Model Penduga Produksi Kopal

dokumen-dokumen yang mirip
Penyusunan Model Penduga Produksi Kopal (Agathis loranthifolia Salisb. di BKPH Senduro KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

Pendugaan Produktivitas Kopal berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia, Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS KOPAL BERDASARKAN BEBERAPA PEUBAH FENOTIPE POHON AGATIS (Agathis loranthifolia Salisb) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Analisis Regresi 1. Model-model Regresi yang Lebih Lanjut. Pokok Bahasan : Itasia & Y Angraini Dep. STK FMIPA-IPB

BAB III METODE PENELITIAN

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

TABEL VOLUME POHON Agathis loranthifolia DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT KRISTI SIAGIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENYUSUNAN MODEL PENDUGA POTENSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

JMHT Vol. XV, (1): 17-23, April 2009 Artikel Ilmiah ISSN: X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYADAPAN GETAH KERUING (Dipterocarpus spp) DI HUTAN DESA DUSUN BENUA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA BERDASARKAN DIAMETER POHON

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Penggunaan Regresi Linear Berganda untuk Menganalisis Pendapatan Petani Kelapa Studi Kasus: Petani Kelapa Di Desa Beo, Kecamatan Beo Kabupaten Talaud

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B.

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Fuji Rahayu W ( )

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

OLEH : WIJAYA. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

Universitas Negeri Malang

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PENENTUAN UKURAN OPTIMAL PLOT CONTOH UNTUK PENDUGAAN BIOMASSA

IV. METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN DAMAR MATA KUCING PADA BERBAGAI JUMLAH DAN KEDALAMAN KOAKAN DI KRUI PESISIR BARAT LAMPUNG DEDY ANGGARA

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

Hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa ketiga sampel atau variabel tersebut adalah distribusi normal.

Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau Kalimantan Barat MAULIDIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Jika terdapat k variabel bebas, x dan Y merupakan variabel tergantung, maka diperoleh model linier dari regresi berganda seperti rumus [3.1]. [3.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

STUDI MODEL STRUKTUR TEGAKAN HUTAN TANAMAN Pinus merkusii Jungh et de Vriese TANPA PENJARANGAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MUTIA ADIANTI

Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap Perkembangan Harga Saham PT. Telkom Tbk Menggunakan Analisis Regresi

Transkripsi:

JMHT Vol. XIII (3): 166-171, Desember 2007 ISSN: 0215-157X Model Penduga Produksi Kopal Prediction Model for Copal Production Wien Setya Budhi Irawan 1, Endang Suhendang 2, dan Juang R. Matangaran 3* 1) Alumnus Fakultas Kehutanan IPB 2),3) Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Kotak Pos 168 Darmaga, Bogor 16680 Abstract The objective of this study was to find out the prediction model for copal production (Y) by the use of prediction variables. The variables were diameter (X 1 ), bark thicknesses (X 2 ), stand density (X 3 ), slope (X 4 ), and direction of the slope (X 5 ). The study was conducted at Senduro Forest District, Probolinggo Forest Management Unit of Perum Perhutani, Unit II East Java. Data was collected from 80 sample trees of Agathis loranthifolia Salibs which were tapped on August 2006. The result of the study showed that there were several regression prediction models for copal production: doubled linear, multiplicative, exponential and quadratic regression models. Multiplicative regression model with the highest R 2 -adj value was then chosen as the best prediction model for copal production. Thereby, production estimation model of copal production of Agathis loranthifolia Salis. was LogY = 0.397 + 1.54 LogX 1 + 0.496 LogX 2-0.528 LogX 3 + 0.201 LogX 4 ; or Y = 2.4945X 1 1.54 X 2 0.496 X 3-0.528 X 4 0.201 ; R-Sq = 84.7%, R-Sq(Adj) = 83.7%. Keywords: multiplicative regression model, copal, diameter, bark thickness, stand density, slope Pendahuluan Kopal sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu merupakan senyawa harsa (resin) alami yang mempunyai senyawa yang kompleks, tidak larut dalam air, larut dalam beberapa pelarut organik, meleleh bila dipanaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan asap (Sumadiwangsa, 1978). Di Indonesia kopal dihasilkan dari penyadapan kulit pohon damar agathis yang sebagian besar tersebar di luar Pulau Jawa dan sebagian kecil terdapat di Pulau Jawa yang dikelola oleh Perum Perhutani. Menurut Munajat (2004), produksi kopal sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kualitas tempat tumbuh, umur pohon, kerapatan tegakan, sifat genetik, ketinggian tempat tumbuh di atas permukaan laut, ketebalan kulit batang, besarnya diameter batang, topografi, kualitas tajuk dan arah penyadapan. *Penulis untuk korespondensi, email: jrmatangaran@yahoo.com Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi kopal ini dapat dipergunakan untuk membuat model penduga produksi kopal. Pendugaan produksi kopal sangat diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan tegakan hutan untuk menghasilkan kopal secara lestari. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model penduga produksi kopal yang nantinya diharapkan dapat membantu pihak Perum Perhutani dalam penentuan target produksi kopal di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Senduro Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah menyusun model penduga produksi kopal di BKPH Senduro KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dengan peubah penduga berupa diameter pohon, ketebalan kulit batang, kerapatan tegakan, kelerengan dan arah menghadap lereng.

Metode Penelitian Objek dari penelitian ini adalah tegakan Agathis (Agathis loranthifolia Salisb) yang telah mencapai umur sadap (21 tahun). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain phi-band, abney level, bark-gauge, pita ukur, tally sheet, alat kowakan (kudikoni), timbangan digital, dan plastik label. Dalam penelitian ini data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan pada petak-petak tegakan Agathis di BKPH Senduro KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Data primer yang diambil adalah peubah-peubah yang digunakan dalam penyusunan model yaitu produksi kopal, diameter pohon, ketebalan kulit batang, kerapatan tegakan, persentase kelerengan dan arah kemiringan lereng. Data sekunder diperoleh dari data keadaan umum lokasi penelitian yaitu di BKPH Senduro KPH Probolinggo Perum Perhutani unit II Jawa Timur. Pengambilan contoh dilakukan terhadap tegakan Agathis dengan menggunakan metode purposive sampling. Pohon contoh yang disadap sebanyak 80 pohon dengan kondisi pohon yang sehat, memiliki tajuk yang normal dan berbatang lurus. Pohon-pohon contoh dipilih sedemikian rupa sehingga sebaran diameter, sebaran ketebalan kulit, dan sebaran kelerengan terwakili. Jumlah pohon per hektar diperoleh dengan membuat plot-plot contoh seluas 0,1 ha pada setiap pohon contoh. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani No.710/KPTS/DIR/1985 tentang Pedoman Penyadapan Getah Damar (Kopal), metode penyadapan yang digunakan adalah kowakan quarre, dimana luka sadapannya berbentuk persegi dengan ukuran 10 cm x 140 cm. Pembaharuan kowakan dilakukan setiap 3 hari sekali dengan melukai kulit pada bagian atas quarre awal sepanjang 0,8 1 cm, sedalam 1 cm (tidak sampai kayu) dan selebar 10 cm. Untuk penelitian ini dilakukan pemungutan getah 9 hari sekali selama 4 kali pengukuran. Pemeriksaan data dilakukan untuk melihat memeriksa ketidakwajaran data (outlier) akibat kesalahan pada waktu pengumpulan data seperti kesalahan penulisan data. Model umum persamaan regresi yang digunakan adalah: Y f X1, X2, X3, X4, X51, X52, X53, X 54 X 2 : ketebalan kulit (cm) X 52 : arah menghadap lereng Timur X 3 : kerapatan (pohon/ha) X 53 : arah menghadap lereng Selatan X 4 : kelerengan (%) X 54 : arah menghadap lereng Barat Y : produksi kopal (g/phn/9hari) Persamaan regresi yang diujikan dalam menduga produksi kopal adalah: a. Regresi Linier Berganda Y 0 1X1 2X 2 3X 3 4X 4 51X 51 52 X 52 53X 53 54 X 54 b. Regresi Multiplikatif Y X X X X b1 b2 b3 b4 0 1 2 3 4 ditransformasikan menjadi: LogY Log 0 1 LogX1 2 LogX 2 3 LogX 3 4 LogX 4 c. Regresi Eksponensial b1 X1 b2 X2 b3 X3 b4 X4 b51 X51 b52 X52 b53 X53 b54 X54 Y 0e Ln Y Ln 0 b1 X1 b2 X 2 b3 X3 b4 X 4 b51 X51 b52 X52 b53 X53 b54 X54 d. Regresi Kuadratik 2 2 2 2 2 2 2 2 0+ 1 1 + 2 2 + 3 3 + 4 4 + 51 51+ 52 52 + 53 53+ 54 54 Y b X b X b X b X b X b X b X b X Pemilihan model terbaik didasarkan atas beberapa pertimbangan berikut (Drapper dan Smith, 1992): 1). Model terbaik dengan kriteria Cp-Mallows dilakukan dengan memilih model yang memiliki Cp p dan dengan memperhatikan kepraktisan dalam pengukuran peubah bebas yang masuk di dalam model. Keterangan : X 1 : diameter (cm) 167 X 51 : arah menghadap lereng Utara JKSp Cp n 2p 2 S

keterangan: JKSp : Jumlah kuadrat sisa persamaan regresi dengan p parameter, dimana p adalah jumlah parameter di dalam model termasuk β 0. S 2 : Penduga tidak bias dari ragam respon (kuadrat tengah sisa dari model paling lengkap). 2). Model yang terbaik adalah model yang memiliki nilai PRESS (The Predicted Residual Sum of Square) terkecil. PRESS e i 2, dimana e i ei 1 hii keterangan: e = nilai sisaan pengamatan ke-i i h ii = nilai baris dan lajur ke-i dari hat matrik e i = nilai sisaan pengamatan ke-i untuk model tanpa pengamatan ke-i 3). Model dipilih yang memiliki nilai R 2 terbesar. R 2 JKR JKT keterangan: p = banyaknya parameter di dalam regresi (termasuk β 0 ) n = banyaknya objek (kasus) yang dianalisis Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan best subsets regresi dapat diketahui bahwa untuk persamaan regresi linier berganda, regresi eksponensial, dan regresi kuadratik terpilih 3 subset model, sedangkan untuk persamaan regresi multiplikatif terpilih 2 subset model. Subset model kandidat dari masingmasing model persamaan regresi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan nilai PRESS terkecil dapat dilihat bahwa untuk persamaan regresi linier berganda, regresi eksponensial dan regresi kuadratik, subset model terpilih yaitu subset model dengan peubah bebas X 1, X 2, X 3, X 4, X 51, X 52, X 53, X 54, sedangkan untuk persamaan regresi multiplikatif terpilih subset model dengan peubah bebas X 1, X 2, X 3, X 4. Pemilihan model terbaik dilakukan dengan pertimbangan R 2 -adj terbesar (Tabel 2). 4). Model dipilih yang memiliki R 2 -adjusted terbesar. R (JK S) /( n p) n 1 1 1 (1 ) (JK T) /( n p) R n p 2 2 a Tabel 1. Nilai PRESS Subset-subset Model Kandidat dari Masing-masing Persamaan Regresi Model regresi Peubah Bebas (X) R 2 Cp Nilai PRESS X 1 X 2 X 4 72,1 9,2 142834 Linier Berganda X 1 X 4 X 51 71,2 11,8 149283 X 1 X 2 X 3 X 4 X 51 X 52 X 53 X 54 75,6 9,0 141497 Multiplikatif X 1 X 2 X 4 78,8 7,7 1,00268 X 1 X 2 X 3 X 4 80,2 5,0 0,960302 X 1 X 2 X 4 77,1 13,0 5,98331 Eksponensial X 1 X 2 X 4 X 51 77,9 11,8 5,96074 X 1 X 2 X 3 X 4 X 51 X 52 X 53 X 54 80,9 9,0 5,74831 X 1 X 2 X 4 72,7 9,9 141974 Kuadratik X 1 X 2 X 3 X 4 73,5 9,2 139091 X 1 X 2 X 3 X 4 X 51 X 52 X 53 X 54 76,3 9,0 138924 168

Tabel 2. Perbandingan Nilai R 2 dan R 2 -adj pada Semua Model Persamaan Regresi Setelah Pengujian Model Regresi R 2 (%) R 2 -adj (%) Peubah Bebas Linier Berganda 83,4 81,4 X 1, X 2, X 3, X 4, X 51, X 52, X 53, X 54 Multiplikatif 84,7 83,7 X 1, X 2, X 3, X 4 Eksponensial 84,5 82,6 X 1, X 2, X 3, X 4, X 51, X 52, X 53, X 54 Kuadratik 84,0 82,0 X 1, X 2, X 3, X 4, X 51, X 52, X 53, X 54 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa model persamaan regresi yang memiliki nilai R 2 -adj terbesar adalah model persamaan regresi multiplikatif dengan nilai R 2 -adj = 83,7% dan R 2 = 84,7%. Peubah-peubah bebas yang membentuk model tersebut antara lain diameter, ketebalan kulit batang, kerapatan pohon, dan kemiringan lereng. Dengan demikian, maka model penduga produksi kopal jenis Agathis loranthifolia Salisb. di BKPH Senduro KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah model regresi multiplikatif. LogY = 0,397 + 1,54 LogX 1 + 0,496 LogX 2-0,528 LogX 3 + 0,201 LogX 4 S = 0,09706 R-Sq = 84,7% R-Sq(adj) = 83,7% P-value = 0,000 Model persamaan tersebut merupakan model penduga produksi kopal terbaik dari keempat model yang telah dibuat, dimana model tersebut tidak memasukkan peubah arah kemiringan lereng. Dalam penelitian ini arah kemiringan lereng hanya digunakan sebagai peubah dummy. Oleh karena itu supaya bisa dibuat model berdasarkan masingmasing arah kelerengan, dalam penelitian ini khususnya untuk model regresi multiplikatif dilakukan pemisahan pohon contoh berdasarkan arah kemiringan lerengnya, sehingga model dibuat berdasarkan masing-masing arah kemiringan lereng, dan model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: a). Tanpa aspek arah menghadap lereng/lapangan datar (persen kemiringan lapangan 0 4%) LogY = -0,13 + 2,56 LogX 1 + 0,239 LogX 2-0,981 LogX 3 +0,220 LogX 4 S = 0,08085; R-Sq = 94,5%; R-Sq(adj) = 89,0%; P-value = 0,009 Y = 0,7413X 1 2,56 X 2 0,239 X 3-0,981 X 4 0,220 b). Arah menghadap lereng ke utara (aspek utara) LogY = 0,64 + 1,34 LogX 1 + 0,525 LogX 2-0,530 LogX 3 + 0,256 LogX 4 S = 0,1133; R-Sq = 70,5%; R-Sq(adj) = 59,8%; P-value = 0.006 Y = 4,365X 1 1,34 X 2 0,525 X 3-0,530 X 4 0,256 c). Arah menghadap lereng ke timur (aspek timur) LogY = 0,24 + 1,90 LogX 1 + 0,639 LogX 2-0,83 LogX 3 + 0,372 LogX 4 S = 0,09465; R-Sq = 95,5%; R-Sq(adj) = 90,9% ; P-value = 0,006 Y = 1,7378X 1 1,90 X 2 0,639 X 3-0,83 X 4 0,372 d). Arah menghadap lereng ke selatan (aspek selatan) LogY = 0,66 + 1,54 LogX 1 + 0,494 LogX 2-0,676 LogX 3 + 0,296 LogX 4 S = 0,1040; R-Sq = 84,4%; R-Sq(adj) = 80,7%; P-value = 0,000 Y = 4,5708X 1 1,54 X 2 0,494 X 3-0,676 X 4 0,296 e). Arah menghadap lereng ke barat (aspek barat) LogY = 1,10 + 1,47 LogX 1 + 0,399 LogX 2-0,786 LogX 3 + 0,207 LogX 4 S = 0,07728; R-Sq = 87,4%; R-Sq(adj) = 82,4%; P-value = 0,000 Y = 12,589X 1 1,47 X 2 0,399 X 3-0,786 X 4 0,207 169

Untuk menguji peranan peubah bebas terhadap peubah tidak bebasnya dari persamaan tersebut, dapat dilihat pada analisis ragam, yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada tingkat nyata tertentu. Jika F hitung > F tabel pada taraf nyata tertentu (α = 5% dan α = 1%) nilai p (probability value) lebih kecil dari taraf nyata tertentu (α = 5% dan α = 1%), maka H 0 ditolak, artinya terdapat sedikitnya satu peubah bebas yang memiliki hubungan fungsional dengan peubah tidak bebasnya sehingga persamaan regresi dapat diterima. Dari hasil analisis ragam, dapat dilihat bahwa P-value untuk model regresi terpilih ini (regresi multiplikatif) sebesar 0,000 artinya nilai P lebih kecil dari taraf nyata 5% dan 1%. Maka H 0 ditolak, artinya terdapat sedikitnya satu peubah bebas yang memiliki hubungan fungsional dengan peubah tidak bebasnya sehingga persamaan regresi dapat diterima. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor diketahui bahwa model regresi multiplikatif ini tidak mengandung multikolinearitas (hubungan yang sangat erat antara satu peubah bebas dengan peubah lainnya). Oleh karena itu tanda pada setiap koefisien regresi bermakna sebagai arah kecenderungan hubungan antara produksi kopal dengan peubah penduganya, yaitu diameter, tebal kulit batang, kerapatan pohon dan kelerengan. Keempat model persamaan regresi multiplikatif yang berdasarkan aspek arah menghadap lereng yaitu utara, timur, selatan dan barat mempunyai pengaruh yang berbeda-beda dalam menduga produksi kopal. Hal ini dapat diketahui dari nilai produksi kopal (Y) pada masing-masing persamaan regresi berdasarkan arah menghadap lereng dengan memasukkan nilai rata-rata pada peubah-peubah bebasnya (X 1, X 2, X 3, X 4 ). Sehingga nilai Y pada arah menghadap lereng utara, timur, selatan dan barat secara berurutan adalah 119,12 g/phn/9hari; 120,78 g/phn/hari; 136,77 g/phn/9hari; dan 116,68 g/phn/9hari. Berdasarkan nilai Y tersebut dapat diketahui bahwa nilai Y terbesar diperoleh dari model persamaan regresi multiplikatif dengan aspek arah menghadap lereng selatan. Hal ini berarti pada penelitian ini produksi kopal yang dihasilkan dapat lebih besar apabila kemiringan lereng menghadap ke arah selatan. Intensitas cahaya matahari yang kurang pada lereng yang menghadap ke arah selatan diduga menjadi penyebab produksi kopal yang lebih besar. Kurangnya intensitas cahaya menyebabkan getah yang keluar tidak cepat membeku dan menutupi saluran getah sehingga saluran getah tetap mengeluarkan getah. Dari model penduga tersebut dapat dilihat bahwa peubah-peubah bebas yang mempunyai koefisien positif antara lain diameter, tebal kulit batang dan kelerengan, sedangkan peubah bebas yang memiliki koefisien negatif yaitu kerapatan pohon. Artinya semakin besar diameter, tebal kulit dan kelerengan, serta semakin kecil kerapatan pohon, maka semakin besar produksi kopal. Hasil penelitian Lempang (1997) menunjukkan bahwa semakin besar diameter batang maka akan semakin tebal kulit pohon agathis. Dengan demikian semakin besar diameter batang akan semakin banyak jaringan ephitel pada kulit batang yang memproduksi kopal. Menurut Soemarno dan Idris (1987), umumnya agathis yang berkulit tebal mempunyai tajuk yang lebih rindang dengan daun-daun yang lebih luas dibandingkan dengan agathis berkulit tipis. Agathis yang berkulit tebal mempunyai aktivitas fisiologis yang lebih besar, sehingga diduga menghasilkan kopal yang lebih banyak. Munajat (2004) menyatakan bahwa produksi kopal akan meningkat dengan meningkatnya kelerengan lapangan tempat tumbuh. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 84,7% artinya sebesar 84,7% dari seluruh keragaman total Y (produksi kopal) yang dapat dijelaskan oleh regresi X, dan masih ada sebesar 15,3% lagi keragaman Y yang tidak dapat dijelaskan oleh model tersebut. Bagian sisanya sebesar 15,3% ini diduga disebabkan oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam model. Faktor lain tersebut bisa jadi merupakan peubah-peubah bebas yang tidak dilibatkan dalam penyusunan model seperti musim, waktu penyadapan, kualitas tajuk, ketinggian tempat tumbuh. Faktor lain yang mempengaruhi produksi kopal adalah kelas umur dan pengaruh pemberian stimulan kimia. Menurut Widyarto (1997) kelas umur juga berpengaruh terhadap produksi kopal, sedangkan menurut penelitian Setiyohadi et al. 1997, pemberian asam klorida (HCl) meningkatkan produksi getah kopal. Kesimpulan Model persamaan regresi terbaik untuk menduga produksi kopal di lokasi penelitian adalah model persamaan regresi multiplikatif. Semakin besar diameter, semakin tebal kulit dan semakin kecil kerapatan pohon, semakin miring kelerengan maka semakin besar produksi kopal. Lereng menghadap ke arah selatan menghasilkan produksi kopal yang lebih besar dibandingkan arah lainnya. 170

Daftar Pustaka Drapper, N.R. dan Smith, H.1992. Analisis Regresi Terapan (Edisi Kedua). Alih Bahasa oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lempang, M. 1997. Uji Beberapa Pola Sadap Untuk Menduga Produksi Kopal dari Pohon Agathis (Agathis hamii). Buletin Penelitian Kehutanan Vol.2.No1.BPK Ujung Pandang. Munajat, I. 2004. Studi Penyusunan Model Penduga Produksi Kopal di Hutan Pendidikan Institut Pertanian Bogor Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Setiyohadi, W,S., Rasminah, C.S., dan Hanifa, R.Z. 1997. Pengaruh Pemberian Asam Khlorida (HCl) dalam Peningkatan Produksi dan Kualitas Getah Damar (Agathis loranthifolia) di RPH Bayu, BKPH Rogojampi, KPH Banyuwangi Barat. Duta Rimba Hal. 207 208/XXIII. Perum Perhutani. Soenarno, M.M. dan Idris. 1987. Copal Production on Agathis spp. Of Varying Bark Thicknesses, Cicurug Sub Forest District, Sukabumi Forest District, West Java. Duta Rimba. 81 82/XIII. Perum Perhutani Hal. 3 6. Sumadiwangsa, S. 1978. Sifat Fisiko-Kimia Kopal Manila. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Widyarto, E. 1997. Pengaruh Stimulansia Asam Chlorida Cair dan Kelas Umur Terhadap Getah Tegakan Agathis. Duta Rimba. Hal. 203 204/XX. Perum Perhutani. 171