Analisis Potensi Arus Lintas Indonesia Sebagai Sumber Energi Terbarukan Di Wilayah Kabupaten Halmahera Timur

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN ENERGI BARU DARI ARUS LINTAS INDONESIA (ARLINDO) STUDY ABOUT NEW ENERGY FROM INDONESIAN TROUGHFLOW

Pengembangan Energi terbarukan dengan identifikasi kecepatan Arus Lintas Indonesia di wilayah Timur Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Arus Lintas Indonesia ( Indonesian Seas Throughflow

DAFTAR PUSTAKA. Aken, H.M. Van.and S. Makarim INSTANT : Observations in Lifamatola Passage. NIOZ.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 El Niño-Osilasi Selatan (ENSO-El Niño Southern Oscillation).

Gambar 1. Diagram TS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

ANALISIS SINYAL EL NIÑO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DAN HUBUNGANNYA DENGAN VARIABILITAS ARUS LINTAS INDONESIA DI SELAT LIFAMATOLA TUGAS AKHIR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali 80361, Indonesia. Abstrak

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN SUHU DAN KECEPATAN ARUS DI SELAT MAKASSAR PERIODE JULI 2005 JUNI 2006 (Mooring INSTANT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pola Iklim, Arus Pasang Surut, dan Gelombang di Selat Lombok

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

ANALISIS KORELASI MULTIVARIABEL ARLINDO DI SELAT MAKASSAR DENGAN ENSO, MONSUN, DAN DIPOLE MODE TESIS

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Indikasi Fluktuasi Arus Lintas Indonesia di sekitar Selat Makassar Berdasarkan Model Numerik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

VARIABILITAS DAN KARAKTERISTIK ARUS LINTAS INDONESIA HUBUNGANNYA DENGAN FLUKTUASI LAPISAN TERMOKLIN DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

POLA ARUS DAN TRANSPOR SESAAT DI SELAT ALOR PADA MUSIM TIMUR (CURRENT PATTERN AND SNAPSHOT TRANSPORT WITHIN ALOR STRAIT IN THE EAST MONSOON)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

VARIABILITAS DAN KARAKTERISTIK ARUS LINTAS INDONESIA HUBUNGANNYA DENGAN FLUKTUASI LAPISAN TERMOKLIN DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

KARAKTERISTIK MASSA AIR DI PERCABANGAN ARUS LINTAS INDONESIA PERAIRAN SANGIHE TALAUD MENGGUNAKAN DATA INDEX SATAL 2010

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

OCEAN ENERGY (ENERGI SAMUDERA)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

I. INFORMASI METEOROLOGI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

DINAMIKA MASSA AIR DI PERAIRAN TROPIS PASIFIK BAGIAN BARAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN MUSIM DAN EL NINO SOUTHERN OSCILLATION

I. INFORMASI METEOROLOGI

berada di sisi pantai dan massa air hangat berada di lepas pantai. Dari citra yang diperoleh terlihat bahwa rrpweliit7g dapat dengan jelas terlihat

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

ANALISIS CUACA KEJADIAN KELEMBABAN SANGAT RENDAH TANGGAL 31 JANUARI 2018

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LAUT DI PERAIRAN TANJUNG MAS SEMARANG DALAM UPAYA PENCARIAN POTENSI ENERGI ALTERNATIF

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

Analisis Potensi Arus Lintas Indonesia Sebagai Sumber Energi Terbarukan Di Wilayah Kabupaten Halmahera Timur Noir P. Purba, Firman S, dan Rama Wijaya Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Universitas Padjadjaran Email : rm_wijaya@yahoo.com ; Telp (022). 87701519; Fax. (022) 87701519 Abstrak Pada saat ini ketergantungan manusia akan sumber energi dari fosil sangatlah besar sekitar 83 % dan semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Sementara itu energi fosil sendiri mempunyai beberapa kendala dan menimbulkan polemik bagi lingkungan dan keterbatasan sumberdaya. Saat ini banyak dilakukan studi mengenai eksplorasi sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan energi fosil, yaitu salah satunya energi yang bersal dari samudra yakni terutama dari arus laut. Tantangan yang dihadapi adalah wilayah-wilayah yang mempunyai arus dengan kecepatan tetap dan juga alih teknologi yang sesuai dan murah. Namun, pengembangan energi yang berasal dari samudra ini mutlak diperlukan untuk mendukung pengkayaan energi terbarukan. Arus Lintas Indonesia sendiri merupakan massa air yang mengalir dari samudra Pasifik ke Samudra Hindia yang melalui Perairan Indonesia bagian Timur Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa transport massa air (ARLINDO) berkisar antara 2-15 Sverdrup (Sv). Penelitian di wilayah selat terutama di Ombai dan selat Timur menunjukkan 5.6-9 Sv. Penelitian ini sendiri berada dalam tahapan pengidentifikasian wilayahwilayah yang berpotensi mempunyai dinamika arus yang dapat menghasilkan energi terutama untuk wilayah Timur tepatnya di Perairan Laut Halmahera yang terletak di Kabupaten Halmahera Timur yang potensinya masih belum diidentifikasi lebih lanjut. Kata Kunci : Energi, Arus Lintas Indonesia, Indonesia bagian Timur 1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia saat ini sebagian besar masih mengandalkan dari sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil dan sedikit sekali penggunaan sumber energi terbarukan sehingga tidak dapat dipungkiri lagi permasalahan yang timbul akibat penggunaan sumber energi tersebut masih dirasakan masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, energi listrik yang dihasilkan tidak cukup tersedia dan belum bisa tersebar merata ke seluruh daerah sampai pelosok negeri, terbukti dengan masih banyak masyarakat di daerah terpencil yang belum dapat menikmati energi listrik akibat sulitnya membangun jaringan listrik. Banyak masyarakat dengan tingkat ekonomi lemah yang tidak mampu untuk membayar biaya pemasangan dan rekening listrik disebabkan mahalnya biaya operasional. Energi terbarukan menjadi alternatif setelah energi dari fosil dianggap dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia. Sebagai negara berkembang, pasokan energi untuk pembangkit listrik cenderung meningkat. Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) permintaan akan energi listrik pada tahun 2001 adalah 6,4 %, kemudian pada tahun 2002 menjadi 12,8

%. Pada tahun 2005 dilaporkan telah terjadi krisis energi yakni deficit listrik di Sumatera dan Jawa lebih dari 75 MW, Sulawesi sekitar 24 MW, wilayah lainnya dibawah 10 MW ( DESDM dalam Yuningsih, 2010). 2. Potensi Sumber Energi Terbarukan Arus Lintas Indonesia Permasalahan energi ini dapat diatasi mengembangkan energi yang tidak dapat habis dimana salah satunya adalah dengan mengembangkan potensi dari samudra Indonesia. Samudra sendiri mengandung banyak energi yang belum dimanfaatkan secara optimal seperti gelombang, Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), dan arus. Dalam kaitannya dengan arus, Indonesia dilalui salah satu arus yang sangat unik yang dikenal dengan ARLINDO. Arus Lintas Indonesia yang mempunyai nilai-nilai kekuatan arus ditiap lintasannya yang berpotensi untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia. Arlindo adalah suatu sistem di perairan Indonesia di mana terjadi lintasan arus yang membawa massa air dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Massa air Pasifik tersebut terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan. Energi arus laut ini memiliki kelebihan tersendiri di bandingkan energi terbarukan yang lain. Dari intensitas energi kinetiknya lebih besar disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan lebih kecil dibandingkan turbin angin. Selain itu tidak perlu adanya perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan. Dari energi arus laut ini apabila bisa dikembangkan akan menjadi pasokan sumber listrik yang sangat optimal karena sifat dari arus laut yang renewable dan hasil yang didapatkan akan sangat besar serta bisa menjadi pasokan listrik di dunia. Selain itu energi arus laut tidak menimbulkan masalah lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan iklim di dunia seperti halnya sumber-sumber yang berasal dari fosil. Arlindo adalah suatu sistem arus di perairan Indonesia di mana terjadi lintasan arus yang membawa massa air dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Massa air Pasifik tersebut terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan. Terjadinya arlindo terutama disebabkan oleh bertiupnya angin pasat tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur. Hasilnya terjadinya gradien tekanan yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Arus lintas Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut. Beberapa hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini. Ketiadaan Arlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di Hindia sebanyak 2-10 cm. Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan. Perairan Selat Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh massa air laut Pasifik Utara sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik Selatan. Gordon et all, 1996 menyatakan bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama, yaitu: (1) Jalur barat dimana massa air masuk melalui Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut Timor, (2) Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku terus ke Laut Banda. Dari Laut Banda massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute. Rute utara Pulau Timor melalui Selat Ombai, antara Pulau Alor dan

Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia.Berdasarkan hasil penelitan Fleux dkk., 1994 dalam Susanto (1999) diperoleh nilai transpor arlindo terbesar adalah 18,6 7 Sv pada bulan agustus 1989 (tahun La Niña kuat) dan nilai terendah sebesar 2,6 7 Sv pada bulan Februari-Maret 1992 (tahun El Niño kuat). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat korelasi antara nilai transpor ARLINDO dengan fenomena ENSO sedangkan Pandev, (2007) transpor massa air pada masa ENSO berkisar ±4 Sv (1 Sv = 10 6 m 3 /s) dengan lama waktunya 8-9 bulan. 3. Wilayah Kabupaten Halmahera Timur 3.1 Letak Geografis Gambar 1.Jalur Arlindo (Sumber: Gordon,2008) Secara geografis wilayah Kabupaten Halmahera Timur terletak di bagian timur dari wilayah Provinsi Maluku Utara. Kabupaten Halmahera Timur terletak pada 1 4' - 0 40' LS dan 126 45' - 130 30' BT. Secara umum karakter bentang alam didominasi oleh kawasan pesisir atau pantai dan kawasan pegunungan atau perbukitan. Sebagian besar wilayah desa berhadapan langsung dengan teluk atau lautan lepas (± 75% desa memiliki garis pantai), sedangkan 25% lainnya di daerah pegunungan. Luas wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Timur adalah 14.202,01 Km2 yang terbagi atas ± 6.506,19 Km 2 (650.619 Ha) daratan dan 7.695,82 Km 2 lautan. Gambar 2. Provinsi Maluku Utara Berdasarkan interpretasi Citra Satelit Landsat Tahun 2004, menunjukkan bahwa 75% desa memiliki garis pantai dan luas lautan yang memiliki porsi sebesar 54% dari total luas wilayah Kabupaten

Halmahera Timur. Kondisi ini menunjukkan bahwa lingkungan alami Kabupaten Halmahera Timur terbangun pada rona kawasan pantai atau pesisir. Perhatian juga perlu diarahkan pada fakta bila Kabupaten Halmahera Timur memiliki luas wilayah daratan yang relatif terbatas (650.619 Ha) dan karakter wilayah yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil. Wilayah perairan laut Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari ± 27 buah pulau kecil. Sebagian besar pulau-pulau kecil tersebut tidak berpenghuni, beberapa di antaranya bahkan belum terpetakan. Kondisi ini merupakan potensi penghambat berupa limitasi fisik bagi pembangunan Kabupaten Halmahera Timur.Berikut ini adalah batas-batas wilayah Kabupaten Halmahera Timur : a. Sebelah Utara : Teluk Kao (wilayah Kabupaten Halmahera Utara). b. Sebelah Timur : Teluk Bull, Lautan Halmahera dan Samudra Pasifik. c. Sebelah Selatan : Kecamatan Patani dan Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah. d. Sebelah Barat : Teluk Kao (wilayah Kabupaten Halmahera Utara) dan Kota Tidore Kepulauan. 3.2 Karakteritik Perairan Berdasarkan data letak geografis Kabupaten Halmahera Timur, dapat dianalisis luas wilayah perairan yang lebih luas dibandingkan dengan luas daratan. Selain itu batas wilayah sebelah timur yaitu berbatasan langsung dengan laut Halmahera yang merupakan salah satu pintu masuk jalur arus lintas Indonesia atau Arlindo dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia yang mempunyai potensi sebagai sumber energi terbarukan yang menjadi salah satu kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Halmahera Timur dari sumber daya kelautannya. 3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Keadaan sosial masyarakat Kabupaten Halmahera Timur meliputi masalah integrasi sosial lintas agama, lintas etnis, lintas golongan, lintas penduduk asli dan pendatang, pendapatan, kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia serta kesempatan lapangan pekerjaan sangat minim dan terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Halmahera Timur (dari tingkat pendidikan) kurang memuaskan. Sebagian besar penduduk berpendidikan tingkat SD (lulus maupun tidak lulus). Ada juga warga atau kaum muda yang belajar atau sekolah di luar daerah, namun setelah berhasil meraih pendidikan dan gelar kesarjanaannya jarang yang kembali ke kampung halamannya sendiri. Diperkirakan juga sebagian besar angkatan kerja tidak memiliki keterampilan (skill), sehingga dengan kondisi seperti ini posisi tawar mereka menjadi rendah. Wilayah Kabupaten Halmahera Timur kaya dengan beragam sumberdaya alam, namun sejauh ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan rakyatnya. Maka dari itu dengan identifikasi sumber energi terbarukan dari Arlindo diharapkan nantinya akan dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat, yang akan mensejahterakan Kabupaten Halmahera Timur. Aspek positif dari karakter sosial masyarakat Kabupaten Halmahera Timur adalah semangat kerja dan optimisme yang tinggi, keterbukaannya terhadap masyarakat pendatang serta keinginan yang kuat untuk maju Karakter sosial yang positif ini dapat menjadi modal besar untuk mensejahterakan masyarakat dan memajukan

daerahnya. Namun secara umum dapat dikatakan bila pergerakan pembangunan di Kabupaten Halmahera Timur berjalan lambat. Untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya nilai PDRB per penduduk pada saat/tahun yang bersangkutan, sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan dapat menunjukkan besarnya PDRB riil per kapita/penduduk. Perlu diketahui bahwa PDRB per kapita tidak sepenuhnya menggambarkan peningkatan pendapatan per orang atau penduduk setempat, namun indikator ini antara lain dapat digunakan untuk menilai apakah upaya pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan pencapaian nilai tambah berdasarkan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya. Tingkat pendapatan per kapita diperoleh dengan cara nilai PDRB dikurangi penyusutan dan dikurangi pajak tak langsung netto dibagi jumlah penduduk Sumber : BPS Pusat, PDRB Kabupaten Halmahera Timur, 2007 (dalam juta rupiah) 3.4 Prasarana Wilayah Jumlah sarana perkantoran yang tersedia saat ini di Kabupaten Halmahera Timur menurut data statistik Tahun 2004 adalah terdiri dari kantor kecamatan berjumlah 4 (empat) unit yang tersebar di 4 (empat) wilayah kecamatan, 45 unit kantor Desa, 6 unit kantor KORAMIL/POLSEK, 4 unit kantor KUA, 1 unit kantor Pos dan Giro, 1 unit kantor DIKNAS, 2 unit kantor Kehutanan dan 3 unit PLN Sub Ranting Halmahera Timur serta 41 unit kantor KAMTIB. Industri di Kabupaten Halmahera Timur semakin banyak dari Tahun ke Tahun. Data statistik Tahun 2004 jumlah perusahan industri hasil industri pertanian dan kehutanan yang berhasil di data oleh DEPERINDAGKOP Kabupaten Halmahera Timur sebanyak 25 perusahaan dengan jumlah total tenaga kerja sebanyak 342 orang. Sedangkan kebutuhan listrik rata-rata domestik di Kabupaten Halmahera Timur sampai akhir Tahun 2004 adalah sebesar 241.483 kwh/bulan Total daya terpasang sebesar 2100 kw, daya mampu sebesar 1.660 KW dan beban puncak 874 kw. Sumber pembangkit PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) terdiri dari 13 buah mesin yang terdapat di Kecamatan Wasile (Subaim dan Lolobata), Kecamatan Maba (Bull) dan Kecamatan Maba Selatan (Bicoli). Sebagian besar kecamatan belum terpasang saluran listrik secara merata dan memadai, artinya sumber energy listrik masih mengandalkan sumber energy dari fosil (BBM) dan juga masih cukup banyak Desa yang belum teraliri listrik PLN. Bahkan di Kecamatan Wasile Selatan, hanya Desa Nusa Ambo yang tidak memperoleh aliran listrik PLN.

Untuk itu makalah ini menyajikan beberapa kajian tentang kecepatan arus di wilayah Arus Lintas Indonesia yang telah diukur dan akan dikaji sebagai bagian identifikasi transpor massa air. Hal ini sangat penting mengingat biaya yang dibutuhkan untuk konversi energi dalam bentuk struktur bangunan harus sebanding dengan nilai yang didapatkan dari potensi tersebut, sehingga potensinya dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan diwilayah Kabupaten Halmahera Timur. Makalah ini juga mengikutsertakan kajian awal di wilayah Halmahera sebagai bagian dari Indonesia Throughflow (ITF). 4. Metode Penelitian Data yang dikumpulkan dalam makalah ini berupa data sekunder hasil penelitian dan pengukuran dari berbagai pihak yang dirangkum, kemudian penelitian awal di wilayah Halmahera pada pelayaran INDOMIX 2010 (kolaborasi Indonesia-Prancis) dengan menggunakan Lower Acoustic Doppler Current Profiler (LADCP) yang terpasang pada Kapal Riset Marion Dufresne milik IPEV dan dilaksanakan pada bulan Juli 2010. Pada kesempatan ini juga dipasang mooring ADCP yang akan diangkat dalam 2 tahun kedepan sehingga profil arus dapat direkam. Data diolah dengan menggunakan MATLAB 7 sehingga menghasilkan komponen U dan V, dimana komponen ini sendiri tidak menghilangkan pengaruh pasang-surut sehingga didapat nilai total dari kecepatan arus yang mengalir di laut Halmahera. 5. Hasil Dan pembahasan Beberapa penelitian yang telah dilakukan di jalur ITF menunjukkan kecepatan dari Arus Lintas Indonesia di beberapa wilayah seperti di selat Lifamatola dalam 3 tahun berkisar antara 2.9 ± 1.2 Sv yang diteliti pada keadalaman 1800 m (Aken, 2007). Wilayah lifamatola ini menjadi kompleks dalam arus karena adanya pembelokan arah arus dari laut Maluku. Pada penelitian lainnya berdasarkan hasil penelitan Fleux dkk., 1994 dalam Susanto (1999) dalam Ajeng (2007) diperoleh nilai transpor arlindo terbesar adalah 18,6 7 Sv pada bulan agustus 1989 (tahun La Niña kuat) dan nilai terendah sebesar 2,6 7 Sv pada bulan Februari-Maret 1992 (tahun El Niño kuat). Penelitian yang dilakukan pada Januari hingga Maret 1985, transpor massa air adalah 1.5 Sv (Van Aken et al. 1988 dalam Gordon, 2007) Variabilitas transpor arlindo pada kedalaman tertentu akan berkaitan dengan fenomena ENSO dimana net transpor pada saat La Niña pada periode 1988-1989 akan membesar menuju Samudera Hindia sedangkan pada fasa El Niño periode 1986-1987 dan 1991-1994 net transpor akan mengecil menuju Samudera Hindia (Meyers dalam Maharani, 2006). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa nilai nilai transpor rata-rata sebesar 11,6 Sv terjadi pada bulan agustus dan nilai minimum sebesar 6 Sv yang terjadi pada bulan januari. Wilayah lain yang dijadikan analisis untuk potensi arus adalah selat Makassar. Selat ini menjadi penting karena hampir 80 % aliran massa air yang berasal dari semudra Pasifik mengalir di wilayah ini. Rata-rata arus selama 3 tahun (2004-2006) di mana di Laut Makassar rata-ratanya 11,6 Sv (Gordon, 2007), sedangkan total ITF dibawah kedalaman 680 meter yang mengalir ke samudra Hindia berkisar 1.8 to 2.3 Sv.

Gambar 3. Arus Lintas Indonesia (sumber : Gordon, 2007) Variasi arus di wilayah lain seperti Laut Lombok 2,6 Sv,, Laut Ombai 4,9 Sv dan Laut Timor 7,5 Sv. Data ini merupakan data hasil penelitian yang bernama INSTANT. Pengukuran yang dilakukan pada bulan November 1995 hingga November 1996 in selat Ombai, North of Timor menghasilkan transpor 4 to 6 Sv (JADE; Molcard et al 2001 dalam Gordon, 2007). Sedangkan di selat Lombok transport berkisar of 1.7 Sv yang diukur dari bulan Januari 1985 hingga Januari 1986 (Murray and Arief, 1988 dalam Gordon, 2007), sedangkan pada bulan Maret 1992 hingga April 1993, rata-rata transpor massa air yang mengalir di selat Timor selama program JADE French-Indonesian program, from the 0 to 1250 m was 3.4 to 5.3 Sv (Molcard et al. 1996 dalam Gordon, 2007). Wilayah yang masih dalam kajian adalah transpor massa air yang berada di laut Halmahera. Laut ini sendiri berada diantara Papua dan Maluku yang merupakan bagian utama dari ARLINDO. Halmahera yang merupakan salah satu jalur ARLINDO (Primary ITF Portal) merupakan wilayah kajian dalam program pelayaran kerjasama INDOMIX 2010 antara Indonesia-Prancis. Pelayaran ini dimulai dari wilayah Halmahera hingga laut Savu. Wilayah lain yang merupakan bagian dari program ini adalah laut Banda, Seram, dan Ombai. Gambar 4. Komponen U dan V untuk wilayah Halmahera

Pada penurunanan LADCP yang dilakukan di 4 stasiun di Perairan Laut Halmahera pada bulan Juli 2010, kekuatan arus bervariasi tetapi tidak melebihi 2 m/s dimana nilai ini potensial untuk pembangkit energi. Pengukuran arus yang dilakukan baik untuk komponen U maupun komponen V berkisar antara 0.2 m/s hingga 1 m/s. Hal ini sama dengan penelitian Hadi, dkk., 2001 dengan menggunakan model POM dimana kecepatan arus yang relatif kuat yakni yang berada di wilayah selat berkisar antara 0.5 5.0 m/s. Lebih lanjut, dimana kecepatan arus di Indonesia kurang dari 1.5 m/det tetapi akan lebih tinggi di wilayah selat. Besarnya nilai kecepatan arus paling tinggi dapat ditemukan di permukaan hingga kedalaman termoklin. Arus yang berada di permukaan ini lebih banyak disebabkan oleh angin yang bergerak diatasnya, sedangkan di lapisan dalam berkisar 0.4 m/s. Penelitian ini merupakan gambaran dari bulan Juli sehingga belum dapat menggambarkan nilai kecepatan dalam waktu satu tahun. Gambar 5.Lokasi Stasiun Dari beberapa kajian yang dilakukan di wilayah lain, lokasi yang ideal untuk pengembangan energi arus laut ini untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan. 6. Simpulan Melihat kondisi dari Arus Lintas Indonesia yang sangat berpotensi dilihat dari nilai rata-rata arus di atas. Indonesia ini seharusnya lebih gencar mengembangkan energi terbarukan dari energi arus laut ini, tepatnya di jalur Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Karena dari perkiraan potensinya sekitar 5,6-9 terrawatt apabila di konversikan menjadi listrik arus lintas Indonesia (ARLINDO) bisa mencapai 30.000 hingga 50.000 kali lipat dari kapasitas PLTA Jatiluhur 187 MW. Beberapa wilayah yang dibidik dijadikan lokasi pengembangan energi arus laut yang dilalui oleh Arlindo diantaranya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara yang semua wilayah ini merupakan selat yang mempunyai kecepatan arus yang lebih tinggi dari wilayah lainnya. Arus yang berasal dari samudra

Pasifik berkisar antara 2-15 Sv dimana arus ini mengalir ke wilayah-wilayah timur Indonesia. Penelitian lanjutan adalah mengidentifikasi nilai kecepatan arus secara time series untuk wilayah yang dilalui oleh ARLINDO. Energi arus laut ini sangat berpotensi untuk dikembangkan apalagi Indonesia dilalui oleh lintasan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) terutama di wilayah Kabupaten Halmahera Timur. Potensi yang ada dengan nilai kecepatan arus tiap lintasan dapat mencukupi kebutuhan listrik masyarakat. Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengetahui potensi kekuatan arus di lintasan ARLINDO lebih dalam lagi, untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Buku dan Monograf lain 1. Buku Yuningsih, A., Sudjono, E. H., Rachmat, B., Lubis, S. 2010. Prospek Energi Arus Laut di Perairan Indonesia. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. PPGL Artikel dalam Jurnal 1. Artikel Baku Gordon, A.L.; R. A. Fine. 1996. Pathways of water between the Pacific and Indian Oceans in the Indonesian seas (1996). Nature Journal Susanto, D., 1999, El Nino Southern Oscillation signal in the Indonesian Throughflow : Preliminary Arlindo Results from Makassar Strait Mooring. Journal Oceanica Vol 05, 5th Year 1999. Pandey, V.K., Bhatt, V., Pandey, A.C., Das, I.M.L., 2007. Impact of Indonesian throughflow blockage on the Southern Indian Ocean. CURRENT SCIENCE, VOL. 93, NO. 3, 10 AUGUST 2007 Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Ilmiah Hadi, S., Ningsih, N.S., Latief, H., Radjawane, I., Fitrianto, M. (2001). Pelaksanaan Penelitian Pemetaan Sumberdaya Energi Non-Konvensional. Laporan Akhir. Maharani, I.F., 2006, Karakteristik Massa Air di Laut Timur dan Perairan Sekitarnya. Program Studi Oseanografi. Departemen Geofisika dan Metereologi : Institut Teknologi Bandung. Oktaviani, A. P.P. 2007. Analisis Sinyal El Nino Southern Oscillation (Enso) Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Massa Air Arus Lintas Indonesia Di Selat Lifamatola. ITB

Makalah dan Kongres dalam Seminar Aken, H. M. V., 2007. INSTANT : Observation in Lifamatola Passage. Dipresentasikan dalam INSTANT Workshop, Bogor, November 2007, Gordon A. L., 2007. INSTANT., Diprentasikan dalam INSTANT Workshop, Bogor, November 2007, Blog dan website http://www.alpensteel.com//renewable Energy. http://www.busranto.blogspot.com http//www.google.com//profil Kabupaten Halmahera Timur