BAB I PENDAHULUAN. program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII.
|
|
- Widya Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelita Salatiga merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan swasta yang berada di Salatiga. Awal berdirinya sekolah ini hanya mempunyai satu program keahlian yaitu akuntansi. Seiring perkembangannya SMK Pelita kemudian memiliki empat program keahlian, yaitu Akuntansi, Penjualan, Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dan Perhotelan. Masingmasing program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII. Kelas XI Akuntansi hanya mempunyai satu kelas yang terdiri dari 15 peserta didik. Dalam proses pembelajarannya, SMK Pelita telah menerapkan kurikulum terbaru yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebelum diterapkannya KTSP, SMK Pelita menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Di dalam KBK, peserta didik dituntut aktif tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, oleh karena itu guru bertindak sebagai fasilitator. Sehingga peserta didik tidak lagi bertindak sebagai objek, melainkan sebagai subjek dan di setiap kegiatan peserta didik ada nilainya. Namun, sejak tahun ajaran 2006/2007 hingga sekarang SMK Pelita telah menerapkan kurikulum baru yaitu KTSP, yang merupakan penyempurnaan KBK. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan 1
2 muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender akademik dan silabus. 1 Dalam proses penerapannya KTSP memiliki keunggulan yaitu : memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan. Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi lungkungan sekolah. Sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan, misalnya dunia industry, kerajinan, pariwisata dan lainnya agar kurikulum yang dibuat sekolah benarbenar sesuai kebutuhan di lapangan. 2 Kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan peserta didik. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa, kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis. Sistematis yang artinya menurut urutan tertentu dan logis yang artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran. 3 Peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga akan terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga. Mata pendidikan dan latihan (diklat) yang diajarkan di SMK Pelita pada program keahlian akuntansi digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu normatif, adaptif dan produktif. Mata diklat produktif terdiri dari beberapa mata diklat. 1 Kasful Anwar Us, 2011, Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Alfabeta, Bandung, hal.1. 2 Lif Khoiru Ahmadi, 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Prestasi Pustaka, Jakarta, hal Oemar Hamalik, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, hal
3 Salah satu mata diklat produktif pada program keahlian akuntansi kelas XI adalah mata diklat Akuntansi. Mata diklat Akuntansi tidak hanya menuntut pemahaman terhadap konsep-konsep yang diberikan, tapi juga diperlukan ketrampilan untuk mempraktekkan konsep-konsep akuntansi. Pemahaman dan ketrampilan dalam akuntansi akan tercapai jika peserta didik terlibat secara aktif. Keaktifan peserta didik dapat berwujud ketika proses belajar mengajar, pikiran dan perhatian peserta didik terfokus pada materi yang disampaikan oleh guru. Upaya yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar perlu dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru akuntansi kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Pelita Salatiga adalah menggunakan metode konvensional ceramah bervariasi. Penerapan metode ceramah bervariasi dilakukan dengan cara menyampaikan materi di depan kelas sementara peserta didik hanya duduk mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan tugas jika diberi tugas. Kegiatan tersebut tidak dilakukan secara variatif, yaitu memberi selingan dengan metode pembelajaran yang membuat peserta didik lebih aktif dan merangsang peserta didik untuk mudah memahami materi. Metode pembelajaran seperti ini menyebabkan kegiatan belajar mengajar hanya berorientasi pada guru, sedangkan seharusnya adalah berorientasi pada peserta didik. Ketepatan pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik. SMK Pelita Salatiga memberikan kriteria 3
4 ketuntasan hasil belajar sebesar Hasil belajar pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil semester dua tahun pelajaran 2011/2012 di SMK Pelita Salatiga belum semua peserta didik dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. 5 Pembelajaran dengan metode kooperatif memang sudah tidak asing lagi di dalam dunia pendidikan. Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi, dan pengembangan keterampilan sosial. 6 Pembelajaran kooperatif mendorong peserta didik untuk belajar secara bersama-sama dan berusaha mengkoordinasikan usaha untuk memecahkan masalah ataupun tugas yang diberikan oleh guru. Metode pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi model pembelajaran, salah satunya yaitu metode pembelajaran Group Investigation (GI). Model Pembelajaran GI merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas peserta didik untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Peserta didik dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun 4 Tim MGMP Akuntansi SMK Pelita Salatiga, 2011, Kurikulum SMK Pelita Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012 Kompetensi Keahlian Akuntansi, Salatiga, hal Chatib Munif, 2010, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung, Mizan Pustaka, hal Richard I. Arends, 2008, Learning To Teach, atau Belajar Untuk Mengajar, Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyanti Soetjipto, Yogyakarta, Pustaka Belajar, hal. 5 4
5 cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran GI mengajarkan peserta didik untuk mampu berfikir mandiri, aktif dalam berkomunikasi dan memiliki keterampilan dalam proses kelompok Permasalahan Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang didalamnya terjadi interaksi guru dengan peserta didik dan antara sesama peserta didik untuk mencapai tujuan, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik. Guru dalam proses belajar mengajar berperan sebagai mediator dan fasilitator. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan pengalaman mereka. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. 7 Seharusnya dalam perencanaan pembelajaran hingga proses belajar mengajar, guru dapat memilih metode pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran yang diampu. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat merangsang peserta didik menjadi lebih tertarik dengan pelajaran yang diajarkan, lebih termotivasi, aktif saling berinteraksi dan hasil belajar peserta didik pun menjadi 7 Aunurrahman, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, hal
6 lebih baik. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai dalam proses belajar mengajar di kelas. Tercapainya tujuan pembelajaran berhubungan dengan ketuntasan belajar yang diperoleh peserta didik. Ketuntasan belajar yang diperoleh peserta didik berbeda-beda karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda pula dalam memahami dan menganalisis konsep-konsep akuntansi. Begitu kompleksnya konsep yang ada dalam akuntansi, seperti rumus akuntansi, definisi, serta penggunaan simbol menuntut peserta didik untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat menguasai konsep tersebut. Hal ini juga menuntut guru agar dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru akuntansi kelas XI Program Keahlian Akuntansi semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, menggunakan metode pembelajaran konvensional ceramah. Metode pembelajaran konvensional sebenarnya memiliki kelebihan yaitu guru dapat menyampaikan materi lebih banyak, namun pada kenyataannya peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru tanpa mengetahui makna dari materi pembelajaran tersebut. Hal ini bertentangan dengan tujuan pembelajaran, bukan guru yang aktif melainkan peserta didik dituntut untuk lebih aktif karena peserta didik merupakan subjek pembelajaran di kelas. 6
7 Dalam pembelajaran di kelas, sudah sewajibnya guru menggunakan metode pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi yang tinggi dapat mendorong peserta didik untuk dapat memahami dan mempelajari materi pembelajaran dengan baik. Motivasi peserta didik ditandai dengan adanya perhatian, adanya kegiatan dan rasa senang terhadap materi pelajaran di dalam proses pembelajaran di kelas. Motivasi tinggi yang dimiliki oleh peserta didik dapat membantu meningkatkan hasil belajarnya. Hasil observasi di kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Pelita Salatiga pada hari Kamis jam pelajaran ke delapan sampai ke sepuluh dengan kompetensi dasar menyiapkan penngelolaan administrasi dana kas kecil, pada awal pembelajaran peserta didik masih bersemangat untuk mengikuti pelajaran di kelas. Namun hal ini tidak berlangsung lama, ada sepuluh peserta didik dari lima belas anak yang melakukan kegiatan sendiri yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangku, asik bermain laptop, ada yang menundukkan kepala untuk tidur, dan ada peserta didik perempuan yang bercermin. Hal ini menunjukkan perhatian peserta didik yang rendah terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru dengan metode konvensional ceramah bervariasi sering diselingi dengan sesi tanya jawab mengenai materi pembelajaran yang telah dijelaskan. Guru meminta peserta didik untuk mengangkat tangan pada saat sebelum menjawab pertanyaan. Ada empat peserta 7
8 didik yang dapat mencoba menjawab pertanyaan dengan benar, mengenai prosedur apa saja yang digunakan dalam pengelolaan administrasi dana kas kecil. Namun, peserta didik yang lain hanya diam dan tidak memperhatikan peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Kegiatan peserta didik yang tidak menghiraukan peserta didik lain yang dapat menjawab pertanyaan dari guru ini, menunjukkan kegiatan peserta didik yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran di kelas. Yaitu peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Empat dari lima belas peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, mempunyai tempat duduk yang berdekatan. Hasil pengamatan di kelas XI Akuntansi adalah peserta didik yang pandai duduk berdekatan dengan peserta didik yang pandai saja. Posisi yang demikian membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan aktif hanya pada kelompok peserta didik yang pandai saja. Sedangkan peserta didik yang tidak pandai cenderung pasif dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil observasi lain menunjukkan hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil semester dua Tahun Pelajaran 2011/1012 SMK Pelita Salatiga menunjukkan bahwa : Ada sepuluh peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM (75). Ada satu peserta didik yang mendapat nilai sama dengan KKM (75). Ada empat peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM (75) 8
9 Banyaknya peserta didik yang belum tuntas, membuat guru untuk melaksanakan remidiasi. Remidiasi dilakukan agar peserta didik yang belum tuntas, dapat memperbaiki hasil belajarnya untuk dapat mencapai KKM. KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar untuk setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator kompetensi normatif, produktif dan adaptif adalah 75%. 8 Remidiasi dilakukan diluar jam pelajaran agar tidak mengganggu jam efektif belajar di kelas, yaitu menggunakan jam setelah pulang sekolah. Keadaan ini jika dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan penggunaan waktu dan tenaga yang kurang efisien. Permasalahan yang terdapat pada kelas XI Akuntansi membuat guru merasa resah. Guru beranggapan bahwa jika keadaan tersebut dibiarkan secara terus-menerus maka proses dan hasil belajar peserta didik akan semakin menurun, sehingga perlu dicarikan solusi untuk segera mengatasinya. Adanya permasalahan tersebut menandakan bahwa kegiatan pembelajaran di kelasxi Akuntansi belum tercapai secara maksimal. Kegiatan pembelajaran menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil seharusnya membuat peserta didik dapat menjadi terampil dan paham dalam menjelaskan prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil secara urut. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas XI Akuntansi senyatanya peserta didik masih belum trampil dan memahami pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. 8 Tim MGMP Akuntansi SMK Pelita Salatiga, op.cit, hal
10 Upaya untuk mengatasi keadaan tersebut, guru dapat melakukan variasi terhadap penggunaan metode pembelajaran. Guru akuntansi kelas XI Program Keahlian Akuntansi belum pernah menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dalam kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi suasana belajar di kelas. Suasana belajar yang menyenangkan dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran, motivasi dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas, serta memberikan kemudahan terhadap peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Mata pelajaran akuntansi di kelas XI Program Keahlian Akuntansi terdiri dari beberapa standar kompetensi, salah satunya yaitu mengelola administrasi dana kas kecil dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Kompetensi dasar ini berisi tentang uraian materi mengenai prosedur pengelolaan dana kas kecil yang terdiri dari prosedur pembentukan dana kas kecil(awal), prosedur penggunaan dana kas kecil dan prosedur pengsian kembali dana kas kecil. Peserta didik dituntut untuk dapat memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan materi pelajaran mengenai prosedur pengelolaan dana kas kecil secara urut. Kemampuan untuk memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ini dapat diwujudkan dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI). Karena dengan metode pembelajaran GI, peserta didik dituntut 10
11 untuk mampu berfikir mandiri agar dapat menggali informasi mengenai materi pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, mampu berkomunikasi aktif pada saat mempresentasikan tugas di depan kelas dan mampu mengaplikasikan teori ke dalam pengembangan soal-soal kasus mengenai prosedur pengelolaan dana kas kecil. Seorang guru dapat menggunakan strategi investigasi kelompok di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan antara lain sebagai berikut; (1) bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi atau materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat pada guru, (2) bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan, (3) bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik dan memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas, (4) bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas interprestasi informasi yang berasal dari penelitian-penelitian orang lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif, (5) bilamana guru bermaksud mengembangkan ketrampilan-ketrampilan penelitian, yang selanjutnya mereka dapat pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti halnya co-operative learning, (6) bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa. 9 Penulis menggunakan metode pembelajaran GI berangkat dari gejala problematis yang telah diuraikan di atas. Sehingga penulis merasa cocok untuk menggunakan metode pembelajaran GI di dalam kegiatan pembelajaran peserta didik kelas XI Program Keahlian Akuntansi pada mata pelajaran akuntansi dengan standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil, kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran GI, yaitu : 9 Aunurrahman, 2010, loc. cit, hal
12 Model Investigasi kelompok mempunyai kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan penelitian akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Model ini juga dapat dipergunakan dalam segala areal subjek, dengan seluruh tingkat usia. Penerapan model investigasi kelompok dalam proses pembelajaran memberikan dampak intruksional dan dampak pengiring. Dampak pembelajaran terutama sekali berupa terwujudnya proses efektivitas kelompok, mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta dapat menumbuhkan disiplin dalam inquiry kolaboratif. Penerapan investigasi kelompok juga mempunyai dampak nurturant terutama sekali berupa kebebasan sebagai pelajaran, menumbuhkan harga diri serta mengembangkan kehangatan dan affiliasi. 10 Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa yang menjadi fokus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan motivasi yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil Kelas XI Program Keahlian Akuntansi semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan seberapakah penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil Kelas XI Program Keahlian Akuntansi semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga. Motivasi peserta didik terdiri dari adanya perhatian, kegiatan, dan rasa senang terhadap pembelajaran. 10 Ibid, hal
13 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik terhadap keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran supaya dapat memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif seefektif mungkin khususnya metode kooperatif Group Investigation (GI) dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode, dan strategi pembelajaran sehingga sekolah dapat meningkatkan mutu dan prestasi khususnya dalam mata diklat akuntansi. 13
BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga atau organisasi yang dirancang pemerintah sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran peserta didik dalam pengawasan guru yang professional. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMK Kristen (BM) merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan swasta bidang keahlian bisnis dan manajemen yang berada di kota Salatiga. Awalnya SMK Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. SMK Pelita Salatiga merupakan Sekolah Menengah. Kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di Kota Salatiga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Pelita Salatiga merupakan Sekolah Menengah Kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di Kota Salatiga.SMK Pelita Salatiga memiliki 32 orang guru dan 269 orang siswa.terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen di Kota Salatiga. SMK Pelita memiliki 44 orang guru dan 244 orang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Pelita adalah salah satu sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen di Kota Salatiga. SMK Pelita memiliki 44 orang guru dan 244 orang siswa. SMK Pelita memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan di Salatiga yang mempunyai banyak prestasi. Prestasi siswa tentu tidak mungkin diperoleh begitu saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jalur sekolah atau pendidikan formal salah satunya melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang SMK Pelita merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di kota Salatiga. SMK Pelita memiliki beberapa program keahlian yaitu Perhotelan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Kristen Salatiga merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan 470 orang siswa. SMK Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan negeri yang ada di Salatiga. Sekolah ini memiliki enam pilihan program keahlian, yaitu akuntansi, administrasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga, peneliti berhasil
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1. Aktivitas Belajar Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI Program Keahlian Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMA NEGERI 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah menengah yang berada di Kabupaten Semarang. Setiap sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program-program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum
I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin lemah. Titik lemah dalam kurikulumnya adalah rendahnya kompetensi guru dalam menggali potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. SD ini adalah hasil penggabungan dari SD Negeri Tlahap 2 yang merupakan SD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang SMA Negeri 1 Grobogan merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di Kabupaten Grobogan. SMA Negeri 1 Grobogan berlokasi di jalan Pangeran Puger No.23 desa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini disebabkan oleh pendidikan mempunyai peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut
Lebih terperinciModel Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kerjasama siswa merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Warsono dan Hariyanto (2012: 163) bahwa kerjasama tidak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X Kompetensi Keahlian 2 SMK Negeri 1 Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sengaja atau terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara
Lebih terperinciNICO SATYA YUNANDA A54F100019
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Memasuki abad-21, Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga merupakan syarat untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya proses pendidikan dan pengajaran dewasa ini di sekolah-sekolah masih berjalan klasikal, artinya seorang guru dalam menyampaikan materi kepada semua siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN Andy Sapta Program Pendidikan Matematika, Universitas Asahan e-mail : khayla2000@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia sebagai sarana untuk pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas belajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar akan menjadi lebih bermakna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan pembelajaran, suatu materi pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun penggunaan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang tidak akan habis dibicarakan dan diupayakan. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2013 menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas Sumber daya manusia (SDM), baik dalam aspek spiritual, intelektual maupun kemampuan profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah dasar merupakan pondasi awal pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan pondasi awal pendidikan yang sangat menentukan dalam suatu pendidikan. SD Kutowinangun 11 Salatiga ini merupakan SD imbas. Kelas di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya peningkatan mutu sumber daya manusia dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. guru dan administrasi kurang-lebih 130 orang. SMK Negeri 1 Salatiga dulu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu sekolah tingkat atas di Indonesia, karena Sekolah Menengah Kejuruan salah satu bentuk lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman saat ini semakin pesat dan canggih. Hal ini ditandai dengan persaingan di segala bidang yang semakin ketat, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Lebih terperinciReni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IIS 5 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Reni Rasyita Sari Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini tengah mendapat sorotan yang sangat tajam berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh masyarakat,yaitu wajib belajar 9 tahun agar masyarakat memiliki wawasan atau pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, serta mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan sistem Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan berorientasi
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang ini, pemerintah memasukkan pembelajaran sastra lebih kompleks jika dibanding dengan kurikulumkurikulum sebelumnya.
Lebih terperinciyang kuat sejak dini (Depdiknas, 2004: 387).
2 baik. Harus diakui bahwa tidak setiap manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Bisa saja yang terjadi justru seseorang tumbuh kearah kondisiyang sebenarnya tidak diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciAminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin meluas mengakibatkan munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan kerja, dibutuhkan sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, sangat luhur dalam meningkatkan kualitas manusia, sehingga segala usaha yang mengarah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diwujudkan dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses belajar ini berlangsung melalui interaksi antara guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian guru.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yaitu manusia Indonesia yang beriman, mandiri, maju, cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan dalam segala aspek, baik dalam hal Proses Belajar Mengajar, kualitas dan kuantitas tenaga pendidik serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini. Salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan satu langkah yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar (Wahab, 1986), demikian pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar tergantung selain pada kemampuan juga pada minat belajar setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil belajar tergantung selain pada kemampuan juga pada minat belajar setiap siswa. Kegiatan belajar di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelas IPS 3 untuk Mata Pelajaran Ekonomi diampu oleh Dra, Yuliati Eko Atmojo,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMA Negeri 02 Salatiga merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri yang berada di Salatiga. SMA Negeri 02 terletak di pinggiran Kota Salatiga, walaupun demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal yang secara khusus memiliki tujuan sistem yaitu memberikan bekal kompetensi keahlian kepada
Lebih terperinciOrientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berperan dalam pembangunan disegala bidang. Peningkatan mutu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara maju di dunia selalu memprioritaskan mutu pendidikan bangsanya. Pendidikan merupakan tongkat estafet kemajuan pembangunan suatu bangsa dimata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat tercipta kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Peran guru sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan proses dan unsur dasar dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, proses belajarlah yang menjadi kegiatan paling pokok
Lebih terperinci