RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

BAB VI R E K O M E N D A S I

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH).

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

BAB III BAHAN DAN METODE

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS SINTESIS

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

METODOLOGI Waktu dan Tempat

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

PERENCANAAN LANSEKAP JALAN DI BEBERAPA JALAN UTAMA KOTAMADYA BOGOR. Oleh : A1 YULIANTI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

.Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

PERANCANGAN LANSKAP NG SUSUN TAMAN MINI INDONESIA INDAH DEW1 AMBARWATI NINGTYAS A

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

IDENTIFIKASI LANSKAP KOTA TAMAN KEBAYORAN BARU SEBAGAI IDENTITAS KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

Oleh : ANUNG NERNAWAN A

Oleh : ANUNG NERNAWAN A

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

Gambar 2 Peta lokasi studi

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam proses rancangan terdapat beberapa langkah antara lain; data, metode analisis). Langkah-langkah tersebut

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

Transkripsi:

RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan salah satu jalan yang akan dibangun di wilayah Denpasar bagian barat, digunakan untuk menghubungkan daerah-daerah di sebelah utara (Tabanan, Kintamani, Sangeh, dll) dan selatan Denpasar (Kuta dan Nusa Dua). Jalan yang berfungsi sebagai jalan Arteri Primer ini bersama-sama dengan Northern dan Sorrthertz By Pass akan membentuk jaringan Outer Ring Road yang mengelilingi Kotamadya Denpasar dan direncanakan selesai serta mulai beroperasi secara optimal pada tahun 2002. Pada umumnya, pembangunan berbagai fasilitas di perkotaan termasuk pembangunan jalur-jalur jalan telah menyita lahan-lahan terbuka yang berdampak pada berkurangnya ruang bervegetasi dan bentukan ruang terbuka lainnya. Kondisi ini lambat laun berdampak pada perubahan iklim mikro perkotaan, antara lain terhadap suhu udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya serta berdampak pada menurunnya kualitas udara akibat polusi oleh kendaraan bermotor. Oleh karena itu, dewasa ini lanskap jalan menjadi ha1 yang sangat penting dan tak terpisahkan dalam proses pembangunan sebuah jalan. Selain memperhatikan aspek lingkungan/ekologi di sekitarnya, jalan beserta lanskap jalan juga hams memberikan fungsi keamanan, kenyamanan dan keindahan baik bagi para penggunanya maupun pada masyarakat di sekitarnya. Dalam ha1 ini, untuk mewujudkan fungsi-fungsi tersebut, jalan beserta lanskap jalan yang ada di sekitarnya tersebut hams dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Di samping itu, keunikan budaya yang dimiliki oleh Bali merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun dan menjadi sumber pemasukan devisa yang cukup besar bagi pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu dalam studi ini perencanaan lanskap yang dilakukan diupayakan untuk menampilkan ciri khas Bali tersebut. Selain bermanfaat dalam membentuk mental nzap pengemudi juga untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi para penggunanya.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode survei dengan tahapan pekerjaan menurut Rachman (1984), yaitu Cara Berfikir Lengkap Merenca~m dan Melaksal~a meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep dan dibatasi sampai dengan tahap perencanaan. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, faktor-faktor yang dianalisa dalam studi ini antara lain faktor fisik dan biofisik tapak, faktor teknik jalan, faktor sosial serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Dengan mempertimbangkan kendala dan potensi pada tapak serta manfaat jalan dan lanskap jalan tersebut bagi pengguna, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, maka fungsi-fungsi yang dapat dikembangkan pada Western By Pass adalah fungsi keamanan, kenyamanan, pelayanan, keindahan, konservasi dan penyangga. Sedangkan lanskap yang berciri khas Bali dibentuk antara lain melalui penerapan konsep yang terdapat dalam budaya tradisional Bali. Konsep dasar perencanaan lanskap jalan Western By Pass adalah penataan lanskap yang secara keseluruhan mampu menunjang beragam fungsi jalan tersebut, yaitu fungsi keamanan, kenyamanan dan keindahan, memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya serta memiliki ciri khas Bali. Konsep dasar ini ditunjang oleh konsep pengembangan yang terdiri dari konsep lanskap, konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep tata hijau dan konsep fasilitas/perlengkapan jalan. Kriteria tanaman yang umum digunakan pada Western By Puss adalah dari jenisjenis yang toleran terhadap gas-gas polutan, hama dan penyakit serta intensitas cahaya yang tinggi. Selain itu, memiliki daun yang hijau sepanjang tahun, batang dan akar yang kokoh, pemeliharaannya mudah serta memiliki nilai estetika. Penggunaan jenis-jenis tanaman lokal dengan nilai budaya tertentu yang memenuhi kriteria tersebut lebih diutamakan. Penempatannya pada tapak hams memperhatikan kondisi st~kturjalan, jaringan utilitas di bawahnya serta bentuk dan ukuran tanaman pada saat dewasa. Perencanaan lanskap pada daerah penerimaan mengutamakan fungsi identitas dan fungsi mempertegas arah lalu lintas. Fungsi identitas dimaksudkan untuk memberikan kesan yang mendalam sehingga pengguna jalan dapat mengetahui dirinya akan memasuki atau keluar dari mas jalan ini hanya dengan melihat keadaan di sekitarnya.

Sedangkan fungsi mempertegas arah sirkulasi diperlukan untuk membimbing pengguna jalan memasuki atau keluar dari ruas jalan yang dimaksud. Daerah penghantar mempakan daerah yang diakomodasikan untuk pergerakan kendaraan. Dengan demikian, maka perencanaan lanskap pada ruang ini menekankan fungsi keselamatan dan fungsi kenyamanan. Dengan mempertimbangkan kecepatan kendaraan yang tinggi, maka untuk memberikan perubahan suasana yang dapat tertangkap oleh pandangan mata, panjang penanaman yang dilakukan untuk setiap jenisnya adalah i 500 m. Daerah penyangga pada tapak berperan sebagai pembatas antara daerah pergerakan kendaraan dengan lingkungan sekitarnya yang memiliki sifat penggunaan lahan yang beragam dari pertanian, permukiman hingga perniagaan. Perencanaan lanskap pada daerah ini menekankan fungsi penyangga, konservasi, kenyamanan dan estetika. Penataan tanaman dilakukan secara massal dan rapat kecuali pada tempat-tempat yang memiliki visual menarik. Daerah persimpangan pada tapak berperan sebagai mang aksen yang bermanfaat untuk memecah kemonotonan. Hal ini antara lain diwujudkan melalui penempatan jenis-jenis tanaman dan lnndmnrk yang mampu menarik perhatian. Untuk memberikan orientasi arah, jenis-jenis tanaman ditata sesuai dengan konsep Nawn Snngn. Secara garis besar, fasilitas/perlengkapan jalan yang ditempatkan pada setiap mang di Western By Pass disesuaikan dengan perkiraan kebutuhan, yaitu sesuai dengan jenis aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Berdasarkan sifatnya dalam memenuhi kebutuhan pengguna jalan, fasilitadperlengkapan jalan tersebut dibedakan atas fasilitad perlengkapan jalan yang memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, pelayanan, identitas dan penyangga. Sedangkan penempatannya diupayakan agar bersifat fungsional dan estetis.

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Agustus 1975. Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, putri pasangan (Alm.) Drs. Noerdin N. Zen, MS dan (Alm.) Sri Winarni. Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Taman Kanak-Kanak Negeri Mexindo Bogor pada tahun 1980. Tahun 1988 penulis lulus dari Sekolah Dasar Kesatuan Bogor dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Kesatuan di Bogor. Setelah lulus pada tahun 1991, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 1994. Pada tahun 1994 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Dan pada tahun berikutnya penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Selama menjadi mahasiswa Arsitektur Pertamanan IPB penulis berpartisipasi aktif sebagai panitia maupun peserta dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON). Pada awal tahun 1999 penulis tercatat sebagai peserta international Student Conlpelition for Mzlsi Riverside Tozlrisn~ Development yang diselenggarakan oleh Centre for Research on Tourism - Institut Teknologi Bandung.