BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Hengki Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura untuk pertama kalinya dimulai pada tahun 1966 setelah merdekanya Singapura dari Federasi Malaysia. Setelah itu, Pada tahun berikutnya tahun 1967 Indonesia dan Singapura bersama sama mempelopori beridirinya Association of Souteast Asian Nations (Sejarah, 2015). Pada pertemuan tersebut, menjadi awal hubungan diplomatik antara kedua negara untuk saling bekerjasama untuk meningkatkan pertumbuhan nasional dan memenuhi kebutuhan nasional yang terbatas. Keterikatan Indonesia dengan Singapura adalah hal yang sangat wajar, terlebih Singapura adalah negara yang letaknya berdekatan dengan Indonesia dari segi geografis. Dibandingkan dengan negara negara anggota lain ASEAN, Singapura lebih menjadi rekan kerjasama ekonomi Indonesia yang sangat menguntungkan, terutama bagi pemerintahan Indonesia itu sendiri. Seperti yang kita ketahui Indonesia dan Singapura adalah negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, dengan alasan tersebut maka Indonesia dan Singapura merupakan negara yang memiliki letak geografis yang berdekatan antar satu dengan yang lainya. Secara politik, pada dasarnya hubungan Indonesia dan Singapura mengalami fluktuasi didasarkan isu permasalahan menyangkut kepentingan nasional masing-masing negara, namun demikian kedua negara memiliki fondasi dasar yang kuat untuk memperkuat dan meningkatkan hubungan kedua negara yang lebih konstruktif, pragmatis dan strategis. Indonesia dan Singapura masing-masing memiliki peran yang sangat penting di kawasan Asia Tenggara khususnya dalam efektivitas ASEAN,meskipun kedua negara ini memiliki luas territorial, jumlah populasi, serta pertumbuhan ekonomi yang sangat berbeda. Hubungan bilateral Indonesia dan Singapura telah menunjukkan peningkatan di berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama politik, hubungan kerjasama ekonomi dan hubungan kerjasama sosial budaya. Hubungan bilateral Indonesia dan Singapura yang erat dan produktif mutlak diperlukan dan harus terus diupayakan guna menunjang upaya pembangunan nasional, khususnya dalam kerangka pemulihan ekonomi Indonesia. (Indonesia, Kementrian Sekretariat Negara Republik, 2009) Dalam upaya peningkatan ekonomi suatu negara, baik Indonesia mauaupun Singapura melakukan berbagai macam bentuk kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Pariwisata merupakan salah satu aspek yang dominan bagi kedua negara tersebut untuk meningkatkan 1
2 perekonomian negaranya masing masing. Pariwisata merupakan suatu industri yang unik, dimana tidak adanya batasan kepuasaan individu untuk melakukan kegiatan wisata, serta tidak terbatasnya sumber pariwisata yang berbeda dengan industri-industri lain seperti pada umumnya. Dari keseluruhan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, Singapura merupakan penyumbang jumlah wisatawan terbesar bagi Indonesia dengan wisatawan Singapura yang mengunjungi Indonesia. Sedangkan bagi Singapura, Singapura juga merupakan destinasi wisata populer bagi rakyat Indonesia. Wisatawan asing yang datang ke Singapura paling banyak berasal dari Indonesia,yaitu sebesar 2,7 juta orang (Singapore Tourism Board, 2016). Dengan keuntungan letak geografis yang saling berdekatan, Indonesia dan Singapura merupakan partner yang sangat kuat dalam industri pariwisata. Indonesia dan Singapura merupakan penyumbang jumlah wisatawan mancanegara yang tertinggi bagi masing-masing negara baik bagi Singapura, ataupun Indonesia. Hal itu terbukti pada tahun 1994 Indonesia dan Singapura pernah melangsungkan kerjasama di bidang pariwisata sewaktu kepemimpinan Presiden Soeharto. Kerjasama pada tahun tersebut menawarkan variasi poin-poin perjanjian yang berisikan promosi bersama, pengembangan destinasi wisata, informasi mutakhir serta pertukaran tenaga ahli yang berkompeten dalam bidang pariwisata. Keberadaan suatu negara dalam panggung internasional saat ini mendesak akan adanya suatu ikatan hubungan kerjasama yang saling mendukung demi tercapainya kebutuhan antar masing - masing negara yang terlibat. Bahwa pengetahuan yang mendasar dalam hubungan internasional suatu negara adalah tidak dapat memenuhi segala bentuk kebutuhan warganya jika tidak adanya interaksi kerjasama diluar internal batas suatu negara. Kodrat dan keberadaan dari masing masing negara berbeda satu sama lain, ditinjau dari kepemilikan sumber daya alam, teknologi, sumber daya tenaga kerja, angkatan militer dan semacamnya. Kini ilmu hubungan internasional hadir dari landasan kebutuhan tersebut yang kini semakin semakin berkembang dan jauh lebih kompleks dari sebelumnya. Bagaimana kemudian adanya suatu aturan, etika atau norma yang kemudian dapat mensinkronkan antara aktor dalam berhubungan internasional. Menurut Prof Tulus Warsito, Kepentingan suatu negara timbul akibat terbatasnya sumber daya nasional, atau kekuatan nasional, sehingga negara-bangsa yang bersangkutan merasa perlu untuk mencari pemenuhan nasional keluar batas-batas negaranya (Warsito, Teori-teori Politik Luar Negeri, 1998). Adanya kepentingan suatu negara di dalam Hubungan Internasional dalam memenuhi sumber daya nasionalnya, memutuskan beberapa negara untuk melakukan bentuk kerjasama yang lebih tinggi daripada kerjasama bilateral yaitu kerjasama berbasis kawasan. 2
3 Seperti halnya pada Asean Community. Sedangkan Kerjasama kawasan yaitu bentuk kerjasama negara negara anggota yang berada dalam suatu kawasan tertentu atau didalam rezim dengan didasari aturan aturan atau norma yang terkait demi kepentingan yang berkaitan dengan ekspektasi atau pengharapan aktor-aktor dan memuat kepentingan aktor tersebut dalam Hubungan Internasional baik eksplisit maupun implisit (Krasner, 1983). Hal itu menjadikan dasar Indonesia dan Singapura untuk melangsungkan kerjasama pariwisata paska diberlakukannya Asean Economic Community (AEC) yang memiliki beberapa aturan dan poin baru yang telah disepakati. Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Lalu setelah adanya KTT di Malaysia pada tahun 1997, dilanjutkan Pembentukan MEA dalam Deklarasi ASEAN Concord II di Bali pada 7 Oktober 2003 dimana Para Petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015 (Kompas, 2014). Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain membentuk Komunitas ASEAN untuk lebih mempererat integrasi, hal ini juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ASEAN, yaitu: saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri (Non-Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi (AEC), yaitu: Komonitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC). Sedangkan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992 (Kemekeu, 2015). Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yaitu untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN. Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Hal-hal tersebut tentunya dapat berakibat positif atau negatif bagi perekonomian. Berbagai dampak yang diberikan AEC bagi negara-negara anggotanya memberikan tantangan bagi setiap negara di ASEAN mampu bersaing dan memanfaatkan peluang agar cita-cita dan harapan pembentukan Asean Community terutama AEC 3
4 terealisasikan dengan baik. Upaya upaya berbagai negara di ASEAN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan telah dipersiapkan masing-masing pemerintah dengan matang agar mampu bersaing di Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan menjaga kestabilan ekonomi negara. Dalam Komunitas Ekonomi Asean (AEC) terdapat beberapa sektor-sektor integrasi yang dijadikan prioritas dalam kerjasama. Sektor sektor tersebut yaitu : produk produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-asean, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Pada sektor pariwisata, para petinggi ASEAN menggagas bahwa harus adanya keseriusan dalam mengembangkan sektor tersebut menjadi salah satu prioritas integrasi di dalam AEC. Berbagai negara yang memiliki potensi wisata seperti Thailand, Malaysia, Indonesia dan Singapura diberikan perhatian yang lebih dengan memberikan beberapa pelatihan dari para petinggi ASEAN. Tentu saja hal tersebut merupakan bentuk keseriusan para petinggi ASEAN dalam menggagas sektor pariwisata untuk lebih kuat menghadapi persaingan global di sektor pariwisata. Dalam kerangka ASEAN Tourism Resource Management and Development Network (ATMR) telah direncanakan untuk mengadakan beberapa kegiatan antara lain: Training on eco tourism di Thailand, Pelatihan Tourism Heritage di Indonesia, ATMR Cruise di Singapura, Workshop tentang Home stay di Malaysia (Kemlu, 2015) Dalam menyikapi jasa investasi di bidang pariwisata, para petinggi ASEAN memutuskan untuk membentuk kebijakan yang mengatur tentang transportasi udara. Salah satu kebijakan dalam AEC yaitu tentang pembentukan ASEAN single aviation market atau Open Sky Aviation. Open Sky diartikan sebagai fleksibilitas atau peluang lebar untuk perusahaan penerbangan dari pihak kontraktor untuk melaksanakan lalu lintas yang benar yang sudah disepakati berdasarkan kesepakatan bilateral atau multilateral. Open Sky policy merupakan blueprint yang mengatur sektor transportasi udara sebagai sarana pendukung atas mobilitsai masyarakat ASEAN. Tujuan ASEAN melalui liberalisasi penerbangan merupakan strategi mobilisasi masyarakat ASEAN dimana liberalisasi penerbangan di negara-negara ASEAN akan mempermudah masuknya investasi serta turis asing (Forsyth, 2004). Kebijakan tersebut adalah salah satu gerbang untuk wisatawan manca negara datang dan berwisata ke setiap negara negara di ASEAN. Dengan lebih mudah, pasalnya dengan dibentuknya Open Sky policy, setiap maskapai penerbangan akan mendapatkan hasil keuntungan yang lebih besar sehingga terbukanya rute rute perjalanan pesawat baru akan bisa menjangkau destinasi wisata yang dihendaki para wisatawan secara langsung. 4
5 Kebijakan open sky tersebut membuat daya Tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara untuk datang dan berwisata di Indonesia. Pasalnya dengan persaingan liberalisasi yang akan mempermurah harga pasar, mempengaruhi pertumbuhan jumlah wisatawan yang akan berwisata di Indonesia. Tidak diragukan lagi antusias wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Pasalnya Indonesia merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki beberapa kekayaan alam wisata yang menakjubkan serta fasilitas bandara Internasional yang memadai untuk langsung menjangkau destinasi wisata yang diinginkan. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengklaim kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama Januari hingga Desember 2015 mencapai wisman atau melampaui target yang ditetapkan sebesar 10 juta orang serta angka proyeksi sebesar 10,017 juta wisman. Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang dipublikasikan di Jakarta, menyebutkan, jumlah kunjungan wisman 2015 sebesar wisman. Dari angka perkiraan tersebut perolehan devisa pariwisata mencapai 11,9 miliar dolar AS atau setara Rp163 triliun dengan perhitungan bahwa rata-rata lama tinggal wisman selama berlibur di Indonesia adalah 8,50 hari dengan pengeluaran sebanyak dolar AS wisman per kunjungan. Capaian kunjungan wisman 2015 sebesar 10,4 juta wisman atau di atas target dengan angka perkiraan pertumbuhan 7,2 persen. Pertumbuhan pariwisata Indonesia tahun 2015 sebesar 7,2 persen ini di atas pertumbuhan pariwisata dunia sebesar 4,4 persen dan pertumbuhan pariwisata kawasan ASEAN sebesar enam persen. Pertumbuhan pariwisata Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara kompetitor Malaysia pada Januari-Juni 2015 minus 9,4 persen, dan Singapura pada Januari-Desember 2015 tumbuh nol persen, sedangkan Thailand tumbuh di atas kita sebesar 23 persen selama Januari-Desember 2015 (suara.com, 2016). Dari keseluruhan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, Singapura merupakan penyumbang jumlah wisatawan terbesar bagi Indonesia dengan wisatawan Singapura yang mengunjungi Indonesia. Sedangkan Bagi Singapura, Indonesia juga merupakan destinasi wisata populer bagi rakyat Indonesia. Wisatawan asing yang datang ke Singapura paling banyak berasal dari Indonesia, 2,7 juta orang menurut data Singapore Tourism Board (STB) 2015 (Tempo, 2016). Banyaknya saling ketergantungan antara sektor pariwisata Indonesia dengan Singapura, Indonesia dan Singapura melihat adanya peluang kerjasama di bidang industri Pariwisata yang patut di pertajam. Berbagai macam strategi dan upaya dari kedua pemerintahan Singapura dan Indonesia dilangsungkan demi menaikkan devisa negara dari sektor pariwisata tersebut. 5
6 Pemerintahan Indonesia di masa kepemimpinan presiden Joko Widodo melakukan bentuk kerjasama baru dengan pemerintahan Singapura. Kerjasama bidang pariwisata dengan Singapura telah disepakati oleh kedua negara dan ditanda tangani oleh Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya serta Menteri Perdagangan dan Industri Singapura S. Iswaran. Presiden Joko Widodo pada kesempatan pernyataan pers bersama setelah penandatanganan MoU tersebut menyatakan penandatangan kerja sama di bidang pariwisata tersebut akan memperkuat kerja sama, termasuk pengembangan destinasi wisata baru di Indonesia. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pembangunan destinasi dan pelabuhan, pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan, seminar, dan loka karya, penelitian dan pengembangan, investasi pariwisata, kerja sama sektor swasta, dan pertukaran informasi. Dalam kerjasama tersebut Singapura sangat tertarik dengan wisata bahari khas Indonesia. Dengan keragaman biota laut dan hamparan laut yang luas menjadikan Indonesia sebagai negara yang layak untuk dijadikan persinggahan bagi kapal kapal pesiar singapura yang melakukan liburan dari pihak agency singapura. Ketertarikan pemerintahan Singapura berawal pada tahun 2010 untuk menggandeng Indonesia dalam kerjasama kapal pesiar, akan tetapi pemerintahan waktu itu masih menghitung skala untung rugi terkait isu yang digagas (Kabar24, 2016). Dalam perjanjian tersebut, terdapat poin yang meyetujui tentang Meeting, Incentive, Convention,and Exhibition (MICE). MICE merupakan suatu rangkaian kegiatan para pengusaha atau profesional berkumpul pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan dan kepentingan yang sama (indonesiasekarang.com, 2016). Contoh Kegiatan dari MICE yaitu, rapat pimpinan, pelatihan/training gatering, paket tour, gala dinner, voucher akomodasi, konferensi antar negara, rapat perjanjian dari berbagai perusahaan internasional, pameran kerajinan bali, pameran lukisan, dan seminar. Untuk kawasan Asia Tenggara dari segi cruise dan MICE, Singapura paling dipercaya oleh pasar Internasional sehingga Indonesia harus belajar dan menjalin kerja sama dengan Singapura. Melihat di singapura setiap tahunnya ada ratusan kegiatan meeting internasional, Kepentingan Singapura dalam kerjasama tersebut merupakan bentuk peluang yang besar dengan membawa peserta MICE ke Indonesia dengan lebih mudah berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah ditanda tangani. Dengan adanya kerjasama pariwisata baru dengan Singapura pasca ditetapkanya AEC, Indonesia mengharapkan adanya peningkatan pendapatan devisa negara dari sektor pariwisata terutama sektor laut Indonesia. Potensi laut lain untuk energi misalnya juga masih perlu terus dieksplorasi sehingga laut benar-benar membawa manfaat kesejahteraan dan sumber pertumbuhan perekonomian masyarakat dan negara (Murniningtyas, 2016). Adanya kebijakan Open Sky dari ASEAN dan kerjasama baru 6
7 dengan Singapura yang telah diputuskan dan ditanda tangani Indonesia dan Singapura, menjadi salah satu keuntungan bagi Indonesia untuk meningkatkan pendapatan devisa negara atas meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara. Terutama menyikapi kerjasama pariwisata dengan Singapura pasca ditetapkannya Asean Economic Community. Yang mana open sky policy merupakan kebijakan liberalisasi peenerbangan yang memudahkan wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia dan berkunjung di destinasi wisata Indonesia. Dengan disetujuinya open sky policy maka akan mempengaruhi jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia menjadi meningkat setelah penandatangan kerjasama pariwisata dengan Singapura. B. Rumusan Masalah Melalui uraian latar belakang masalah di atas maka dapat di tarik sebuah rumusan masalah yaitu : Bagaimana upaya Indonesia dalam kerjasama pariwisata dengan Singapura paska ditetapkannya Asean Economic Community? C. Kerangka Pemikiran Untuk melihat dan menganlisa permasalahan di atas, digunakan kerangka pemikiran, baik teori maupun konsep yang digunakan untuk mengindentifikasi pokok permasalahan. Sebelum menguraikan teori yang dipakai untuk menganalisa permasalahan yang ada, lebih dulu akan diuraikan apa yang disebut teori. Teori adalah bentuk penjelasan paling umum yang memberitahukan kepada kita mengapa sesuatu terjadi dan kapan sesuatu itu terjadi, dengan demikian selain digunakan untuk eksplanasi, teori juga menjadi dasar prediksi akan suatu peristiwa yang terjadi di masa yang akan datang. Dari pengertian ini, teori bisa dikatakan sebagai suatu pandangan atau persepsi mengenai sesuatu yang terjadi dan akan terjadi. Sedangkan konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu atau fenomena tertentu (Mas'oed, 1990). 1. Konsep Kerjasama Internasional Menurut K.J Holsti (Holsti, 1998), kerjasama internasional dapat di definisikan sebagai berikut : a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus. 7
8 b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai nilainya. c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan. d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan. e. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka. Dalam karya ini, penulis menggunakan konsep kerjasama internasional sebagai kerangka pemikiran yang menjawab rumusan masalah tentang kerjasama pariwisata Indonesia dengan Singapura. Tidak lepas dari suatu kepentingan negara, Indonesia dan Singapura melakukan kerjasama pariwisata pasca ditetapkannya AEC memiliki harapan bahwa dengan diadakannya kerjasama tersebut, kerjasama di sektor pariwisata antara kedua negara semakin kompleks dan rinci. Promosi bersama dan pembangunan rute kapal pesiar Singapura di Indonesia merupakan hal yang paling dominan dibicarakan dalam kerjasama ini. Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan memiliki keindahan alam bawah laut sangat menarik perhatian Singapura. Di sisi lain, singapura juga akan mendapatkan peningkatan wisatawan untuk perusahaan kapal pesiar dari kerjasama tersebut. Setelah ditetapkannya AEC pada akhir 2015, negara negara di ASEAN melakukan berbagai macam upaya yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing di dalam kawasan ASEAN. Terlebih dengan ditetapkannya open sky policy, bagi negara negara yang memiliki destinasi wisata yang sangat mernarik seperti Indonesia dengan Singapura, momen ini dapat dijadikan kekuatan bagi negaranya untuk lebih meningkatkan pendapatan nasional dengan mendatangkan banyak wisatawan mancanegara. Kerjasama antara Indonesia dengan Singapura merupakan salah satu bentuk kerjasama yang menarik di Asia Tenggara, terutama pada bidang pariwisata. Ditandatanganinya MoU dengan Singapura merupakan langkah awal bagi Indonesia dalam menyongsong industri pariwisata untuk semakin maju dan menaikkan pendapatan nasionalnya, serta menambah jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia ke destinasi wisata yang telah diprioritaskan bagi negara untuk menaikkan devisa negara. Tidak hanya Indonesia, kepentingan Singapura dalam kerjasama kapal pesiar dengan Indonesia juga membuat Singapura melakukan beberapa persiapan untuk menghadapi bentuk kerjasama yang telah ditandatangani tersebut. 8
9 D. Hipotesa Berdasarkan Kerjasama di bidang pariwisata yang telah ditandatangani Indonesia dengan Singapura pasca ditetapkannya Asean Economic Community, penulis memiliki hipotesa yaitu : 1. Adanya bentuk kerjasama pariwisata baru antara Indonesia dengan singapura pasca ditetapkannya Asean Economic Community yang merupakan upaya Indonesia untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara E. Tujuan Penilitian Penulis bermaksud mengkaji dan memberi gambaran mengenai wawasan baru terkait hubungan kerjasama Indonesia dengan Singapura dalam bidang peariwisata. Dewasa ini baik Indonesia maupun Singapura merupakan negara yang berpengaruh dalam penyumbang sumber wisatawan mancanegara. Sehingga penulis mencoba menggambarkan dan menjelaskan bagaimana bentuk kerjasama Indonesia dengan Singapura bidang pariwisata pasca diberlkukannya AEC. Dengan maksud tersebut, penulis bertujuan untuk melihat peluang baru dari kerjasama pariwisata yang baru saja disepakati kedua negara tersebut dan memanfaatkan pengaruh positif dari Asean Economic Community 9
10 F. Batasan Penelitian Untuk menghindari adanya pelebaran penjelasan tentang Kerjasama Pariwisata Indonesia dengan Singapura pasca ditetapkannya Asean Economic Community,maka dibutuhkan batasan penilitian. Adapaun batasan penelitian ini adalah awal kerjasama Indonesia dengan Singapura, pasca ditetapkannya AEC, hingga saat ini G. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat ekpsplorasi dengan studi literatur. Metode yang bersifat eksplorasi deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan suatu fenomena realitas. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data skunder melalui studi kepustakaan. Dalam penyajian data, penulis menggunakan studi literature dalam pengambilan data dari berbagai sumber seperti buku-buku, koran, situs internet serta media lainya yang terkait untuk mendukung penelitian. H. Sistematika Penulisan BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teoritik, hipotesa, metode penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penilitian. BAB II : Memaparkan mengenai awal pembentukan Asean Community dan dinamika kerjasama pariwisata Indonesia dengan Singapura yang sebelumnya pernah terlaksana. BAB III : Kepentingan Indonesia dalam kerjasama pariwisata dengan Singapura paska diberlakukannya Asean Economic Community (AEC) BAB IV : Menjawab Hipotesa dengan menggunakan kerangka pemikiran yang telah ditetapkan dengan membahas kepentingan Indonesia dalam kerjasama pariwisata dengan Singapura. BAB V : Dalam bab ini berisi Kesimpulan. 10
BAB IV PEMBENTUKAN KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA DENGAN SINGAPURA PASKA DITETAPKANNYA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)
BAB IV PEMBENTUKAN KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA DENGAN SINGAPURA PASKA DITETAPKANNYA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Tujuang Pemerintah tentang peningkatan turis asing dan pembangunan destinasi pariwisata
Lebih terperinciDenpasar, Juli 2012
Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciMAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA
MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1
1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Aktivitas wisata dalam hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan tersier untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh rutinitas. Umumnya orang berlibur ketempat-tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperincibagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya
BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, dapat dilihat
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan
BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industry terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan berkembangnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %
BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan
BAB V KESIMPULAN Peritiwa Bom Bali I dan II benar-benar mengguncang pariwisata Indonesia. Daerah-daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama mendapatkan imbas secara langsung sehingga
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin
Lebih terperinciRESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan
ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC), mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2016. Pembentukan MEA berasal dari kesepakatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman memiliki beberapa bidang yang dijadikan sebagai kegiatan penggerak perekonomiannya, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Pariwisata Dunia Industri pariwisata dunia pada tahun 2015 mengalami perkembangan yang mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional.
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dinilai banyak pihak memiliki banyak arti penting sebagai salah satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan
Lebih terperincikepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata yang sudah dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013 pariwisata di Indonesia menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN Indonesia mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan yang saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciLAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017
LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 Yang terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Yang terhormat Presiden Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung
Lebih terperinciPERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL
PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak potensi wisata. Kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur sudah ditetapkan sebagai destinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. material bagi Perusahaan. Sifat materialitas dari nilai Piutang Usaha
BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Umum nya bagi perusahaan piutang usaha merupakan salah satu aktiva yang besar dari aktiva lancar serta bagian terbesar dari total aktiva. Bagi perusahaan pemberian piutang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil Menteri Pariwisata dan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. World Tourism Organization (WTO)
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, berlibur merupakan salah satu keinginan banyak orang, atau bahkan ada yang menganggap sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini dapat dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata dan muncul pada dekade tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri penting bagi perekonomian Indonesia. Usaha jasa pariwisata terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya pengoptimalan sumber
Lebih terperinciPernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016
Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,
Lebih terperinciBAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA
BAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA A. Kondisi Pariwisata Sri Lanka Sebelum Konflik Etnis Pariwisata di Sri Lanka sudah ada bahkan sebelum negara ini merdeka pada tahun 1948. (Hospitality.lk,
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Dalam pembuatan tugas akhir ini, Penulis memperoleh data melalui: 1. wawancara dengan pihak-pihak terkait di bagian promosi dan pemasaran di kantor Departemen Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun ini perusahaan lebih dituntut untuk mencari dan memanfaatkan cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini pemerintahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah warga Indonesia yang berobat ke luar negeri terus bertambah. Keunggulan teknologi, kemampuan medik, dan keramahan layanan masih menjadi alasan pendorong. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpajakan menjadi salah satu sumber penerimaan paling berkontribusi dalam APBN Negara Indonesia sampai saat ini. Dalam empat tahun terakhir ini perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN
22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi gelobal. Sektor pariwisata merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisai saat ini, sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi gelobal. Sektor pariwisata merupakan pendorong utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Keadaan sumber daya alam yang melimpah inilah yang menjadi keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung
Lebih terperinciMemasuki 50 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Senin, 14 November 2016
Memasuki 50 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Senin, 14 November 2016 Pemerintah Indonesia dan Singapura sepakat untuk meningkatkan kerja sama kedua negara di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. pada dewasa ini, tentunya kita ketahui bahwa MEA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi merupakan faktor utama yang menuntut dunia agar dapat bersaing dalam berbagai aspek, baik teknologi, perekonomian, ilmu pengetahuan, dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian Industri pariwisata merupakan sektor terpenting untuk setiap Negara karena dapat meningkatkan perekonomian dan devisa negara. Banyaknya penduduk disuatu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinciLESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri
LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 06 I 29 September 2016 USAID LESTARI EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Menurut Organisasi Pariwisata
Lebih terperinciEKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA
EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA Oleh: Lucky Nugroho (Praktisi Perbankan Syariah dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana-Jakarta) Kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciInternalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak
Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan
Lebih terperinciBAB II DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN SINGAPURA SEBELUM DITANDATANGANINYA KERJASAMA PARIWISATA PASKA DIBERLAKUKANNYA AEC
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN SINGAPURA SEBELUM DITANDATANGANINYA KERJASAMA PARIWISATA PASKA DIBERLAKUKANNYA AEC A. Perkembangan Pariwisata Indonesia dalam tahun 1994-2015 Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali. sehingga cerah dan muramnya kondisi perekonomian di provinsi Bali akan sangat tergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya kegiatan perjalanan telah lama dilakukan oleh manusia. Di dalam hidupnya manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ciri itulah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi. ASEAN (MEA) secara efektif berpotensi mendorong pertumbuhan jumlah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif berpotensi mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan ke Indonesia. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciI. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu
I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Seperti
Lebih terperinciBAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinci