Modul 1 : Respons Impuls

dokumen-dokumen yang mirip
Modul 1 : Respons Impuls dan Deret Fourier

Deret Fourier dan Respons Frekuensi

Analisis Kelakuan Sistem Orde Dua

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM

Isyarat dan Sistem. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n].

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. Kuliah 5 Sistem LTI. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

KONSEP SINYAL. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani February EL2032 Sinyal dan Sistem

Invers Transformasi Laplace

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

Bab III Respon Sinusoidal

Rencana Pembelajaran Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Elektro INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK ET2100 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI

MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Untai Elektrik I. Waveforms & Signals. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan.

LAPORAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200 PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PENGENALAN KONSEP DASAR SINYAL S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air.

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP. 13 Desember 2012

MODUL 1 PENDAHULUAN, FENOMENA TRANSIEN & FUNGSI PEMAKSA TANGGA SATUAN

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANALISIS SISTEM LINIER / 3 KODE / SKS / SIFAT : IT / 3 SKS / LOKAL

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI)

TE Sistem Linier

RepresentasiSistem. (b) Sistem dengan sinyal input dan sinyal output banyak(lebih dari satu)

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB 4 UJICOBA DAN ANALISIS

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

Probabilitas dan Proses Stokastik

Penguat Inverting dan Non Inverting

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

Modul 02: Elektronika Dasar

ALAT UKUR ELEKTRONIKA DAN METODE PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

MODUL 5 RANGKAIAN AC

OSILOSKOP (CRO : CATHODE-RAY OSCILLOSCOPES)

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT

MODUL 07 PENGUAT DAYA

MODUL 01 DASAR PENGUKURAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

Modul 1 definisi dan konsep pengukuran hasil pengukuran suatu besaran ralat acak dan ralat sistematis Modul 2 konsep angka penting dan pembulatan

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

dv dt = 1 L o C = L = mth 2011

Percobaan III Gejala Transien

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

Isyarat. Oleh Risanuri Hidayat. Isyarat. Bernilai real, skalar Fungsi dari variabel waktu Nilai suatu isyarat pada waktu t harus real

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

ANALISIS SISTEM KENDALI

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu

Review Hasil Percobaan 1-2

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Osilator dan Sumber Sinyal

Rangkaian RL dan RC Dengan Sumber

PERCOBAAN 6 RESONANSI

BAHAN PERKULIAHAN. Disusun Oleh : Istanto W. Djatmiko

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : TEORI DAN ANALISA SISTEM LINIER / IT SEMESTER / SKS : III / 2

By : MUSAYYANAH, S.ST, MT

KARAKTERISTIK KAPASITOR M. Raynaldo Sandita Powa ( )

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER)

Transkripsi:

Praktikum Pengolahan Sinyal Waktu Kontinyu sebagai bagian dari Mata Kuliah ET 2004 Modul 1 : Respons Impuls Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung 2017 1

I. Pendahuluan Respons impuls berperan penting pada sistem yang linear dan time-invariant (LTI) karena luaran sistem terhadap masukan sembarang serta kelakuan sistem dapat diketahui. Pada modul ini, akan ditentukan respons impuls dari sistem LTI yang diwakilkan oleh rangkaian RC. Selain itu, akan diterapkan konsep sistem LTI untuk menentukan keluaran sistem dengan masukan yang lebih kompleks. II. Tujuan a. Menentukan respons impuls sistem LTI dengan berbagai cara dan membandingkan dengan teori b. Menggunakan prinsip linearitas dan time-invariant untuk menghitung luaran sistem LTI dengan masukan yang lebih kompleks III. Dasar Teori III.1. Sistem linear Sistem bersifat linear jika berlaku prinsip superposisi yaitu penjumlahan dan homogenitas [1], seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Prinsip linearitas sistem Masukan x(t) Masukan Luaran menghasilkan luaran y(t) Penjumlahan x 1 t + x 2 t y 1 t + y 2 t Homogenitas αx 1 t βx 2 t αy 1 t βy 2 t Linear αx 1 t + βx 2 t αy 1 t + βy 2 t III.2. Sistem time-invariant Suatu sistem bersifat time invariant jika pergeseran waktu terhadap masukan menghasilkan pergeseran waktu yang sama pada luaran. Secara matematis, jika masukan x(t) menghasilkan luaran y(t), maka sistem bersifat time-invariant jika masukan x(t t 0 ) menghasilkan luaran y(t t 0 ), dengan t 0 adalah pergeseran waktu [1]. Secara fisis, hal ini berarti sistem berkelakuan sama jika percobaan dilakukan hari ini, besok ataupun minggu depan sekalipun. 2

III.1. Respons impuls Respons impuls h(t) dapat ditentukan dengan melihat luaran sistem saat diberi masukan berupa unit impuls δ(t). Dengan menggunakan prinsip linear dan timeinvariant, maka respons impuls menggambarkan suatu sistem LTI secara utuh. Dengan demikian, luaran sistem LTI dapat ditentukan untuk masukan apapun selama respons impulsnya diketahui. Secara matematis, luaran y(t) merupakan hasil konvolusi antara masukan x(t) dengan respons impulsnya h(t) [1][2] y t = x t h(t) (1) Pada Gbr. 1a, terlihat bahwa unit impuls merupakan sinyal dengan amplituda tak hingga dan lebar nol. Sementara luas dari unit impuls bernilai satu. Gbr. 1a. Unit impuls Gbr. 1b. Pulsa durasi singkat (approksimasi dari unit impuls) Secara fisis, sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk membangkitkan unit impuls. Unit impuls merupakan keadaan ideal yang bermanfaat dalam analisis matematis. Dalam penerapan praktis, unit impuls diaproksimasi dengan pulsa berdurasi singkat (Gbr, 1b.) yang memiliki amplituda 1 dan lebar Δ, dimana Δ > 0 bernilai Δ cukup kecil [1] δ Δ t = 1 (u t u(t Δ)) (2) Δ Dengan mengambil Δ 0, respons yang dihasilkan adalah respons impuls h(t). Pada Gbr 1b. tampak juga bahwa untuk membuat pulsa berdurasi singkat, nilai Δ harus sekecil mungkin yang berakibat pada semakin besarnya nilai amplituda pulsa. Nilai amplituda yang sangat besar tidak dapat dihasilkan mengingat keterbatasan generator sinyal dalam melindungi komponen di dalamnya seperti amplifier. Dengan demikian, pulsa durasi singkat yang dibangkitkan akan memiliki luas sebesar 0 < L < 1 p Δ t = L (u t u(t Δ)) (3) Δ 3

Dengan mengambil Δ 0, maka [1]: 1. Pulsa durasi singkat p Δ t menjadi unit impuls terskala Lδ(t). Secara matematis lim Δ 0 p Δ t = Lδ(t) (4) 2. Respons yang dihasilkan oleh pulsa durasi singkat p Δ t adalah g t = Lh(t) (5) Respons pulsa g t bernilai proporsional dengan respons impuls yang diinginkan. Dengan prinsip linearitas, h(t) dapat dihitung. III.2. Respons step Respons step s(t) merupakan luaran sistem dengan masukan berupa unit step s(t). Sinyal unit step secara fisis memodelkan banyak fenomena, diantaranya saat kita menekan tombol sakelar, pengaturan ketinggian pesawat oleh pilot, perubahan mendadak suhu pada termostat, dll. Mengetahui respons step sistem LTI merupakan cara alternatif dalam menghitung respons impuls h(t). Cara alternatif ini diperlukan mengingat pembangkitan sinyal unit step lebih mudah dan hasilnya mendekati ideal. Hal ini berbeda dengan pembangkitan unit impuls yang tidak mungkin dilakukan, sehingga diaproksimasi dengan sinyal pulsa durasi singkat. Hubungan respons step dan respons impuls secara matematis adalah [1] s t = t h τ dτ (6) Dengan demikian, respons impuls ditentukan dari turunan respons step atau h t = ds(t) dt (7) III.3 Sistem dalam Bentuk Persamaan Differensial III.3.1. Definisi Dengan mengetahui respons impuls, luaran sistem LTI dapat ditentukan melalui persamaan konvolusi. Sementara itu, hubungan masukan dan keluaran suatu sistem secara implisit dapat dilihat melalui persamaan differensial. 4

Persamaan diferensial orde N dengan masukan x t dan luaran y(t) dapat ditulis sebagai [1][2] N N d k=0 = b k x(t) k d a k y(t) k dt k k=0 (8) dt k Parameter a k dan b k adalah koefisien berupa konstanta tidak berubah waktu. Untuk mendapatkan hubungan antara masukan dan keluaran secara eksplisit, persamaan diferensial tersebut perlu diselesaikan. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial, diperlukan informasi tambahan yang salah satunya berupa nilai kondisi awal. Kondisi awal merangkum semua informasi dari keadaan lampau sebuah sistem yang diperlukan untuk menentukan luaran di kemudian hari. Contoh kondisi awal pada rangkaian listrik adalah nilai awal tegangan kapasitor dan arus induktor. Bergantung dari nilai kondisi awal, maka sistem yang dideskripsikan melalui persamaan diferensial dapat bersifat linear/nonlinear, berubah waktu/tidak berubah waktu, kausal/tidak kausal. Banyaknya informasi kondisi awal yang perlu diketahui untuk menyelesaikan persamaan diferensial, ditentukan dari banyaknya memori sistem atau orde sistem N. Misalnya untuk waktu t = t 1, kondisi awal dari sistem orde N yaitu [1] y t t=t1, dy (t) dt t=t1,, dn 1 y(t) dt N 1 t=t1 (9) III.3.2. Persyaratan Sistem dalam Bentuk Persamaan Diferensial Bersifat Linear Tidak Berubah Waktu (Sistem LTI) Solusi dari sistem yang dijelaskan melalui persamaan diferensial bergantung dari informasi kondisi awal. Untuk menghasilkan sistem yang bersifat LTI, maka sistem harus berada dalam keadaan initial rest, yang berarti luaran sistem bernilai nol sampai adanya masukan. Hal ini berarti, dalam keadaan initial rest, jika x t = 0 untuk t 0, maka y t = 0 untuk t 0 [1] Dengan demikian, nilai kondisi awal untuk sistem yang berada pada keadaan initial rest yaitu y t 0 = dy (t 0) dt = = dn 1 y(t 0 ) dt N 1 = 0 (10) Persamaan (10) diperlukan untuk menyelesaikan persamaan diferensial yaitu menentukan luaran y(t) untuk t > t 0. 5

III.4 Rangkaian RC Rangkaian RC termasuk dalam kategori sistem orde satu. Bergantung dari tegangan kapasitor atau tegangan resistor yang bertindak sebagai luaran, fungsi rangkaian RC juga berbeda. Gambar 2 menunjukkan rangkaian RC dengan tegangan sumber x(t) sebagai masukan dan tegangan kapasitor y(t) sebagai luaran Besarnya tegangan luaran ditentukan melalui penyelesaian persamaan diferensial dengan memperhatikan kondisi awal. Gbr. 2. Rangkaian RC orde satu [3] III.4.1. Rangkaian RC sebagai Sistem LTI Rangkaian RC yang bersifat LTI dapat diperoleh jika rangkaian berada pada keadaan initial rest. Oleh karena itu, jika tegangan masukan pada rangkaian bernilai nol untuk waktu t 0, maka keluaran juga bernilai nol untuk waktu t 0. Dengan demikian, kondisi awal dari tegangan kapasitor harus bernilai nol saat t = 0, atau y 0 = 0. Saat percobaan, keadaan initial rest rangkaian dipastikan sebelum rangkaian diberi masukan, misalnya dengan menunggu muatan pada kapasistor menjadi nol atau dengan melakukan hubungan pendek pada kapasitor. III.4.2. Respons Step dan Respons Impuls secara Teoritis Rangkaian RC pada Gbr. 2 dapat ditulis dalam bentuk persamaan differensial. Dengan menggunakan masukan pada rangkaian tersebut berupa unit step u(t), luaran yang dihasilkan berupa respons step s(t). Selanjutnya, respons impuls rangkaian ditentukan dengan menggunakan hubungan antara respons impuls dengan respons step sesuai persamaan (7). Bentuk persamaan differensial beserta respons step dan respons impuls teoritis dari rangkaian RC tampak pada Tabel 2. Tabel 2. Respons impuls dan respons step rangkaian RC secara teoritis Persamaan differensial Respons step Respons impuls RC dy(t) + y t = x(t) s t = 1 e t RC u(t) h t = 1 t dt RC e RC u(t) 6

IV. Persiapan Percobaan IV.1. Peralatan yang Diperlukan Pada percobaan ini, diperlukan peralatan sebagai berikut: 1. Modul Edibon M2 2. Generator sinyal 3. Osiloskop 4. Multimeter 5. Kabel probe sebanyak 3 buah 6. Kabel jumper IV.2. Rangkaian dalam Kondisi Intial Rest Rangkaian RC diinginkan bersifat LTI, sehingga kondisi initial rest rangkaian harus terpenuhi. Untuk itu, kondisi awal tegangan kapasitor/resistor dibuat nol terlebih dahulu. Waktu yang diperlukan sampai kapasitor menjadi tidak bermuatan adalah dalam hitungan beberapa milidetik. Dengan demikian, hubungan pendek pada kapasitor cukup dilakukan selama 1-2 detik. Gunakan alat ukur multimeter untuk melihat proses perubahan nilai tegangan kapasitor menjadi nol. IV.3. DC Coupling Kedua kanal masukan pada osiloskop diset sebagai DC coupling. Hal ini dilakukan agar sinyal DC dapat dilewatkan untuk ditampilkan pada osiloskop. Sementara itu, jika AC coupling yang diset, sinyal DC yang nantinya dibangkitkan, akan diblok pada kanal masukan osiloskop. V. Percobaan V.I. Respons step Langkah-langkah percobaan adalah: 1. Buatlah rangkaian seperti Gbr. 2, dengan nilai R = 10 kω dan C = 100 nf. Pada modul Edibon M2, nilai yang bersesuaian terdapat pada R 4 dan C 5. 2. Bangkitkan tegangan DC berupa unit step bernilai 1 V. Karena keterbatasan jenis sinyal yang dapat dibangkitkan, maka bangkitkan sinyal kotak periodik frekuensi 100 Hz, duty cycle 60%. Nilai tegangan 1 V dapat dicapai dengan tegangan peak-to-peak 1V dan offset DC 500 mv. Pengamatan sinyal masukan dan luaran nantinya cukup dilakukan untuk satu periode. 3. Lihat luaran pada osiloskop dan simpan data tegangan kapasitor terhadap waktu pada logbook. 4. Plot hasil eksperimen dan bandingkan dengan respons step s(t) teoritis sesuai Tabel 2. 7

Gunakan penskalaan osiloskop sbb: 1. Skala tegangan pada Ch 1 dan Ch 2 osiloskop adalah 500 mv/div. 2. Skala waktu osiloskop 2 ms/div. V.2. Respons impuls Langkah-langkah percobaan adalah: 1. Buatlah rangkaian seperti Gbr. 2, dengan nilai R = 10 kω dan C = 100 nf. Pada modul Edibon M2, nilai yang bersesuaian terdapat pada R 4 dan C 5. 2. Bangkitkan pulsa durasi singkat dengan nilai tegangan 250 mv berdurasi Δ = 1 ms. Karena keterbatasan jenis sinyal yang dapat dibangkitkan, maka bangkitkan pulsa periodik frekuensi 100 Hz dengan duty cycle 10%. Nilai tegangan 250 mv dapat dicapai dengan tegangan peak-to-peak 250 mv dan offset DC 125 mv. Pengamatan sinyal masukan dan luaran nantinya cukup dilakukan untuk satu periode. 3. Lihat luaran pada osiloskop dan simpan data tegangan kapasitor terhadap waktu pada logbook. 4. Ulangi langkah (1-3) di atas dengan masukan pulsa sebagai berikut: a) tegangan 500 mv, Δ = 0.5 ms (pulsa periodik frekuensi 200 Hz, duty cycle 10%) b) tegangan 1 V, Δ = 0.25 ms (pulsa periodik frekuensi 400 Hz, duty cycle 10%) Dengan demikian, ketiga pulsa yang dibangkitkan memiliki pasangan nilai durasi, tegangan = 1 ms, 250 mv, 0.5 ms, 500 mv, 0.25 ms, 1 V 5. Plot respons pulsa yang didapat untuk ketiga pasangan nilai pulsa pada gambar yang sama. 6. Dengan mengasosiasikan nilai durasi, tegangan dengan persamaan (3), diperoleh nilai L = 2.5 10 4. Hal ini berarti, hasil plot ketiga respons pulsa (hasil no. 5 percobaan V.1.), semakin menyerupai Lh(t) dengan mengecilnya nilai Δ. Apakah fenomena ini terlihat? Jelaskan. Gunakan penskalaan osiloskop sbb: 1. Skala tegangan pada Ch 1 dan Ch 2 osiloskop dapat disesuaikan pada rentang 50 500 mv/div 2. Skala waktu 500 us/div V.3. Superposisi Respons Step untuk Menghasilkan Respons Pulsa (dianalisis di laboratorium) 1. Dengan prinsip linearitas dan time-invariant, gunakan hasil respons step rangkaian RC (hasil percobaan V.1.) untuk menghitung dan membuat plot 8

luaran rangkaian RC yang diberi masukan berupa pulsa durasi, tegangan = 1 ms, 250 mv 2. Bandingkan hasil di atas dengan hasil percobaan V.2. yang menggunakan masukan pulsa yang sama. Plot keduanya pada gambar yang sama. Petunjuk : pulsa durasi singkat dapat ditulis sesuai persamaan (3), yang terdiri dari dua buah unit step dengan amplituda dan waktu yang berbeda. Respons rangkaian dengan input unit step diberikan pada percoabaan V.1. V.4. Superposisi Respons Pulsa Durasi Singkat untuk Menghitung Respons Pulsa Durasi Lebih Lebar (dianalisis di laboratorium) 1. Dengan menggunakan prinsip linearitas dan time-invariant, gunakan luaran rangkaian RC dengan masukan berupa pulsa durasi, tegangan = 0.25 ms, 1 V (hasil percobaan V.2.) untuk menghitung dan membuat plot luaran rangkaian RC yang diberi masukan berupa pulsa durasi, tegangan = 1 ms, 250 mv. 2. Bandingkan hasil di atas dengan hasil percobaan V.2. dengan masukan berupa pulsa durasi, tegangan = 1 ms, 250 mv. Plot keduanya pada gambar yang sama. VI. Tugas pada Laporan Untuk membuat gambar/plot pada laporan, gunakan bantuan perangkat lunak, misalnya Microsoft Excel, Matlab, Maple, dsb. Hal-hal yang harus dianalisis pada laporan adalah: 1. Perbandingan respons step hasil percobaan dengan teori 2. Perbandingan respons impuls hasil percobaan dengan teori 3. Perbandingan antara penentuan respons impuls dari turunan respons step, dengan respons impuls melalui pembangkitan pulsa durasi singkat. 4. Analisis respons rangkaian akibat pembangkitan pulsa durasi singkat dengan lebar pulsa dan tegangan yang berbeda-beda terhadap respons impuls yang dikehendaki. 5. Analisis dari kegiatan V.3. 6. Analisis dari kegiatan V.4. VII. Referensi 1. Alan V. Oppenheim, Alan S. Willsky, with S. Hamid, Signals and Systems, 2nd edition, Prentice-Hall, 1996. 2. Simon Haykin, Barry Van Veen, Signals and Systems, 2nd edition, John Wiley & Sons, Inc., 2004. 3. http://www.swarthmore.edu/natsci/echeeve1/class/e12/ 4. http://web.eecs.umich.edu/~aey/eecs216/labs/lab1.pdf 9