KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

STUDI TINGKAT KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

Iklim Perubahan iklim

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

APA ITU GLOBAL WARMING???

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

Oleh: ANA KUSUMAWATI

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

III. METODE PENELITIAN

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

INDONESIA DIJULUKI NEGARA RING OF FIRE KARENA DIKELILINGI GUNUNG BERAPI YANG AKTIF. MEMILIKI BANYAK DEPOSIT MINERAL UNTUK MEMPERTAHANKAN KESUBURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

STRUKTURISASI MATERI

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.

Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya Abstrak

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

MAKALAH FISIKA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA

EKOSISTEM. Yuni wibowo

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

Transkripsi:

KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA THE STUDY OF GREEN OPEN SPACE ABILITY TO ADSORB THE CARBON EMISSIONS IN SURABAYA CITY Ratri Adiastari 1), Rahmat Boedisantoso 2) dan Susi Agustina Wilujeng 3) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur 2 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur Abstrak Karbon dioksida (CO 2 ) merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global. Kemampuan penyerapan pada tanaman merupakan salah satu cara untuk mengurangi emisi CO 2. Surabaya sebagai kota metropolitan membutuhkan lahan yang luas untuk ruang terbuka hijau. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kemampuan penyerapan taman dan jalur hijau dalam pengurangan emisi CO 2 dari kegiatan transportasi. Penelitian ini menggunakan metodologi berdasarkan studi pustaka, pengumpulan data sekunder yaiu berupa data luas dan persebaran taman dan jalur hijau di Kota Surabaya, dan data sekunder berupa observasi lapangan. Observasi lapangan dilakukan dengan mengukur area taman dan jalur hijau serta luas tutupan vegetasi. Area taman dan hijau di Kota Surabaya adalah 75,43 Ha. Kemampuan serapan taman dan jalur hijau adalah sebesar 40.311,62 ton / tahun dan 15.233,76 ton / tahun untuk kemampuan serapan berdasarkan luas tutpan vegetasi. Persyaratan luas taman dan jalur hijau yang dibutuhkan untuk memenuhi penyerapan emisi CO 2 dari kendaraan bermotor di Surabaya adalah sebesar 21.082,41 Ha. Sedangkan pohon Angsana untuk ditanam di Surabaya 16.212,665 batang. Kata Kunci : Emisi karbon dioksida, jenis tutupan vegetasi, ruang terbuka hijau, taman/jalur hijau 1

Carbon dioxide (CO 2 ) emission is Green House Gases (GHG) that caused global warming. Plant absorption is one of way to reduce CO 2 emission. As a metropolis city, Surabaya require a huge area of green open space. Therefore, this study is to determined CO2 emission that is absorbed by park and greenways in Surabaya and to determine adsorption capacity of park and greenways in reduction of CO2 emission from transportation activities. This study use a methodology based on literature reviews, primary data collection in parks and greenways in Surabaya, and secondary data in form of field observations. Conducted field observations is by measuring the park area/greenways and extensive vegetation cover. Field observations is conducted by park and greenways area measurement and vegetation cover method. The park area and greenways of Surabaya is 75.43 Ha. Absorption capacity of park area and greenways are 40,311.62 tones/year and 15,233.76 tones/year for area measurement and vegetation method, respectively. The requirement of park and greenways to fulfill the absorption in Surabaya is an area of 21,082.41 Ha. While the Angsana tree to be planted in Surabaya is 16,212.665 stems. Keywords: Carbon dioxide emission, green open space, park/greenway, type of vegetation cover PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Hal ini terlihat dengan semakin berkembangnya perekonomian di segala bidang, baik dibidang industri, perdagangan maupun jasa. Berkembangnya perekonomian dapat meningkatkan pertumbuhan penduduk di Kota Surabaya, sehingga dapat menunjukkan adanya suatu perubahan kota. Perubahan kota dapat dilihat dari banyaknya aktivitas yang terjadi di dalam kota tersebut yang pada akhirnya membutuhkan lahan yang banyak untuk pemukiman dan untuk menunjang aktivitas kota tersebut. Perubahan yang terjadi mempunyai pengaruh buruk terhadap lingkungan, apalagi jika sebelumnya aparat pemerintah belum mempersiapkan strategi perencanaan khusus untuk mengantisipasi segala bentuk perubahan yang terjadi khususnya terhadap pengelolaan lingkungan hidup kawasan perkotaan secara berkesinambungan. Permasalahan lingkungan di 2

Kota Surabaya ditimbulkan akibat terjadi peningkatan kawasan untuk pemukiman, peningkatan jumlah penduduk yang berhubungan dengan daya tampung lingkungan, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan serta keberadaan vegetasi atau kawasan hijau sebagai daya dukung lingkungan. Emisi karbondioksida sangat diperhatikan karena merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Gas rumah kaca di bumi semakin hari semakin menebal yang mengakibatkan sinar UV yang masuk ke bumi kemudian di biaskan oleh bumi dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca. Akibat dari sinar UV yang dipantulkan oleh gas rumah kaca tersebut mengakibatkan bumi semakin panas, sehingga mengakibatkan naiknya permukaan laut karena mencairnya es di kutub utara dan selatan. Ruang terbuka hijau mempunyai manfaat keseimbangan alam terhadap struktur kota. Ruang terbuka hijau tidak dianggap sebagai lahan yang kurang efisien, atau tanah cadangan untuk pembangunan kota, atau sekedar program keindahan. Ruang terbuka hijau mempunyai tujuan dan manfaat yang besar bagi keseimbangan, kelangsungan, kesehatan, kenyamanan, kelestarian, dan peningkatan kualitas lingkungan itu sendiri. Selain itu Ruang terbuka hijau juga mampu menyerap emisi karbondioksida yang dihasilkan dari segala aktivitas yang terjadi di Kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa luas ruang terbuka hijau dan berapa banyak emisi karbondioksida yang dapat diserap oleh ruang terbuka hijau yang terdapat di Kota Surabaya. Permasalahan Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Berapa jumlah emisi karbondioksida yang dapat diserap oleh taman/jalur hijau yang ada di Kota Surabaya? 2. Berapa efisiensi kemampuan taman/jalur hijau dalam menyerap jumlah emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya? 3

3. Berapa luas taman/jalur hijau dan jumlah pohon yang dibutuhkan untuk menyerap emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya? Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan jumlah emisi karbon dioksida yang dapat diserap oleh taman/jalur hijau yang terdapat di Kota Surabaya. 2. Menghitung efisiensi kemampuan taman/jalur hijau dalam menyerap jumlah emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya. 3. Menentukan luas taman/jalur hijau dan jumlah pohon yang dibutuhkan untuk menyerap emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya. Batasan Masalah 1. Penelitian ini dilakukan di taman/jalur hijau yang tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. 2. Data luas dan persebaran taman/jalur hijau yang digunakan untuk penelitian adalah data taman/jalur hijau yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. 3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Luas taman kota di Kota Surabaya. Luas jalur hijau di Kota Surabaya Landasan Teori Pencemaran Udara Pencemaran udara ialah jika udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organism hidup. Jumlah pengotoran ini cukup banyak sehingga tidak 4

dapat diabsorpsi atau dihilangkan. Umumnya pengotoran ini bersifat alamiah, misalnya gas pembusukan, debu akibat erosi, dan serbuk tepung sari yang terbawa angin, kemudian ditambah oleh manusia karena ulah hidupnya dan jumlah serta kadar bahayanya semakin meningkat. Pencemar udara dapat digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu (1) pergeseran permukaan; (2) penguapan; (3) pembakaran; (Sastrawijaya, 2000). Sumber Pencemar Udara Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93 % argon, 0,03% karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Udara dikatakan tercemar apabila berbedanya komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Menurut Soedomo (2001), sumber pencemaran udara dapat terjadi berdasarkan: 1. Kegiatan yang bersifat alami, contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan. 2. Kegiatan antropogenik (akibat aktivitas manusia) terbagi dalam pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan, baik akibat proses dekompsisi ataupun pembajakan dan rumah tangga. Emisi Karbon Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 pasal 1 ayat 9, emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Emisi karbon adalah salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Seperti diketahui, pemanasan global merupakan kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari 5

(gelombang panas) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca. Dan efek rumah kaca merupakan istilah untuk panas yang terperangkap di atmosfer bumi dan tak bisa menyebar. Sumber Emisi Karbon di Indonesia Udara terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen; 0,93% argon, 0,03% karbondioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Komposisi ini mendukung kehidupan manusia, dimana karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), nitrogen oksida (N 2 O) merupakan gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (EFK). Efek rumah kaca berguna bagi makhluk hidup di bumi. Jika tidak ada gas rumah kaca, suhu di bumi rata-rata - 18 0 C. Suhu ini terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 33 0 C lebih tinggi, yaitu 15 0 C. Suhu ini sesuai bagi kehidupan makhluk hidup (Soemarwoto, 1994). Aliran karbon untuk terdegradasi terbagi dalam dua arah, yaitu pengikatan CO 2 oleh atmosfer dan kemudian hilang akbat proses dekomposisi dan adanya penyerapan oleh tanaman. Secara alami karbondioksida yang ada di udara berasal dari emisi gunung berapi dan aktivitas mikroba dalam tanah (perombakan bahan orgsnik) dan respirasi tumhuhan serta hasil pernapasan manusia. Selain itu, gas ini juga bisa berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak dan gas yang banayk dipergunakan di kota. Menurut Dahlan (1992), manusia sebagai makhluk hidup juga menghasilkan gas CO 2. Ratarata manusia bernapas dalam keadaan sehat dan tidak banyak bergerak sebanyak 12 18 kali per menit yang banyaknya berkisar 500 ml udara dalam 1 menit atau 360 540 liter dalam 1 jam. Jumlah gas CO 2 yang dihasilkan dari pernapasan manusia dalm 1 jam sebanyak 39,6 gr CO 2. 6

Transportasi Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Surabaya merupakan pusat transportasi darat di bagian timur Pulau Jawa, yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya. Jalan tol termasuk ruas Surabaya-Gresik, Surabaya-Waru-Gempol, dan Waru-Bandara Juanda.Oleh karena itulah Surabaya menjadi salah satu kota besar yang memiliki tingkat pencemaran paling tinggi. Emisi Karbon Dari Kendaraan Bermotor Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi akan berdampak polusi udara pada lingkungan. Polusi udara yang timbul akibat tingginya pemakaian kendaraan bermotor ini berupa emisi karbon. Emisi karbon yang semakin lama semakin meningkat seiring bertambahnya kendaraan bermotor ini dapat menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu dampak yang ditimbulkan emisi karbon dari kendaraan bermotor adalah pemanasan global. Pemanasan global dapat mengakibatkan suhu bumi meningkat dan terjadi perubahan iklim. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jumlah emisi karbon yang terdapat di Surabaya bagian Timur (wilayah Surabaya Utara dan Timur) dan Surabaya bagian Barat (wilayah Surabaya Pusat, Barat dan Selatan). 7

Tabel 1. Jumlah Emisi Karbon Total Surabaya Bagian Timur No. Jenis Jalan Emisi Rata-rata (kg/jam.km) Panjang Jalan (km) Emisi Total (kg/jam) 1. Arteri Primer 816,26 26,024 21.242,26 2. Arteri Sekunder 1.018,05 48,970 49.854,05 3. Kolektor Primer 467,81 3,630 1.698,16 4. Kolektor Sekunder 4.363,34 46,262 201.857,02 5. Lokal 1.240,85 702,335 871.494,52 Total 827,221 1.146.146,01 Sumber: Arini, 2010 Tabel 2. Jumlah Emisi Karbon Total Surabaya Bagian Barat No. Jenis Jalan Emisi Rata-rata (kg/jam.km) Panjang Jalan (km) Emisi Total (kg/jam) 1. Arteri Primer 1666,35 33,69 56.139,42 2. Arteri Sekunder 550,16 46,22 25.428,26 3. Kolektor Primer 1101,03 29,38 32.348,39 Kolektor 4. Sekunder 1311,94 66,7 87.506,44 5. Lokal 166,80 300,27 50.085,90 Total 476,25 251.508,41 Sumber: Kusuma, 2010 Ruang Terbuka Hijau Pengertian ruang terbuka hijau, (1) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuan, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan 8

penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi ruang terbuka hijau yang bersangkutan (Purnomohadi, 1995). Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat 2, ruang terbuka hijau yang ideal paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada. RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk per-lindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keingin-an dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan. Konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. 9

Proses Fotosintesis Fotosintesis adalah proses metabolisme pada tanaman dengan bantuan klorofil dan cahaya, mengubah karbondioksida dan air menjadi karbohidrat dan molekul oksigen. Proses fotosintesis berlangsung pada jaringan mesofil, karena pada jaringan tersebut terdapat kloroplas, dimana dalam kloroplas terdapat klorofil yang nantinya berfungsi dalam proses fotosintesis. Kloroplas terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Tilakoid yang tersusun dari grana yang memungkinkan terjadinya pengubahan energi cahaya menjadi energy kimia. 2. Lamela bagian cair (kurang padat) yang merupakan tempat terjadinya reduksi CO 2 pada reaksi gelap. Gas karbondioksida sebagai bahan utama fotosintesis masuk melalui stomata. Produktivitas tanaman dapat dengan tepat ditaksir dengan mengukur baik oksigen maupun karbondioksida yang digunakan dalam proses fotosintesis karena jumlah C dalam CO 2 berbanding lurus dengan jumlah C terikat dalam gula selama fotosintesis, produktivitas dapat digunakan sebagai dasar perkiraan gas CO 2 yang hilang di lingkungannya. Hubungan Fotosintesis, Intensitas Cahaya dan Laju Serapan Karbon dioksida Fotosintesis pada tanaman merupakan suatu proses dimana organisme hidup mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia berupa molekul organik. Proses ini membutuhkan energi matahari untuk menyediakan energi pada reaksi kompleks fisika-kimia dari organisme hidup tersebut (Lawlor, 1993). Fotosintesis oleh tumbuhan hijau merupakan proses kimia yang paling penting di bumi dan paling sensitif terhadap polutan udara. Proses ini menghasilkan gula dari karbondioksida air dengan bantuan cahaya, dengan oksigen yang dihasilkan sebagai produk samping (Treshow, 1989). 10

Fotosintesis ditampilkan dalam sebuah rumus kesetimbangan kimia seperti di bawah ini. 6CO 2 + 12H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + 6H 2 O 2.1) Tumbuhan memerlukan cahaya sebagai sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Cahaya tersebut merupakan bagian spektrum energi radiasi yang terdapat di bumi dan berasal dari matahari. Tetapan matahari adalah 200 kal.cm -2.min -1 (1395 W.m -2 ). Ini merupakan jumlah energi yang diterima oleh suatu permukaan datar yang tegak lurus dengan sinar matahari dan tepat di sebelah luar atmosfer bumi. Tingkat radiasi matahari itu makin menurun setelah melewati bumi karena adanya penyerapan dan pemencaran. Radiasi matahari pada permukaan bumi, apabila permukaan tersebut tegak lurus terhadap sinar matahari, berkurang dari 2,0 menjadi antara 1,4 dan 1,7 kal.cm -2.min -1 pada hari yang cerah. Selama siang hari ada sejumlah tertentu sinaran gelombang pendek yang tiba pada permukaan bumi. Jumlah itu bergantung pada garis lintang, musim, waktu sehari-harinya, dan derajat keberawanan. Dengan demikian tidak ada awan dan atmosfer benar-benar cerah, jumlah sinaran yang diperkirakan disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai nilai R A. Tabel 3. Nilai Angot fluks sinaran gelombang pendek R A pada tepi luar atmosfer dalam kal/cm 2 /hari sebagai fungsi bulan dalam tahun dan garis lintang. Garis lintang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Tahun (derajat) U 90 0 0 55 518 903 1077 944 605 136 0 0 0 3540 80 0 3 143 518 875 1060 930 600 219 17 0 0 3660 60 86 234 424 687 866 983 892 714 494 258 113 55 4850 40 358 538 663 847 930 1001 941 843 719 528 397 318 6750 20 631 795 821 914 912 947 912 887 856 740 666 599 8070 katulistiwa 844 963 878 876 803 803 792 820 891 866 873 829 8540 20 970 1020 832 737 608 580 588 680 820 892 986 978 8070 40 998 963 686 515 358 308 333 453 648 817 994 1033 6750 60 947 802 459 240 95 50 77 187 403 648 920 1013 4850 80 981 649 181 9 0 0 0 0 113 459 917 1094 3660 S 90 995 656 92 0 0 0 0 0 30 447 932 1110 3540 Sumber: Wilson, 1993 11

Selain cahaya matahari, fotosintesis juga dipengaruhi oleh laju serapan CO 2, hal ini menunjukkan besarnya kemampuan serapan per satuan waktu per satuan luas daun. Berdasarkan hasil penelitian Pentury (2003), pola hubungan antara laju serapan dan luas tajuk tanaman bisa dimodelkan dengan formulasi matematika: (0,0048. I) S = 0,2278 e 2.2) Dimana, S : laju serapan CO 2 per satuan luas I : intensitas cahaya (kal/cm 2 /hari) e : bilangan pokok logaritma natural 0,0048 : Koefisien intensitas cahaya 0,2278 : Konstanta penjumlahan Tumbuhan Sebagai Penyerap Gas Karbon Dioksida Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Proses kimia pembentukan karbohidrat dan oksigen adalah 6 CO 2 + 6 H 2 O + Energi dan klorofil menjadi C 6 H 12 O 6 + 6 O 2. Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia (Abdillah, 2006). Penyerapan karbon dioksida oleh ruang terbuka hijau dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon menghasilkan absorbs karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada RTH yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (IPCC, 1995). 12

Kemampuan tanaman dalam menyerap gas karbon dioksida bermacam-macam. Menurut Prasetyo et all. (2002) hutan yang mempunyai berbagai macam tipe penutupan vegetasi memiliki kemampuan atau daya serap terhadap karbon dioksida yang berbeda. Tipe penutupan vegetasi tersebut berupa pohon, semak belukar, padang rumput, sawah. Daya serap berbagai macam tipe vegetasi terhadap karbon dioksida dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Cadangan Karbon Dan Daya Serap Gas CO 2 Berbagai Tipe Penutup Vegetasi Tipe Daya serap Daya serap No. Penutupan gas CO 2 gas CO 2 (kg/ha/jam) (ton/ha/th) 1 Pohon 129,92 569,07 2 Semak Belukar 12,56 55 3 Padang Rumput 2,74 12 4 Sawah 2,74 12 Sumber: Prasetyo et all. (2002) dalam Tinambunan (2006) 13

METODOLOGI PENELITIAN Ide Penelitian: Kajian Mengenai Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Menyerap Emisi Karbon di Kota Surabaya Studi Pustaka - Emisi karbon - Ruang terbuka hijau di Kota Surabaya - Kemampuan tanaman untuk menyerap emisi karbon - Penelitian terdahulu - Emisi karbon dari kendaraan bermotor Pengumpulan Data Sekunder : 1. Peta Kota Surabaya 2. Data persebaran dan luas taman/jalur hijau Kota Surabaya dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 3. Data daya serap CO 2 berdasarkan luas tutupan vegetasi. 4. Data jumlah emisi karbon dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya. Pengumpulan Data Primer : Pengukuran luas area dan luas tutupan vegetasi taman dan jalur hijau di Kota Surabaya dengan menggunakan alat GPS Dongle Analisa dan Pembahasan 1. Menentukan jumlah emisi karbon dioksida yang dapat diserap oleh taman/jalur hijau di Kota Surabaya. Dengan menggunakan metode berdasarkan luas taman/jalur hijau dan berdasarkan luas tutupan vegetasi. 2. Menghitung efisiensi kemampuan taman/jalur hijau dalam menyerap jumlah emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya. 3. Menentukan luas taman/jalur hijau dan jumlah pohon yang dibutuhkan untuk menyerap emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor di Kota Surabaya. ` Kesimpulan dan Saran ANALISA DAN PEMBAHASAN Transportasi Dari penggunaan kendaraan bermotor tersebut akan menimbulkan dampak berupa emisi karbon yang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Jumlah emisi karbon yang terdapat di Surabaya bagian Timur (wilayah Surabaya Utara dan Timur) dan Surabaya bagian Barat (wilayah Surabaya Pusat, Selatan, dan Barat) yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 5. 14

Tabel 5. Jumlah Emisi Karbon Total Surabaya Bagian Timur No. Jenis Jalan Emisi Rata-rata (kg/jam.km) Panjang Jalan (km) Emisi Total (kg/jam) 1. Arteri Primer 816,26 26,024 21.242,26 2. Arteri Sekunder 1.018,05 48,970 49.854,05 3. Kolektor Primer 467,81 3,630 1.698,16 4. Kolektor Sekunder 4.363,34 46,262 201.857,02 5. Lokal 1.240,85 702,335 871.494,52 Total 827,221 1.146.146,01 Sumber: Arini, 2010 Tabel 6. Jumlah Emisi Karbon Total Surabaya Bagian Barat No. Jenis Jalan Emisi Rata-rata (kg/jam.km) Panjang Jalan (km) Emisi Total (kg/jam) 1. Arteri Primer 1666,35 33,69 56.139,42 2. Arteri Sekunder 550,16 46,22 25.428,26 3. Kolektor Primer 1101,03 29,38 32.348,39 4. Kolektor Sekunder 1311,94 66,7 87.506,44 5. Lokal 166,80 300,27 50.085,90 Total 476,25 251.508,41 Sumber: Kusuma, 2010 Observasi Lapangan Pengukuran luas taman/jalur hijau dilakukan pada tanggal 10 Maret 2010 hingga 5 April 2010. Wilayah penelitian meliputi wilayah Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, dan Surabaya Barat. Pengukuran ini dilakukan di 25 lokasi taman/jalur hijau yang memiliki 5 luas terbesar di masing-masing wilayah Kota Surabaya. Tujuan dari pengukuran 15

ini adalah untuk mendapatkan luas taman/jalur hijau serta luas tutupan tiap vegetasi di wilayah studi. Perhitungan Serapan Emisi Karbon Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan jumlah emisi karbon dioksida yang mampu diserap oleh taman/jalur hijau di Kota Surabaya, dengan dua jenis perhitungan, yaitu: 1. Perhitungan serapan emisi karbon dioksida dengan menggunakan luas keliling taman/jalur hijau (taman/jalur hijau). 2. Perhitungan serapan emisi karbon dioksida dengan menggunakan luas tutupan vegetasi. Dari dua perhitungan tersebut, akan dilakukan analisa perbandingan terhadap jumlah emisi karbon yang dapat diserap oleh taman/jalur hijau. Perhitungan Serapan Emisi Karbon Dioksida dengan Menggunakan Luas Taman/Jalur Hijau Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah emisi karbon dioksida yang mampu deserap oleh taman/jalur hijau di Kota Surabaya. Langkah-langkah perhitungan emisi karbon dioksida ini adalah: 1. Menentukan intensitas cahaya yang terdapat pada tabel 2.1. Intensitas yang digunakan harus sesuai dengan kondisi iklim Kota Surabaya. Karena Kota Surabaya beriklim tropis maka intensitas cahaya yang digunakan adalah intensitas cahaya garis lintang khatulistiwa. Berikut ini intensitas per bulan yang digunakan dalam perhitungan. 16

Tabel 7. Intensitas Cahaya Bulan Intensitas Cahaya (kal/cm2/hari) Intensitas Cahaya (watt/m²) Jan 844 409,3 Feb 963 467,01 Mar 878 425,79 Apr 876 424,82 Mei 803 389,42 Jun 803 389,42 Jul 792 384,08 Agt 820 397,66 Sep 891 432,09 Okt 866 419,97 Nop 873 423,36 Des 829 402,03 Sumber: Hasil Perhitungan Dari nilai intensitas tersebut, satuan dikonversi menjadi watt/m 2, dimana 1kal/cm 2 /hari sama dengan 0,485 watt/m 2. 2. Dari data intensitas penyinaran matahari tersebut, bisa dihitung laju serapan CO 2 Dimana, berdasarkan hasil penelitian Pentury (2003). Yaitu dengan formulasi matematika: S : laju serapan CO 2 per satuan luas I : intensitas cahaya e : bilangan pokok logaritma natural 0,0048 : Koefisien intensitas cahaya 0,2278 : Konstanta penjumlahan (0,0048. I) S = 0,2278 e 17

Tabel 8. Perhitungan laju serapan CO 2 (µg/cm 2 /menit) Bulan Intensitas Penyinaran (watt/m 2 ) Laju serapan CO 2 (µg/cm 2 /menit) Januari 409,30 1,62 Februari 467,01 2,14 Maret 425,79 1,76 April 424,82 1,75 Mei 389,42 1,48 Juni 389,42 1,48 Juli 384,08 1,44 Agustus 397,66 1,54 September 432,09 1,81 Oktober 419,97 1,71 Nopember 423,36 1,74 Desember 402,03 1,57 Total 4964,95 20,04 Sumber: Hasil Perhitungan Untuk laju serapan karbon dioksida dalam µg/m 2 /th dapat dilihat pada Tabel 4.19. Tabel 9. Perhitungan laju serapan CO 2 (µg/m 2 /th) No Bulan Intensitas Penyinaran (watt/m²) Laju Serapan CO 2 (µg/cm²/menit) Laju Serapan CO2 (µg/m²/th) 1 Jan 409,3 1,62 8.39 x 10 9 2 Feb 467,01 2,14 11.09 x 10 9 3 Mar 425,79 1,76 9.12 x 10 9 4 Apr 424,82 1,75 9.07 x 10 9 5 Mei 389,42 1,48 7.67 x 10 9 6 Jun 389,42 1,48 7.67 x 10 9 7 Jul 384,08 1,44 7.46 x 10 9 8 Agt 397,66 1,54 7.98 x 10 9 18

No Bulan Intensitas Penyinaran (watt/m²) Laju Serapan CO 2 (µg/cm²/menit) Laju Serapan CO2 (µg/m²/th) 9 Sep 432,09 1,81 9.38 x 10 9 10 Okt 419,97 1,71 8.86 x 10 9 11 Nop 423,36 1,74 9.02 x 10 9 12 Des 402,03 1,57 8.13 x 10 9 Total 4964,95 20,04 103.88 x 10 9 3. Setelah didapatkan nilai laju serapan karbon dioksida, maka dapat dihitung kemampuan serapan taman/jalur hijau di Kota Surabaya. Untuk menghitung kemampuan serapan taman/jalur hijau adalah dengan cara mengkalikan laju serapan CO 2 dengan luas taman/jalur hijau yang sudah diukur dengan GPS. Tabel 10. Perhitungan Kemampuan Taman/jalur hijau menyerap CO 2 Berdasarkan Luas Pengukuran dengan GPS Luas Total Daya Serap No. Wilayah Pengukuran (m 2 ) Laju Serapan CO 2 (µg/m²/th) Taman/jalur hijau (ton/th) 1 Surabaya Pusat 70.542 103.88 x 10 9 7.328,42 2 Surabaya Utara 39.815 103.88 x 10 9 4.136,28 3 Surabaya Selatan 48.623 103.88 x 10 9 5051,32 4 Surabaya Timur 138.270 103.88 x 10 9 14.364,51 5 Surabaya Barat 90.782 103.88 x 10 9 9431,10 Total 388.032 Total 40.311,62 Kemampuan serapan taman/jalur hijau diatas dapat dibagi menjadi dua, yaitu kemampuan serapan tinggi yaitu terdapat di wilayah Surabaya Timur dan Barat, serta kemampuan serapan rendah yaitu terdapat di wilayah Surabaya Utara, Selatan dan Pusat. Kemampuan serapan taman/jalur hijau juga dihitung untuk luas taman/jalur hijau berdasarkan data sekunder. 19

Contoh Perhitungan: Hasil perhitungan laju serapan adalah sebesar 103.88 x 10 9 µg/m²/th. Luas taman/jalur hijau di wilayah Surabaya Pusat berdasarkan data sekunder adalah sebesar 158.689,59 m 2. Jadi daya serap taman/jalur hijau di wilayah Surabaya Pusat adalah: Daya Serap taman/jalur hijau = Laju serapan CO 2 x Luas taman/jalur hijau = 103.88 x 10 9 µg/m²/th x 158.689,59 m 2 = 16.485,84 ton/th Hasil perhitungan daya serapan taman/jalur hijau dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Perhitungan Kemampuan taman/jalur hijau menyerap CO 2 Berdasarkan Luas taman/jalur hijau dari Data Sekunder Luas Total Daya Serap No. Wilayah Taman/jalur hijau (m²) Laju Serapan CO 2 Taman/jalur hijau (µg/m²/th) (ton/th) 1 Surabaya Pusat 158.689,59 103.88 x 10 9 16.485,84 2 Surabaya Utara 73.021,59 103.88 x 10 9 7.586,02 3 Surabaya Selatan 125.686,16 103.88 x 10 9 13.057,20 4 Surabaya Timur 273.885,82 103.88 x 10 9 28.453,27 5 Surabaya Barat 123.022,55 103.88 x 10 9 12.780,49 Total 754.305,71 Total 78.362,83 Dari tabel diatas diketahui bahwa kemampuan taman/jalur hijau menyerap emisi karbon dioksida di Kota Surabaya adalah sebesar 78.362,83 ton/th. Perhitungan Serapan Emisi Karbon Dioksida dengan Menggunakan Luas Tutupan Vegetasi Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah emisi karbon dioksida yang mampu diserap oleh taman/jalur hijau di Kota Surabaya berdasarkan luas tutupan vegetasinya. Langkahlangkah perhitungan emisi karbon dioksida ini adalah: 20

1. Perhitungan ini menggunakan daya serap gas CO 2 per luasan tutupan vegetasi sesuai dengan tabel 2.2. Dari penelitian tersebut dapat dihitung kemampuan serapan taman/jalur hijau dengan cara mengkalikan daya serap gas CO 2 dengan luas tutupan vegetasi yang telah diukur dengan menggunakan GPS. Contoh perhitungan: Daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan pohon adalah sebesar 569,07 ton/ha/th. Daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan semak adalah sebesar 55 ton/ha/th. Daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan rumput adalah sebesar 12 ton/ha/th. Di wilayah Surabaya Pusat luas tutupan pohon adalah sebesar 3,44 Ha, sedangkan luas tutupan semak adalah sebesar 0,79 Ha dan luas tutupan rumput adalah sebesar 2,82 Ha. Dari data tersebut dapat dihitung daya serap total dengan mengkalikan daya serap gas CO 2 tipe tutupan vegetasi dengan luas tutupan vegetasi. Jadi total daya serap CO 2 untuk tipe tutupan vegetasi di wilayah Surabaya Pusat adalah sebagai berikut. a. Tipe Tutupan Pohon Total Daya Serap CO 2 = Daya serap gas CO 2 tutupan pohon x luas tutupan pohon = 569,07 ton/ha/th x 3,44 Ha = 1.957,89 ton/th b. Tipe Tutupan Semak Total Daya Serap CO 2 = Daya serap gas CO 2 tutupan semak x luas tutupan semak = 55 ton/ha/th x 0,79 Ha = 43,62 ton/th c. Tipe Tutupan Rumput Total Daya Serap CO 2 = Daya serap gas CO 2 tutupan rumput x luas tutupan rumput = 12 ton/ha/th x 2,82 Ha = 33,85 ton/th 21

d. Total Daya Serap CO 2 untuk wilayah Surabaya Pusat = 1.957,6 ton/th + 43,62 ton/th + 33,85 ton/th = 2.035,35 ton/th Total daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan vegetasi di wilayah Surabaya Pusat adalah sebesar 2.035,35 ton/th. Perhitungan total daya serap gas CO 2 untuk tipe tutupan vegetasi di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perhitungan Kemampuan Penyerapan Berdasarkan Luasan Per Tutupan Vegetasi No. 1 2 3 4 5 Wilayah Luas Pohon (Ha) Luas Semak (Ha) Luas Rumput (Ha) Daya serap gas CO²(Pohon) (ton/ha/th) Daya serap gas CO²(Semak) (ton/ha/th) Daya serap gas CO²(Rumput) (ton/ha/th) Daya Serap Pohon (ton/ha/th) Daya Serap Semak (ton/ha/th) Daya Serap Rumput (ton/ha/th) Total Daya Serap per tutupan vegetasi(ton/th) Surabaya Pusat 3,44 0,79 2,82 1.957,89 43,62 33,85 2.035,35 Surabaya Utara 2,48 0,18 1,32 1.413,85 9,64 15,86 1.439,36 Surabaya 569,07 55 12 Selatan 3,08 0,60 1,18 1.753,19 32,89 14,20 1.800,28 Surabaya Timur 10,29 0,73 2,81 5.855,50 40,19 33,68 5.929,37 Surabaya Barat 7,02 0,20 1,85 3.996,01 11,15 22,24 4.029,40 Total 26,32 2,50 9,99 Total 14.976,44 137,48 119,83 15.233,76 Perbandingan Serapan Emisi Karbon Dioksida Berdasarkan Luas Taman/Jalur Hijau dengan Luas Tutupan Vegetasi Perbandingan serapan emisi karbon dioksida berdasarkan luas taman/jalur hijau dengan luas tutupan vegetasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Serapan Emisi Karbon Dioksida Total Daya Serap Total Daya Serap No. Wilayah CO 2 Berdasarkan Luas Taman/Jalur CO 2 Berdasarkan Luas Tutupan Hijau (ton/th) Vegetasi (ton/th) 1 Surabaya Pusat 7.328,42 2.035,35 2 Surabaya Utara 4.136,28 1.439,36 3 Surabaya Selatan 5.051,32 1.800,28 4 Surabaya Timur 14.364,51 5.929,37 5 Surabaya Barat 9.431,10 4.029,40 Total 40.311,62 15.233,76 22

Dari hasil perhitungan didapatkan serapan emisi karbon dioksida berdasarkan luas taman/jalur hijau di Kota Surabaya adalah sebesar 40.311,62 ton/th. Sedangkan serapan emisi karbon dioksida berdasarkan luas tutupan vegetasi di Kota Surabaya adalah sebesar 15.233,76 ton/th. Apabila dilakukan analisa perbandingan, maka nilai kemampuan serapan emisi karbon dioksida total berdasarkan luas taman/jalur hijau lebih besar daripada nilai kemampuan serapan emisi karbon dioksida total berdasarkan luas tutupan vegetasi dengan selisih sebesar 25.077,86 ton/th. Hal ini disebabkan oleh daya serap pada luas tutupan vegetasi lebih kecil dibandingkan laju serapan pada luas taman/jalur hijau, sehingga kemampuan serapan yang dihasilkan berdasarkan luas tutupan vegetasi lebih kecil daripada kemampuan serapan yang dihasilkan berdasarkan luas taman/jalur hijau. Sisa Emisi Karbon Dioksida di Surabaya Bagian Timur Taman/jalur hijau yang terdapat di Surabaya bagian Timur (wilayah Surabaya Utara dan Timur) dapat mempengaruhi nilai gas buang emisi karbon dari kendaraan bermotor yang terdapat di Surabaya bagian Timur. Menurut Arini (2010), dijelaskan bahwa jumlah emisi karbon total untuk satuan kendaraan yang dikonversi ke satuan mobil penumpang (smp) di Surabaya bagian Timur, yaitu 1.146.146,01 kg/jam. Daya serap taman/jalur hijau di Surabaya bagian Timur adalah sebesar 36.039,29 ton/th atau sama dengan 4.171,21 kg/jam. Maka didapatkan sisa emisi di Surabaya bagian Timur adalah: Sisa Emisi = Jumlah Emisi Karbon Kendaraan Bermotor Daya Serap taman/jalur hijau = 1.146.146,01 kg/jam 4.171,21 kg/jam = 1.141.974,80 kg/jam Jadi, sisa emisi karbon dioksida di Surabaya bagian Timur adalah sebesar 1.141.974,80 kg/jam. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dihitung luas taman/jalur hijau yang dibutuhkan untuk mereduksi sisa emisi karbon dioksida di Surabaya bagian Timur sebagai berikut. 23

Sisa Emisi Karbon dioksida sebesar 1.141.974,80 kg/jam atau sama dengan 9.866.662,27 ton/th. Daya serap gas CO 2 tutupan pohon sebesar 569,07 ton/ha/th. Luas taman/jalur hijau yang dibutuhkan = 9.866.662,27 ton/th 569,07 ton/ha/th = 17.338,22 Ha = 173.382.200 m 2 Jika diketahui daya serap gas CO 2 pada pohon Angsana adalah sebesar 0,74 ton/th/pohon (Gratimah, 2009), maka dapat diketahui jumlah pohon Angsana yang harus ditanam sebanyak: Jumlah Pohon Angsana = 9.866.662,27 ton/th 0,74 ton/th/pohon = 13.333.328 batang. Sisa Emisi Karbon Dioksida di Surabaya Bagian Barat Taman/jalur hijau yang terdapat di Surabaya bagian Barat (wilayah Surabaya Pusat, Barat dan Selatan) dapat mempengaruhi nilai gas buang emisi karbon dari kendaraan bermotor yang terdapat di Surabaya bagian Barat. Menurut Kusuma (2010), dijelaskan bahwa jumlah emisi karbon total untuk satuan kendaraan yang dikonversi ke satuan mobil penumpang (smp) di Surabaya bagian Barat, yaitu 251.508,41 kg/jam. Daya serap taman/jalur hijau di Surabaya bagian Barat adalah sebesar 42.323,53 ton/th atau sama dengan 4.898,56 kg/jam. Maka didapatkan sisa emisi di Surabaya bagian Barat adalah: Sisa Emisi = Jumlah Emisi Karbon Kendaraan Bermotor Daya Serap taman/jalur hijau = 251.508,41 kg/jam - 4.898,56 kg/jam = 246.609,85 kg/jam 24

Jadi, sisa emisi karbon dioksida di Surabaya bagian Barat adalah sebesar 246.609,85 kg/jam. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dihitung luas taman/jalur hijau yang dibutuhkan untuk mereduksi sisa emisi karbon dioksida di bagian Barat sebagai berikut: Sisa Emisi Karbon dioksida sebesar 246.609,85 kg/jam atau sama dengan 2.130.709,10 ton/th. Daya serap gas CO 2 tutupan pohon sebesar 569,07 ton/ha/th. Luas taman/jalur hijau yang dibutuhkan = 2.130.709,10 ton/th 569,07 ton/ha/th = 3.744,19 Ha = 37.441.900 m 2 Jika diketahui daya serap gas CO 2 pada pohon Angsana adalah sebesar 0,74 ton/th/pohon (Gratimah, 2009), maka dapat diketahui jumlah pohon Angsana yang harus ditanam sebanyak: Jumlah Pohon Angsana = 2.130.709,10 ton/th 0,74 ton/th/pohon = 2.879.337 batang. Jadi jumlah total pohon Angsana yang harus ditanam di Kota Surabaya adalah sebanyak 13.333.328 + 2.879.337 = 16.212.665 batang. KESIMPULAN 1. Metode yang dipilih adalah metode perhitungan kemampuan serapan taman/jalur hijau berdasarkan luas taman/jalur hijau di Kota Surabaya, dengan daya serap sebesar 78.362,83 ton/th. 2. Sisa emisi karbon dioksida di Surabaya bagian Timur adalah sebesar 1.141.974,80 kg/jam. Kemampuan serapan taman/jalur hijau di Surabaya bagian Timur sebesar 4.171,21 kg/jam atau sebesar 0,0003% dari total emisi kendaraan bermotor. Sedangkan sisa emisi di 25

Surabaya bagian Barat adalah sebesar 246.609,85 kg/jam. Kemampuan serapan taman/jalur hijaunya sebesar 4.898,56 kg/jam atau sebesar 1% dari total emisi kendaraan bermotor. 3. Luas taman/jalur hijau yang dibutuhkan untuk Surabaya bagian Timur adalah sebesar 17.338,22 Ha, atau membutuhkan pohon Angsana sebanyak 13.333.328 batang. Sedangkan Luas taman/jalur hijau yang dibutuhkan untuk Surabaya bagian Barat adalah sebesar 3.744,19 Ha atau membutuhkan pohon Angsana sebanyak 2.879.337 batang. Jadi luas taman/jalur hijau yang harus ditambahkan di Kota Surabaya adalah seluas 21.082,41 Ha. Sedangkan jumlah pohon Angsana yang harus ditanam di Kota Surabaya adalah 16.212.665 batang. 4. Wilayah Surabaya Timur memiliki luas area terbesar kedua setelah wilayah Surabaya Barat, namun Surabaya Timur memiliki luas taman dan luas tutupan vegetasi paling besar diantara luas wilayah Surabaya lainnya yaitu seluas 273.885,82 m 2, dan memiliki kemampuan serapan karbon dioksida paling banyak yaitu sebesar 14.364,51 ton/th. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 Mengenai Pengendalian Pencemaran Udara Abdillah. 2006. Taman dan Hutan Kota. Penerbit Azka Mulia Media.Jakarta Arini, F. 2010. Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon Di Surabaya Bagian Timur. Surabaya: (belum diterbitkan) Dahlan, EN. 1992. Hutan Kota untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan. Jakarta: APHI 26

Gratimah. 2009. Tesis: Analisa Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas CO 2 Antropogenik di Pusat kota Medan. Medan: Universitas Sumatra Utara IPCC. 1995. Greenhouse gas inventory reference manual. IPCC WGI Technical Support Unit, Hardley Center, Meteorology Office, London Road, Braknell, RG 122 NY, United Kongdom. Kusuma, W. P. 2010. Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon Di Surabaya Bagian Barat. Surabaya: (belum diterbitkan) Lawlor, D.W. 1993. Photosynthesis: Molecular, Physiological, and Environmental Processes. London: Longman Scientific & Technical Pentury, T. 2003. Disertasi: Konstruksi Model Matematika Tangkapan CO2 pada Tanaman Hutan Kota. Surabaya: Universitas Airlangga Purnomohadi, S. 1995. Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian Kualitas Udara di DKI Jakarta. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Soemarwoto, O. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan. Simpson, J.R., and E.G. McPherson. 1999. Carbon Dioxide Reduction Through Urban Forestry-Guidelines for Professional and Volunteer Tree Planters. Gen. Tech. Rep. PSW-GTR-171. Albany, CA: Pacific Southwest Research Station, Forest Service, U.S. Departmen of Agriculture. 27

Tinambunan R. S. 2006. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Peka Baru. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Treshow, M. dan Franklin K. Anderson. 1989. Plant Stress from Air Pollution. New York: John Willey & Sons Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 28