BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Arno Maierbrugger, Planned Common ASEAN Visa Expected to Boost Visits from Mideast,

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Realisme dan Neorealisme I. Summary

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

ASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia. Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering

BAB IV KESIMPULAN. -Peter M. Haas. Council on Foreign Relations, < >, diakses pada , 1993, p.78.

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Association of South Asia Nations atau yang lebih dikenal dengan ASEAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

ASEAN yang Berkelanjutan melalui Pembangunan SDM, Penguatan UMKM, dan Pariwisata. Dr. Alwiyah, SE.,MM. PUSAT STUDI ASEAN UNIVERSITAS WIRARAJA

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of South-East Asian Nation), sebuah asosiasi 10 Negara di

Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dibentuk sebagai organisasi regional pada 8 Agustus 1967 di Bangkok

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat itu, ASEAN mengalami perkembangan yang dinamis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah keanggotaan ASEAN yang semakin bertambah, serta output berupa perjanjianperjanjian yang telah disepakati baik dengan negara intra-asean maupun dengan negara-negara mitra ASEAN, seperti Cina, Jepang, Korea, Australia, dan Uni Eropa. Pencapaian ASEAN saat ini tidak dapat dilepaskan dari tujuan awal dibentuknya ASEAN, yaitu bahwa negara-negara Asia Tenggara mempunyai tanggung jawab utama dalam memperkuat stabilitas sosial dan ekonomi kawasan ini dan menjamin pembangunan nasional yang pesat dan damai, dan bahwa mereka ditakdirkan untuk menjamin stabilitas dan keamanan mereka dari campur tangan pihak luar dalam bentuk dan menifestasi apapun untuk memelihara identitas nasional mereka sesuai dengan aspirasi dan cita-cita rakyat mereka. 1 Pada tahun 1997, kepala negara anggota ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata. ASEAN Vision 2020 dibangun oleh tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Political-Security Community, dan ASEAN Sosio-Cultural Community. Namun pada KTT 12 tahun 2007 telah disepakati Declaration on the Acceleration of the ASEAN Community by 2015, sehingga ASEAN segera merancang AEC Blueprint untuk diimplementasikan pada tahun 2008. Untuk mewujudkan ASEAN Economic Community, terdapat 12 sektor yang hendak diintegrasikan, salah satunya sektor pariwisata. 2 Pariwisata merupakan salah satu industri yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, pariwisata dapat meningkatkan GDP, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kapasitas tenaga kerja lokal, dan perbaikan infrastruktur. Alasan yang mendasari pariwisata 1 M. Leifer, Indonesia s Foreign Policy, edisi Bahasa Indonesia Politik Luar Negri Indonesia, diterjemahkan oleh A. Ramlan Srbakti, PT Gramedia, Jakarta, 1986. p. 176. 2 J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. 1

menarik untuk diteliti karena pariwisata memiliki nilai dan dan identitas yang merepresentasikan sebuah negara. Terlepas dari nilai ekonomis, pariwisata mengandung unsur masyarakat yang berlangsung turun-temurun, dalam hal ini misalnya pariwisata budaya. Pariwisata ASEAN memiliki performa yang baik dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara-negara di Asia Tenggara. Berdasarkan data yang diambil dari ASEAN Tourism Meeting, jumlah wisatawan pada tahun 2012 berkisar 89 juta, meningkat sebanyak 11,73 persen menjadi 99,2 juta wisatawan pada tahun 2013. 3 Peningkatan ini perlu diimbangi dengan kualitas pariwisata yang memiliki daya saing. Oleh karena itu, ASEAN melakukan serangkaian upaya yang tertuang dalam ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015. Dalam rancangan tersebut, salah satu strategi yang diambil yaitu mengimplementasikan Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professionals (MRA-TP) pada tahun 2015 bersamaan dengan ASEAN Economic Community. MRA merupakan perjanjian internasional yang di desain untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja profesional yang hendak mencari lapangan pekerjaan di negara anggota ASEAN lainnya. Implementasi MRA-TP ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi sebuah Negara, khususnya terhadap tenaga kerja lokal. Dalam skripsi ini, penulis tertarik untuk meneliti Thailand, sebagai salah satu Negara ASEAN yang memberikan respon yang positif terhadap implementasi MRA- TP. Mengapa Thailand? Karena penulis melihat bahwa terdapat political will yang kuat dari pemerintah dalam meningkatkan pariwisata Thailand, tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas. Selain itu, pada tahun 2013, pariwisata Thailand berhasil mengungguli Malaysia dan menempati posisi pertama di tingkat ASEAN. Meningkatnya wisatawan yang datang ke Thailand ini merupakan hasil dari upaya pemerintah dalam mempromosikan Thailand ke negara-negara di dunia, sehingga permintaan terhadap tenaga kerja di bidang pariwisata juga kian meningkat. Meskipun Thailand merupakan negara terakhir yang menandatangani MRA-TP, tetapi pemerintah Thailand sangat sigap dalam melakukan persiapan, bahkan negara-negara lain yang menandatangani MRA-TP di awal tidak begitu siap dalam implementasinya nanti pada tahun 2015. Thailand melihat bahwa MRA-TP dapat memberikan banyak manfaat bagi pariwisata 3 ASEAN, ASEAN Tourism Minister Meeting, ASEAN(online), <http://www.asean.org/communities/asean-economic-community/category/asean-tourism-ministersmeeting-m-atm> diakses pada 20 Oktober 2014. 2

Thailand, sehingga pemerintah Thailand begitu antusias dalam mempersiapkannya. Namun demikian, pemerintah Thailand juga perlu melindungi tenaga kerja lokal Thailand agar keberadaannya tidak terancam oleh tenaga kerja asing, sehingga berbagai upaya pemerintah, seperti training dan seminar banyak dilakukan oleh pemerintah Thailand untuk mempersiapkan tenaga kerja lokalnya sehingga dapat bersaing dalam ASEAN Economic Community 2015 nanti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Mengapa pemerintah Thailand memberikan respon positif terhadap implementasi ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professionals pada tahun 2015 sedangkan keberadaannya dapat mengancam tenaga kerja lokal Thailand? C. Kerangka Berpikir 1. Teori Neo-Liberalisme 4 Neo-liberalis melihat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting daripada nasionalisme karena pertumbuhan ekonomi dapat mendorong pada kesejahteraan dan kemakmuran. Neo-Liberalis memiliki pandangan yang optimis terhadap hubungan internasional. Meskipun sistem internasional digambarkan sebagai sistem yang anarki dan konfliktual, tetapi konflik tersebut dapat dicegah dengan adanya interdependensi. Interdependensi ini merupakan salah satu proses dimana Negara satu akan bergantung dengan Negara lain dalam rangka memenuhi kebutuhan Negara, sehingga antar-negara akan meningkatkan kerjasama dengan Negara lain dan membatasi konflik. Mereka percaya bahwa setiap Negara memiliki kepentingan nasional. Akan tetapi dalam mencapai kepentingan nasional tersebut dapat ditempuh melalui kerjasama dengan Negara lain atau melalui organisasi internasional. Mereka percaya pada mutual interest dan adanya kerjasama akan mengantarkan pada win-win situation atau keuntungan bersama, dibandingkan dengan zero sum game atau kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan di pihak lain. Tidak seperti realis yang 4 J. T. Rourke, International Politics on the World Stage, Twelfth Edition, McGraw-Hill Companies, New York, 2008. p.23-25. 3

secara ekslusif memandang politik internasional sebagai struggle for power, tetapi keberadaan moral, hukum internasional, dan ideologi juga merupakan faktor-faktor yang tidak dapat diabaikan. Neo-liberalis melihat bahwa batas Negara harus dihilangkan untuk mencapai perdamaian dan meningkatkan arus perdagangan. Meningkatnya arus perdagangan inilah yang kemudian dapat menuntun pada kemakmuran dan kesejahteraan dan menekan konflik. Konsep ini dapat digunakan untuk melihat kepentingan Thailand dalam MRA-TP sehingga Thailand kemudian sangat mendukung implementasi ini. Hal ini dapat dikaitkan dengan kemajuan pariwisata Thailand saat ini dimana pertumbuhan pariwisata Thailand tumbuh dengan cepat sehingga perlu adanya keseimbangan dengan jumlah tenaga kerja profesional. Dengan demikian, MRA-TP dapat membantu Thailand dalam mendapatkan tenaga kerja profesional yang dibutuhkan karena dengan kebebasan bergerak, peluang untuk memperkerjakan tenaga kerja asing juga lebih besar. Upaya ini tidak lain adalah untuk memajukan pariwisata Thailand yang berdaya saing di ASEAN maupun di tingkat internasional. 2. Teori Fungsionalisme Teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh David Mitrany menekankan pada peran organisasi internasional. Mitrany percaya bahwa organisasi internasional merupakan working peace system, yaitu bahwa organisasi internasional dapat meningkatkan intensitas kerjasama Negara anggotanya, sehingga tercipta interdependensi di antara Negara-negara anggota yang kemudian dapat mengurangi konflik. Masuknya sebuah Negara dapat mengurangi kedulatan sebuah Negara karena Negara tersebut harus menyesuaikan kebijakan domestiknya sesuai dengan aturan yang berlaku di organisasi internasional tempatnya bergabung. Melemahnya kedaulatan merupakan hal yang baik dengan demikian kerjasama dan integrasi dapat tercipta. 5 Berbeda dengan teori realis yang menekankan pada national interest, teori fungsionalisme lebih fokus pada common interest dan kebutuhan bersama. 6 Mitrany percaya bahwa terdapat kebutuhan yang sifatnya cross border dan cara terbaik untuk 5 M. Griffiths, Fifty Key Thinkers in International Relations, edisi Bahasa Indonesia Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional, diterjemahkan oleh Mahyudin, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. P. 239. 6 D. Mitrany, The Functional Approach to World Organization, Journal of International Affairs, Vol 23 no.3, 1948, p. 356. 4

menyelesaikannya adalah dengan joint government. Kerjasama yang saling menguntungkan ini akan lebih mudah dicapai apabila fokus pada isu-isu non-politis. Dari kerjasama yang berhasil dicapai tersebut dapat mempengaruhi terciptanya kerjasama di sektor lainnya (spill over). Cakupan dari fungsionalisme tidak hanya terbatas pada aktor negara, tetapi juga aktor non-negara. Fungsionalisme mengusulkan untuk membangun otoritas yang berbasis pada fungsi dan kebutuhan, dan mengesampingkan ide mengenai state power dan pengaruh politik. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan mengenai kerjasama Negara-negara ASEAN di bidang pariwisata. Dengan menjadi bagian dari ASEAN, Thailand menjalin kerjasama dengan negara-negara untuk mengatasi permasalahan shortage labor di Thailand. Hal ini juga disebabkan oleh gap yang terdapat di negara-negara ASEAN, sehingga terdapat ketidakseimbangan antara satu negara dengan negara lain. Tidak hanya Thailand, tetapi kerjasama ini akan memberikan keuntungan bagi Negara-negara ASEAN karena MRA- TP ini akan mendorong Negara-negara untuk saling bekerjasama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. D. Hipotesa Thailand merespon positif implementasi MRA-TP karena terdapat beberapa kepentingan yang hendak dicapai oleh Thailand. Pertama, MRA-TP mendukung pelaksanaan prinsip Three Rs yang dicanangkan oleh Ministry of Tourism and Sports Thailand. Kedua, MRA-TP dapat menjadi salah satu sarana dalam menunjang Gastrodiplomacy Thailand ke negara-negara Laos, Kamboja, dan Myanmar. Ketiga, Standardisasi ASEAN dapat digunakan untuk mengurangi jumlah Human Trafficking yang terjadi di Thailand. Adanya kepentingan-kepentingan yang direfleksikan dengan respon positif Thailand terhadap implementasi MRA-TP ini merupakan salah satu fenomena dari teori neo-liberalisme dimana setiap negara memiliki kepentingan nasional dan kepentingan tersebut dicapai melalui kerjasama internasional. Selain itu, implementasi MRA-TP ini juga tidak dapat dilepaskan dari keberadaan organisasi internasional, dalam kasus ini ASEAN, dalam menjalankan fungsi-fungsinya untuk memfasilitasi kerjasama negara-negara ASEAN. 5

E. Jangkauan penelitian Tinjauan penelitian ini dimulai dari tahun 2008 ketika AEC mulai diimplementasikan. Demikian juga dengan persiapan implementasi MRA-TP yang dimualai dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Tahun 2012 merupakan waktu dimana penjanjian MRA-TP ditandatangani oleh Thailand, sebagai negara terakhir yang belum menandatangani MRA-TP. Sedangkan tahun 2014 merupakan tahun terkini dimana penelitian ini dilakukan dan MRA-TP masih berada pada tahap persiapan untuk diimplementasikan pada tahun 2015 mendatang. F. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif yang didukung oleh data kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik studi literatur atau kajian pustaka. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana data primer diperoleh dari situs resmi ASEAN, situs Kementrian pariwisata dan oleh raga Thailand, situs resmi Kementrian Pendidikan Thailand, dan segala hal yang berkaitan dengan penulisan ini. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku yang menjelaskan mengenai teori dan hubungan di Asia Tenggara, artikel, maupun jurnal yang berkenaan dengan penelitian ini. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan dibagi menjadi 4 bab. Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka berpikir, hipotesa, jangkauan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II akan dibagi menjadi tiga subbab yang menjabarkan tentang kondisi tenaga kerja Thailand, ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professionals, dan respon pemerintah Thailand terhadap implementasi MRA- TP. Bab III menjelaskan tentang kepentingan Thailand yang direfleksikan melalui respon positif Thailand terhadap implementasi MRA-TP menggunakan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas. Bab IV berupa kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dalam penulisan ini. 6