah 71.075 119.143 41.747 46.242 23.713 60.384 0,33 98,97 16 Sumatera Selatan 37.343 14.830 45.885 32.205 23.410 30.735 0,17 99,14 17 Sulawesi Tenggara 28.878 31.674 22.414 26.679 7.912 23.511 0,13 99,27 18 Jambi 19.358 62.959 8.900 9.003 11.558 22.356 0,12 99,39 19 Papua 17.576 19.029 26.216 10.197 24.068 19.417 0,11 99,50 20 Bengkulu 37.667 19.876 14.709 8.057 5.278 17.117 0,09 99,59 21 Maluku Utara 4.660 27.479 45.678 1.400 29 15.849 0,09 99,68 22 Riau 10.726 9.168 9.860 8.253 12.729 10.147 0,06 99,74 23 Kepulauan Bangka Belitung 8.219 8.848 6.868 8.676 10.587 8.640 0,05 99,79 24 Kalimantan Tengah 9.706 7.271 8.932 6.217 8.703 8.166 0,05 99,83 25 Kalimantan Selatan 11.860 11.687 10.169 1.311 3.944 7.794 0,04 99,87 26 Nusa Tenggara Barat 5.633 9.407 8.812 7.909 6.598 7.672 0,04 99,92 27 Gorontalo 1.769 2.122 6.458 11.798 11.539 6.737 0,04 99,95 28 Kepulauan Riau 5.778 5.075 4.920 6.811 2.368 4.990 0,03 99,98 29 Aceh 1.057 531 1.333 1.946 1.190 1.211 0,01 99,99 30 Sulawesi Barat 1.534 1.436 566 2.025-1.112 0,01 99,99 31 Nusa Tenggara Timur - - 194 820 1.502 503 0,00 100,00 32 Maluku 158 581 1.584 - - 465 0,00 100,00 33 Papua Barat - - - - - - - 100,00 Indonesia 14.050.445 15.490.256 20.727.891 20.277.672 19.739.627 18.057.178 100,00 200,00 Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

2015 OUTLOOK ANGGREK Lampiran 4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014 Tahun Jenis Ekspor Impor Neraca Vol (Kg) Nilai (US$) Vol (Kg) Nilai (US$) Vol (Kg) Nilai (US$) 2000 Total 673.115 1.138.624 38.147 346.409 634.968 792.215 Bibit 334.559 369.843 31.288 300.149 303.271 69.694 Tanaman 338.556 768.781 6.859 46.260 331.697 722.521 2001 Total 759.378 1.435.522 51.445 423.920 707.933 1.011.602 Bibit 336.409 279.074 42.841 368.926 293.568-89.852 Tanaman 422.969 1.156.448 8.604 54.994 414.365 1.101.454 2002 Total 744.732 1.189.558 78.054 182.734 666.678 1.006.824 Bibit 383.575 199.784 38.772 140.140 344.803 59.644 Tanaman 361.157 989.774 39.282 42.594 321.875 947.180 2003 Total 711.344 1.710.982 103.941 226.882 607.403 1.484.100 Bibit 108.556 67.000 53.678 187.801 54.878-120.801 Tanaman 602.788 1.643.982 50.263 39.081 552.525 1.604.901 2004 Total 426.113 1.325.954 138.781 350.047 287.332 975.907 Bibit 31.471 284.981 106.102 308.680-74.631-23.699 Tanaman 394.642 1.040.973 32.679 41.367 361.963 999.606 2005 Total 525.337 1.427.994 94.448 362.310 430.889 1.065.684 Bibit 86.861 22.044 90.090 348.969-3.229-326.925 Tanaman 438.476 1.405.950 4.358 13.341 434.118 1.392.609 2006 Total 362.705 1.232.199 70.848 334.784 291.857 897.415 Bibit 866 9.612 70.248 327.719-69.382-318.107 Tanaman 361.839 1.222.587 600 7.065 361.239 1.215.522 2007 Total 202.804 1.166.671 72.689 480.204 130.115 686.467 Bibit 413 1.329 70.895 471.381-70.482-470.052 Tanaman 202.391 1.165.342 1.794 8.823 200.597 1.156.519 2008 Total 166.930 740.751 34.651 78.715 132.279 662.036 Bibit 10.000 535 34.551 78.215-24.551-77.680 Tanaman 156.930 740.216 100 500 156.830 739.716 2009 Total 121.664 1.040.544 64.343 434.071 57.321 606.473 Bibit 100 1.904 37.891 61.111-37.791-59.207 Tanaman 121.564 1.038.640 26.452 372.960 95.112 665.680 2010 Total 55.842 899.397 26.801 40.154 29.041 859.243 Bibit 0 0 25.609 39.500-25.609-39.500 Tanaman 55.842 899.397 1.192 654 54.650 898.743 2011 Total 66.955 783.785 13.596 48.899 53.359 734.886 Bibit 0 0 12.577 47.749-12.577-47.749 Tanaman 66.955 783.785 1.019 1.150 65.936 782.635 2012 Total 69.353 821.557 7.070 85.697 62.283 735.860 Bibit 52.187 689.065 7.070 85.697 45.117 603.368 Tanaman 17.166 132.492 0 0 17.166 132.492 2013 Total 58.656 630.421 5.018 56.127 53.638 574.294 Bibit 54.972 609.891 5.018 56.127 49.954 553.764 Tanaman 3.684 20.530 0 0 3.684 20.530 2014 Total 52.651 639.158 7.783 110.442 44.868 528.716 Bibit 52.383 638.190 7.783 110.442 44.600 527.748 Tanaman 268 968 0 0 268 968 Rata-rata pertumbuhan : 2000-2014Total -13,32-1,47 0,20 37,12-9,13-0,30 Bibit 144,25 4,31-1,09 9,43 78,27-67,85 Tanaman -23,75-14,47 6,90-22,45-23,56-13,92 2010-2014Total -0,54-7,48-17,80 39,82 17,56-11,06 Bibit 0,16-1,71-17,15 40,66-127,40-338,92 Tanaman -56,43-68,93-28,63-6,04-56,14-68,94 Sumber: BPS, diolah Pusdatin 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK ANGGREK 2015 Lampiran 6. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014 No Negara Tujuan Volume (Kg) Nilai (US$) Share 1 Japan 26.439 263.042 41,15 2 Australia 9.432 177.798 27,82 3 Singapore 15.926 137.022 21,44 4 Taiwan 248 54.000 8,45 5 Uni Emerat Arab 240 4.000 0,63 6 Qatar 94 1.917 0,30 7 Malaysia 262 927 0,15 8 Thailand 10 452 0,07 Total 52.651 639.158 100 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Lampiran 7. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014 No Negara Asal Volume (Kg) Nilai (US$) Share 1 Taiwan 5.120 56.901 51,52 2 Thailand 2.439 34.129 30,90 3 Japan 224 19.412 17,58 Total 7.783 110.442 100 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Lampiran 5. Perkembangan Harga Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 Tahun Harga Ekspor (US$/Kg) Harga Impor (US$/Kg) Bibit Tanaman Bibit Tanaman 2000 1,11 2,27 9,59 6,74 2001 0,83 2,73 8,61 6,39 2002 0,52 2,74 3,61 1,08 2003 0,62 2,73 3,50 0,78 2004 9,06 2,64 2,91 1,27 2005 0,25 3,21 3,87 3,06 2006 11,10 3,38 4,67 11,78 2007 3,22 5,76 6,65 4,92 2008 0,05 4,72 2,26 5,00 2009 19,04 8,54 1,61 14,10 2010-16,11 1,54 0,55 2011-11,71 3,80 1,13 2012 13,20 7,72 12,12-2013 11,09 5,57 11,19-2014 12,18 3,61 14,19 - Rata-rata 6,33 5,56 6,01 4,73 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

2015 OUTLOOK ANGGREK 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian