Bimafika, 2016, 8, 10 15

Transkripsi

1 Bimafika, 2016, 8, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Darussalam Ambon Diterima ; diterbitkan ABSTRACK Proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Air Buaya siswa kurang termotivasi untuk belajar dan hasil belajar sebagian besar siswa pada mata pelajaran biologi masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diterapkan model pembelajaran Co-op Co-op. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Co-op Co-op dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia di kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa penerapan model pembelajaran Co-op Co-op dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia di kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pencapaian motivasi awal belajar siswa sebesar 61,7%, setelah diterapkan model pembelajaran Co-op Co-op motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan ratarata pencapaian motivasi belajar sebesar 82,7% serta hasil belajar siswa pada tes awal (pree test) dengan nilai rata-rata sebesar 46,7 dan persentase siswa yang tuntas belajar sebesar 5,3% (1 siswa dari 19 siswa), setelah diterapkan model pembelajaran Co-op Co-op hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 71,6 dan persentase siswa yang tuntas belajar sebesar 84,2% (16 siswa dari 19 siswa). Keywords: Model Pembelajaran Co-op Co-op, Motivasi, Hasil Belajar PENDAHULUAN Mata pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari sains, menuntut kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Garder dalam (Wena, 2012: 67) menyatakan bahwa siswa dikatakan memahami apabila ia dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, yang mana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2012: 171). Sebagian besar penyelenggaraan pendidikan saat ini masih berpusat pada guru (Teacher Centered). Hal ini memberikan dampak yang kurang baik. Secara umum, anak didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu, untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008: 1). Oleh karena itu, untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan, maka guru

2 harus melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pengajaran biologi perlu adanya penerapan model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik (Aunurrahman, 2012: 143). Salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan kepada siswa dan siswa menjadi aktif serta mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Co-op Co-op. Model pembelajaran Co-op Co-op merupakan model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan siswa mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan kepada mereka. Langkahlangkah pembelajaran Co-op Co-op adalah diskusi kelas seluruh siswa, penyusunan tim siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu, seleksi topik mini (oleh anggota kelompok dalam kelompoknya) penyiapan topik mini, persiapan presentasi kelompok, dan kemudian evaluasi oleh siswa dengan bimbingan guru. Model pembelajaran Co-op Co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Pertama, untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka, dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya (Slavin, 2010: 229). Menurut (Slavin, 2010: 229) model pembelajaran ini dapat meningkatkan pembelajaran yang positif, memaksimalkan waktu, dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang mantap, meningkatkan pemahaman serta pemikiran yang kreatif dan kritis serta mengurangi kecemasan bagi siswa yang kurang mampu menerima pelajaran. Hal ini disebabkan karena dengan model Co-op Co-op memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, dan kemudian memberikan kesempatan bagi mereka untuk saling tukar pemahaman yang baru. Terlepes dari kreatifitas guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat guna mencapai hasil pembelajaran yang sesuai dengan harapan, dalam proses perkembangan belajar, siswa membutuhkan motivasi, karena motivasi merupakan kebutuhan penting bagi siswa untuk menambah semangat dalam belajar. Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, pemberian motivasi tentu sangat diperlukan sebab seorang siswa yang tidak mempunyai motivasi tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan baik. Oleh karena itu, sebagai guru hendaknya membangkitkan motivasi belajar siswanya. Menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip (Hamalik, 2012: 158), motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut (Hanafiah dan Suhana, 2012: 26), motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam motivasi terkandung adanya cita-cita atau aspirasi siswa, ini diharapkan siswa mendapat motivasi belajar sehingga mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar. Disamping itu, keadaan siswa yang baik dalam belajar akan menyebabkan siswa tersebut bersemangat dalam belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik, kebalikan dengan siswa yang sedang sakit, ia tidak mempunyai gairah dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 98). Hasil observasi awal penulis menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya pada mata pelajaran biologi materi sistem pernapasan pada manusia terlihat masih rendah, dimana sebagian besar dari siswa hasil belajarnya belum memenuhi nilai KKM yakni sebesar 68. Hal ini di sebabkan karena guru lebih sering menggunakan metode konvensional berupa ceramah dan tanya jawab serta kurang menggunakan metode yang bervariasi sehingga siswa merasa cepat bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa kurang termotivasi untuk belajar mata pelajaran biologi, karena ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung kurang memperhatikan dan masih ada yang berbicara sendiri pada saat guru memberikan pelajaran. Keaktifan atau antusiasme belajar kurang karena siswa menganggap pelajaran biologi sulit dipahami sehingga hasil belajarnya rendah. 11

3 Materi sistem pernapasan pada manusia termasuk dalam materi biologi yang sifatnya abstrak, dimana materinya banyak membahas bagian-bagian tubuh yang disebut organ-organ pernapasan. Oleh karena itu, dalam mempelajari materi tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan di dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa selalu diberikan motivasi sehingga siswa lebih mudah dalam mempelajari dan menguasainya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tipe penelitian deskriptif dengan tujuan menggambarkan peningkatana motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya pada materi sistem pernapasan pada manusia melalui penerapan model pembelajaran Co-op Co-op. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan cara diundi secara acak dari tiga kelas kemudian dipilih salah satu kelas untuk dijadikan sebagai sampel. Dalam penelitian ini sampelnya adalah siswa kelas VIII 2 SMP Negeri 1 Air Buaya yang berjumlah 19 siswa. Teknik Analisa Data Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk menghitung nilai tes awal, nilai tes akhir, aspek afektif, dan aspek psikomotorik digunakan rumus sebagai berikut: Nilai = x 100 Kemudian nilai yang diperoleh tiap siswa yang merupakan gambaran tingkat penguasaan atau pencapaian hasil belajar siswa disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dikategorikan berdasarkan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Tingkat Penguasaan dan Kualifikasi Interval Huruf Kualifikasi Nilai A Baik sekali B Baik C Cukup D Kurang 0 39 E Gagal (Arikunto, 2012: 281). Untuk melihat ketuntasan belajar siswa pada setiap tes, maka nilai-nilai yang diperoleh setiap siswa tersebut disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi di kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya. Secara individual siswa dikatakan tuntas apabila mendapat nilai 68 dan jika kurang dari itu, maka hasil belajar siswa dikatakan belum tuntas. Selengkapnya nilai KKM SMP Negeri 1 Air Buaya pada mata pelajaran biologi secara individual dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 2. KKM Pada Mata Pelajaran Biologi Secara Individu No. Nilai KKM Ketuntasan Belajar 1 68 Tuntas 2 < 68 Belum Tuntas Sedangkan kriteria persentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu minimal 80% dari semua siswa di kelas itu mencapai nilai minimal 68. Adapun persentase ketuntasan belajar siswa dihitung dengan rumus: P = x 100% Dimana: P = Persentase ketuntasan belajar siswa X = Jumlah siswa yag telah tuntas belajar N = Jumlah siswa seluruhnya. Dalam meneliti motivasi siswa melalui penerapan model pembelajaran Co-op Coop, peneliti meneliti beberapa aspek yang akan diukur, yaitu: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, senang bekerja mandiri, percaya pada hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan soal-soal, adanya hasrat dan keinginan berhasil, dan adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Masing-masing aspek tersebut, peneliti membuat standar 65%. Jika kurang dari 65%, maka penelitian ini dianggap tidak berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 3. Pengukuran Peningkatan Motivasi No. Aspek Motivasi yang Diukur Standar Kelulusan 1 Tekun menghadapi tugas 65% 2 Ulet menghadapi 65% kesulitan 3 Senang bekerja mandiri 65% 4 Percaya pada hal yang 65% diyakini 5 Senang mencari dan 65% memecahkan soal-soal 6 Adanya hasrat dan 65% keinginan berhasil 7 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 65% 12

4 Untuk menganalisis hasil penilaian motivasi pada setiap aspek di atas, maka digunakan rumus persentase sebagai berikut: P = x 100% Dimana: P = Angka persentase F =Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Jumlah responden HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penyebaran angket maka rata-rata persentase pencapain motivasi awal dan akhir belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya dalam pembelajaran biologi dengan model pembelajaran Co-op Co-op Penerapan model pembelajaran Coop Co-op dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air dalam pembelajaran biologi disebabkan karena di awal penerapan model pembelajaran ini siswa didorong untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan siswa sendiri terhadap materi yang akan dipelajari dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling tukar pemahaman yang baru. Hal ini senada dengan pernyataan (Slavin, 2010: 229) pada awal memulai unit pelajaran di kelas, guru mendorong siswa untuk menemukan dan mengekpresikan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari. Selain itu, model pembelajaran Co-op Co-op memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain guna meningkatkan pemahaman mereka Tabel 4 MoTAwTaal Belajar Siswa Tabel 4. Hasil motivasi awal dan akhir siswa No. Aspek Motivasi yang Diukur Persentase (%) Awal Akhir 1 Tekun menghadapi tugas 57,9 78,9 2 Ulet menghadapi kesulitan 57,9 84,2 3 Senang bekerja mandiri 63,2 78,9 4 Percaya pada hal yang diyakini 57,9 84,2 5 Senang mencari dan memecahkan soal-soal 63,2 78,9 6 Adanya hasrat dan keinginan berhasil 68,4 89,5 7 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 63,2 84,2 Hasil penelitian diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran biologi pada materi sistem pernapasan manusia yang diajarkan melalui penerapan model pembelajaran Co-op Co-op berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa VIII SMP Negeri 1 Air Buaya. Hal ini dapat dilihat dari persentase pencapaian motivasi awal belajar siswa atau sebelum diterapkan model pembelajaran Co-op Co-op dengan rata-rata persentase pencapaian motivasi belajar siswa Peningkatan motivasi belajar yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya disebakan oleh penggunaan model pembelajaran Co-op Co-op sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Menurut (Aunurrahman, 2012: 143), penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. tentang diri mereka dan lingkungan sekitar dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya. Faktor lain yang menyebabkan model pembelajaran Co-op Co-op dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air dalam pembelajaran biologi karena model pembelajaran ini berorientasi pada siswa merencanakan apa dan bagaimana menyelesaikan masalah yang ditugaskan kepada mereka. Siswa dalam kelompok menyelesaikan tugas, kemudian menginformasikan pada kelompok lain (Asma, 2006: 78). Setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dilakukan maka dilakukan penilaian hasil belajar siswa. Hasil tes akhir (post test) disajikan pada tabel 5. 13

5 Persentase (%) H. Wali / Bimafika, 2016,8, Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Pada Tes Akhir Interva l Nilai Kualifikas i Frekuens i Persentas e (%) 80 Baik sekali 5 26, Baik 11 57, Cukup 2 10, Kurang 1 5, Gagal - - Jumlah Hasil tes akhir (post test) juga menunjukkan bahwa dari 19 peserta tes sebanyak 16 siswa atau sebesar 84,2% telah tuntas belajar atau mendapatkan nilai di atas batas KKM (nilai 68) dan yang belum tuntas belajar hanya 3 siswa atau sebesar 15,8% yang nilainya dibawah KKM (nilai < 68). Selengkapnya ketuntasan belajar siswa pada tes akhir (post test) dapat di lihat pada gambar berikut: ,8% Belum Tuntas 84,2% Tuntas Ketuntasan Belajar Pada Tes Akhir (Post Test) Keterangan: Belu Tuntas Gambar 1. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Akhir (Post Test) Peningkatan hasil belajar biologi yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya pada materi sistem pernapasan pada manusia melalui penerapan model pembelajaran Co-op Co-op, dikarenakan dalam model pembelajaran Co-op Co-op, guru berperan sebagai fasilitator sedangkan yang berperan aktif dalam pembelajaran adalah siswa. Dengan kata lain, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered). Selain itu, pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran Co-Op Co-Op menekankan kerjasama siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru yang dikerjakan bersama kelompok dan setiap anggota kelompok mendapaatkan tugas yang berbeda dan tanggung jawab yang berbeda pula. Pemberian tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda dilakukan agar siswa tidak merasa saling membandingkan di antara anggota kelompoknya, melainkan merasa saling mengisi stu sama lain bersama anggota kelompok. Dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru, pada proses pembelajaran siswa menyelesaikan permasalahan berpedoman degan berbagai buku sumber, bekerjasama dengan kelompok, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mampu menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada terhadap permasalahan yang diberikan guru. Dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk menggali pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya membimbing. Jadi, siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh (Slavin, 2010: 229) yang menyatakan bahwa apabila setiap siswa bertanggung jawab atas sebagaian dari keseluruhan tugas maka masing-masing akan merasa bangga atas kontribusinya terhadap kelompok. KESIMPULAN Penerapan model pembelajaran Coop Co-op dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia di kelas VIII SMP Negeri 1 Air Buaya. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pencapaian motivasi awal belajar siswa sebesar 61,7%, setelah diterapkan model pembelajaran Co-op Co-op motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata pencapaian motivasi belajar sebesar 82,7% serta hasil belajar siswa pada tes awal (pree test) dengan nilai rata-rata sebesar 46,7 dan persentase siswa yang tuntas belajar sebesar 5,3% (1 siswa dari 19 siswa), setelah diterapkan model pembelajaran Coop Co-op hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 71,6 dan persentase siswa yang tuntas belajar sebesar 84,2% (16 siswa dari 19 siswa). SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru maupun calon guru dapat menjadikan model pembelajaran Co-op Co-op sebagai salah satu alternatif model pembelajaran biologi karena hasil penelitian diperoleh menunjukan model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 14

6 2. Dalam setiap proses pembelajaran diharapkan siswa selalu bersikap aktif dan hendaknya selalu meningkatkan prestasi belajarnya secara maksimal. 3. Bagi peneliti lainnya dapat melanjutkan penelitian ini untuk memperoleh temuan yang lebih signifikan pada kelas dan materi yang berbeda DAFTAR PUSTAKA [1]. Arikunto, S Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara. [2]. Asma, N Model Pembelajaran Kooperative. Padang: UNP PRESS. [5]. Hamalik, O Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. [6]. Sanjaya, W Strategi Pembelajaran Beroreantasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. [7]. Slavin, R.E Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. [8]. Wena, M Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. [3]. Aunurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. [4]. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 15