Modul 1 : Respons Impuls dan Deret Fourier

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul 1 : Respons Impuls dan Deret Fourier"

Transkripsi

1 Program Studi Teknik Telekomunikasi - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Praktikum Pengolahan Sinyal dalam Waktu Kontinyu sebagai bagian dari Mata Kuliah ET 2004 Modul 1 : Respons Impuls dan Deret Fourier Institut Teknologi Bandung Disusun oleh : Irma Zakia 31 Januari, 2018

2 I. Pendahuluan Respons impuls berperan penting pada sistem yang linear dan time-invariant (LTI) karena luaran sistem terhadap masukan sembarang serta kelakuan sistem dapat diketahui. Sistem LTI juga dapat dianalisis dalam domain frekuensi, diantaranya melalui analisis deret Fourier. Pada modul ini, akan ditentukan respons impuls dari sistem LTI dan analisis deret Fourier. Pada analisis deret Fourier, sinyal kotak periodik direpresentasikan sebagai kombinasi linear dari sinyal sinus saling harmonik (representasi sinyal kotak dengan deret Fourier). Dikarenakan sinyal sinus merupakan fungsi eigen dari sistem LTI, maka respons sistem LTI terhadap masukan sinyal kotak periodik, dapat diperoleh sebagai kombinasi linear respons terhadap tiap sinyal sinus saling harmonik (sinyal sinus yang steady-state). II. Tujuan a. Menentukan respons impuls sistem LTI dengan berbagai cara dan membandingkan dengan teori b. Memahami representasi sinyal periodik dengan deret Fourier c. Memahami bahwa sinusoid kompleks adalah fungsi eigen dari sistem LTI d. Memahami respons sistem LTI terhadap sinyal periodik yang memiliki representasi deret Fourier. III. Dasar Teori III.1. Sistem linear Sistem bersifat linear jika berlaku prinsip superposisi yaitu penjumlahan dan homogenitas [1], seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Prinsip linearitas sistem Masukan x(t) Masukan Luaran menghasilkan luaran y(t) Penjumlahan x 1 t + x 2 t y 1 t + y 2 t Homogenitas αx 1 t βx 2 t αy 1 t βy 2 t Linear αx 1 t + βx 2 t αy 1 t + βy 2 t III.2. Sistem time-invariant Suatu sistem bersifat time invariant jika pergeseran waktu terhadap masukan menghasilkan pergeseran waktu yang sama pada luaran. Secara matematis, jika masukan x(t) menghasilkan luaran y(t), maka sistem bersifat time-invariant jika masukan x(t t 0 ) menghasilkan luaran 2

3 y(t t 0 ), dengan t 0 adalah pergeseran waktu [1]. Secara fisis, hal ini berarti sistem berkelakuan sama jika percobaan dilakukan hari ini, besok ataupun minggu depan sekalipun. III.1. Respons impuls Respons impuls h(t) dapat ditentukan dengan melihat luaran sistem saat diberi masukan berupa unit impuls δ(t). Dengan menggunakan prinsip linear dan time-invariant, maka respons impuls menggambarkan suatu sistem LTI secara utuh. Dengan demikian, luaran sistem LTI dapat ditentukan untuk masukan apapun selama respons impulsnya diketahui. Secara matematis, luaran y(t) merupakan hasil konvolusi antara masukan x(t) dengan respons impulsnya h(t) [1][2] y t = x t h(t) (1) Pada Gbr. 1a, terlihat bahwa unit impuls merupakan sinyal dengan amplituda tak hingga dan lebar nol. Sementara luas dari unit impuls bernilai satu. Gbr. 1a. Unit impuls Gbr. 1b. Pulsa durasi singkat (approksimasi dari unit impuls) Secara fisis, sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk membangkitkan unit impuls. Unit impuls merupakan keadaan ideal yang bermanfaat dalam analisis matematis. Dalam penerapan praktis, unit impuls diaproksimasi dengan pulsa berdurasi singkat (Gbr, 1b.) yang memiliki amplituda 1 dan lebar Δ, dimana Δ > 0 bernilai cukup kecil [1] Δ δ Δ t = 1 (u t u(t Δ)) (2) Δ Dengan demikian, jika pada percobaan diambil masukan δ Δ t dengan Δ 0, maka respons yang dihasilkan adalah respons impuls h(t). Pada Gbr 1b. tampak juga bahwa untuk membuat pulsa berdurasi singkat, nilai Δ harus sekecil mungkin yang berakibat pada semakin besarnya nilai amplituda pulsa. Nilai amplituda yang sangat besar tidak dapat dihasilkan mengingat keterbatasan generator sinyal dalam melindungi komponen di dalamnya seperti amplifier. Dengan demikian, pulsa durasi singkat yang dibangkitkan akan memiliki luas sebesar 0 < L < 1 p Δ t = L (u t u(t Δ)) (3) Δ 3

4 Dengan mengambil Δ 0, maka [1]: 1. Pulsa durasi singkat p Δ t menjadi unit impuls terskala Lδ(t). Secara matematis lim Δ 0 p Δ t = Lδ(t) (4) 2. Respons yang dihasilkan oleh pulsa durasi singkat p Δ t adalah g t = Lh(t) (5) Respons pulsa g t bernilai proporsional dengan respons impuls yang diinginkan. Dengan prinsip linearitas, h(t) dapat dihitung. III.2. Respons step Respons step s(t) merupakan luaran sistem dengan masukan berupa unit step s(t). Sinyal unit step secara fisis memodelkan banyak fenomena, diantaranya saat kita menekan tombol sakelar, pengaturan ketinggian pesawat oleh pilot, perubahan mendadak suhu pada termostat. Mengetahui respons step sistem LTI merupakan cara alternatif dalam menghitung respons impuls h(t). Cara alternatif ini diperlukan mengingat pembangkitan sinyal unit step lebih mudah dan hasilnya mendekati ideal. Hal ini berbeda dengan pembangkitan unit impuls yang tidak mungkin dilakukan, sehingga diaproksimasi dengan sinyal pulsa durasi singkat. Hubungan respons step dan respons impuls secara matematis adalah [1] s t = t h τ dτ (6) Dengan demikian, respons impuls ditentukan dari turunan respons step atau h t = ds(t) dt (7) III.3 Sistem dalam Bentuk Persamaan Differensial III.3.1. Definisi Dengan mengetahui respons impuls, luaran sistem LTI dapat ditentukan melalui persamaan konvolusi. Sementara itu, hubungan masukan dan keluaran suatu sistem secara implisit dapat dilihat melalui persamaan differensial. Persamaan diferensial orde N dengan masukan x t dan luaran y(t) dapat ditulis sebagai [1][2] 4

5 N N d k=0 = b k x(t) k d a k y(t) k dt k k=0 (8) dt k Parameter a k dan b k adalah koefisien berupa konstanta tidak berubah waktu. Untuk mendapatkan hubungan antara masukan dan keluaran secara eksplisit, persamaan diferensial tersebut perlu diselesaikan. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial, diperlukan informasi tambahan yang salah satunya berupa nilai kondisi awal. Kondisi awal merangkum semua informasi dari keadaan lampau sebuah sistem yang diperlukan untuk menentukan luaran di kemudian hari. Contoh kondisi awal pada rangkaian listrik adalah nilai awal tegangan kapasitor dan arus induktor. Bergantung dari nilai kondisi awal, maka sistem yang dideskripsikan melalui persamaan diferensial dapat bersifat linear/nonlinear, berubah waktu/tidak berubah waktu, kausal/tidak kausal. Banyaknya informasi kondisi awal yang perlu diketahui untuk menyelesaikan persamaan diferensial, ditentukan dari banyaknya memori sistem atau orde sistem N. Misalnya untuk waktu t = t 1, kondisi awal dari sistem orde N yaitu [1] y t t=t1, dy (t) dt 5 t=t1,, dn 1 y(t) dt N 1 t=t1 (9) III.3.2. Persyaratan Sistem dalam Bentuk Persamaan Diferensial Bersifat Linear Tidak Berubah Waktu (Sistem LTI) Solusi dari sistem yang dijelaskan melalui persamaan diferensial bergantung dari informasi kondisi awal. Untuk menghasilkan sistem yang bersifat LTI, maka sistem harus berada dalam keadaan initial rest, yang berarti luaran sistem bernilai nol sampai adanya masukan. Hal ini berarti, dalam keadaan initial rest, jika x t = 0 untuk t 0, maka y t = 0 untuk t 0 [1]. Dengan demikian, jika input bernilai 0 untuk waktu untuk t t 0, nilai kondisi awal untuk sistem yang berada pada keadaan initial rest yaitu y t 0 = dy (t 0) dt = = dn 1 y(t 0 ) dt N 1 = 0 (10) Persamaan (10) diperlukan untuk menyelesaikan persamaan diferensial yaitu menentukan luaran y(t) untuk t > t 0. III.4 Rangkaian RC Rangkaian RC termasuk dalam kategori sistem orde satu. Bergantung dari tegangan kapasitor atau tegangan resistor yang bertindak sebagai luaran, fungsi rangkaian RC juga berbeda. Gambar 2 menunjukkan rangkaian RC dengan tegangan sumber x(t) sebagai

6 masukan dan tegangan kapasitor y(t) sebagai luaran. Besarnya tegangan luaran ditentukan melalui penyelesaian persamaan diferensial dengan memperhatikan kondisi awal. III.4.1. Rangkaian RC sebagai Sistem LTI Gbr. 2. Rangkaian RC orde satu [3] Rangkaian RC yang bersifat LTI dapat diperoleh jika rangkaian berada pada keadaan initial rest. Oleh karena itu, jika tegangan masukan pada rangkaian bernilai nol untuk waktu t 0, maka luaran juga bernilai nol untuk waktu t 0. Dengan demikian, kondisi awal dari tegangan kapasitor harus bernilai nol saat t = 0, atau y 0 = 0. Saat percobaan, keadaan initial rest rangkaian dipastikan sebelum rangkaian diberi masukan, misalnya dengan menunggu muatan pada kapasistor menjadi nol atau dengan melakukan hubungan pendek pada kapasitor. III.4.2. Respons Step dan Respons Impuls secara Teoritis Rangkaian RC pada Gbr. 2 dapat ditulis dalam bentuk persamaan differensial. Dengan menggunakan masukan pada rangkaian tersebut berupa unit step u(t), luaran yang dihasilkan berupa respons step s(t). Selanjutnya, respons impuls rangkaian ditentukan dengan menggunakan hubungan antara respons impuls dengan respons step sesuai persamaan (7). Bentuk persamaan differensial beserta respons step dan respons impuls teoritis dari rangkaian RC tampak pada Tabel 2. Tabel 2. Respons impuls dan respons step rangkaian RC secara teoritis Persamaan differensial Respons step Respons impuls RC dy(t) + y t = x(t) s t = 1 e t RC u(t) h t = 1 t dt RC e RC u(t) III.5. Representasi Deret Fourier dari Sinyal Periodik Sinyal periodik x(t), dengan periode fundamental T, dapat direpresentasikan sebagai kombinasi linear sinyal sinusoid kompleks saling harmonik, dengan tiap sinyal sinusoid harmonik ke-k diberi bobot sesuai dengan koefisien deret Fourier X[k]. Secara matematis, representasi deret Fourier dari sinyal periodik x(t) diekspresikan sebagai 6

7 x t = X[k]e jk ω 0t k= (11) dengan ω 0 adalah frekuensi fundamental, dihitung dari ω 0 = 2π T. Jika x(t) adalah sinyal riil, maka dan x t = x (t) (12) X k = X [k] (13) Dengan menuliskan koefisien deret Fourier sebagai penjumlahan bagian riil Re{X k } dan imajiner Im{X k } X k = Re{X k } + jim{x k } (14) representasi deret Fourier dari sinyal periodik x(t) menjadi x t = X k=1 Re{X k } cos(kω 0 t) Im{X k } sin(kω 0 t) (15) dengan X 0 adalah komponen sinyal DC. Dari persamaan (15), tampak bahwa koefisien Re{X k } terkait dengan fungsi cosinus yang merupakan fungsi genap. Begitu pula dengan Im{X k } terkait dengan fungsi sinus yang merupakan fungsi ganjil. Oleh karena itu, jika sinyal periodik berupa fungsi genap, maka X k bernilai riil. Begitu pula sebaliknya, jika sinyal periodik berupa fungsi ganjil, maka X k bernilai imajiner. III.6. Sinyal Kotak Periodik Simetris Ganjil Sinyal kotak periodik simetris ganjil diperlihatkan pada Gbr. 3 (kurva solid). Sinyal kotak tersebut memiliki energi, jumlah titik maksimum, jumlah titik minimum, dan jumlah titik diskontinuitas yang berhingga. Dengan demikian, kita dapat merepresentasikan sinyal kotak periodik simetris ganjil x t dalam deret Fourier. Hasil perhitungan koefisien deret Fourier untuk sinyal kotak simetris ganjil adalah X k = j2 kπ, k = ±1, ±3, ±5, 0, k lainnya (16) 7

8 Gambar 3. Sinyal kotak simetris ganjil beserta sinyal sinus saling harmonik Hal ini menunjukkan bahwa sinyal kotak periodik simetris ganjil memiliki harmonisa ganjil. Dengan menggunakan persamaan (16), representasi sinyal kotak x t dalam deret Fourier menjadi x t = 4 π sin ω 0t + 4 3π sin 3ω 0t + 4 5π sin 5ω 0t +.. (17) III.7. Aproksimasi Sinyal Kotak Simetris Ganjil Jika banyaknya koefisien deret Fourier dari suatu sinyal periodik x t diambil terbatas sejumlah N, maka dihasilkan aproksimasi dari representasi deret Fourier sinyal x t, atau secara matematis x N (t) = N X[k]e jk ω 0t k= N (18) Dengan melihat korespondensi antara persamaan (18) dengan Gbr. 3, diperoleh bahwa penjumlahan harmonik ke-1 dan ke-3 terbobot (kurva garis putus) adalah aproksimasi x t dengan N = 3, atau x 3 t = 4 π sin ω 0t + 4 3π sin 3ω 0t. Semakin banyak jumlah koefisien deret Fourier N yang digunakan untuk merepresentasikan sinyal x(t), semakin kecil energi kesalahan aproksimasi lim N x t x N t 2 = 0 (19) Pada modul ini, kita akan melakukan aproksimasi terhadap sinyal kotak dengan merepresentasikan sinyal kotak sebagai kombinasi linear sinyal sinus saling harmonik, sampai dengan harmonik ke-15 (N = 15). Aproksimasi sinyal kotak simetris ganjil dengan menggunakan 15 koefisien deret Fourier x 15 (t) diilustrasikan pada Gbr. 4 (kurva garis putus). 8

9 Gbr. 4 Aproksimasi sinyal kotak simetris ganjil x 15 (t) Secara spesifik, sinyal kotak periodik simetris ganjil dengan periode fundamental sec diaproksimasi dengan sinyal sinus saling harmonik sebanyak N = 15. Tiap sinyal sinus memiliki frekuensi sesuai Tabel 3. Tabel 3. Sinyal sinus saling harmonik yang dibangkitkan IV. Persiapan Percobaan Frekuensi Harmonik ke- 200 Hz Hz Hz Hz Hz Hz Hz Hz 15 IV.1. Peralatan yang Diperlukan Pada percobaan ini, diperlukan peralatan sebagai berikut: 1. Modul Edibon M2 2. Generator sinyal 3. Osiloskop 4. Multimeter 5. Kabel probe sebanyak 3 buah 6. Kabel jumper 7. Flash Disk (disediakan oleh praktikan) 8. Kalkulator (disediakan oleh praktikan) 9. Desktop dengan perangkat lunak Matlab

10 IV.2. Rangkaian dalam Kondisi Intial Rest Rangkaian RC diinginkan bersifat LTI, sehingga kondisi initial rest rangkaian harus terpenuhi. Untuk itu, kondisi awal tegangan kapasitor dibuat nol terlebih dahulu. Waktu yang diperlukan sampai kapasitor menjadi tidak bermuatan adalah dalam hitungan beberapa milidetik. Dengan demikian, hubungan pendek pada kapasitor cukup dilakukan selama 1-2 detik. Gunakan alat ukur multimeter untuk melihat proses perubahan nilai tegangan kapasitor menjadi nol. IV.3. Switch pada Modul Edibon M2 Pastikan semua switch pada modul berada pada posisi 1, sehingga modul bebas dari sinyal gangguan yang disengaja. IV.4. Setting Trigger pada Osiloskop Setting trigger pada osiloskop diberikan pada Tabel 4. Tabel 4. Setting trigger pada osiloskop Jenis Trigger Keterangan Mode Edge Coupling untuk masukan sinyal DC (unit step) DC coupling Coupling untuk masukan sinus saling harmonik dan AC coupling sinyal kotak simetris ganjil Slope Positive Position Centered Source selector Ch 1 (sinyal masukan) V. Percobaan V.I. Respons step Langkah-langkah percobaan adalah: 1. Buatlah rangkaian seperti Gbr. 2, dengan nilai R = 10 kω dan C = 100 nf. Pada modul Edibon M2, nilai yang bersesuaian terdapat pada R 4 dan C Bangkitkan tegangan DC berupa unit step bernilai 1 V. Hal ini dapat dilakukan dengan membangkitkan sinyal kotak periodik frekuensi 100 Hz, duty cycle 60% (Pembangkitan unit step yang demikian, memudahkan dalam melihat bagian transien dari respons). Nilai tegangan 1 V dapat dicapai dengan tegangan peak-to-peak 1V dan offset DC 500 mv. Pengamatan sinyal masukan dan luaran nantinya cukup dilakukan untuk satu periode. 3. Lihat luaran pada osiloskop dan simpan data respons step pada logbook. 4. Plot hasil eksperimen dan bandingkan dengan respons step s(t) teoritis sesuai Tabel 2. Gunakan penskalaan osiloskop sbb: 1. Skala tegangan pada Ch 1 dan Ch 2 osiloskop adalah 500 mv/div. 2. Skala waktu osiloskop 2 ms/div. 10

11 V.2. Respons impuls Langkah-langkah percobaan adalah: 1. Buatlah rangkaian seperti Gbr. 2, dengan nilai R = 10 kω dan C = 100 nf. Pada modul Edibon M2, nilai yang bersesuaian terdapat pada R 4 dan C Bangkitkan pulsa durasi singkat dengan nilai tegangan 250 mv berdurasi Δ = 1 ms. Hal ini dilakukan dengan membangkitkan pulsa periodik frekuensi 100 Hz dengan duty cycle 10%. Nilai tegangan 250 mv dapat dicapai dengan tegangan peak-to-peak 250 mv dan offset DC 125 mv. Pengamatan sinyal masukan dan luaran nantinya cukup dilakukan untuk satu periode. 3. Lihat luaran pada osiloskop dan simpan data tegangan luaran kapasitor terhadap waktu pada logbook. 4. Ulangi langkah (1-3) di atas dengan masukan pulsa sebagai berikut: a) tegangan 500 mv, Δ = 0.5 ms (pulsa periodik frekuensi 200 Hz, duty cycle 10%) b) tegangan 1 V, Δ = 0.25 ms (pulsa periodik frekuensi 400 Hz, duty cycle 10%) Dengan demikian, ketiga pulsa yang dibangkitkan memiliki pasangan nilai durasi, tegangan = 1 ms, 250 mv, 0.5 ms, 500 mv, 0.25 ms, 1 V 5. Plot respons pulsa yang didapat untuk ketiga pasangan nilai pulsa pada gambar yang sama. 6. Dengan mengasosiasikan nilai durasi, tegangan dengan persamaan (3), diperoleh nilai L = Hal ini berarti, hasil plot ketiga respons pulsa (hasil no. 5.), semakin menyerupai Lh(t) dengan mengecilnya nilai Δ. Apakah fenomena ini terlihat? Jelaskan. Gunakan penskalaan osiloskop sbb: 1. Skala tegangan pada Ch 1 dan Ch 2 osiloskop dapat disesuaikan pada rentang mv/div 2. Skala waktu 500 μs/div V.3. Analisis Deret Fourier : Pengambilan Data Pada tahap ini, akan dilakukan pengambilan data untuk melihat bahwa kombinasi linear dari sinyal sinusoid saling harmonik dapat digunakan untuk merepresentasikan sinyal periodik. Selain itu, respons sistem LTI terhadap sinyal masukan periodik dapat diperoleh sebagai kombinasi linear respons terhadap tiap sinyal sinus saling harmonik (sinus yang steady-state). Dengan demikian, pengambilan data dilakukan baik pada bagian masukan maupun luaran sistem LTI, yang nanti bermanfaat juga dalam menentukan respons frekuensi sistem. Pada bagian V.3.1., data yang diambil berupa sinyal masukan kotak periodik beserta luarannya. Sementara itu, pengambilan data sinyal masukan berupa sinus saling harmonik beserta luarannya dijelaskan pada bagian V

12 V.3.1. Sinyal periodik sebagai referensi Langkah-langkah percobaan: 1. Buatlah rangkaian seperti Gbr. 2, dengan nilai R = 10 kω dan C = 100 nf. Pada modul Edibon M2, nilai yang bersesuaian terdapat pada R 4 dan C Bangkitkan sinyal kotak periodik frekuensi 200 Hz, tegangan +1 sampai -1 V, dan duty cycle 50%. Tegangan +1 sampai -1 V diperoleh dengan memasukkan tegangan peak-topeak 2 V dan offset DC 0 V. 3. Gunakan skala tegangan dan waktu pada Ch 1 dan Ch 2 osiloskop i. Skala tegangan 500 mv/div ii. Skala waktu 1 ms/div 4. Lihat sinyal masukan dan luaran pada osiloskop. 5. Simpan data tegangan masukan versus waktu, dan tegangan luaran versus waktu pada Flash Disk. Gunakan ekstensi file.csv. Dengan demikian, file.csv memuat 3 buah informasi yaitu waktu, tegangan masukan (Ch 1), dan tegangan luaran (Ch 2). 6. Untuk percobaan V.3.2, jangan ubah skala osiloskop, termasuk referensi waktu t = 0. V.3.2. Sinyal sinus saling harmonik sebagai komponen pembentuk sinyal periodik Langkah-langkah percobaan: 1. Buatlah rangkaian seperti Gbr. 2, dengan nilai R = 10 kω dan C = 100 nf. Pada modul Edibon M2, nilai yang bersesuaian terdapat pada R 4 dan C Bangkitkan sinyal masukan berupa sinus dengan frekuensi 200 Hz dan tegangan +1 sampai -1 V. Tegangan +1 sampai -1 V diperoleh dengan memasukkan tegangan peakto-peak 2 V dan offset DC 0 V. 3. Lihat sinyal masukan dan luaran pada osiloskop. Skala osiloskop dan referensi waktu t = 0 mengikuti nilai yang digunakan pada percobaan V Simpan data tegangan masukan versus waktu dan tegangan luaran versus waktu pada Flash Disk. Gunakan ekstensi file.csv. Dengan demikian, file.csv memuat 3 buah informasi yaitu waktu, tegangan masukan (Ch 1), dan tegangan luaran (Ch 2). 5. Ulangi langkah 1-4 untuk masukan sinus dengan frekuensi : 600 Hz, 1000 Hz, 1400 Hz, 1800 Hz, 2200 Hz, 2600 Hz, dan 3000 Hz. V.4. Analisis Deret Fourier : Pengolahan Data dengan Bantuan Matlab Pada tahap ini, sinyal masukan dan responsnya diolah dengan bantuan Matlab. Pada bagian V.4.1, sinyal sinusoid saling harmonik (yang diberi bobot sesuai dengan nilai koefisien deret Fourier-nya), digunakan untuk merepresentasikan sinyal periodik kotak dengan deret Fourier. Selain itu, luaran sistem terhadap masukan sinyal kotak periodik diperoleh dengan kombinasi linear respons terhadap tiap sinyal sinus saling harmonik (sinus yang steady-state). Validasi hasil representasi sinyal periodik kotak beserta responsnya dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan sinyal referensi. Sebelum melakukan pengolahan data, pindahkan data dari Flash Disk ke perangkat lunak Matlab pada desktop PC. Simpan data pada folder baru berlokasi di 12

13 C:\Users\radartelkom_1\Desktop\Praktikum S1\Praktikum PSWK\nama semestertahun\nama modul\nama folder (misal nama kelompok) V.4.1. Representasi Sinyal Masukan Kotak Periodik dengan Deret Fourier Langkah-langkah percobaan: 1. Pastikan jendela utama Matlab tertaut pada lokasi folder yang telah Anda buat 2. Buat script baru berupa m-file dengan perintah File New Script. Simpan m-file pada folder yang telah Anda buat. 3. Panggil file.csv (sebanyak 9 file), yang masing-masing berisi tegangan masukan sinyal kotak periodik dan luarannya, serta sinyal sinusoid saling harmonik dan luarannya. Simpan hasil pembacaan tiap file.csv pada suatu matriks/variabel. Gunakan perintah: nama_matriks = dlmread nama file. csv,,, 2,0 ; Pada matriks tersebut, kolom 1,2, dan 3, masing-masing berisi waktu, tegangan masukan, dan tegangan luaran. Gunakan informasi ini untuk melakukan pengolahan terhadap isi matriks. 4. Lakukan representasi terhadap sinyal kotak periodik (simetris ganjil) yaitu dengan menuliskannya sebagai kombinasi linear sinyal sinus saling harmonik. Jangan lupa sinyal tiap sinyal sinus saling harmonik diberi bobot berupa nilai koefisien deret Fourier yang bersesuaian. Dikarenakan semua sinyal masukan terdapat pada kolom ke-2 dari matriks hasil pembacaan file.csv, gunakan perintah berikut untuk mengambil data sinyal masukan: nama_matriks(:,2) 5. Bandingkan hasilnya dengan sinyal masukan referensi, yaitu sinyal kotak periodik. Perbandingan dilakukan dengan menampilkan gambar kedua sinyal (sinyal kotak periodik dan representasi deret Fourier-nya) melalui perintah: plot nama_matriks_xx :,2, hold on, plot aprox_input, red Keterangan: 1. nama_matriks_xx adalah matriks yang memuat sinyal kotak periodik, diberi warna biru (warna default) 2. aprox_input adalah nama vektor yang berisi aproksimasi sinyal kotak periodik, diberi warna merah Jika diperlukan, gambar dapat disimpan dengan perintah File Save as nama gambar. Gunakan ekstensi file.fig. 6. Apakah hasil representasi sinyal kotak periodik sesuai harapan Anda? Jelaskan. V.4.2. Kombinasi Linear Respons Sistem LTI terhadap Sinyal Periodik Saling Harmonik Ulangi langkah 4-6 pada bagian V.4.1. untuk mengetahui respons sistem LTI terhadap masukan sinyal kotak periodik, yang dihitung melalui kombinasi linear respons sistem terhadap tiap sinyal sinus saling harmonik. Jangan lupa untuk memberi bobot tiap respons tersebut dengan koefisien deret Fourier yang bersesuaian. Lakukan penyesuaian perintah Matlab dikarenakan data respons sistem luaran terdapat pada kolom ke-3 dari matriks hasil pembacaan file.csv. 13

14 VI. Tugas pada Laporan Untuk membuat gambar/plot pada laporan, gunakan bantuan perangkat lunak, misalnya Microsoft Excel, Matlab, Maple, dsb. Hal-hal yang harus dianalisis pada laporan adalah: 1. Analisis perbedaan respons step antara hasil percobaan dengan teori 2. Analisis perbedaan respons impuls antara hasil percobaan dengan teori 3. Analisis perbedaan antara hasil penentuan respons impuls dari turunan respons step, dengan respons impuls melalui pembangkitan pulsa durasi singkat. 4. Analisis respons rangkaian akibat pembangkitan pulsa durasi singkat dengan lebar pulsa dan tegangan yang berbeda-beda terhadap respons impuls yang dikehendaki. 5. Semua pertanyaan yang ada pada langkah-langkah percobaan 6. Analisis perbedaan representasi sinyal kotak periodik dengan deret Fourier antara hasil percobaan dengan nilai teoritis 7. Analisis perbedaan respons sistem LTI terhadap sinyal periodik saling harmonik antara hasil percobaan dengan nilai teoritis VII. Referensi 1. Alan V. Oppenheim, Alan S. Willsky, with S. Hamid, Signals and Systems, 2nd edition, Prentice-Hall, Simon Haykin, Barry Van Veen, Signals and Systems, 2nd edition, John Wiley & Sons, Inc.,

Modul 1 : Respons Impuls

Modul 1 : Respons Impuls Praktikum Pengolahan Sinyal Waktu Kontinyu sebagai bagian dari Mata Kuliah ET 2004 Modul 1 : Respons Impuls Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Deret Fourier dan Respons Frekuensi

Deret Fourier dan Respons Frekuensi Program Studi Teknik Telekomunikasi - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Praktikum Pengolahan Sinyal Waktu Kontinyu sebagai bagian dari Mata Kuliah ET 2004 Modul 2 : Deret

Lebih terperinci

Analisis Kelakuan Sistem Orde Dua

Analisis Kelakuan Sistem Orde Dua Program Studi Teknik Telekomunikasi - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Praktikum Pengolahan Sinyal Waktu Kontinyu sebagai bagian dari Mata Kuliah ET 2004 Modul 3 : Analisis

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengenali jenis-jenis isyarat dasar. 2. Mahasiswa dapat merepresentasikan isyarat-isyarat dasar tersebut pada MATLAB

Lebih terperinci

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER 1 Deret Fourier 2 Tujuan : 1. Dapat merepresentasikan seluruh fungsi periodik dalam bentuk deret Fourier. 2. Dapat memetakan Cosinus Fourier, Sinus Fourier, Fourier

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200 PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Tujuan: Siswa mampu menyelesaikan permasalahan terkait dengan konsep sinyal, menggambarkan perbedaan sinyal waktu kontinyu dengan sinyal waktu diskrit. Siswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum PERATURAN PRAKTIKUM 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum 2. Peserta dan asisten memakai sepatu tertutup (untuk perempuan diizinkan menggunakan flat shoes) 3. Peserta mengerjakan dan

Lebih terperinci

Untai Elektrik I. Waveforms & Signals. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan.

Untai Elektrik I. Waveforms & Signals. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan. Untai Elektrik I Waveforms & Signals Dr. Iwan Setyawan Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana Secara umum, tegangan dan arus dalam sebuah untai elektrik dapat dikategorikan menjadi tiga jenis

Lebih terperinci

KONSEP SINYAL. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani February EL2032 Sinyal dan Sistem

KONSEP SINYAL. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani February EL2032 Sinyal dan Sistem KONSEP SINYAL Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani 1 18 February 2013 Tujuan Belajar : mendefinisikan sinyal dan memberi contoh tentang sinyal menggambarkan domain

Lebih terperinci

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl PERANCANGAN ANTI-ALIASING FILTER DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN BUTTERWORTH 1 Muhammad Aditya Sajwa 2 Dr. Hamzah Afandi 3 M. Karyadi, ST., MT 1 Email : muhammadaditya8776@yahoo.co.id 2 Email : hamzah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Laplace Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SINYAL DASAR ATAU FUNGSI SINGULARITAS Sinyal dasar atau fungsi singularitas adalah sinyal yang dapat digunakan untuk menyusun atau mempresentasikan sinyal-sinyal yang lain. Sinyal-sinyal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu

Lebih terperinci

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT 1 SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT List Of Content 2 Pengertian Sinyal Pengertian Sistem Jenis-Jenis Sinyal dan Aplikasinya Pengertian Sinyal 3 sinyal adalah suatu isyarat

Lebih terperinci

dv dt = 1 L o C = L = mth 2011

dv dt = 1 L o C = L = mth 2011 Gejala Transien EL2193 Praktikum Rangkaian Elektrik Tujuan Mempelajari respon alami (natural response), respon paksa (forced response), dan respon lengkap (complete response) suatu rangkaian yang mengandung

Lebih terperinci

Invers Transformasi Laplace

Invers Transformasi Laplace Invers Transformasi Laplace Transformasi Laplace Domain Waktu Invers Transformasi Laplace Domain Frekuensi Jika mengubah sinyal analog kontinyu dari domain waktu menjadi domain frekuensi menggunakan transformasi

Lebih terperinci

MATERI PENGOLAHAN SINYAL :

MATERI PENGOLAHAN SINYAL : MATERI PENGOLAHAN SINYAL : 1. Defenisi sinyal 2. Klasifikasi Sinyal 3. Konsep Frekuensi Sinyal Analog dan Sinyal Diskrit 4. ADC - Sampling - Aliasing - Quantiasasi 5. Sistem Diskrit - Sinyal dasar system

Lebih terperinci

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu TE 226 - Sistem Linier Jimmy Hasugian Electrical Engineering - Maranatha Christian University jimlecture@gmail.com - http://wp.me/p4scve-g Sistem Waktu Kontinu Jimmy Hasugian (MCU) Sistem Waktu Kontinu

Lebih terperinci

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) KOMPETENSI Kemampuan untuk menjelaskan pengertian tentang state space, menentukan nisbah alih hubungannya dengan persamaan ruang keadaan dan Mengembangkan analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi

Lebih terperinci

TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. Kuliah 5 Sistem LTI. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. Kuliah 5 Sistem LTI. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM Kuliah 5 Sistem LTI Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Elektro INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Rencana Pembelajaran Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Elektro INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Rencana Pembelajaran Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Elektro INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 1 Kode & Nama : TE141334 Sinyal dan Sistem 2 Kredit : 3 sks 3 Semester : II (dua) 4 Dosen :

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANALISIS SISTEM LINIER / 3 KODE / SKS / SIFAT : IT / 3 SKS / LOKAL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANALISIS SISTEM LINIER / 3 KODE / SKS / SIFAT : IT / 3 SKS / LOKAL SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : ANALISIS SISTEM LINIER / 3 KODE / SKS / SIFAT : IT041325 / 3 SKS / LOKAL Pertemuan ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan

Lebih terperinci

TE Sistem Linier

TE Sistem Linier TE 226 - Sistem Linier Jimmy Hasugian Electrical Engineering - Maranatha Christian University jimlecture@gmail.com - http://wp.me/p4scve-g KLASIFIKASI SINYAL - SISTEM Jimmy Hasugian (MCU) Klasifikasi Sinyal

Lebih terperinci

Aplikasi Deret Fourier (FS) Deret Fourier Aplikasi Deret Fourier

Aplikasi Deret Fourier (FS) Deret Fourier Aplikasi Deret Fourier Aplikasi Deret Fourier (FS) 1. Deret Fourier Menurut Fourier setiap fungsi periodik dapat dinyatakan sebagai jumlah fungsi sinus dan cosinus yang tak berhingga jumlahnya dan dihubungkan secara harmonis.

Lebih terperinci

Review Hasil Percobaan 1-2

Review Hasil Percobaan 1-2 Review Hasil Percobaan 1-2 Percobaan 1 Spesifikasi Teknis Sensitivitas Analog Multimeter DC 20kΩ/V, AC 9kΩ/V Jangkauan ukur, full scale 300V, 100V, 30V, 10V, dst Mengukur Arus Searah Pengukuran dengan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 Tujuan: Mahasiswa mampu memahami cara kerja rangkaian-rangkaian sinyal pengkondisi berupa penguat (amplifier/attenuator) dan penjumlah (summing/adder). Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

Isyarat dan Sistem. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n].

Isyarat dan Sistem. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n]. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n]. x(t) y(t) x[n] y[n] Jadi sistem sapat dipandang sebagai sebuah proses pemetaan atau transformasi

Lebih terperinci

MODUL 1 PENDAHULUAN, FENOMENA TRANSIEN & FUNGSI PEMAKSA TANGGA SATUAN

MODUL 1 PENDAHULUAN, FENOMENA TRANSIEN & FUNGSI PEMAKSA TANGGA SATUAN MODUL 1 PENDAHULUAN, FENOMENA TRANSIEN & FUNGSI PEMAKSA TANGGA SATUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Rencana Perkuliahan Mata Kuliah : Rangkaian Listrik 2 Dosen : Trie Maya Kadarina ST, MT. Perkuliahan : PKK Semester

Lebih terperinci

LAPORAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

LAPORAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LAPORAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN PENGUKURAN BEDA FASA DENGAN OSILOSKOP Tanggal Percobaan : 13 Desember 2012 Nama : TaufanIrawan (121331061) Partner : Ramdhan Sumitro (121331059) Ulfah Khaerani (121331063)

Lebih terperinci

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014 SINYAL DISKRIT DUM 1 September 2014 ADC ADC 3-Step Process: Sampling (pencuplikan) Quantization (kuantisasi) Coding (pengkodean) Digital signal X a (t) Sampler X(n) Quantizer X q (n) Coder 01011 Analog

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200 PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200 PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2 ET 2200 NAMA : NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI)

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI) PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI) A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami sistem yang berbentuk LTI. 2. Mahasiswa dapat menganalisis suatu kasus sistem LTI dan mensimulasikannya

Lebih terperinci

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras BAB IV Pengujian 4.1 Pendahuluan Untuk mengetahui kinerja perangkat filter anti-gempa yang telah dibuat, dalam tahap akhir penelitian ini dilakukan beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan terdiri

Lebih terperinci

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu 1. Osiloskop Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati tingkah tegangan bolak balik. Dengan cara-cara sederhana piranti itu akan dapat cepat mengukur empat

Lebih terperinci

Bab III Respon Sinusoidal

Bab III Respon Sinusoidal Bab III Respon Sinusoidal Sinyal sinusiodal digunakan sebagai input ui terhadap kinera sistem, misal untuk mengetahui respon frekuensi, distorsi harmonik dan distorsi intermodulasi... Bentuk Amplituda-fasa

Lebih terperinci

ANALISA SINYAL DAN SISTEM TE 4230

ANALISA SINYAL DAN SISTEM TE 4230 ANALISA SINYAL DAN SISTEM TE 430 TUJUAN: Sinyal dan Sifat-sifat Sinyal Sistem dan sifat-sifat Sisterm Analisa sinyal dalam domain Waktu Analisa sinyal dalam domain frekuensi menggunakan Tools: Transformasi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN EK.353 PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN EK.353 PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL EK.353 PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL Dosen: Ir. Arjuni BP, MT : Sinyal dan Pemrosesan Sinyal Tujuan pembelajaran umum : Para mahasiswa mengetahui tipe-tipe sinyal, pemrosesan dan aplikasinya Jumlah pertemuan

Lebih terperinci

Pengolahan Sinyal Digital

Pengolahan Sinyal Digital Pengolahan Sinyal Digital Referensi : 1. C. Marven and G. Ewers, A Simple Approach to Digital Signal Processing, Wiley, 1997. 2. Unningham, Digital Filtering, Wiley, 1991. 3. Ludeman, Fundamental of digital

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan elektronika daya telah membuat inverter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mesin-mesin listrik AC. Penggunaan inverter sebagai sumber untuk mesin-mesin

Lebih terperinci

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT A. Pengertian Sinyal Waktu Diskrit Sinyal waktu diskrit merupakan fungsi dari variabel bebas yaitu waktu yang mana nilai

Lebih terperinci

MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF

MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF 1 TUJUAN Memahami prinsip yang digunakan dalam rangkaian filter sederhana.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : TEORI DAN ANALISA SISTEM LINIER / IT SEMESTER / SKS : III / 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : TEORI DAN ANALISA SISTEM LINIER / IT SEMESTER / SKS : III / 2 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : TEORI DAN ANALISA SISTEM LINIER / IT041225 SEMESTER / SKS : III / 2 Pertemuan Ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran

Lebih terperinci

PSALM: Program Simulasi untuk Sistem Linier

PSALM: Program Simulasi untuk Sistem Linier PSALM: Program Simulasi untuk Sistem Linier Hany Ferdinando Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra hanyf@petra.ac.id Abstrak Dalam mempelajari Sistem Linier, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat pendukung yang berupa piranti lunak dan perangkat keras. Adapun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat pendukung yang berupa piranti lunak dan perangkat keras. Adapun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Perangkat Ajar Dalam perancangan dan pembuatan perangkat ajar ini membutuhkan perangkat pendukung yang berupa piranti lunak dan perangkat keras. Adapun

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT A. Pengertian Sinyal Waktu Diskrit Sinyal waktu diskrit merupakan fungsi dari variabel bebas yaitu waktu yang mana nilai variabel bebasnya adalah bilangan bulat.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK ET2100 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK ET2100 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK ET2100 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 Nama: NIM: TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017 ATURAN

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER 4.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan cara kerja dari Power Amplifier kelas A common-emitter. Amplifier

Lebih terperinci

Percobaan III Gejala Transien

Percobaan III Gejala Transien Percobaan III Gejala Transien Auliya Rendy Aidi (13115046) Asisten : Jauhar Ismiyadinata (13112009) Tanggal Percobaan : 25/10/2016 EL2101R Praktikum Rangkaian Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017

Lebih terperinci

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck PEROBAAN 5 REGUATOR TEGANGAN MODE SWITHING 1. Tujuan a. Mengamati dan mengenali prinsip regulasi tegangan mode switching b. Mengindetifikasi pengaruh komponen pada regulator tegangan mode switching c.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6)

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6) Orde Pertama Rangkaian RL dan (E6) Eka Yuliana, Andi Agusta Putra, Bachtera Indarto Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ekayuliana1129@gmail.com

Lebih terperinci

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) PERCOBAAN PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) E-mail : sumarna@uny.ac.id PENGANTAR Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KAPASITOR M. Raynaldo Sandita Powa ( )

KARAKTERISTIK KAPASITOR M. Raynaldo Sandita Powa ( ) KARAKTERISTIK KAPASITOR M. Raynaldo Sandita Powa (20020047) Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 204. Pendahuluan Pada percobaan kali ini, akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik memegang peranan yang penting dalam industri. Pada aplikasi industri bahwa tenaga listrik ini harus dikontrol terlebih dahulu sebelum diberikan ke beban.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KENDALI

ANALISIS SISTEM KENDALI ANALISIS SISTEM KENDALI PENDAHULUAN ANALISIS WAKTU ALIH Tanggapan Waktu Alih Orde 1 Tanggapan Waktu Alih Orde Spesifikasi Tanggapan Waktu Alih Penurunan Rumus Spesifikasi Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Lebih terperinci

Deret Fourier untuk Sinyal Periodik

Deret Fourier untuk Sinyal Periodik x( t T ) x( Analisis Fourier Jean Baptiste Fourier (1768-1830, ahli fisika Perancis) membuktikan bahwa sembarang fungsi periodik dapat direpresentasikan sebagai penjumlahan sinyal-sinyal sinus dengan frekuensi

Lebih terperinci

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) Penyearah Setengah Gelombang, 1- Fasa Tidak terkontrol (Uncontrolled) Beban Resistif (R) Beban Resistif-Induktif (R-L) Beban Resistif-Kapasitif (R-C) Terkontrol (Controlled)

Lebih terperinci

s(t) = C (2.39) } (2.42) atau, dengan menempatkan + )(2.44)

s(t) = C (2.39) } (2.42) atau, dengan menempatkan + )(2.44) 2.9 Analisis Fourier Alasan penting untuk pusat osilasi harmonik adalah bahwa virtually apapun osilasi atau getaran dapat dipecah menjadi harmonis, yaitu getaran sinusoidal. Hal ini berlaku tidak hanya

Lebih terperinci

MODUL 5 RANGKAIAN AC

MODUL 5 RANGKAIAN AC MODUL 5 RANGKAIAN AC Kevin Shidqi (13213065) Asisten: Muhammad Surya Nugraha Tanggal Percobaan: 05/11/2014 EL2101-Praktikum Rangkaian Elektrik Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor

Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor Alexander Sadiku edited by Agus Virgono Ir. MT. & Randy E. Saputra Prodi S1-Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom - 2016

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK 4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan Dalam bab ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEKNIK TM3213

PENGUKURAN TEKNIK TM3213 PENGUKURAN TEKNIK TM3213 KULIAH 2: KARAKTERISTIK PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala Isi Kesalahan pengukuran Definisi statik Karakteristik statik Kalibrasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014 SINYAL DISKRIT DUM 1 September 2014 ADC ADC 3-Step Process: Sampling (pencuplikan) Quantization (kuantisasi) Coding (pengkodean) Digital signal X a (t) Sampler X(n) Quantizer X q (n) Coder 01011 Analog

Lebih terperinci

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JUSUSAN AKUNTAN SI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA INSTRUKSI KERJA Percobaan Osiloskop Lab Fisika Lanjutan JURUSAN FISIKA, FMIPA, UNIVERSITAS BRAWIJAYA 00903 07009 6 Revisi

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari ca

Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari ca Percobaan 1 Pengenalan Instrumentasi Laboratorium Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari cara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP. 13 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP. 13 Desember 2012 LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP 13 Desember 2012 Kelompok : 3 Nama : Heryadi Kusumah Partner : Kenny Akbar Aslami Maria Goriety P Miantami H S P

Lebih terperinci

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu

TE Sistem Linier. Sistem Waktu Kontinu TE 226 - Sistem Linier Jimmy Hasugian Electrical Engineering - Maranatha Christian University jimlecture@gmail.com - http://wp.me/p4scve-g Sistem Waktu Kontinu Jimmy Hasugian (MCU) Sistem Waktu Kontinu

Lebih terperinci

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP PERCOBAAN 0 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP 0. Tujuan : ) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari suatu rangkaian diffrensiator dan integrator, dengan menggunakan op-amp 74. 2) Rangkaian differensiator

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KAPASITOR. Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014

KARAKTERISTIK KAPASITOR. Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014 KARAKTERISTIK KAPASITOR Ayu Deshiana(20020008) Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 204. Pendahuluan. Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat

Lebih terperinci

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 Arus bolak-balik adalah arus yang arahnya berubah secara bergantian. Bentuk arus bolakbalik yang paling sederhana adalah arus sinusoidal. Tegangan yang mengalir

Lebih terperinci

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai dasar prinsip kerja chopper penaik tegangan (step-up),

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

MODUL 01 DASAR PENGUKURAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 01 DASAR PENGUKURAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 01 DASAR PENGUKURAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat

Lebih terperinci

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR) EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR) PENGANTAR Banyak sistem elektronik menggunakan rangkaian yang mengubah energi DC menjadi berbagai bentuk AC yang bermanfaat. Osilator, generator, lonceng

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab III. Beberapa teori dasar yang dibahas, diantaranya teori umum tentang persamaan

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 1 Sinyal Deterministik

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 1 Sinyal Deterministik TKE 2403 SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT Kuliah 1 Sinyal Deterministik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 1

Lebih terperinci

REPRESENTASI ISYARAT ISYARAT FOURIER

REPRESENTASI ISYARAT ISYARAT FOURIER REPRESENTASI ISYARAT ISYARAT FOURIER Ridzky Novasandro (32349) Yodhi Kharismanto (32552) Theodorus Yoga (34993) Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 3.

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

DERET FOURIER. 1. Pendahuluan

DERET FOURIER. 1. Pendahuluan DERET FOURIER 1. Pendahuluan Teorema Fourier: Suatu fungsi periodik terhadap waktu, x p (t), dengan perioda dasar T 0, dapat dinyatakan sebagai jumlah tak hingga dari gelombang-gelombang sinusoidal. Fungsi

Lebih terperinci