BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.
|
|
- Harjanti Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II Kajian Pustaka A. Analisis Teoritik Dalam analisis teoritik akan diuraikan berbagai tinjauan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan, metode belajar mengajar, pembelajaran kooperatif, aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar. 1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab {Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SIKDIKNAS), Bab II, Pasal 3}. Sistem pendidikan di Indonesia dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan non sekolah atau luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah jalur pendidikan sekolah yang dilaksanakan di lingkungan sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan di masyarakat dan melalui kursus-kursus. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jalur pendidikan sekolah yang dalam
2 8 kegiatannya mengutamakan pada pengembangan kemampuan siswa dalam melaksanakan suatu jenis pekerjaan dan mengambangkan skill siswa dalam menghadapi dunia kerja yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa SMK merupakan pendidikan kejuruan pada tingkat menengah yang dalam penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. SMK terus meningkatkan mutu dan kualitasnya guna menghasilkan lulusan yang handal dan siap bekerja. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja di berbagai industri maka jumlah SMK semakin diperbanyak, hal ini dapat dilihat dari proporsi SMK dengan sekolah umum yang semakin seimbang. Dengan berkembangnya SMK diharapkan kualitas pembangunan di Indonesia akan terus meningkat. Selanjutnya akan dibahas tentang berbagai metode belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. 2. Metode Belajar Mengajar Proses belajar mengajar adalah merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi sedemikian rupa agar kegiatan belajar terarah pada tujuan pendidikan. Terciptanya proses belajar mengajar yang baik akan kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terjadinya interaksi yang baik antar guru dan murid. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara bersama dan saling berkaitan antara peserta didik,
3 9 pengajar dan lingkungan dengan mengkoordinasikan tujuan, bahan, metode, alat, dan penilaian secara optimal. Guru harus memiliki strategi dalam mengajar supaya proses belajar mengajar dapat tercapai dengan maksimal. Salah satu strategi yang yang harus dikuasai adalah teknik penyajian atau metode mengajar. a. Metode ceramah Metode ceramah biasanya dipakai ketika berlangsung pelajaran bersifat teori, yakni guru menerangkan materi di depan kelas dan peserta didik mendengarkan serta memperhatikan. Kelemahan dari metode ini adalah apabila guru tidak pandai memotivasi dan menarik perhatian peserta didik serta kurang jeli mengamati kondisi belajar peserta didik di kelas, maka peserta akan menjadi pasif, karena hanya sebagai penerima informasi yang tentu saja akan cepat membosankan (Wardoyo, 2004:1) Menurut Gulo (2002: ) ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai keunggulan, disamping sejumlah kelemahan. Keunggulan metode ceramah adalah sebagai berikut: 1) Hemat dalam penggunaan waktu dan alat 2) Mampu membangkitkan minat dan antusias peserta didik 3) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya. 4) Merangsang kemampuan peserta duduk untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
4 10 5) Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui peserta didik. Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, perlu juga kita meninjau kelemahan-kelemahan yang membatasi kemampuan ceramah itu sendiri. Kelemahan kelemahan tersebut sebagai berikut: 1) Ceramah cenderung terpusat pada guru atau interaksi cenderung pada komunikasi satu arah. 2) Metode ceramah cenderung menempatkan posisi peserta didik sebagai pendengar dan pencatat. 3) Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah. 4) Proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang digunakan guru. b. Metode diskusi Diskusi adalah cara lain dalam proses belajar mengajar dimana peserta didik berpartisipasi penuh dalam pengajaran yang diberikan (Soekartawi, 1998:18). Menurut Winarno (1996:104) interaksi antara guru dan peserta didik dengan metode diskusi mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dengan metode diskusi adalah: 1) Mempertinggi partisipasi setiap anggota secara individual 2) Mempertinggi partisipasi kelompok secara keseluruhan 3) Memberi kesempatan mengemukakan pendapat bagi setiap peserta didik. Namun demikian metode ini juga ada kelemahannya, seperti:
5 11 1) Tidak mudah untuk mengarahkan tujuan penyelesaian diskusi bagi peserta didik 2) Tidak mudah bagi tiap peserta didik untuk dapat berpikir secara rapih dan ilmiah. 3) Keterbatasan kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat untuk masing-masing peserta didik berbeda. c. Metode demonstrasi Metode ini sangat cocok untuk menerangkan materi pelajaran yang membutuhkan gerakan fisik (psikomotorik) atau menerangkan suatu proses, seperti mata pelajaran praktik. Guru mendemonstrasikan pekerjaan tertentu atau pengoperasian suatu alat atau/ mesin dengan disaksikan dan atau ditirukan oleh peserta didik, baik secara sendiri ataupun kelompok. Metode ini bersifat dinamis maka akan menarik minat belajar peserta didik peserta didik dan kalau guru pandai melibatkan peserta didik, maka metode ini akan meningkatkan aktivitas siswa (Wardoyo, 2004:1) Menurut Winarno (1996: ) penggunaan metode demonstrasi sangat menunjang proses interaksi edukatif dan sangat efektif dalam menolong peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dengan metode demonstrasi maka pengajar memperlihatkan proses menyeluruh pada seluruh peserta didik dan memperlihatkan hasilnya bersama pula, sehingga kesan yang diterima oleh peserta didik lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibat selanjutnya memberikan motivasi yang
6 12 kuat untuk peserta didik agar lebih giat dalam belajar. Jadi dengan metode demonstrasi itu peserta didik dapat berpartisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya. Walaupun metode ini baik namun masih memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Winarno (1996: ): Kelebihannya antara lain: 1) Perhatian peserta didik menjadi lebih fokus 2) Dapat meminimalkan kesalahan penyampaian bahan ajar ke peserta didik. 3) Peserta didik dapat belajar aktif dan memperoleh pengalaman praktik. 4) Peserta didik dituntut lebih teliti dalam melakukan proses kerja atau urutan kerja. 5) Proses belajar lebih mudah diingat peserta didik. Untuk kelemahan dari metode demonstrasi adalah: 1) Alat yang didemonstrasikan cenderung yang relevan dan cenderng mahal 2) Tidak semua bahan ajar dapat didemonstrasikan 3) Seluruh peserta didik harus memperhatkan untuk menghindarkan kerusakan alat saat peserta didik dilepas. d. Metode Pemberian Tugas Menurut Roestiyah (1998:133) metode pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar peserta didik memiliki hasil
7 13 belajar yang lebih mantap, karena peserta didik melaksanakan latihanlatihan selama memperoleh tugas, sehingga pengalaman peserta didik dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan peserta didik mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Dengan kegiatan melaksanakan tugas peserta didik aktif belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan peserta didik, hal ini diharapkan mampu menyadarkan peserta didik untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya. Menurut Wardoyo (2004:1) metode ini sangat berguna untuk mengetahui kesungguhan, keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam menyelesaikan suatu tugas. Dengan metode ini akan terlihat sifat kemandirian dan keberanian mengambil keputusan masingmasing peserta didik. Metode ini sangat baik untuk melengkapi metode-metode yang lain. Kebaikan metode pemberian tugas ialah (Winarno, 1996:115): 1) Pengetahuan yang diperoleh akan lebih lama diingat. 2) Peserta didik dapat mengembangkan daya berpikirnya sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih untuk berdiri sendiri. Namun metode ini juga memiliki kelemahan-kelemahan seperti: 1) Peserta didik kemungkinan hanya meniru pekerjaan temannya.
8 14 2) Guru tidak dapat mengawasi langsung pelaksanaan tugas. 3) Apabila tugas terlalu sering diberikan dan dirasa susah maka akan membebani peserta didik secara manual. 4) Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda. e. Eksperimen /Praktikum Menurut Roestiyah (1998: 80) metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga peserta didik dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. Dengan eksperimen/praktikum peserta didik dapat menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Menurut Roestiyah (1998:82) metode eksperimen sering sekali digunakan karena memiliki keunggulan ialah: 1) Dengan eksperimen peserta didik terlatih menggunakan metode ilmiah dan dapat berpikir ilmiah. 2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat 3) Peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alatalat percobaan.
9 15 4) Dengan eksperimen/ praktikum peserta didik membuktikan sendiri kebenaran suatu teori. Kelemahan metode ini seperti dijelaskan oleh Winarno (1996:113) antara lain: 1) Alat eksperimen yang tidak cukup mengakibatkan tidak setiap anak dapat mengadakan eksperimen. 2) Memerlukan waktu yang lama untuk bisa dipahami semua peserta didik. 3) Kurangnya persiapan dan pengalaman peserta didik menjadi hambatan utama metode eksperimen. f. Tanya jawab/ pemecahan masalah Metode tanya jawab adalah guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik dan peserta didik menjawab atau sebaliknya. Biasanya dilakukan diawal pelajaran sebagai pembangkit motivasi, ditengah pelajaran sebagai selingan untuk mengontrol intensitas perhatian peserta didik, dan diakhir untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai peserta didik (Wardoyo, 2004;1). Kelemahan metode ini adalah hanya dapat digunakan secara mandiri untuk materi pelajaran yang pernah dipelajari oleh peserta didik dan tidak dapat digunakan untuk materi yang sama sekali belum dipelajari peserta didik. Metode ini cocok digunakan untuk mata pelajaran teori maupun praktek, yakni guru mengemukakan suatu masalah untuk dipecahkan secara bersama-sama oleh guru dan peserta didik, atau
10 16 peserta didik secara sendiri-sendiri maupun kelompok (Wardoyo, 2004:1). Dalam penerapannya metode diskusi adalah metode yang paling cocok untuk digunakan dalam pembelajaran Keselamatan Kerja, namun harus disesuaikan dengan kondisi siswa SMK yang belum aktif. Oleh karena itu perlu adanya cara dan metode yang dapat memunculkan keaktifan siswa sehingga siswa dapat tertarik dan ikut aktif dalam pembelajaran Keselamatan Kerja di kelas. Selanjutnya akan dibahas mengenai pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan keaktifan siswa. 3. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat hingga tujuh orang peserta didik. Dalam kelompok ini setiap peserta didik diupayakan ikut aktif dalam pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini peserta didik harus diberi peranan dan tugas tertentu. Menurut Karli (dalam Wowo Naryo, 2007:12) Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan kepada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik belajar dan berlatih secara nyata bagaimana terlibat, bertingkah laku, bekerja sama dan kompromi dalam kelompoknya.
11 17 Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri lain dari bentuk pembelajaran biasa, antara lain: a. Penghargaan pada kelompok Penghargaan diberikan berdasarkan pada hasil usaha dan belajar setiap individu yang belajar pada kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang unggul dari kelompok yang ada, agar memberikan dorongan pada peserta didik, penghargaan diberikan dalam bentuk nilai yang diberikan secara langsung. b. Rasa tanggung jawab individu Dalam pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab diri sendiri maupun dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peserta didik bukan hanya mengerjakan tugas kelompok saja namun juga mempelajari sesuatu untuk kelompok. c. Kesempatan meraih sukses Model pembelajaran kooperatif memberikan motivasi atau kesempatan (peluang) untuk memperoleh kesuksesan karena dorongan atau dukungan dari teman sebaya. Hal ini memberikan pengalaman kepada setiap peserta didik untuk bekerja sama merumuskan ke arah satu pendapat kelompok. 4. Group Investigation Group Investigation merupakan salah satu model dari metode Cooperative Learning dimana para murid bekerja di dalam kelompokkelompok kecil untuk melaksanakan berbagai macam proyek kelas. Menurut Sharan (dalam Arends 2008: 18) di dalam model ini terdapat
12 18 tiga konsep utama, yaitu: penelitian, pengetahuan atau knowledge dan dinamika belajar kelompok. Yang dimaksud penelitian adalah proses merangsang siswa dengan cara dihadapkan pada suatu masalah. Pada proses ini siswa memasuki situasi di mana mereka respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Menurut Slavin (2008: ) ada enam tahapan dalam pembelajaran kooperatif model Group Investigation yaitu: a. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi siswa dalam kelompok. 1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. 2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. 3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. 4) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. b. Merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari, para siswa merencakan kegiatan belajar untuk menyelesaikan tugas. c. Melaksanakan investigasi 1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
13 19 3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi semua gagasan. d. Menyiapkan laporan akhir 1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. 2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. e. Mempresentasikan laporan akhir 1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. 2) Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. f. Evaluasi proses dan hasilnya 1) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. 2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa 3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka tiap siswa mempunyai tanggung jawab besar untuk menemukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri (bagaimana cara menguasai
14 20 materi dan menyediakan tugas), mempertanggung jawabkan hasil belajar mereka pada siswa. 5. Aktivitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Menurut Sardiman (2003:95) menjelaskan bahwa belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Sehingga dapat dikatakan tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dijadikan sebagai yang utama. Guru akan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada murid untuk bersinggungan langsung dengan obyek yang sedang dipelajari sedetail mungkin. Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1995:6) mengatakan belajar yang berhasil mesti melalui bermacam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengar, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis adalah jika daya jiwa peserta didik bekerja sebanyak-banyaknya, berfungsi dalam rangka pembelajaran. Ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran di sekolah sangat perlu untuk mengambangkan aktivitas fisik dalam mata pelajaran teori, karena dengan adanya aktivitas fisik maka siswa akan aktif dalam mengikuti pelajaran.
15 21 6. Tinjauan tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan Yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:787). Prestasi belajar itu sendiri dapat dikelompokkan ke dalam prestasi belajar seluruh bidang studi dan bidang studi tertentu. Prestasi belajar siswa dapat ditentukan dengan pengukuran yang kemudian sebagai hasil akhirnya dilaporkan dalam bentuk rapor. Dimana rapor merupakan perumusan belajar siswa selama masa waktu tertentu (4 atau 6 bulan) (Sumadi Suryabrata, 1998:28). Menurut Sardiman A.M (2003:20) belajar senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan adanya nilai. Nilai atau hasil belajar tersebut didapatkan dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam bentuk tes dan lainnya yang dikerjakan siswa. B. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan penelitian ini adalah: 1. Dalam penelitian Novan Verri Sandi (2010) dalam skripsi yang berjudul Penerapan Cooperative Learning Strategies (CLS) Tipe Group Investigation Dalam Peningkatan Hasil Belajar Teori Frais Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, ditemukan peningkatan hasil tes
16 22 belajar siswa dengan menggunakan metode Group Investigation menunjukkan nilai tuntas pada siklus I sebesar 51,35% dan meningkat pada siklus II sebesar 72,97%. 2. Diah Pratiwisari (2010) dalam skripsi yang berjudul Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif model Group Investigation Pada Materi Pokok Sistem Kehidupan Tumbuhan Di SMP N 6 Yogyakarta Kelas VIIIA Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam skripsi ini terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai postes, pada siklus I sebesar 6,09 dan pada siklus II menjadi 8,3. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. 3. Anggi Kusuma (2010) dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Terhadap Pengembangan Karakter dan Prestasi Belajar Alat Ukur Dasar di SMK N 2 Wonosari. Dalam skripsi ini dihasilkan peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Berdasarkan kajian penelitian yang relevan didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation. Hal ini mendasari peneliti untuk meneliti peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran keselamatan kerja dengan metode Group Investigation di SMK N 3 Yogyakarta. C. Kerangka Berpikir Dalam proses pembelajaran agar siswa dapat berjalan dengan efektif terdapat dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan metode belajar. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas
17 23 dan efisiensi pembelajaran, karena materi yang dipelajari akan mudah diserap oleh siswa itu sendiri. Dalam kenyataan di lapangan sebagian besar siswa kurang memahami materi yang diajarakan, hal ini dikarenakan penguasaan materi masih rendah sehingga berdampak pada keaktifan dan prestasi belajara siswa. Peranan guru dalam proses pembelajaran masih sangat dominan karena guru yang lebih aktif daripada siswa. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang interaktif. Melihat kondisi yang ada, peneliti berupaya memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Keselamatan Kerja menjadi lebih interaktif dengan metode belajar Group Investigation. Hal ini dilakukan berdasarkan uraian sebelumnya yang menerangkan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat melalui partisipasi aktif dari peserta didik sendiri dalam pelajaran yang diikuti. Dengan metode ini guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi dan mengarahkan siswa dalam belajar, sedangkan siswa akan lebih aktif berdiskusi dengan teman kelompok dan teman kelasnya. Hal ini akan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kelas sehingga siswa akan terpacu untuk memahami pelajaran. Setelah siswa mengerti dan memahai pelajaran Keselamatan Kerja maka diharapkan prestasi belajar untuk mata pelajaran Keselamatan Kerja akan meningkat.
18 24 D. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah pembelajaran menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran mata pelajaran Keselamatan Kerja? 2. Bagaimanakah penggunaan model Group Investigation dapat meningkatkan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran mata pelajaran Keselamatan kerja?
BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam membentuk peserta didik yang diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, ketika menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,
1 BAB I PENDAHULUAN Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciProsiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MTS MUHAMMADIYAH 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Naila Milaturrahmah 1, Jazim Ahmad 2, Swaditya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai peran penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan juga makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan atau membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual 1. Minat Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari
Lebih terperinciPENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO
176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan merupakan salah satu kunci pokok untuk mencapai cita- cita bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikannya. Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, semakin baik juga sumber daya manusianya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan
Lebih terperinci(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL TREFFINGER (PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah menjadi salah satu sorotan utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hayat. Belajar adalah kunci utama dari pendidikan. Pendidikan ini penting bagi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Tujuan mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia, dan dalam kondisi apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VII F SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup. Menurut Mudyahajo (dalam Sagala, Syaiful, 2006: 3) bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini akan terwujud melalui proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian keseluruhan dalam pembangunan. Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi yang beriman dan memiliki ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang Undang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting untuk membangun suatu bangsa dan negara yang maju. Peran penting pendidikan di Indonesia terletak pada upaya peningkatan mutu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas meliputi kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Sehubungan dengan itu, upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menyiapkan seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya sendiri. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 (2003:11) yaitu: Pendidikan nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak kemajuan diberbagai bidang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hak asasi bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Setiap manusia memiliki hak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.
PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI
Lebih terperinciPENERAPAN COOPERATIVE LEARNING STRATEGI (CLS) TIPE GROUP INVESTIGATION
PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING STRATEGI (CLS) TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN TEORI KELISTRIKAN DAN KONVERSI ENERGI KELAS X di SMK N 3 YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperincipendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, system pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi saat ini, karena dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
Lebih terperinci2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Merupakan proses perubahan tingkah laku, pengembangan potensi diri, dan menambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daya saing merupakan indikator untuk dapat bersaing dengan negaranegara lain di dunia pada era globalisasi. Daya saing akan lahir dari sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai tahap pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Dengan demikian sekolah dasar harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses
Lebih terperinciPEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperluas pengetahuan. Selain itu pendidikan merupakan proses bagi setiap manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,
10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA 2. 1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Efektivitas Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan jaman yang semakin maju dibidang ilmu maupun teknologi akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kunci keberhasilan setiap Negara. Negara yang memperhatikan kualitas dan kuantitas pendidikannya akan lebih maju daripada Negara yang kurang memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusaia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga merupakan syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (dalam Musfah,2015:9), pendidikan adalah usaha sadar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (dalam Musfah,2015:9), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan kunci utama tercapainya tujuan pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya dalah
Lebih terperinciTim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan Indonesia seutuhnya yang menyeluruh. Salah satu usaha untuk menciptakan manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam suatu bangsa. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan canggih, dituntut sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinci