PEMILIHAN KONTRAKTOR DI PROYEK KONSTRUKSI PT. X DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PRAKUALIFIKASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI DI SEBUAH PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

Pendidikan Responden

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM)

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: USULAN PENILAIAN PROMOSI JABATAN DENGAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DAN RATING SCALE DI PT.

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

Ususlan Pemilihan Supplier Bahan Baku PVC Ballon di CV MD Sport Dengan Metode Analytical Network Process

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ)

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

P11 AHP. A. Sidiq P.

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS HOME INDUSTRY NEDY)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP

PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Pengertian Metode AHP

STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB III ANP DAN TOPSIS

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKOMENDASI PENGANGKATAN KARYAWAN PESERTA TRAINING MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih

PEMILIHAN LOKASI YANG OPTIMAL DENGAN HYBRID ANALYSIS

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN METODE DEMOLISI PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

Pemilihan Supplier Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Network Process (FANP) pada PT Putra Gunung Kidul

PAPER TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP)

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

TEKNIK REKOMENDASI PEMILIHAN JURUSAN PERGURUAN TINGGI DENGAN PENDEKATAN PREFERENSI PENGGUNA DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENGADAAN LAPTOP PADA PENGADILAN NEGERI PANGKALPINANG

Transkripsi:

PEMILIHAN KONTRAKTOR DI PROYEK KONSTRUKSI PT. X DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS Kristophorus Kanaprio Ola 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail: syndrome_borneo@yahoo.com 2) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan transmisi gas bumi melalui pipa, dimana infrastruktur pipa merupakan aset vital bagi perusahaan. Proyek konstruksi pipa menjadi aktivitas yang penting bagi perusahaan dan pemilihan kontraktor merupakan proses krusial dalam rangkaian aktivitas tersebut. Sebuah model pemilihan kontraktor dirancang melalui focus group discussion yang melibatkan pekerja pada tingkat manajemen atas dan manajemen menengah untuk menentukan kriteria pemilihan dan hubungan antar kriteria pemilihan. Perancangan model bertujuan untuk mendapatkan penilaian atas kualitas penawaran kontraktor berdasarkan tujuan dan kebutuhan perusahaan sehingga hasil penilaian tidak hanya didasarkan pada harga penawaran. Model yang diperoleh melibatkan 5 kriteria pemilihan, yaitu kemampuan teknis, kemampuan organisasi, keselamatan dan kesehatan kerja, kemampuan internal dan harga penawaran. Model tersebut kemudian diaplikasikan pada sebuah proyek konstruksi pipa untuk dan digunakan metode Analytic Network Process untuk mengolah bobot kriteria dan hasil penilaian kontraktor. Data masukan diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh tim evaluasi proyek di PT. X. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa model yang dikembangkan memberikan hasil penilaian sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Kontraktor pemenang yang diperoleh memiliki kualitas penawaran yang tidak hanya mempertimbangkan harga penawaran. Analisis sensitivitas terhadap model menunjukkan bahwa hasil penilaian kontraktor sensitif terhadap perubahan pada bobot kriteria kemampuan organisasi dan keselamatan dan kesehatan kerja. Kata kunci: model pemilihan kontraktor, pengambilan keputusan, analytic network process PENDAHULUAN PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan transmisi gas bumi melalui pipa. Sebagai perusahaan yang menggunakan infrastruktur pipa sebagai media penyaluran produknya, pengembangan jaringan pipa merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi perusahaan. Pengembangan jaringan pipa bertujuan untuk menjamin pertumbuhan usaha perusahaan dalam rangka meningkatkan volume penyaluran gas dan pendapatan usaha. Selain itu, pengembangan jaringan pipa menjadi salah satu motor penggerak perekonomian suatu wilayah melalui penyediaan sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, proyek konstruksi pipa menjadi aktivitas yang penting untuk menunjang pertumbuhan perusahaan dan penyediaan sumber energi bagi pengguna. Proyek konstruksi merupakan aktivitas yang kompleks, dinamis dan memiliki tingkat ketidakpastian serta resiko yang tinggi (Singh dan Tiong, 2005). Hal-hal tersebut dapat memunculkan banyak faktor yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas proyek, misalnya keterlambatan dan pembengkakan biaya. Faktor-faktor tersebut muncul sejak tahap B-23-1

awal pelaksanaan proyek, yaitu tahap desain, proses pengadaan, pelaksanaan hingga serah terima. Untuk mengurangi atau mengoptimalkan semua resiko yang ada, pemilihan kontraktor menjadi salah satu proses krusial bagi pemilik proyek untuk dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan permintaan pemilik proyek (Singh dan Tiong, 2005). Dalam aplikasinya pada sebuah perusahaan, pemilihan kontraktor diawali dengan proses pengambilan keputusan pada level middle management untuk memberikan usulan dan masukan kepada top management untuk menentukan kontraktor yang akan dipilih untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi. Proses pengambilan keputusan ini merupakan pengambilan keputusan berkelompok yang menggunakan beberapa kriteria sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengambil keputusan pada level middle management ini terdiri dari pekerja dari fungsi-fungsi organisasi perusahaan yang terkait dengan perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, serah terima sampai dengan pengoperasian hasil pekerjaan tersebut. Pemilihan kontraktor merupakan proses pengambilan keputusan yang memiliki karakteristik yang unik, misalnya menggunakan lebih dari satu kriteria, pengambilan keputusan yang dilakukan secara berkelompok, menggunakan data dan informasi yang tidak lengkap, melibatkan penilaian subjektif dan menggunakan kombinasi antara data kualitatif dan kuantitatif. Karakteristik tersebut tercermin pula dalam kriteria-kriteria yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu, metode yang digunakan dalam proses tersebut harus dapat mengakomodir karakteristik dari proses pemilihan kontraktor agar diperoleh hasil yang lebih baik (El-Sawalhi dkk., 2007). El-Sawalhi dkk. (2007) melakukan penelitian terhadap beberapa metode pengambilan keputusan yang digunakan dalam proses pemilihan kontraktor. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa metode pengambilan keputusan yang digunakan untuk memilih kontraktor, antara lain dimensional weighting aggregation (DWA), knowledge based system (KBS), multi-attribute analysis (MAA), fuzzy set, PERT model, analytic hierarchy process (AHP), multi-attribute utility theory (MAUT), case-based reasoning (CBR), artificial neural network (ANN), cluster analysis (CA) dan graph theory (GT). Dari beberapa metode pengambilan keputusan diatas, Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang efektif dan sering digunakan dalam penelitian untuk mendukung proses pengambilan keputusan di bidang manajemen proyek konstruksi, misalnya pemilihan kontraktor, pemilihan metode konstruksi, evaluasi penggunaan teknologi baru, pemilihan peralatan dan penilaian resiko dari proyek konstruksi (Jaskowski dkk., 2010). Selain itu, AHP merupakan metode yang efektif untuk digunakan dalam pengambilan keputusan pada level middle management yang dilakukan secara berkelompok dan mampu melakukan sintesa keputusan berdasarkan input atau masukan dari beberapa pengambil keputusan (El Sawalhi dkk., 2007). Namun, metode AHP memiliki kekurangan dalam aplikasinya, yaitu ketidakmampuan hierarki keputusan dalam AHP yang belum mampu mengakomodasi adanya hubungan timbal balik dan korelasi antar kriteria penilaian dalam model pengambilan keputusan. Dalam penelitian yang dilakukan Fong dan Choi (2000), disimpulkan bahwa beberapa kriteria yang digunakan dalam penelitian yang memiliki hubungan timbal balik atau korelasi antara kriteria yang satu dengan yang lain. Selain itu, bentuk hubungan atau korelasi antar kriteria dapat berupa hubungan positif (saling mendukung) ataupun hubungan negatif (saling melemahkan). Sedangkan dalam konsep metode AHP, elemen kriteria yang menyusun hierarki keputusan diasumsikan hanya memiliki hubungan satu arah ( uni-directional) antar elemen atau kriteria yang berbeda level pada hierarki keputusan, misalnya antara kriteria dengan sub-kriteria atau sub sub-kriteria, dan tidak memiliki korelasi dengan elemen atau kriteria pada kelompok (cluster) yang lain (Cheng dan Li, 2007). Dengan kata lain, semua kriteria atau subkriteria B-23-2

pada hierarki keputusan diasumsikan sebagai kriteria yang independen dan tidak memiliki korelasi dengan kriteria yang lain pada level yang sama dalam hierarki keputusan. Untuk mengakomodasi hubungan atau korelasi antar kriteria keputusan tersebut, digunakan metode Analytic Network Process (ANP) untuk merancang model keputusan dalam pemilihan kontraktor. Metode ANP adalah metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1996 dan merupakan pengembangan dari metode AHP yang bertujuan menyempurnakan model pengambilan keputusan dengan mengakomodir korelasi antar kriteria keputusan agar dapat memperoleh model keputusan yang mendekati kondisi atau fakta yang ada di lapangan. Tujuan penelitian ini adalah merancang model pemilihan kontraktor berdasarkan kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik. Model tersebut kemudian diolah menggunakan metode ANP untuk memperoleh hasil penilaian kontraktor yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu, penelitian ini juga menganalisa pengaruh perubahan kriteria terhadap hasil keputusan yang diperoleh dengan mengimplementasikan model yang diperoleh pada sebuah proyek konstruksi. METODE Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu perancangan model dan studi kasus. Tahap perancangan model bertujuan merancang sebuah model pemilihan kontraktor yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan terhadap proyek konstruksi. Tahap studi kasus bertujuan mengimplementasikan model pemilihan kontraktor dan menganalisa hasil dan pengaruh perubahan kriteria terhadap hasil. Penjelasan lebih lanjut mengenai metode penelitian ini akan dipaparkan pada Gambar 1 dan penjelasan dibawah ini. B-23-3

Perancangan Model Gambar 1. Metode Penelitian Tahap ini diawali dengan studi pendahuluan terkait proses pemilihan kontraktor pada penelitian sebelumnya. Tujuan studi pendahuluan tersebut adalah untuk memperoleh beberapa kriteria dan subkriteria awal yang diusulkan untuk didiskusikan oleh manajemen perusahaan. Usulan awal tersebut kemudian didiskusikan dalam sebuah focus group discussion (FGD) yang melibatkan pekerja dari level top management dan middle management dilingkungan perusahaan. FGD tersebut bertujuan untuk menentukan kriteria dan subkriteria pemilihan serta hubungan antar kriteria dan subkriteria tersebut untuk menyusun sebuah model pemilihan kontraktor berdasarkan kesepakatan manajemen perusahaan. Studi Kasus Setelah diperoleh model pemilihan kontraktor, model tersebut kemudian diimplementasikan dalam sebuah proyek konstruksi. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menganalisa hasil keputusan yang diperoleh dari model tersebut dan sensitivitas hasil keputusan terhadap perubahan kriteria pemilihan. Pengambilan keputusan pada model ini dilakukan dengan metode ANP, dimana data masukan diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh tim evaluasi proyek. Kuisioner tersebut dirancang dalam bentuk metode perbandingan berpasangan dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala penilaian Saaty. Kuisioner terdiri dari 3 bagian, yaitu kuisioner tingkat kepentingan kriteria/subkriteria, kuisioner pengaruh antar kriteria/subkriteria, kuisioner penilaian kontraktor. Kuisioner tingkat kepentingan kriteria/subkriteria dan kuisioner pengaruh antar kriteria/subkriteria digunakan untuk menentukan bobot kriteria/subkriteria pada model pemilihan kontraktor. Hasil kuisioner tersebut diolah dalam bentuk supermatriks. Supermatriks (W), atau disebut juga unweighted B-23-4

supermatrix, disusun dari matriks hasil perbandingan berpasangan (wij) sesuai Persamaan (1) dan (2) dibawah ini (Saaty, 1999). (1) W = dengan, ( ) ( ) = (2) ( ) ( ) Keterangan: N = jumlah komponen enn = elemen yang dimiliki oleh komponen C = elemen yang saling berinteraksi n = banyaknya elemen yang dibandingkan Unweighted supermatrix dinormalisasi untuk memperoleh supermatriks baru, yaitu weighted supermatrix. Selanjutnya supermatriks tersebut dinormalisasi kembali dengan berulangkali memangkatkan nilai dalam supermatriks hingga angka dalam satu baris bernilai sama besar, dengan Persamaan (3) berikut ini. Supermatriks ini disebut limit supermatrix dan setiap elemen dalam supermatriks ini menjadi bobot kriteria pemilihan. lim (3) Untuk mengetahui akurasi dari hasil ANP, salah satu parameter yuang digunakan adalah tingkat konsistensi yang digambarkan oleh parameter Consistency Ratio (CR). Jika nilai CR > 0.10, maka penilaian keputusan harus diperbaiki, sedangkan jika CR 10%, maka penilaian keputusan tersebut telah valid dan hasilnya dapat digunakan. Bobot kriteria hasil ANP kemudian digabungkan dengan hasil penilaian atas penawaran kontraktor yang diperoleh dari kuisioner penilaian kontraktor untuk mendapatkan sintesa keputusan berupa urutan penilaian kontraktor. Selanjutnya, dilakukan analisa sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan bobot setiap kriteria terhadap perubahan urutan penilaian kontraktor. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot setiap kriteria sampai terjadi perubahan pada urutan penilaian. Kriteria dikategorikan sensitif apabila terjadi perubahan urutan penilaian saat bobot diubah dengan persentase yang lebih kecil dibanding kriteria yang lain. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap perancangan model, dihasilkan sebuah model pemilihan kontraktor berdasarkan hasil FGD. Responden menyepakati sebuah model pemilihan kontraktor yang terdiri dari 5 kriteria pemilihan. Setiap kriteria terdiri dari 2-5 subkriteria dengan total subkriteria dalam model ini adalah 19 subkriteria pemilihan. Kriteria dan subkriteria tersebut kemudian disusun dalam sebuah jaringan keputusan berdasarkan hubungan antar B-23-5

kriteria/subkriteria yang didefinisikan oleh responden dalam FGD. Hasil tahap perancangan model dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 dibawah ini. Kriteria Teknis Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Internal Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria pada Model Pemilihan Kontraktor Subkriteria 1. Spesifikasi teknis 3. Jadwal pelaksanaan 2. Metode pelaksanaan 4. Jenis dan kapasitas peralatan 1. Organisasi proyek 4. Quality control 2. Manajemen proyek 5. HSE inspector 3. Pelaksana konstruksi 1. Program keselamatan kerja 3. Program Emergency Response Plan 2. Mitigasi pekerjaan beresiko tinggi 1. keuangan 4. dasar 2. Jumlah proyek sejenis 5. paket 3. Kinerja proyek sebelumnya Harga Penawaran 1. Harga pekerjaan kritis 2. Harga pekerjaan non-kritis Gambar 2. Model Pemilihan Kontraktor Tahap selanjutnya adalah implementasi model pada sebuah studi kasus. Proyek yang digunakan untuk studi kasus adalah proyek pemasangan pipa gas dan fasilitasnya milik PT. X di Jawa Timur. Proyek tersebut merupakan pekerjaan pemasangan pipa baja dengan diameter 2-8 inch lengkap dengan fasilitasnya, seperti valve, bak valve, proteksi katodik dan meter regulating station. Proyek dilakukan di beberapa lokasi dengan kondisi lokasi yang bervariasi sehingga menyebabkan proyek menjadi lebih kompleks. Untuk itu, diperlukan model yang sesuai untuk melakukan evaluasi terhadap penawaran kontraktor. Implementasi model diawali dengan mengumpulkan data masukan melalui 3 kuisioner yang telah dijelaskan sebelumnya. Responden kuisioner ini adalah tim evaluasi proyek yang beranggotakan 5 orang pekerja dari beberapa fungsi terkait, antara lain pelaksana internal, pengadaan dan pengguna akhir. Hasil kuisioner dari setiap responden dirata-rata dengan ratarata geometrik kemudian disusun dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan ( wij) dengan menggunakan Persamaan (1). Matriks perbandingan berpasangan kemudian disusun B-23-6

menjadi unweighted supermatrix dan weighted supermatrix dengan Persamaan ( 1). Supermatriks tersebut kemudian dinormalisasi dengan Persamaan (3) menjadi limit supermatrix. Berdasarkan limit supermatrix, diperoleh bobot kriteria dan subkriteria pemilihan seperti dijabarkan pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Bobot Kriteria dan Subkriteria Pemilihan Kriteria Bobot Kriteria Subkriteria Bobot Subkriteria Teknis Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Internal Harga Penawaran 42.17% 18.25% 12.50% 17.56% 9.51% 1. Spesifikasi Teknis 11.39% 2. Metode Pelaksanaan 13.25% 3. Jadwal Pelaksanaan 6.93% 4. Jenis dan Kapasitas Peralatan 10.60% 1. Organisasi Proyek 7.81% 2. Manajemen Proyek 1.56% 3. Pelaksana Proyek 3.35% 4. Quality Control 3.71% 5. HSE Inspector 1.82% 1. Program Keselamatan Kerja 4.88% 2. Mitigasi Pekerjaan Beresiko Tinggi 6.06% 3. Program Emergency Response Plan 1.57% 1. Keuangan 7.76% 2. Jumlah Proyek Sejenis 3.79% 3. Kinerja Proyek Sebelumnya 3.87% 4. Dasar 0.32% 5. Paket 1.83% 1. Harga Pekerjaan Kritis 8.11% 2. Harga Pekerjaan Non-Kritis 1.41% Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa berdasarkan persepsi tim evaluasi proyek, kriteria yang memiliki bobot tertinggi dalam model pemilihan adalah kemampuan teknis bobot sebesar 42.17% dan bobot tersebut cukup signifikan dibandingkan kriteria lain pada model ini. Hal ini menunjukkan tim evaluasi proyek menanggap kemampuan teknis memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pemilihan kontraktor. Tingkat konsistensi ( inconsistency ratio) pada penentuan bobot kriteria sebesar 0.06880. Nilai tersebut lebih kecil dari 0.10 sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian yang diberikan responden melalui kuisioner adalah konsisten dan hasilnya dapat digunakan untuk proses selanjutnya. Pada studi kasus ini, tender proyek konstruksi ini diikuti oleh 4 kontraktor, dan untuk menjaga kerahasiaan bagi perusahaan, digunakan notasi alphabet untuk mendefinisikan kontraktor peserta. Keempat kontraktor tersebut dinilai oleh para responden menggunakan kuisioner penilaian kontraktor untuk mendapatkan nilai perbandingan kontraktor pada setiap kriteria/subkriteria. Hasil penilaian kontraktor ( B-23-7

Tabel 3) dan bobot kriteria/subkriteria kemudian digabungkan untuk mendapatkan nilai akhir penilaian kontraktor dengan mengalikan bobot dengan hasil penilaian. Hasil sintesa tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. B-23-8

Tabel 3. Hasil Perbandingan Penilaian Kontraktor Kriteria Subkriteria A B C D Teknis Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Internal Harga Penawaran 1. Spesifikasi Teknis 0.377 0.084 0.377 0.162 2. Metode Pelaksanaan 0.207 0.200 0.514 0.079 3. Jadwal Pelaksanaan 0.246 0.197 0.449 0.108 4. Jenis dan Kapasitas Peralatan 0.205 0.196 0.510 0.090 1. Organisasi Proyek 0.324 0.075 0.325 0.276 2. Manajemen Proyek 0.300 0.100 0.300 0.300 3. Pelaksana Proyek 0.250 0.250 0.250 0.250 4. Quality Control 0.308 0.076 0.308 0.308 5. HSE Inspector 0.250 0.250 0.250 0.250 1. Program Keselamatan Kerja 0.306 0.083 0.306 0.306 2. Mitigasi Pekerjaan Beresiko Tinggi 0.306 0.083 0.306 0.306 3. Program Emergency Response Plan 0.306 0.083 0.306 0.306 1. Keuangan 0.524 0.146 0.149 0.181 2. Jumlah Proyek Sejenis 0.095 0.467 0.277 0.160 3. Kinerja Proyek Sebelumnya 0.298 0.350 0.162 0.190 4. Dasar 0.564 0.074 0.129 0.233 5. Paket 0.100 0.300 0.300 0.300 1. Harga Pekerjaan Kritis 0.095 0.467 0.277 0.160 2. Harga Pekerjaan Non-Kritis 0.095 0.467 0.277 0.160 Pada Tabel 4 terlihat bahwa Kontraktor C menempati peringkat pertama pada urutan hasil pemilihan dengan nilai sebesar 0.349, diikuti oleh Kontraktor A (0.270), Kontraktor B (0.197) dan Kontraktor D (0.184 ). Pada B-23-9

Tabel 3 juga terlihat bahwa Kontraktor C memiliki nilai yang cukup signifikan dibandingkan peserta lain untuk kriteria kemampuan teknis. Dari hasil penilaian akhir dapat terlihat bahwa urutan penilaian tidak didominasi oleh kontraktor dengan penawaran terendah, dikarenakan bobot kriteria harga penawaran lebih kecil dibandingkan dengan kriteria lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil model pemilihan kontraktor yang diperoleh lebih banyak mempertimbangkan faktor kualitas penawaran dibandingkan harga penawaran. Tabel 4. Hasil Penilaian Akhir Kontraktor Peserta Penilaian Akhir Nilai Rank Kontraktor A 0.270 2 Kontraktor B 0.197 3 Kontraktor C 0.349 1 Kontraktor D 0.184 4 Setelah memperoleh hasil penilaian akhir, selanjutnya dilakukan analisa sensitivitas terhadap model pemilihan kontraktor. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot kriteria pemilihan untuk melihat pengaruh perubahan tersebut terhadap urutan penilaian kontraktor. Hasil analisa sensitivitas dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Hasil Analisa Sensitivitas Kriteria Keputusan Bobot Awal % Perubahan Bobot Saat Terjadi Perubahan Urutan 1. Teknis 0.422-2. Organisasi 0.182 36.18% 3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 0.125 39.16% 4. Internal 0.176 308.23% 5. Harga Penawaran 0.095 156.86% Dari tabel diatas diatas, dapat disimpulkan bahwa kriteria kemampuan organisasi dan keselamatan dan kesehatan kerja lebih sensitif dibandingkan kriteria lainnya. Hal ini disebabkan karena kedua kriteria tersebut menyebabkan terjadinya perubahan urutan hasil penilaian kontraktor apabila dilakukan perubahan bobot kriteria yang lebih kecil dibandingkan kriteria yang lain. Sedangkan untuk kriteria kemampuan teknis, peningkatan bobot kriteria tersebut tidak menyebabkan terjadinya perubahan urutan kontraktor. B-23-10

KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 3. Analisa Sensitivitas Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pemilihan kontraktor yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan terdiri dari 5 kriteria, yaitu kemampuan teknis, kemampuan organisasi, keselamatan dan kesehatan kerja, kemampuan internal dan harga penawaran. Hubungan antar kriteria dan rincian subkriteria pada model dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2. 2. Dari studi kasus, berdasarkan preferensi tim evaluasi proyek, kemampuan teknis memiliki pengaruh terbesar pada model dengan bobot kriteria sebesar 42.17%, selanjutnya diikuti oleh kemampuan organisasi (18.25%), kemampu an internal (17.56%), kesehatan dan keselamatan kerja (12.50%) dan harga penawaran (9.51%). Sedangkan hasil akhir penilaian kontraktor, Kontraktor C menempati urutan pertama dengan nilai 0.349, diikuti oleh Kontraktor A (0.270), Kontraktor B (0.197) dan Kontraktor C (0.184). 3. Berdasarkan analisa sesitivitas yang dilakukan terhadap model pada studi kasus, hasil urutan penilaian akhir kontraktor sensitif terhadap perubahan bobot kriteria kemampuan organisasi dan keselamatan dan kesehatan kerja, namun tidak pada kriteria yang lain. Untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan adalah: 1. Perlu dilakukan pengujian usulan model pemilihan kontraktor ini pada contoh kasus yang berbeda sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan hasil pengambilan keputusannya.. B-23-11

2. Perlu adanya penelitian lanjutan guna merancang proses dan mekanisme penilaian beberapa kriteria keputusan secara lebih mendalam, terutama kriteria yang memiliki tingkat ketidakpastian dan ketidakcukupan data yang besar, seperti kemampuan internal dan evaluasi harga penawaran. DAFTAR PUSTAKA Cheng, E.W.L., dan Li, H. (2004), Contractor selection using the Analytic Network Process, Construction Management dan Economics, 22, 1021-1032. El-Sawalhi, N., Eaton, D., Rustom, R. (2007), Contractor Pre-qualification Model: State-ofthe-art,International Journal of Project Management, 25, 465-474. Fong, P.S.-W., dan Choi, S.K.-Y. (2000), Final Contractor Selection using Analytical Hierarchy Process,Constr. Manage. Econom., 18,547 557. Jaskowski, P., Biruk, S., Bucon, R. (2010), Assessing Contractor Selection Criteria Weightswith Fuzzy AHP Method Application in Group Decision Environment,Automationin Construction, 19(2), 120 126. Saaty, T. L. (1999). Fundamentals of The Analytic Network Process. Symposium of Analytic Hierarchy Process. Kobe. International Singh, D., dan Tiong, R.L.K. (2005), A Fuzzy Decision Framework for Contractor Selection,Journal Of Construction Engineering And Management, 131, 62-70. B-23-12