HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Olahraga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Olahraga endurance Strength training Klasifikasi Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

KEBUTUHAN DAN PENGATURAN MAKAN SELAMA LATIHAN, PERTANDINGAN, DAN PEMULIHAN Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB II Pembahasan Kajian teoritis

Mitos dan Fakta Kolesterol


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Awal dan Mahasiswa Konsumsi Pangan

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

ROLE OF NUTRITION TO WIN A MATCH

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Gizi Olahraga. Badraningsih L./UNY

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

4/11/2015. Nugroho Agung S.

Transkripsi:

27 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta merupakan sekolah khusus yang didirikan sebagai tempat pembinaan dan pelatihan atlet remaja dari berbagai cabang olahraga. SMP/SMA Negeri Ragunan didirikan pada tanggal 15 Januari 1977 yang berlokasi di Jalan HR Harsono Komplek Gelora Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Atlet remaja yang berbakat dalam bidang olahraga tertentu serta mempunyai prestasi olahraga di tingkat daerah maupun di tingkat nasional di SMP/SMA ini dididik dan dibina. Pembinaan atlet ini ditujukan agar nantinya atlet-atlet tersebut dapat memberikan prestasi yang membanggakan baik di tingkat nasional maupun internasional. Persyaratan untuk masuk SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta tidak jauh berbeda dari persyaratan masuk SMP/SMA lainnya, namun di SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta ada persyaratan khusus untuk berbagai cabang olahraga. Serangkaian tes harus dilakukan oleh calon siswa yang akan masuk ke SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta seperti tes psikologi, tes kesehatan, tes kemampuan fisik, dan tes keterampilan cabang olahraga. Selain itu terdapat persyaratan khusus untuk tiap cabang olahraga seperti usia, tinggi badan (untuk beberapa cabang olahraga), dan sudah pernah mengikuti kejuaraan junior/tingkat provinsi/nasional. Calon siswa yang mempunyai prestasi dalam bidang olahraga tertentu baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional akan menjadi pertimbangan dan mempunyai nilai lebih untuk masuk ke SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta. SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta Selatan mempunyai asrama dimana para siswa yang tercatat sebagai siswa SMP/SMA Ragunan diwajibkan untuk tinggal di asrama, baik asrama putra maupun asrama putri. Fasilitas yang ada di SMP/SMA Negeri Ragunan ini selain asrama antara lain ruang makan atlet atau biasa disebut menza, ruang fitness, dan sarana penunjang olahraga lainnya seperti kolam renang, lapangan volli, bola basket, senam, tenis lapang, panahan, bulu tangkis, lapangan sepak bola dan lapangan olahraga lainnya. Fasilitas lain yang berada di komplek SMP/SMA Ragunan antara lain gedung serbaguna, rumah guru, rumah pelatih dan pembina olahraga, poliklinik, mesjid, gedung sekolah, aula, kantin, wisma tamu, asrama atlet dari institusi lain, serta perkantoran dan Graha Wisata Pemuda.

28 SMP/SMA Ragunan memiliki cabang olahraga yang berbeda-beda dengan jumlah atlet yang berbeda-beda setiap cabangnya baik dari institusi KEMENPORA maupun dari PUSDIKLAT DKI. Daftar cabang olahraga dan jumlah atlet setiap cabang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Daftar cabang olahraga dan jumlah atlet setiap cabang olahraga Cabang olahraga Jumlah atlet Sepak bola 45 Sepak takraw 9 Bola voli 43 Senam artistik 19 Senam ritmik 1 Angkat besi 10 Pencak silat 19 Bola basket 25 Judo 10 Bulu tangkis 30 Tae kwon do 26 Renang 20 Gulat 17 Tenis meja 23 Atletik 31 Loncat indah 6 Panahan 19 Tenis lapangan 10 Selama pendidikan dan pembinaan, setiap atlet dari berbagai cabang olahraga wajib untuk tinggal di asrma yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Asrama putra dan asrama putri terpisah. Asrama putri memiliki lima gedung yang terpisah, sedangkan asrama putra terdiri dari gedung bertingkat. Setiap kamar dihuni oleh siswa dengan cabang olahraga yang sama. Siswa akan menempati kamar sesuai dengan cabang olahraga yang dijalaninya dengan tujuan untuk saling lebih mengenal karakter dan lebih akrab untuk kepentingan tim olahraga tertentu seperti bola basket.

29 Karakteristik Contoh Karakterisitik merupakan suatu gambaran mengenai contoh meliputi sifat maupun ciri-ciri baik secara fisik maupun sosial. Karakterisitik ini dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran contoh dalam penelitian. Karakteristik yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, suku bangsa, serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Jenis Kelamin Contoh adalah atlet bola basket secara keseluruhan (baik laki-laki maupun perempuan) yang mengikuti program pelatihan khusus di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan. Atlet bola basket di SMP/SMA Ragunan berjumlah sebanyak 25 orang, sehingga semua populasi digunakan sebagai contoh dalam penelitian dengan metode purposive sampling. Akan tetapi, empat orang atlet drop out karena tidak memenuhi kriteria. Tiga orang atlet tidak melakukan latihan secara rutin, dan satu orang atlet tidak melakukan tes kebugaran yang seharusnya dilakukan. Oleh karena itu dari 25 populasi yang ada, terpilih 21 orang yang dijadikan sebagai contoh 57.14 42.86 Persentase (%) Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Gambar 2 Sebaran atlet bola basket menurut jenis kelamin Sebagian besar contoh yang mengikuti program pelatihan khusus atlet di SMP/SMP Ragunan Jakarta Selatan berjenis kelamin perempuan dengan persentase 57.14% dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42.86% (Gambar 2). Tingginya persentase atlet yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan atlet yang berjenis kelamin laki-laki sebenarnya tidak

30 memiliki pengaruh dalam program latihan. Hal ini dikarenakan atlet-atlet yang dipilih untuk masuk ke SMP/SMA Ragunan adalah atlet-atlet yang berprestasi dan direkomendasikan untuk mengikuti program latihan khusus di sekolah ini. Usia Atlet yang masuk ke SMP/SMA Ragunan adalah atlet- atlet berprestasi yang tidak memerlukan usia khusus untuk mengikuti program di SMP/SMA Ragunan. Oleh sebab itu usia contoh sedikit beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan contoh diketahui bahwa rata-rata usia contoh laki laki yaitu 14.7 ± 0.97 tahun dan rata-rata usia contoh perempuan yaitu 15.33 ± 0.49 tahun. Berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa contoh tergolong ke dalam usia remaja (Hardinsyah & Tambunan 2004). Suku SMP/SMA Ragunan merupakan sekolah yang sekaligus dijadikan tempat pembinaan atlet-atlet dari berbagai cabang olahraga yang mempunyai potensi, bakat dan prestasi di salah satu cabang olahraga. Atlet yang masuk di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan tidak hanya berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya, namun dari berbagai daerah di Indonesia. Tabel 7 Sebaran atlet bola basket menurut suku bangsa Suku Jumlah Persentase (%) Palembang 1 4.76 Jawa 7 33.33 Minang 1 4.76 Ambon 3 14.29 Sunda 5 23.81 Batak 1 4.76 Melayu 1 4.76 Papua 1 4.76 Manado 1 4.76 Total 21 100% Suku contoh yang paling banyak adalah suku jawa yaitu sebanyak 13 atlet (33.33%). Suku atlet terbanyak kedua yaitu suku sunda sebanyak lima orang atlet (23.81%), suku berikutnya yaitu suku ambon sebanyak tiga orang atlet (14.76%), sedangkan untuk suku palembang, minang, batak, melayu, papua, dan manado masing masing memiliki jumlah yang sama yaitu satu orang atlet dengan persentase 4.76%. Pemilihan atlet di SMP/SMA Ragunan ini tidak didasarkan pada subjektivitas dari contoh. Pemilihan atlet dilakukan melalui seleksi dan pemilihan

31 ketat yang dilakukan oleh pelatih, pembina, maupun pihak sekolah yang didasarkan oleh Keputusan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan oleh pihak Pendidikan dan Latihan Daerah Khusus Ibukota (PUSDIKLAT DKI). Keadaan Sosial Ekonomi Contoh yang diteliti sebagian besar berasal dari keluarga yang memiliki kondisi ekonomi dari golongan menengah ke atas. Hal ini dapat dilihat dari ratarata penghasilan orangtua contoh setiap bulanannya yaitu > Rp. 2.000.000. Dilihat dari riwayat pendidikan contoh diketahui bahwa rata-rata pendidikan terakhir dari orang tua contoh adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Karakterisitik Antropometri Metode antropometri menggunakan pengukuran dimensi-dimensi fisik dan komposisi tubuh secara kasar. Pengukuran antropometri ini bervariasi menurut umur dan derajat gizi, sehingga bermanfaat terutama pada keadaan terjadinya ketidakseimbangan energi dan protein secara kronis. Menurut Riyadi (2003), antropometri juga dapat digunakan untuk mendeteksi malnutrisi derajat sedang dan berat. Keuntungan lain dari pengukuran antropometri adalah memberikan informasi tentang riwayat gizi masa lampau, hal ini tidak dapat diperoleh (dengan tingkat kepercayaan yang sama) dengan menggunakan teknik penilaian lainnya. Oleh karena itu, teknik pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang paling baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi untuk negara berkembang. Hal ini sangat penting karena penilaian status gizi lebih sulit dan lebih mahal. Antropometri sangat penting pada masa remaja, hal ini karena dengan antropometri dapat dimonitor dan dievaluasi perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor selama periode remaja ini. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat Badan Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh meliputi pengukuran berat badan, dan tinggi badan. Berat badan contoh dihitung dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian pengukuran 0.1 kg, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise.

32 Tabel 8 Berat badan atlet bola basket Berat Badan (kg) n Persentase (%) 51-60 9 42.86 61-70 4 19.05 71-80 5 23.81 81-85 3 14.29 Total 21 100 Contoh sebagian besar memiliki kisaran berat badan antara 50-60 kg yaitu sebanyak sembilan orang dengan persentase 42.86%. Contoh yang memiliki berat badan antara 61-70 kg yaitu berjumlah empat orang dengan persentase 19.05%. Sedangkan contoh yang memiliki kisaran berat badan antara 71-80 kg berjumlah lima orang dengan persentase 23.81%, sisanya yang memiliki berat badan lebih dari 80 kg berjumlah tiga orang dengan persentase 14.29%. Contoh laki-laki memiliki rata-rata berat badan yaitu 68.5 ± 11.68 kg dan rata-rata berat badan contoh perempuan yaitu 63.8 ± 8.76 kg. Rata-rata berat badan contoh tersebut sudah memenuhi rata-rata berat badan standar untuk remaja menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu 55 kg (Hardinsyah & Tambunan 2004). Tinggi Badan Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtouise dengan ketelitian 0.1 cm yang ditempelkan ke dinding. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. sebagian besar contoh memiliki tinggi rata-rata yaitu diantara 161-165 cm, 166-170 cm dan 176-180 cm yaitu masing masing sebanyak lima orang contoh dengan persentase sebesar 23.81%. Sebanyak tiga orang contoh memiliki tinggi antara 171-175 cm dengan persentase 14.29%. Sebaran tinggi badan contoh disajikan pada Tabel 9.

33 Tabel 9 Tinggi badan atlet bola basket Tinggi Badan (cm) n Persentase (%) 151-155 1 4.76 156-160 1 4.76 161-165 5 23.81 166-170 5 23.81 171-175 3 14.29 176-180 5 23.81 181-185 1 4.76 Total 21 100 Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan contoh laki-laki yaitu 176.2 ± 3.92 cm dan rata-rata tinggi badan contoh perempuan yaitu 163.7 ± 4.62 cm. Seorang atlet basket sangat diharapkan memiliki tinggi badan yang besar, hal ini disebabkan karena olahraga bola basket sangat membutuhkan tinggi badan yang tinggi dalam membantu memudahkan atlet memasukkan bola ke ring. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi diberikan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan contoh terhadap gizi. Pengetahuan gizi yang diberikan sebanyak 20 soal dengan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan gizi olahraga secara khusus. Jawaban dari soal diberi nilai dengan menggunakan sistem angka yang kemudian dipersentasekan dengan skor jawaban total. Persentase ini dibandingkan dengan persentase skor tingkat pengetahuan gizi yaitu rendah jika pengetahuan gizi kurang dari 60%, sedang jika 60-80%, dan baik jika lebih dari 80%. 58.33 66.67 Persentase 33.33 41.67 laki laki perempuan 0 0 kurang sedang baik Kategori Pengetahuan Gizi Gambar 3 Sebaran atlet bola basket menurut pengetahuan gizi

34 Pengetahuan gizi contoh laki laki sebagian besar berada dalam kategori sedang (66.67%) dan pengetahuan gizi contoh perempuan sebagian besar berada dalam kategori kurang (58.33%). Pengetahuan gizi dibutuhkan untuk mencapai gizi yang optimal. Pengetahuan tentang gizi sangat bermanfaat bagi atlet karena dapat memberikan banyak keuntungan diantaranya dengan gizi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang atlet pada saat bertanding. Selain itu pemberian gizi yang tepat juga dibutuhkan pula pada kerja biologik tubuh, untuk penyediaan energi tubuh pada saat seorang atlet melakukan berbagai aktivitas fisik, misalnya pada saat latihan (training), bertanding dan saat pemulihan, baik setelah latihan maupun setelah bertanding. Gizi yang optimal juga dibutuhkan untuk memperbaiki atau mengganti sel tubuh yang rusak. Banyak pelatih atau atlet yang menganggap bahwa asupan gizi pada atlet sama saja dengan yang bukan atlet. Kenyataannya tidak demikian, asupan gizi pada atlet disiapkan berdasarkan pengetahuan tentang dominasi energi yang akan digunakan, peran sumber zat gizi tertentu pada proses penyediaan energi (Ilyas 2007). Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi. Beberapa cara untuk mengukur status gizi adalah dengan konsumsi, biokimia/laboratorium, antropometri dan secara klinis. Pengukuran status gizi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode antropometri. Untuk menentukan status gizi contoh terlebih dahulu ditentukan IMT contoh. Penentuan status gizi contoh dilakukan dengan menggunakan indikator IMT/Umur yang direkomendasikan sebagai indikator penentuan status gizi untuk remaja (Riyadi 2003). 55.56 50 44.44 41.67 Persentase 0 0 8.33 0 0 0 laki laki perempuan kurang normal at risk gemuk obese Kategori status gizi Gambar 4 Sebaran atlet bola basket menurut status gizi

35 Gambar 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh laki-laki dan contoh perempuan sebagian besar memiliki status gizi normal. Status gizi yang baik sangat penting bagi atlet karena dapat meningkatkan kemampuan dan performa atlet (Williams 1983). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan individu atau kelompok atlet bola basket dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitaif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi individu atau kelompok. Frekuensi makan Frekuensi makan dan kebiasaan makan contoh digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan secara kualitatif. Frekuensi makan contoh diukur dalam satuan kali per hari, kali perminggu, dan kali per bulan. Frekuensi makan yang diukur pada penelitian ini adalah dalam satuan kali per hari dengan menggunakan metode recall. Frekuensi makan contoh dapat dilihat dari Tabel 10. Tabel 10 Sebaran atlet bola basket menurut frekuensi makan Frekuensi makan Sebaran (kali/hari) n % 3 20 96.24 2 1 4.76 Total 21 100 Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 96.24% contoh memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali setiap harinya, sedangkan sisanya memiliki frekuensi makan sebanyak dua kali yaitu sebesar 4.76%. Kebiasaan makan tiga

36 kali sehari pada contoh sudah dianggap cukup baik untuk menghindari terjadinya masalah gizi (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan Atlet diharapkan memiliki kondisi fisik yang optimal selama menjalani latihan yang intensif. Untuk mencapai kondisi yang optimal tersebut dibutuhkan kebiasaan makan yang baik untuk mencapai gizi yang optimal dan akan menghasilkan kondisi fisik yang prima bagi atlet. Kebiasaan makan contoh diperoleh melalui hasil wawancara dengan menggunakan metode recall dan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran atlet bola basket menurut kebiasaan makan Kebiasan makan Sebaran n % Kebiasaan Sarapan Selalu 19 90.48 Kadang-kadang 2 9.52 Jarang 0 0.00 Tidak pernah 0 0.00 Menu sarapan Nasi+lauk pauk 20 96.24 Roti 1 4.76 Mie 0 0.00 Lainnya 0 0.00 Susunan menu siang hari Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 21 100 Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur 0 0.00 Nasi, lauk hewani 0 0.00 Lainnya 0 0.00 Susunan menu malam hari Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 18 85.71 Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur 3 14.29 Nasi, lauk hewani 0 0.00 Lainnya 0 0.00 Konsumsi fastfood Selalu 0 0.00 Kadang-kadang 7 33.33 Jarang 13 61.90 Tidak pernah 1 4.77 Hasil recall mengenai kebiasaan makan pada contoh menunjukkan bahwa sebagian besar contoh selalu membiasakan diri untuk sarapan dengan menu berupa nasi dan lauk pauk. Makan siang dan malam contoh sebagian

37 besar diisi dengan menu berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Untuk konsumsi makanan cepat saji (fast food) sebagian besar contoh menyatakan jarang mengkonsumsi fast food (61.90%) sedangkan sisanya kadang kadang mengkonsumsi fast food (33.33%) dan tidak pernah mengkonsumsi fast food (4.77%). Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, konsumsi pangan, preferensi (kesukaan atau ketidaksukaan) makan, ideologi terhadap makanan, dan faktor sosial budaya seorang individu. Kebiasaan minum Konsumsi cairan bagi seorang atlet sangat diperlukan untuk menjaga status hidrasi tubuh. Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu, pemberian cairan yang adekwat ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas tubuh yang berlebihan. Hasil recall mengenai kebiasaan minum contoh menunjukkan bahwa contoh sebagian besar (71.43 %) mengkonsumsi air putih lebih dari 8 gelas setiap harinya, sebanyak 19.05% contoh mengkonsumsi air putih sebanyak 7 gelas setiap harinya, dan sisanya mengkonsumsi air putih 5 gelas setiap harinya. Seluruh contoh tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Untuk konsumsi sport drink, diketahui bahwa lebih dari 50% contoh mengkonsumsi sport drink. Tabel 12 Sebaran atlet bola basket menurut kebiasaan minum Kebiasaan minum Sebaran n % Konsumsi air putih 8 gelas 15 71.43 7 gelas 4 19.05 5 gelas 2 9.52 < 5 gelas 0 0.00 Konsumsi minuman beralkohol Ya 0 0.00 Tidak 21 100.00 Konsumsi sport drink Ya 12 57.14 Tidak 9 42.86 Sport drink merupakan salah satu produk pangan yang ditujukan bagi atlet yang mengandung gula dan elektrolit dan berguna untuk mencegah dehidrasi, mengganti cairan tubuh yang hilang, hidrasi sebelum berolahraga, dan rehidrasi setelah berolahraga. Williams (1989) menyatakan bahwa sport drink

38 penting bagi penggantian elektrolit dan rehidrasi selama berolahraga, teruatama olahraga yang memiliki waktu yang panjang seperti marathon, tenis, atau olahraga kompetitif lainnya. Kebiasaan makan sebelum pertandingan Semua contoh sebelum pertandingan mengkonsumsi makanan lengkap namun dengan rentang yang bervariasi. Sebanyak 38.10% contoh mengkonsumsi makanan lengkap 1-2 jam sebelum bertanding, 33.33% contoh mengkonsumsi makanan lengkap 2-3 jam sebelum bertanding dan sisanya mengkonsumsi makanan lengkap 3-4 jam sebelum bertanding. Tabel 13 Kebiasaan makan atlet bola basket sebelum bertanding Kebiasaan makan sebelum bertanding Jumlah n % Rentang waktu konsumsi makanan lengkap 1-2 jam 8 38.10 2-3 jam 7 33.33 3-4 jam 6 28.57 4-5 jam 0 0.00 Makanan dan minuman yang dihindari Ada 15 71.43 Tidak 6 28.57 Tabel 13 menunjukkan bahwa contoh memiliki pantangan terhadap makanan atau minuman saat sebelum pertandingan. Makanan dan minuman yang dihindari atau dijadikan sebagai pantangan oleh contoh sebelum bertanding yaitu mie instan, makanan cepat saji (fast food), makanan pedas, es dan minuman bersoda. Menurut Brouns (1993) sebelum pertandingan, atlet disarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 2-4 jam sebelum bertanding untuk meningkatkan cadangan glikogen atlet. Mengkonsumsi cairan secara cukup untuk menjaga agar status hidrasi atlet tetap dalam kondisi baik, menghindari diet yang tinggi serat untuk menghindari terjadinya masalah pencernaan selama pada saat pertandingan. Kebiasaan makan selama bertanding Mengkonsumsi makanan dan minuman selama bertanding penting dilakukan oleh atlet. Hal ini bertujuan untuk memperoleh makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi energi dan zat gizi agar cadangan glikogen dan status hidrasi tetap terpelihara. Seperti sebelum bertanding, pada saat selama pertandingan contoh memiliki makanan dan minuman yang sering dikonsumsi

39 selama bertanding seperti minuman olahraga (sport drink) dan pisang. Selain itu contoh juga memiliki pantangan atau makanan yang dihindari selama periode pertandingan. Tabel 14 Kebiasaan makan atlet bola basket selama bertanding Kebiasaan makan selama bertanding Jumlah n % Konsumsi makanan/minuman Ya (sport drink, pisang) Sport drink 9 42.85 Pisang 4 19.05 Tidak 8 38.10 Makanan dan minuman yang dihindari Ada 5 23.81 Tidak 16 76.19 Contoh mengkonsumsi makanan/minuman selama pertandingan berupa sport drink (42.85%) dan pisang (19.05%). Selama pertandingan sebagian besar contoh (76.19%) menyatakan tidak mempunyai makanan atau minuman yang dihindari pada saat pertandingan. Menurut Browns (1993) konsumsi makanan atlet pada saat bertanding sebaiknya mengandung karbohidrat yang mencukupi untuk menjaga kadar gula darah dan oksidasi karbohidrat, mengandung cukup cairan dan elektrolit guna menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, tidak menyebabkan gangguan pencernaan dan memiliki citarasa yang menarik. Selain itu konsumsi buah pisang juga sangat disarankan pada saat pertandingan, hal ini dikarenakan pisang merupakan buah yang mengandung kadar pati yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai makanan sumber karbohidrat pada saat pertandingan. Menurut Irawan (2007) jika durasi pertandingan semakin lama maka atlet disarankan mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 30-60 gram setiap jam nya dan mengkonsumsi cairan sebanyak 600-1500 ml untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada saat bertanding. Kebiasaaan makan setelah bertanding Setelah pertandingan, energi di dalam tubuh berkurang dengan cepat. Selain itu, tubuh juga mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui keringat karena aktivitas yang dilakukan selama pertandingan. Oleh sebab itu, makanan dan minuman setelah pertandingan sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memulihkan keadaan tubuh seperti mengembalikan glikogen, mengganti cairan dan elektrolit yang terbuang untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh.

40 Tabel 15 Kebiasaan makan atlet bola basket setelah bertanding Kebiasaan makan setelah bertanding Jumlah n % Konsumsi makanan/minuman Ya (air dingin, sari buah, air mineral) Air dingin 6 28.57 Sari buah 9 42.86 Air mineral 4 19.05 Tidak 1 4.76 Makanan dan minuman yang dihindari Ada 1 4.76 Tidak 20 95.24 Rentang waktu konsumsi makanan lengkap 1-2 jam 9 42.86 2-3 jam 8 38.10 3-4 jam 4 19.04 4-5 jam 0 0.00 Contoh mengkonsumsi makanan/minuman segera setelah bertanding berupa air dingin (28.57%), air mineral (19.05%) dan sari buah (42.86%). Tujuan dari pemberian air dingin setelah bertanding adalah karena pada saat pertandingan terjadi peningkatan pengeluaran energi yang besar, sehingga terjadi pengosongan lambung. Oleh sebab itu, sebaiknya diberikan air dingin yang bersuhu 5-10 0 C untuk mengatasi kekosongan lambung, karena air dingin lebih cepat diserap oleh usus. Selain itu, pemberian sari buah ditujukan untuk mengembalikan kadar glikogen atlet segera setelah bertanding. Hal ini karena sari buah mengandung karbohidrat yang tinggi yang mampu mengembalikan kadar gula darah tubuh. Pemberian cairan setelah bertanding bertujuan untuk mengembalikan air dan elektrolit yang hilang dari tubuh selama pertandingan. Setelah bertanding, sebagian besar contoh menyatakan bahwa tidak ada pantangan terhadap makanan atau minuman yang dikonsumsi, sisanya menyatakan memiliki pantangan terhadap makanan yang akan dikonsumsi yaitu berupa makanan cepat saji (fast food). Untuk konsumsi makanan lengkap setelah bertanding, sebanyak 42.86% contoh menyatakan mengkonsumsi makanan lengkap 1-2 jam setelah bertanding, 38.10% contoh mengkonsumsi makanan lengkap 2-3 jam setelah bertanding dan sisanya mengkonsumsi makanan lengkap 3-4 jam setelah bertanding. Atlet setelah bertanding sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sesegera mungkin untuk mengembalikan glikogen tubuh. Menurut Browns (1993) setelah bertanding atlet disarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi

41 karbohidrat dua jam setelah bertanding. Makanan sumber karbohidrat yang disarankan adalah makanan yang mempunyai indeks glikemik sedang hingga tinggi. Menambahkan konsumsi protein pada saat mengkonsumsi karbohidrat untuk meningkatkan stimulasi pengembalian glikogen,serta mengkonsumsi elektrolit untuk mengganti elektrolit yang hilang selama bertanding. Tingkat Kecukupan Gizi Energi Makanan seorang atlet hendaknya mencukupi kebutuhan semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan pada saat berolahraga zat-zat gizi di dalam tubuh berkurang akibat aktivitas yang dilakukan. Oleh sebab itu perlu pemenuhan gizi yang cukup bagi atlet dalam rangka memenuhi kebutuhan energi, protein. Lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Konsumsi energi contoh diperoleh dengan menggunakan metode recall 2 x 24 jam yaitu satu hari recall hari libur dan satu hari recall hari sekolah. Tujuan dari metode recall 2x24 jam ini adalah untuk dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi yang lebih optimal pada saat berada di asrama dan diluar asrama. Hal ini dikarenakan pada saat di hari libur, konsumsi contoh sebagian besar tidak ditentukan oleh penyelenggara makanan di asrama. Dari hasil recall kemudian diperoleh data konsumsi contoh yang kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Angka kecukupan energi contoh diperoleh dari WKNPG 2004, dimana hal ini sudah disesuaikan dengan kondisi tubuh orang indonesia. Faktor aktivitas yang digunakan adalah faktor aktivitas sangat aktif, dimana aktivitas yang dilakukan oleh contoh sangat aktif dari pagi hingga malam hari terutama pada saat latihan intensif. 66.67 Persentase 16.67 33.33 25 25 11.11 11.11 0.00 11.11 0 laki laki perempuan defisit berat defisit sedang defisit ringan normal lebih Kategori TKE Gambar 5 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan energi

42 Hasil recall menunjukkan rata-rata konsumsi energi contoh secara keseluruhan yaitu 2399 kkal, dengan konsumsi energi paling tinggi yaitu sebesar 3821 kkal dan konsumsi energi paling rendah yaitu 1780 kkal. Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi contoh baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar adalah defisit atau kurang dari yang dianjurkan. Tingkat kecukupan energi contoh laki-laki sebagian besar berada dalam kategori defisit tingkat berat (66.67%) dan contoh perempuan sebagian besar memiliki tingkat kecukupan energi dalam kategori defisi tingkat sedang (33.33%). Menurut Williams (1993), kebutuhan energi pada atlet remaja tergantung pada jenis olahraga dan durasinya. Beberapa olahraga tidak membutuhkan energi besar, tidak mengeluarkan energi besar dan dilakukan dalam waktu singkat. Namun beberapa olahraga, seperti olahraga bola basket, yang membutuhkan daya tahan tubuh yang lebih besar juga membutuhkan energi dalam jumlah yang cukup besar pula. Hasil uji korelasi Pearson antara pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan energi menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (p=0.008, r= - 0.560). Hal ini menunjukkan dengan semakin baiknya tingkat pengetahuan gizi maka tingkat kecukupan energinya semakin rendah. Hal ini tidak sesuai, karena secara tidak langsung individu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memiliki kecukupan zat gizi yang baik pula (Mardayanti 2008). Protein Protein merupakan salah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentukan enzim yang kemudian juga akan terlibat di dalam proses metabolisme tubuh (Irawan 2007). Protein sangat dibutuhkan bagi atlet remaja dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh guna mencapai bentuk tubuh yang optimal. Sumber protein dapat berasal dari bahan pangan hewani dan nabati. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, baik dalam segi jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya. Rata-rata konsumsi protein contoh secara keseluruhan adalah 89.1 gram dengan konsumsi paling tinggi

43 sebanyak 125 gram dan paling rendah senilai 61.1 gram. Tingkat kecukupan protein contoh disajikan pada Gambar 6. 55.56 58.33 Persentase 8.33 33.33 22.22 22.22 laki laki perempuan kurang normal lebih Tingkat Kecukupan Protein Gambar 6 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan protein Tingkat kecukupan protein contoh laki-laki sebagian besar berada dalam kategori kurang (55.56%) sedangkan contoh perempuan sebagian besar memiliki tingkat kecukupan protein dalam kategori lebih (58.33%). Menurut Irawan (2007) kebutuhan protein atlet disebutkan berada berada pada rentang 1.2-1.6 gr/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein bagi nonatlet yaitu sebesar 0.6-0.8 gr/kg berat badan. Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih berisiko untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhan konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan non-atlet. Kelebihan protein yang dikonsumsi oleh seorang atlet pada akhirnya akan disimpan dalam bentuk lemak, sehingga pada nantinya akan menyebabkan kegemukan. Selain itu kelebihan protein juga akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, dan juga akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam. Oleh sebab itu batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali dari Angka Kecukupan Gizi (Almatsier 2004).

44 Lemak Lemak merupakan zat gizi yang menghasilkan energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Walaupun lemak sangat dibutuhkan oleh atlet yang melakukan olahraga dalam intensitas waktu yang lama, namun konsumsi lemak yang berlebihan tidak dianjurkan bagi seorang atlet. Hal ini bertujuan agar atlet mengkonsumsi karbohidrat yang adekwat agar supaya penggantian glikogen otot dan hati berlangsung dengan baik. Pengosongan lambung menjadi lambat akibat mengkonsumsi lemak yang berlebihan sehingga perut terasa penuh. Rasa kenyang dan penuh yang terjadi akibat makan lemak yang berlebihan dapat mengurangi konsumsi karbohidrat yang adekwat. Selain itu konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan peningakatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seorang atlet akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000). Saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi seperti olahraga bola basket, pengunaan lemak sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi energi melalui pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan menghasilkan energi yang lebih besar jika dibandingan dengan pembakaran karbohidrat. 91.67 Persentase 22.22 0 55.56 8.33 22.22 laki laki perempuan kurang normal lebih Tingkat Kecukupan Lemak Gambar 7 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan lemak Sebagian besar contoh laki-laki memiliki tingkat kecukupan lemak dalam kategori normal (55.56%) sedangkan contoh perempuan sebagian besar memiliki

45 tingkat kecukupan lemak dalam kategori lebih (91.67%). Rata-rata konsumsi lemak contoh secara keseluruhan yaitu 96.1 gram, dengan konsumsi tertinggi sebanyak 157.1 gram dan konsumsi paling rendah sebanyak 57.2 gram. Angka kecukupan lemak atlet adalah sebanyak 20-25% menurut WKNPG 2004. Hal ini dikarenakan konsumsi makanan contoh yang cukup banyak mengandung lemak seperti telur, daging sapi, daging unggas, minyak, ataupun santan dalam pengolahan menu. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan sumber energi utama bagi sistem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Hasil recall menunjukkan bahwa hampir keseluruhan contoh laki-laki memilki tingkat kecukupan karbohidrat dalam kategori kurang (88.89%) dan seluruh contoh perempuan memiliki tingkat kecukupan karbohidrat dalam kategori kurang dari yang dianjurkan oleh WKNPG yaitu 60-70% dari total kebutuhan energi. Rata-rata konsumsi karbohidrat contoh adalah 299.9 gram dengan konsumsi terendah sebanyak 193.7 gram dan konsumsi tertinggi yaitu 488.7 gram. Konsumsi karbohidrat yang kurang dikarenakan contoh kurang mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat seperti nasi, umbi, kentang dan cenderung mengkonsumsi protein yang berlebih dibandingkan dengan karbohidrat. 88.89 100 Persentase 11.11 0 0 0 laki laki perempuan kurang normal lebih Tingkat Kecukupan Karbohidrat Gambar 8 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan karbohidrat

46 Menurut Irawan (2007) atlet seharusnya mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Hal ini dikarenakan jika atlet mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang besar dalam sehari-hari akan memilki simpanan glikogen yang relatif lebih besar jika dibandingan dengan atlet yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang kecil. Dengan simpanan glikogen yang rendah, seorang atlet dalam menjalankan latihan/pertandingannya akan cepat merasa lelah sehingga kemudian mengakibatkan terjadinya penurunan intensitas dan performa olahraga. Hal ini berbeda dengan seorang atlet yang akan memiliki performa dan ketahanan yang lebih baik apabila memiliki simpanan glikogen yang besar. Vitamin A Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai fungsi penting dalam penglihatan. Selain berperan dalam proses penglihatan, vitamin A juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2004). Angka kecukupan vitamin A bagi remaja berumur 15-16 tahun adalah 600 µgre. Rata-rata konsumsi vitamin A contoh secara keseluruhan yaitu 946.2 µgre, dengan konsumsi tertinggi sebanyak 2694 µgre dan konsumsi terendah sebanyak 365.8 µgre. 77.78 83.33 Persentase 22.22 16.67 laki laki perempuan < 77% normal Tingkat Kecukupan Vitamin A Gambar 9 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan vitamin A Sebagian besar contoh baik laki-laki (77.78%) maupun perempuan (83.33%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A dalam kategori normal karena sudah mengkonsumsi vitamin A lebih dari 77% angka kecukupan vitamin A. Bagi atlet, vitamin A sangat berperan penting dalam differensiasi sel, oleh sebab itu

47 intik vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan performa atlet dan pemulihan latihan. Vitamin C Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam askorbat merupakan salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam sintesis kolagen, katekolamin, serotonin dan karnitin di dalam tubuh. Vitamin C merupakan antioksidan yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. Vitamin C juga berguna dalam absorbsi zat besi, peredaran, dan juga cadangannya. Dalam aktivitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari ancaman radikal bebas (Chen 2000). Angka kecukupan vitamin C bagi remaja yang berumur 15-16 tahun adalah 60 mg menurut WKNPG 2004. Rata-rata konsumsi vitamin C contoh secara keseluruhan yaitu 111.3 mg dengan konsumsi tertinggi yaitu sebanyak 576.2 mg dan konsumsi terendah sebanyak 57.2 mg. Tingkat kecukupan vitamin C contoh disajikan pada Gambar 10. 66.67 50 50 Persentase 33.33 laki laki perempuan <77% >77% Tingkat Kecukupan Vitamin C Gambar 10 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan vitamin C Tingkat kecukupan vitamin C contoh laki-laki sebagian besar berada dalam kategori kurang (66.67%) sedangkan tingkat kecukupan vitamin C contoh perempuan sebagian berada dalam kategori normal (50%) dan kurang (50%) dari angka kecukupan vitamin C. Bahan pangan sumber vitamin C yang sering dikonsumsi oleh contoh yaitu buah-buahan seperti jeruk, melon, semangka, dan pisang. Selain itu contoh juga mengkonsumsi minuman dengan kadar vitamin C yang cukup tinggi yaitu You C 1000. Kelebihan konsumsi vitamin C dalam bahan

48 pangan tidak menimbulkan gejala, namun konsumsi vitamin C berupa suplemen setiap hari dapat menimbulkan risiko hiperoksaluria dan memiliki risiko lebih tinggi terhadap batu ginjal (Almatsier 2004). Vitamin B1 Vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan nama tiamin di dalam tubuh berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolisme enrgi dari karbohidrat. Bagi atlet, konsumsi tiamin dapat meningkatkan kinerja tubuh dalam mencapai performa optimal atlet. Asupan tiamin yang dianjurkan bagi remaja yang berumur 13-16 tahun adalah 1 mg per hari. Konsumsi rata-rata tiamin contoh secara keseluruhan yaitu 0.75 mg dengan konsumsi terendah sebanyak 0.4 mg dan konsumsi tertinggi sebanyak 1.1 mg. 66.67 58.33 Persentase 41.67 33.33 laki laki perempuan < 77% > 77% Tingkat kecukupan tiamin Gambar 11 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan vitamin B1 Sebagian besar contoh laki-laki (66.67%) memiliki tingkat kecukupan tiamin dalam kategori kurang dan sebagian besar contoh perempuan (58.33%) memiliki tingkat kecukupan tiamin dalam kategori cukup (Gambar 11). Peningkatan konsumsi tiamin bagi seorang atlet sangat dianjurkan. Hal ini dikarenakan tiamin berfungsi dalam metabolisme energi dari karbohidrat yang dapat meningkatkan kinerja atlet dan juga berperan dalam transportasi oksigen dalam darah yang penting dalam olahraga yang memerlukan intensitas dan durasi yang cukup lama.

49 Kalsium Fungsi utama kalsium di dalam tubuh adalah peranannya dalam pembentukan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat meningkatkan risiko osteoporosis yaitu gangguan yang menyebabkan penurunan secara bertahap dan jumlah kekuatan jaringan tulang. Menurut WKNPG 2004 kecukupan kalsium remaja yang berumur 16-18 tahun adalah sebanyak 1000 mg setiap harinya. Seluruh contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat kecukupan kalisum yang kurang (Gambar 12). Rata-rata konsumsi kalsium contoh secara keseluruhan yaitu 309.4 mg dengan konsumsi paling tinggi yaitu 659.8 mg dan konsumsi terendah sebanyak 120.8 mg. 100 100 Persentase laki laki perempuan 0 0 <77% >77% Tingkat Kecukupan Kalsium Gambar 12 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan kalsium Keseluruhan contoh yang memiliki tingkat kecukupan kalsium yang kurang dari angka kecukupan disebabkan karena pangan sumber kalsium seperti susu kurang dikonsumsi oleh atlet. Kekurangan kalsium pada masa remaja akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang sehingga tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh (Almatsier 2004). Zat Besi Zat besi merupakan mineral yang sangat diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin dan juga sebagai enzim yang diperlukan dalam metabolisme. Kekurangan zat besi terutama pada remaja dapat menyebabkan anemia gizi besi dan juga menurunkan kinerja fisik, hambatan perkembangan, dan menurunkan kemampuan kognitif.

50 88.89 91.67 Persentase 11.11 8.33 laki laki perempuan <77% >77% Tingkat Keckupan Fe Gambar 13 Sebaran atlet bola basket menurut tingkat kecukupan zat besi Rata-rata konsumsi zat besi contoh secara keseluruhan yaitu 11 mg, dengan konsumsi tertinggi sebanyak 21.2 mg dan konsumsi terendah sebanyak 5.6 mg. Tingkat kecukupan zat besi sebagian besar contoh laki-laki berada dalam kategori kurang (88.89%) dan sebagian besar contoh perempuan memiliki tingkat kecukupan besi dalam kategori kurang (91.67%). Atlet juga membutuhkan mineral lain seperti seng, selenium, magnesium, fosfor, iodium, mangan, dan fluor. Semua mineral tersebut diperlukan oleh atlet dalam pertumbuhan, perkembangan dan proses metabolisme tubuh. Tingkat Kebugaran Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesi masing-masing. Tingkat kebugaran jasmani dapat dilihat dari VO 2 maksimum yang diperoleh dari Tes Balke dan denyut jantung. VO 2 Maksimum Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat mengkonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. VO 2 max adalah jumlah maksimum oksigen dalam mililiter, yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan. Individu yang berada dalam kondisi sehat memiliki nilai VO 2 max yang lebih tinggi dan dapat melaksanakan aktivitas lebih baik daripada individu yang berada dalam kondisi tidak sehat (Mackenzie 1997).

51 Atlet bola basket mempunyai nilai VO 2 max yang berbeda-beda, tergantung kepada jenis kelamin dan umur dari atlet. Tabel 16 Nilai VO 2 max atlet bola basket berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Nilai VO 2 max (atlet) (ml/kg/menit) Laki-laki 9 45.12 ± 1.52 Perempuan 12 41.95 ± 1.61 Jenis kelamin atlet dapat mempengaruhi nilai VO 2 max atlet bola basket. Selain jenis kelamin nilai VO 2 max juga dipengaruhi oleh kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular untuk menggunakan oksigen dalam mengurai bahan bakar dan kemampuan gabungan sistem jantung dan paru untuk mengangkut oksigen ke sistem jaringan otot (Mackenzie 1997). Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai VO 2 max atlet bola basket yang berjenis kelamin laki-laki berada pada kisaran standar nilai VO 2 max atlet bola basket, sedangkan rata-rata nilai VO 2 max perempuan berada di bawah nilai kisaran standar VO 2 max untuk atlet basket perempuan. Selain jenis kelamin, nilai VO 2 maximum juga dapat berbeda-beda antara setiap individu karena dipengaruhi oleh faktor umur. Tabel 17 Nilai VO 2 max atlet bola basket berdasarkan umur Umur (tahun) Jumlah Nilai VO 2 max (atlet) (ml/kg/menit) 13 1 44.25 14 2 45.46 15 12 42.94 16 6 43.16 Hasil dari nilai VO 2 max ini dapat disebabkan oleh hasil Tes Balke yang dilakukan oleh atlet. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil Tes Balke diantaranya suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban, waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes, emosi atlet, obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet, waktu pelaksanaan tes, asupan kafein atlet, waktu makan terakhir atlet, lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym), pengetahuan atlet, akurasi pengukuran, apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes, kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji (Mackenzie 1997). Denyut Jantung Denyut jantung dapat diartikan sebagai jumlah detak jantung setiap satu menit. Jumlah denyut jantung pada orang normal berkisar antara 60-80 kali per

52 menit. Pada olahragawan seperti atlet jumlah denyut jantung per menit nya lebih rendah dari pada orang normal. 82 Denyut nadi/menit 61 sebelum sesudah Pengukuran denyut nadi Gambar 14 Pengukuran denyut nadi atlet bola basket sebelum dan setelah tes Rata-rata denyut nadi atlet sebelum melakukan tes yaitu sebanyak 61 kali per menit, dan rata-rata denyut nadi setelah melakukan tes yaitu 82 kali per menit. Menurut Wibowo (2005) pada saat berolahraga dan melakukan aktivitas, denyut jantung akan meningkat dan akan menurun kembali pada saat beristirahat. Hal ini dikarenakan pada saat berolahraga tubuh memerlukan oksigen lebih besar dari pada saat aktivitas normal, sehingga akan membuat jantung bekerja lebih keras dan akan mempercepat denyut jantung. Uji Antar Variabel Uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini terdiri dari uji korelasi Pearson dan Spearman. Hubungan antar variabel yang diuji yaitu hubungan antar karakteristik atlet dengan tingkat kebugaran, hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran, dan hubungan antara tingkat kecukupan energi degan tingkat kebugaran. Hasil uji statistik antar variabel disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil uji korelasi antar variabel Variabel Tingkat Kebugaran Signifikansi Koefisien korelasi Karakterisitik Usia 0.369-0.206 Berat badan 0.673-0.98 Tinggi badan 0.001 0.651 Jenis kelamin 0.000-0.716 Status gizi 0.171-0.310 Tingkat kecukupan energi 0.954 0.013

53 Karakteristik atlet dengan tingkat kebugaran Usia dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi Pearson antara usia atlet dengan tingkat kebugaran atlet bola basket (VO 2 max) menunjukkan hubungan negatif yang tidak signifikan (p=0.369, r= -0.206). Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya usia atlet maka tidak ada hubungan dengan kebugaran atlet, begitupun sebaliknya. Menurut Macmurray dan Ondrak (2008) bahwa nilai VO 2 max individu akan turun secara normal sejalan dengan bertambahnya umur yang dapat disebabkan oleh perubahan komposisi tubuh dan gaya hidup orang dewasa yang tidak aktif. Berat badan dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi Pearson antara berat badan atlet dengan tingkat kebugaran (VO 2 max) menunjukkan hubungan negatif yang tidak signifikan (p=0.673, r= -0.98). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan atlet tidak berpengaruh terhadap tingkat kebugaran atlet. Atlet bola basket yang memiliki berat badan yang rendah belum tentu memiliki tingkat kebugaran yang rendah, begitupun sebaliknya. Menurut Macmurray dan Ondrak (2008) tingkat kebugaran (VO 2 max) tidak hanya dipengaruhi oleh berat badan, namun juga dipengaruhi oleh massa otot, dan massa lemak. Tinggi badan dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi Pearson antara tinggi badan atlet dengan tingkat kebugaran atlet (VO 2 max) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan (p=0.001, r=0.651). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi seorang atlet maka akan semakin bugar atlet tersebut. Tinggi badan tidak berpengaruhi terhadap tingkat kebugaran, yang berpengaruh terhadap kebugaran adalah usia, jenis kelamin, keturunan, dan komposisi tubuh (Karim 2002). Jenis kelamin dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi Spearman antara jenis kelamin dengan tingkat kebugaran menunjukkan hubungan negatif yang sangat signifikan (p=0.000, r= - 0.716. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap kebugaran individu. Menurut Riyadi (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang adalah jenis kelamin. Status gizi dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi Spearman antara status gizi dengan tingkat kebugaran atlet (VO 2 max) menunjukkan hubungan yang negatif dan tidak signifikan (p=0.171, r= -0.310). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

54 status gizi dengan tingkat kebugaran, begitupun sebaliknya. Alet bola basket yang memiliki status gizi yang kurus, belum tentu memiliki tingkat kebugaran yang rendah, begitupun sebaliknya. Menurut Kusumaningrum (2009) status gizi bergantung kepada Indeks Massa Tubuh (IMT) yang akan menentukan komposisi tubuh individu. Komposisi tubuh menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif terutama otot dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif terutama lemak. Baik otot maupun lemak mempunyai berat/massa, yang jika dibandingkan dengan tinggi badan akan menggambarkan komposisi tubuh secara tidak langsung. Komposisi tubuh erat kaitannya dengan daya tahan kardiorespirasi. Selain itu, kebugaran tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh faktor gizi, namun juga dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor intensitas latihan individu, umur, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok individu (Riyadi 2007). Tingkat kecukupan energi dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan energi dengan tingkan kebugaran atlet (VO 2 max) menunjukkan hubungan yang positif dan tidak signifikan (p=0.954, r=0.013). Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin cukup mengkonsumsi energi belum tentu mempunyai tingkat kebugaran (VO 2 max) yang baik, begitupun sebaliknya. Menurut Kartika (2006) salah satu upaya untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik diperlukan tingkat konsumsi yang cukup. Konsumsi zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga yang maksimal.