BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga, peneliti berhasil

BAB I PENDAHULUAN. program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek tertentu. fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan menggunakan akal pikiran dan emosi yang dimiliki.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori lima besar di dunia dalam hal. keanekaragaman hayati. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan banyak

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restalina Nainggolan, 2013

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Bimafika, 2016, 8, 10 15

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

Jurnal Gea Volume 14 Nomor 1, April 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu 11. Sedangkan belajar menurut teori kontruktivisme adalah suatu pendekatan dimana peserta didik secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Sehingga belajar merupakan proses perubahan tingkah laku menuju kearah yang lebih baik. Belajar dalam proses pembelajaran diusahakan agar memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan jati diri dan pengetahuan pada diri peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran peserta didik harus lebih berperan aktif, sehingga peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas. Teori belajar konstruktivisme lahir dari pandangan Piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam diri peserta didik. Keaktifan peserta didik menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah 11 Aunurrahman, op, cit, hal. 35 14

jaminan untuk mencapai hasil belajar yang optimal 12. Proses pembelajaran konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Konsep belajar konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya 13. Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial. Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan peserta didik kepada teman sebaya. Hal ini nantinya akan membantu peserta didik untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri. 2.2. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah campuran peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang berprestasi rendah, berprestasi tinggi, jenis kelamin, dan suku. Hal ini memberikan kesempatan 450. 12 Budiningsih, 2008, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 13 Ibid, hal.74. 15

kepada peserta didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama, belajar dan saling menghargai. Pembelajaran kooperatif ini akan dapat dicapai apabila semua anggota tim bisa belajar mengenai kompetensi dasar yang telah diajarkan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap sesama teman satu timnya serta mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Pembelajaran ini terdapat tugas-tugas yang diberikan pada peserta didik, bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru. Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase. Enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning adalah: 1. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi belajar. 2. Fase ini diikuti oleh persentasi informasi, seringkali dalam bentuk teks daripada ceramah. 3. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar. 4. Dalam langkah berikutnya siswa dibantu guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen. 16

5. Persentasi akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari siswa. 6. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu. (Richard I.Arends, 2010:6) 14 Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui berbagai tipe, guru dapat memilih tipe yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tipe-tipe dalam model pembelajaran kooperatifyaitu: tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions), tipe Jigsaw II, tipe TGT (Teams Games Tournament), tipe TAI (Teams Assisted Individualization), tipe GI (Group Investigation). Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. 2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Metode GI (Group Investigation) berasal dari jaman John Dewey dan dikembangkan serta diperbaharui oleh Shlomo dan Yael Sharan. GI merupakan pendekatan kooperatif yang kompleks dengan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif 15. Metode pembelajaran GI merupakan salah satu metode kooperatif yang mendorong peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, saling bekerja sama dalam kelompok dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. GI ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam berfikir dan mengkomunikasikan gagasan dalam proses pembelajaran. 14 Richard L. Arend, loc. cit, hal.7. 15 Robert E. Slavin, 2009, Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktek), Nusa Media, Bandung, hal. 24. 17

GI merupakan salah satu model pembelajaran dimana peserta didik dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalau mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas. Dalam metode kooperatif GI, peran guru adalah bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada, untuk melihat bahwa peserta didik bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Dalam Group Investigation, peserta didik bekerja melalui enam tahap. Tahap- tahap ini dan komponennya dijabarkan dibawah ini : Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam kelompok - Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic, dan mengkategorikan saran- saran. - Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topic yang telah mereka pilih - Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. - Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai : - Apa yang kita pelajari? - Bagaiman kita mempelajarinya? - Siapa yang melakukan apa?( pembagian tugas) - Untuk tujuan atau kepentingan apa kita 18

menginvestigasikan topic? Tahap 3 :Melaksanakan Investigasi - Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. - Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usahausaha yang dilakukan kelompoknya - Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir - Anggota kelompok menentukan pesan- pesan esensial dari proyek mereka - Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka - Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana- rencana presentasi Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir - Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam bergbagai macam bentuk - Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secra aktif - Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan criteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. Tahap 6 : Evaluasi - Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalamanpengalaman mereka. - Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa - Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. 16 Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan, di antaranya: 1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation. - Peserta didik menjadi lebih aktif. 16 Ibid, hal. 218. 19

- Tugas guru menjadi lebih ringan. - Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain - Diskusi menjadi lebih aktif. - Peserta didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar peserta didik. 2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation. - Peserta didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit. - Membutuhkan waktu yang lama. - Biasanya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya. Dari pendapat di atas maka dapat kita ketahui bahwa kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini adalah peserta didik menjadi lebih aktif, tugas guru lebih ringan, menumbuhkan rasa tanggungjawab, diskusi menjadi lebih efektif. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik cenderung menjadi ribut, peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi kepada temannya. 2.4. Motivasi Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar peserta didik, dengan adanya motivasi mendorong peserta didik untuk berusaha keras agar dapat memperhatikan dan memahami materi pembelajaran. 20

Menurut pakar psikologi, motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda melangkah, membuat Anda tetap melangkah, dan menentukan ke mana Anda mencoba melangkah 17 Peserta didik yang termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran akan menggunakan seluruh perhatian, pikiran,dan tenaganya untuk lebih berusaha keras memahami, menyerap dan mengingat materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Penulis berpendapat, bahwa motivasi di dalam pembelajaran adalah ketertarikan pada proses pembelajaran untuk lebih memperhatikan, memahami dan mengingat secara terus-menerus serta diikuti oleh perasaan senang atas kepuasan yang diperoleh di dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan atau tidak diminati untuk dilakukan. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peningkatkan motivasi belajar peserta didik di dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan bentuk kegiatan peserta didik, bekerja untuk mengalami sendiri yang ada di lingkungan sekitar peserta didik secara berkelompok dan mengkonsepkan pengalaman-pengalaman yang di dapat oleh peserta didik. Peserta didik dengan kegiatan tersebut akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang dirasa sangat optimal. Jakarta, hal. 99. 17 Robert E. Slavin, 2009, Psikologi Pendidikan (Teori Dan Praktik), Indeks, 21

Indikator motivasi belajar peserta didik terdiri dari adanya perhatian, adanya kegiatan dan adanya rasa senang terhadap materi pembelajaran yang di sampaikan. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi dua bagian, yaitu perhatian terhadap bahan ajar dan memahami materi pelajaran di dalam pembelajaran. Kegiatan dibedakan menjadi pelaksanaan aktivitas kegiatan terhadap bahan ajar dan secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas di dalam proses pembelajaran secara tepat waktu. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan pelajaran, senang mengikuti proses pembelajaran, dan antusias di dalam menyelesaikan tugas belajar. 2.5. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didk tersebut mengalamai aktivitas atau proses belajar. Aktivitas atau proses tersebut dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi, dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis ; 2. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik menurut Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut : Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak 22

mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan yang telah dicapai. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia,mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dankemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranahpsikomotorik, keterampilan atau perilaku. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutamadalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. 18 Indikator hasil belajar peserta didik ditandai dengan adanya nilai peserta didik yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Dalam penelitian ini KKM yang ditetapkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga untuk mata pelajaran akuntansi kelas XI adalah 75. 2.6. Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan dan Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan 18 Aunurrahman, loc. cit, hal. 67. 23

meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran. Standar Kompetensi ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 1 : 1. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. 2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. 3. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini. 19 Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi minimum yang harus dilaksanakan. Setiap satuan pendidikan dapat menambahkan kompetensi kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi lulusan. Dasar Kompetensi kejuruan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di dalam Program Keahlian Akuntansi. Produktif Akuntansi merupakan salah satu mata diklat yang ada di dalam program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: a. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian akuntansi. 19 TIM MGMP Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga, op. cit. hal. 10 24

b. Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi di lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat. c. Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam : 1) Mengelola dokumen transaksi 2) Memproses dokumen dana kas kecil 3) Memproses dokumen dana kas di bank 4) Memproses entri jurnal 5) Memproses buku besar memproses buku besar 6) Mengelola kartu piutang 7) Mengelola kartu persediaan 8) Mengelola kartu aktiva tetap 9) Mengelola kartu utang 10) Menyajikan laporan harga pokok produk 11) Menyusun laporan keuangan 12) Menyiapkan surat pemberitahuan pajak Penelitian tindakan akan dilakukan pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil, dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, akan membahas mengenai materi pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang prosedur 25

pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil secara sistematis. 2.7. Pembelajaran Dengan Metode GI Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil. Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif Group Investigation (GI) merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berperan aktif di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Menurut Killen, beberapa ciri esensial group investigation sebagai pendekatan pembelajaran adalah : 1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru; 2. Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan; 3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan; 4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar; 5. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa. 20 Peran peserta didik dalam pembelajaran GI, peserta didik benar-benar dituntut untuk aktif berfikir mandiri dan aktif bekerja dalam kelompok sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kompetensi dasar yang dibahas dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, pada materi pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang materi prosedur pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil dengan 20 Aunurrahman, loc. cit, hal.153. 26

menggunakan metode pembelajaran GI. Setiap prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil diuraikan tentang bagaimana cara pengelolaan administrasi dana kas kecil dan tugas dari masing-masing bagian prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil. Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ini peserta didik kelas XI Program Keahlian Akuntasi yang terdiri dari 15 anak dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima peserta didik. Setiap kelompok mendapatkan topik atau materi tentang prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil. Tiga kelompok ini memiliki tugas yang berbeda yaitu melakukan investigasi atau wawancara kepada Kepala Bendahara Yayasan SMK Pelita Salatiga, Kepala Tata Usaha SMK Pelita Salatiga, dan Kepala Bank Artha Pelita SMK Pelita Salatiga. Setelah melakukan wawancara tersebut, kelompok membuat laporan hasil investigasi yang kemudian hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar ini, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator di dalam setiap kegiatan pembelajaran peserta didik. Diharapkan dengan pembelajaran ini motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran meningkat, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar seluruh peserta didik. 2.8. Kerangka Berpikir Kinerja akademik (hasil belajar) peserta didik pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ditentukan oleh proses 27

belajar peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Untuk memahami materi tersebut sudah sewajibnya guru dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, agar dalam proses pembelajaran di kelas mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penggunaan metode Group Investigation (GI) dipilih sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Metode GI ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kerangka berpikir penelitian yang mendasari penulis dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut : Pembelajaran Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Bervariasi Motivasi yang rendah Hasil Belajar Peserta Didik Rendah Tindakan Perbaikan Guru Mengajar Dengan Metode Kooperatif GI Siklus 1 Motivasi Belajar Peserta Didik Mencapai Indikator Keberhasilan ( 75%) Siklus 2 Hasil Belajar Peserta Didik (mencapai 75) Skema 2.1. Kerangka Penelitian Pembelajaran Kooperatif GI 28

2.9. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat membuat peserta didik di kelas XI Program Keahlian Akuntansi pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil menunjukkan pengaruh positif berupa: 1. Peningkatan motivasi belajar peserta didik. Bertujuan untuk meningkatkan perhatian, kegiatan, dan rasa senang peserta didik terhadap proses pembelajaran. 2. Peningkatkan hasil belajar peserta didik. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik dalam pembelajaran. 29