BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir
|
|
- Johan Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir tidak terbatas. Globalisasi juga menuntut ASEAN menciptakan integrasi regional di Asia Tenggara. Integrasi regional di Asia Tenggara ini dikenal dengan ASEAN Vision Salah satu pilar utama ASEAN Vision 2020 adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community 2015). ASEAN Economic Community 2015 merupakan ide integrasi ekonomi negara-negara anggota ASEAN, yang menjadi komitmen bersama untuk dipercepat pada tahun 2015 untuk enam negara terkaya ASEAN salah satunya Indonesia dan kemudian dilanjutkan pada tahun 2020 oleh negara Kamboja, Myanmar, Laos dan Vietnam. 1 Free Flow of Services merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan ASEAN Economic Community dimana secara substansi tidak akan ada penghambat penyediaan jasa negara-negara ASEAN dengan adanya regulasi yang mengatur penyediaan jasa secara bebas antar negara-negara ASEAN yang merupakan salah satu aspek perwujudan liberalisasi perdagangan jasa di kawasan negara-negara ASEAN. Dalam proses perundingan, sektor jasa memiliki suatu konsep dengan keunikan tersendiri yang berbeda dengan proses perundingan liberalisasi sektor barang. Disektor barang, perundingan liberalisasi dilakukan dengan penurunan tarif dan non-tarif. Sementara di perdagangan jasa, perundingan dilakukan untuk melakukan pengurangan atau penghilangan 1 Budi SP Nababan, "Perlunya PERDA Tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing di Tengah Liberalisasi Tenaga Kerja Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015", RechtsvindingJurnal Online, (vol.2, Nomor 02, Agustus 2014) hal
2 hambatan dalam 4 (empat) cara ketersediaan jasa dari penyedia jasa kepada pengguna jasa (mode of supply). Keempat mode of supply dalam perdagangan jasa adalah sebagai berikut: 2 a. Mode 1 (cross-border supply) merupakan jasa yang diberikan secara langsung oleh penyedia Jasa luar negeri dengan pengguna jasa di dalam negeri. Contohnya pertimbangan hukum yang diberikan oleh pengacara di luar negeri lewat surat atau telepon. b. Mode 2 (consumption abroad) merupakan jasa yang diberikan oleh penyedia Jasa diluar negeri kepada konsumen domestik setelah konsumen tersebut berpindah secara fisik ke negara penyedia Jasa. Contohnya mahasiswa yang berkuliah di Belanda. c. Mode 3 (commercial presence) merupakan jasa yang disediakan dengan kehadiran penyedia Jasa dari luar negeri kepada konsumen di negara konsumen. Contoh : pendirian rumah sakit milik Singapura di Indonesia. d. Mode 4 (presence of natural person) merupakan penyediaan jasa langsung berupa tenaga kerja asing yang memiliki keahlian tertentu kepada konsumen di negara konsumen. Contohnya dokter Singapura melakukan praktik di Indonesia. Ide liberalisasi perdagangan jasa di kawasan negara-negara ASEAN itu sendiri bermula dari hasil pertemuan negara-negara ASEAN di Bangkok, Thailand Yang kemudian melahirkan Asean Framework Agreementon Service (AFAS) sebagai landasan dasar dari proses menuju liberalisasiperdagangan jasa di kawasan ASEAN. Dalam rangka meningkatkan daya saing para penyedia sektor jasa di ASEAN melalui liberalisasi perdagangan bidang jasa, telah mengesahkan AFAS pada KTT ke-5 ASEAN tanggal 15 Desember1995 di Bangkok, Thailand. 3 2 Parikesit Widiatedja, Kebijakan Liberalisasi Pariwisata Konstruksi Konsep, Ragam Masalah, dan Alternatif Solusi, Udayana University Press, Denpasar,2011 hal Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Integrasi Ekonomi ASEAN dibidang Jasa, Jakarta, 2009, hal. 7 2
3 AFAS merupakan perjanjian yang regional di kawasan ASEAN yang berusaha meningkatkan efisiensi dan tingkat kompetitif dari anggota ASEAN sebagai penyedia jasa, khususnya mengeliminasi pembatasan perdagangan dibidang Jasa antar anggota ASEAN dan meliberalisasi perdagangan jasa dengan memperluas tingkatan serta ruang lingkup dari liberalisasi melampaui yang telah ada di dalam GATS (General Agreement Trade in Service) dengan tujuan sebuah area perdagangan bebas dibidang jasa. 4 Dalam pemberian komitmen AFAS, negara-negara ASEAN diharuskan untuk memberikan tingkat komitmen yang lebih baik untuk sesama anggota ASEAN dibandingkan dengan komitmennya dalam GATS/WTO, serta membuka lebih banyak sektor atau subsektor, sehingga AFAS dikenal juga dengan Istilah GATS Plus. Proses liberalisasi bidang Jasa dilakukan secara bertahap dan hati-hati dengan mempertimbangkan kepentingan nasional dan tingkat pembangunan ekonomi negara anggota ASEAN. Untuk itu diterapkan prinsip fleksibilitas yang disepakati oleh semua negara ASEAN (Pre-Agreed Flexibility). 5 Dalam AFAS, setiap negara dapat menyatakan persetujuannya atas bidang jasa yang diliberalisasi, yang kemudian dikenal dengan schedule of specific commitments ke dalam suatu paket perundingan. AFAS kemudian menjadi landasan dasar dari proses menuju liberalisasi perdagangan jasa di kawasan ASEAN. Seluruh isi kesepakatannya konsisten dengan kesepakatan internasional yang ditetapkan dalam GATS. AFAS juga mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk menetapkan komitmen melebihi apa yang diberikan dalam GATS. Perjanjian ini bertujuan meningkatkan efesiensi dan tingkat kompetitif dari anggota ASEAN sebagai penyedia jasa. 4 Parikesit Widiatedja, Loc. cit. 5 Tinjauan Umum Tentang AFAS dan Liberalisasi Perdagangan Jasa Pariwisata, diakses tanggal 11 Februari
4 Negara anggota ASEAN diharuskan mengeliminasi substansi dan hambatan dibidang jasa antar anggota ASEAN, dan meliberalisasi perdagangan jasa dengan memperluas tingkatan dan jangkauan liberalisasi khususnya jasa dengan tujuan utama membentuk perdagangan bebas jasa. 6 Lebih lengkapnya, tujuan AFAS dicantumkan dalam Pasal 1 AFAS, yaitu sebagai berikut: 7 1. Untuk meningkatkan kerjasama di bidang jasa antara negara-negara anggota dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasikapasitas produksi, serta pemasokan distribusi jasa dari pemasok jasa di dalam dan di luar ASEAN. 2. Untuk menghilangkan secara substansial pembatasan perdagangan jasa antara negaranegara anggota ASEAN. 3. Meliberalisasi perdagangan jasa dengan memperluas intensitas dan cakupan liberalisasi dari luar yang dilakukan oleh negara-negara anggota di bawah aturan GATS dengan tujuan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas di bidang jasa. Sektor Jasa memegang peranan penting di ASEAN dengan rata-rata 40-50% GDP negara ASEAN berasal dari sektor jasa. Jasa juga berperan penting dalam perekonomian Indonesia dengan porsi 46% total GDP pada tahun Selanjutnya untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah dicapai dalam AFAS, telah dibentuk Coordinating Committee on Services (CCS) yang memiliki tugas menyusun modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa dalam kerangka AFAS yang mencakup 8 (delapan) sektor, yaitu: Jasa Angkutan Udara dan Laut, Jasa 6 Hadi Soesastro, A New ASEAN in a New Millenium,Centre for Strategic and International Student, Jakarta, 2000 h ASEAN Framework Agreement on Services, diakses tanggal 12 Februari
5 Bisnis, Jasa Konstruksi, Jasa Telekomunikasi, Jasa Pariwisata, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa Logistik. 8 Kemudian pada tanggal 20 November 2007 dalam deklarasi ASEAN di Singapura sepuluh negara anggota ASEAN sepakat untuk menandatangani kesepakatan yang berisi cetak biru (blueprint) ASEAN Economic Community Dalam blueprint ASEAN Economic Community 2015 disepakati lima elemen penting dalam integrasi perekonomian ASEAN salah satunya adalah liberalisasi arus tenaga kerja. Pada liberalisasi arus tenaga kerja terjadi pembebasan arus tenaga kerja ahli terbatas sampai tahun 2020, selebihnya keseluruhan tenaga kerja (baik yang ahli maupun kurang ahli) bisa melakukan migrasi dengan bebas, tanpa memerlukan visa kerja khusus dan perizinan yang menyulitkan banyak tenaga kerja dari negara berkembang di ASEAN, misalnya Indonesia untuk mendokumentasikan data dirinya secara legal. 9 Hal ini tentu akan berpengaruh kepada tenaga kerja khususnya tenaga kerja terampil yang ada pada Negara-Negara anggota ASEAN yang menjadi subjek utama dalam penyediaan jasa bebas antar Negara anggota ASEAN. Untuk bisa tersedianya sektor jasa terutama sektor jasa dengan arus jasa yang bebas antar negara anggota ASEAN diperlukan tenaga kerja terampil sebagai pelaku utama yang terlibat dalam penyediaan arus jasa bebas tersebut. Hal ini didukung dengan adanya Mutual Recognition Agreements (MRAs) yang mengatur secara khusus sektorsektor tenaga kerja terampil yang ada di ASEAN yang kemudian akan dimaksimalkan dalam ASEAN Economic Community (AEC) MRA yang disepakati negara-negara anggota ASEAN cukup berbeda dari disepakati di Uni Eropa (UE) dan Australia-New Zealand (atau Trans-Tasmanian). Di Uni Eropa dan Australia-New 8 dari kerjasama ekonomi ASEAN, diakses pada tanggal 12 Februari Budi SP Nababan Loc.Cit. 5
6 Zealand Closer Economic Relations (ANCER), ada pergerakan secara bebas bagi setiap orang negara anggota. MRAs pada kualifikasi profesional lebih memudahkan gerakan tersebut. Sebaliknya, ASEAN tidak memungkinkan pergerakkan secara bebas orang dari negara-negara anggota ASEAN,Dengan demikian, dalam penerapannya MRAs juga dibatasi oleh peraturan imigrasi setiap negara anggota ASEAN. 10 Para Menteri Ekonomi ASEAN telah menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA) Framework on Accountancy Services, MRA on Medical Practitioner and MRA on Dental Practitioners. MRA Framework on Accountancy Services yang akan menjadi prinsip-prinsip dasar dan kerangka negosiasi bilateral atau multilateral. Sedangkan MRAs mengenai Medical Practitioners and Dental Practitioners diharapkan dapat memfasilitasi mobilitas qualified medical and dental practitioners di ASEAN. 11 Di samping itu juga telah ditandatangani MRAs di bidang engineering services, architectures services, nursing services and surveying and urged renewed efforts by the related professional bodies to implement the MRAs. Di samping itu juga telah ditandatangani MRAs di bidang engineering services, architectures services, nursing services and surveying and urged renewed efforts by the related professional bodies to implement the MRAs. Sedangkan Mutual Recognition Arrangements on Tourism Professionals, ditandatangani pada ASEAN Tourism Ministers Meeting pada bulan November Selain MRA sebagai rujukan utama dalam menjamin mobilitas tenaga kerja terampil, AFAS (Artikel 5 tentang domestic regulations on qualifications dan Artikel 6 tentang recognition on qualifications), dan AEC Blue Print secara jelas mengatur keleluasaan mobilitas tenaga kerja 10 Yoshimi Fukunaga, "Assesing the Progress of ASEAN MRAs on Professional Services", ERIA Discussion Paper Series, hal Ibid, hal Ibid. 6
7 terampil di ASEAN. Walau demikian, Chia Siow Yue (2013) mencatat bahwa ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi keleluasaan mobilitas tenaga kerja terampil yaitu: disparitas yang besar antara upah dan kesempatan kerja; geographical proximity dan lingkungan sosial-budaya dan bahasa; disparitas perkembangan sektor pendidikan antara negara di ASEAN dan; faktor kebijakan yang berlaku di setiap negara anggota. 13 Selanjutnya sebagai salah satu upaya untuk memaksimalkan implementasi liberalisasi sektor jasa yang sudah disepakati dalam AEC, ASEAN bergerak cepat dengan disepakatinya ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons (MNP) yang ditandatangani pada November Kesepakatan ini memberikan jaminan hak dan aturan tambahan yang sudah diatur di AFAS tentang MNP dan juga memfasilitasi MNP dalam menjalankan perdagangan dalam jasa dan investasi. Namun kesepakatan ini sekaligus juga memberikan perlindungan bagi integritas batas negara anggota ASEAN dan tentu perlindungan terhadap tenaga kerja domestik dan pekerjan tetap di negara-negara anggota ASEAN. 14 Seperti yang telah dijelaskan, MRA tidak menjamin adanya pergerakkan bebas dari para tenaga kerja terampil dikarenakan belum jelasnya pengaturuan mengenai peraturan imigrasi bagi para tenaga kerja terampil negara-negara anggota ASEAN. Dan dalam hal ini Perjanjian MNP, yang mencakup tidak hanya aturan layanan pekerja terampil tetapi semua sektor jasa yang ada di ASEAN, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam semua sektor jasa, dan memiliki potensi besar dalam memfasilitasi pergerakan tenaga kerja terampil. 15 Hal ini kemudian disusul dengan pembuatan ASEAN Qualifications Reference Framework (AQRF) yang membantu dalam hal menerjemahkan kualifikasi pekerja terampil dari negara asal ke 13 Chia Siow Yue, Free Flow of Skilled Labor in the AEC, dalam Urata, S. dan M. Okabe (ed), Toward a Competitive ASEAN Single Market: Sectoral Analysis, (Jakarta: ERIA Research Project Report ), hal Makmur Keliat dkk, "Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN" Laporan Penelitian ASEAN Study Center UI bekerjasama dengan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta, 2013, hal Yoshimi Fukunaga, Op.Cit, hal. 5 7
8 negara penerima tenaga kerja tersebut sehingga negara penerima dapat mengetahui sejauh apa kemampuan dari tenaga kerja terampil dari negara lain tersebut sesuai dibandingan dengan kualifikasi standard yang dimiliki oleh negaranya. Hal ini pada akhirnya akan membantu dalam hal penerapan MRA di ASEAN secara menyeluruh bagi negara-negara anggota ASEAN yang terlibat di dalamnya. Pada era pasar bebas ASEAN 2015, semua negara ASEAN akan berkompetisi memperebutkan lapangan kerja yang ada. Negara dengan kompetensi SDM tinggi akan mendapat kesempatan lebih unggul mendapatkan keuntungan ekonomi dalam Negara-negara di ASEAN bebas untuk masuk bekerja ke negara tujuannya. Dengan kata lain, tenaga kerja terampil dari negara ASEAN akan memasuki pasar kerja di Tanah Air. Masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia akan menjadi ancaman apabila tenaga kerja Indonesia tidak memiliki kemampuan yang sebanding untuk bekerja di negara lain. 16 Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah bahwa kebijakan luar negeri, termasuk kesepakatan Indonesia pada perjanjian untuk melakukan liberalisasi sektor jasa, bukanlah perundingan yang hanya berada di satu tingkat saja. Pemerintah tidak hanya berunding dengan negara anggota ASEAN yang lain, namun juga dengan rakyatnya sendiri. Dalam kajian hubungan internasional, Robert Putnam sejak jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwa diplomasi adalah sebuah two level game. 17 Ada kepentingan-kepentingan di dalam negeri yang harus diajak berunding dalam implementasi liberalisasi sektor jasa di Indonesia dalam kaitan dengan diimplementasikannya free flow of services di Indonesia yang ikut menjadi bagian masyarakat ASEAN Economic Community. 16 M. Ari Sabilah Rahman, "Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN", Jurnal Hubungan Internasional UNMUL, (Vol.03, Nomor 01, 2015), hal Robert Putnam, Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two Level Games, International Organization, 42(3), 1988, hal
9 Peningkatan kualitas SDM baik angkatan kerja maupun pekerja dalam negeri harus dapat mendapatkan perhatian yang serius oleh pemerintah maupun pihak swasta agar dapat bersaing dengan tenaga kerja terampil (skilled labor) yang masuk dari luar negeri yang merupakan dampak diberlakukannya MEA Salah satu upaya yang perlu dilakukan yaitu, dengan menyiapkan kebijakan nasional yang mengarah kepada pengembangan dan peningkatan kualitas SDM tenaga kerja dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil yang mampu bersaing dengan tenaga kerja terampil negara anggota ASEAN lainnya. 18 Peningkatan kualitas SDM tersebut harus didukung pula dengan kebijakan atau regulasi pemerintah. B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, untuk menguraikan dan memberikan arahan yang terperinci dari pembahasa ini, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa sajakah perjanjian yang menjadi dasar penerapan Free flow of services negara-negara anggota ASEAN? 2. Bagaimanakah implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 terhadap mobilitas tenaga kerja terampil negara-negara anggota ASEAN? 3. Bagaimanakah pengaturan hukum ekonomi internasional dan hukum nasional Indonesia mengenai hubungan free flow of services dengan tenaga kerja terampil dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015? 18 Muhammad Fadli, "Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015" jurnal Rechsvinding online, (vol. 3 Nomor 02, Agustus 2014), hal
10 C. Tujuan Penelitian Tujuan penilitian merupakan suatu bentuk pencapaian yang hendak diperoleh dalam suatu penilitian ilmiah. Dengan dikemukakannya tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka arah penelitian ini akan semakin difokuskan atau terpusat dalam suatu pembahasan yang optimal. Sehubungan dengan penulisan yang dilakukan, maka secara khusus penulisan ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui perjanjian yang menjadi dasar penerapan Free flow of services negaranegara anggota ASEAN. 2. Untuk mengetahui implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 terhadap mobilitas tenaga kerja terampil negara-negara anggota ASEAN. 3. Untuk mengetahui pengaturan hukum ekonomi internasional dan hukum nasional Indonesia mengenai hubungan free flow of services dengan tenaga kerja terampil dalam dalam ASEAN Economic Community (AEC) D. Manfaat Penulisan Penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam tataran teoritis maupun dalam tataran praktis. Penulisan ini mempunyai manfaat teoritis untuk dapat menambah dan memperluas perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum internasional mengenai kebijakan free flow of services terhadap tenaga kerja terampil negara-negara anggota ASEAN dalam Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ditinjau dari perspektif hukum ekonomi internasional dan nasional. Selain itu juga, diharapkan penilitian ini mempunyai manfaat bagi kalangan akademisi, lembaga pemerintah sebagai tambahan informasi mengenai arus jasa bebas (free flow of 10
11 services), dan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagipraktisi untuk melakukan perbaikan dan optimalisasi kebijakan melalui kerangka ASEAN sesuai dengan sesuai dengan perspektif hukum ekonomi internasional. E. Tinjauan Pustaka Sebagai titik tolak dari perumusan tinjauan pustaka, dapat diuraikan beberapa konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Aturan Internasional menurut J.G. Starke, Aturan atau hukum internasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya di taati dalam hubungan antarnegara. Free flow of services, merupakan salah satu dari lima elemen penting cetak biru ASEAN Economic Community (AEC) 2015 berupa pembebasan arus jasa antara negara-negara anggota ASEAN sehingga negara-negara anggota ASEAN dapat terhubung dalam sektor jasa secara keseluruhan. Tenaga kerja terampil, merupakan bagian khusus dari angkatan kerja dengan pendidikan lanjutan sehingga memenuhi kualifikasi keterampilan. Dimana setiap Negara memiliki kualifikasi tertentu mengenai keterampilan tenaga kerja yang bekerja pada negara tersebut. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), organisasi regional beranggotakan negara-negara kawasan Asia Tenggara, terdiri dari Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos,Myanmar dan Vietnam. AEC (ASEAN Economic Community), merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara negara-negara anggota ASEAN. 11
12 F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode hukum normatif. Penelitian hukum normatif atau yuridis normatif, yakni merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan tertulis dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada pada masyarakat. 19 Nama lain dari penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum doktrinal, juga disebut sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen. 20 Penelitian ini membahas doktrindoktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum 21 melalui kajian asas-asas hukum internasional, konvensi-konvensi, dan kerangka perjanjian internasional. Adapun sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, yaitupenelitian yang dimaksud untuk memeberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi obyek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat membantu memperkuat teori lama atau member teori baru, 22 dengan membatasi kerangka studi kepada suatu tinjauan perangkat hukum internasional terhadap liberalisasi perdagangan jasa. 2. Data Penelitian Materi dalam skripsi ini diambil dari data seperti dimaksud dibawah ini : a. Bahan hukum primer, yaitu : Perjanjian antara negara yang dibuat oleh negara-negara anggota ASEAN pada bidang jasa khususnya sektor jasa yang berkaitan dengan tenaga kerja terampil dan ketentuan peraturan 19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta; Universitas Indonesia Press, 2005), hal Bambang Soegono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, edisi 8, 2006), hlm Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2010), hlm diambil dari Law Education, diakses pada tanggal 13 Februari
13 perundang-undangan dalam kerangka hukum nasional Indonesia pada bidang jasa khususnya di delapan sektor prioritas dan UU SPK sebagai dasar standarisasi kualifikasi tenaga kerja di Indonesia. b. Bahan hukum sekunder, yaitu : Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai free flow of services serta tenaga kerja terampil pada AEC, seperti seminar atau makalah dari pakar hukum, koran, majalah, artikel, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas. c. Bahan hukum tersier, yaitu : Mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing yang digunakan dalam skripsi ini. 3. Teknik pengumpulan data Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 4. Analisis data Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok 13
14 permasalahan. Kualitatif yaitu metode yang diperoleh menurut kualitas kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan. G. Keaslian Penulisan Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa penelitian tentang Tinjauan Yuridis terhadap kebijakan free flow services terhadap tenaga kerja terampil negara-negara anggota ASEAN dalam implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ditinjau dari perspektif hukum ekonomi internasional dan nasional belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan permasalahan yang sama. Penulisan ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional,obyektif dan terbuka. Penulisan ini merupakan hasil karya sendiri, yang mana sumbernya diperoleh dari peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional, buku-buku, literatur dan media elektronik yang menunjang dalam pembuatan penilitian ini, dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah. H. Sistematika Penulisan Secara umum, sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab. Bab satu merupakan pendahuluan, bab ini, menguraikan latar belakang dari permasalahan dari penulisan ini. Melalui latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi tiga rumusan permasalahan yang akan dibahas dan dikaji, diuraikan juga tujuan danmanfaat dalam penulisan. Selanjutnya untuk memudahkan penelitian, dijelaskan tinjauan pustaka dan metode penelitian. Uraian mengenai keaslian penulis, 14
15 menyatakan bahwa penulisan ini belum pernah dilakukan dalam pendekatan dari perumusan permasalahan yang sama dan sistematika penulisan sebagai gambaran dari keseluruhan isi dari penelitian. Bab dua berjudul Dasar Penerapan Free Flow of Services Negara-negara ASEAN. Bab ini dipaparkan mengenai prinsip dan mekanisme ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), dan dikaji juga Mutual Recognition Agreement (MRA) dalam sektor jasa berkaitan dengan bisnis, kesehatan dan tenaga profesional kepariwisataan, kelanjutan mekanisme ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yaitu ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons (MNP) dan dasar kualifikasi pekerja dalam ASEAN Qualifications Reference Framework (AQRF). Bab tiga berjudul Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Terhadap Mobilitas Tenaga Kerja Terampil Negara-Negara Anggota ASEAN. Bab ini dipaparkan mengenai struktur ASEAN Economic Community (AEC) 2015, hal-hal yang menjadi faktor terjadinya mobilitas tenaga kerja terampil ASEAN, serta perkembangan terkait mobilitas tenaga kerja antar negara anggota ASEAN dan juga mobilitas tenaga kerja terampil sebagai bentuk implementasi ASEAN Economic Community (AEC) Bab empat berjudul Pengaturan Hukum Ekonomi Internasional dan Hukum Nasional Indonesia Mengenai Hubungan Free Flow of Services dengan Tenaga Kerja Terampil dalam ASEAN Economic Community (AEC) Bab ini dipaparkan mengenai pengaturan free flow of services dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Hubungan antara free flow of services dengan daya saing tenaga kerja negara-negara anggota ASEAN, kebijakan Negara-Negara anggota ASEAN dengan adanya free flow of services yang berkaitan dengan tenaga kerja terampil antar negara 15
16 anggota ASEAN, dan tinjauan hukum nasional yang berlaku di Indonesia mengenai kebijakan pemerintah menghadapi free flow of services dalam ASEAN Economic Community (AEC) Bab lima sebagai penutup, memuat kesimpulan dari penellitian yang merupakan jawaban dari pokok permasalahan yang diungkapkan dalam bab pendahuluan dan saran sebagai rekomendasi yang dapat disumbangkan dalam upaya persiapan menghadapi liberalisasi perdagangan bebas khususnya sektor jasa. 16
Professional Veterinarian
Professional Veterinarian MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 : SIAPKAH PROFESI VETERINER INDONESIA? Bambang Pontjo Priosoeryanto, Ketua III Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia PENDAHULUAN
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Organisasi Regional di Asia Tenggara dimulai dari inisiatif pemerintah di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015
STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 Disajikan oleh : Kepala Pusat Perencanaan &Pendayagunaan SDMK Pada RAKORNAS ISMKI 2014 Jakarta, 11 Oktober 2014
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciPELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP)
PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA 2015 Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP) (tesna@ut.ac.id) Abstrak MEA akan diberlakukan tanggal 31 Desember 2015, maka akan menyebabkan aliran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciPengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP
Pengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF 2020 Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP Implementasi MEA 2015 Pada Tahap Awal Di Prioritaskan Pada 12 Sektor Lima Aliran Bebas (Free
Lebih terperinciIna Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menampung dan mewujudkan aspirasi tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melakukan upaya pencegahan terhadap ancaman internal maupun eksternal terhadap kawasan Asia Tenggara di masa mendatang, menciptakan integrasi regional,
Lebih terperinciKata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.
1 HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Oleh I Gusti Ayu Agung Ratih Maha Iswari Dwija Putri Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Program Kekhususan Hukum Internasional,
Lebih terperinciPENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA. Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI Pendahuluan Indonesia meliputi 17 504 pulau dengan 240 juta
Lebih terperinciPROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA
PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PROGRAM INDONESIA KOMPETEN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
STRATEGI DAN PROGRAM INDONESIA KOMPETEN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN dipresentasikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit indrajit@post.harvard.edu SEKILAS TENTANG MEA 2015 MEA in a Glimpse Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik
Lebih terperinciANALISIS KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA KONTRAKTOR DI SURABAYA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
ANALISIS KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA KONTRAKTOR DI SURABAYA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Raynaldo Vea Winanda 1, Devin Ham 2 and Paulus Nugraha 3 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional, dan internasional
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JASA PROFESIONAL ARSITEKTUR INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Atiqah Anugrah*, FX. Joko Priyono, Darminto Hartono Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciKeywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly
KAJIAN PENGATURAN TERHADAP STANDAR PRODUK PRIORITAS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DALAM KAITANNYA DENGAN PRAKTIK MONOPOLI Oleh: I Gusti Putu Ngurah Satriawibawa I
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Farida Nur Hidayah 1, Kholis Roisah 2 r_kholis@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. definisi tersebut tidak dapat bertahan sebagai suatu deskripsi komprehensif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai suatu kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan antar negara-negara. Definisi tradisional ini dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:
DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu juga
Lebih terperinciLIBERALISASI PERDAGANGAN. Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global. Urip Sedyowidodo
LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA TENAGA KERJA Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global Urip Sedyowidodo 1 ASEAN Mutual Recognition Arrangement Pada tgl.19 November 2007, negara-negara ASEAN menandatangani
Lebih terperinciKESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN. Dasril Rangkuti. Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN
KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN Dasril Rangkuti Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN The single integrated AEC/MEA kawasan bebas perdagangan barang, modal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa
Lebih terperinciPENINGKATAN PELAKSANAAN PERJANJIAN-PERJANJIAN ASEAN Oleh: Dina Kurniasaril
A. PENINGKATAN PELAKSANAAN PERJANJIAN-PERJANJIAN ASEAN Oleh: Dina Kurniasaril LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang terintegrasi pada tahun 2015, maka saat ini ASEAN telah
Lebih terperinciPROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI
Lebih terperinciBAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003
BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Sejarah Singkat Pembentukan MEA Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara- negara anggota telah meletakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciPERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL
PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciPustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1
Pustakawan Asia Tenggara menghadapi Globalisasi dan Pasar Bebas 1 Arif Surachman 2 Abstrak Masyarakat di dunia saat ini sedang menghadapi globalisasi yang sedemikian deras dan kesepakatan pasar bebas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa dihindari oleh suatu negara sebagai anggota masyarakat internasional. Salah satu bentuk liberalisasi
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciMasyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)
Masyarakat Ekonomi ASEAN Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06) Tingkat Daya Saing Global Negara-Negara Asean Negara Peringkat 2013 Peringkat 2014 Peringkat 2015 Singapura
Lebih terperinciMEMBANGUN TIM EFEKTIF
MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciTANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts
TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN
Lebih terperinciMAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA
MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN
22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari berbagai bentuk pembangunan. Perkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal
Lebih terperinci: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan
Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA. Komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
PERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA Oleh: Silvi Ch. Sumantil A. LATAR BELAKANG Dalam rangka terciptanya Komunitas Ekonomi ASEAN melalui liberalisasi di perdagangan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X. Jl. Tamansari No.1 Bandung
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Liberalisasi Bidang Jasa dan Tenaga Kerja dalam ASEAN Mutual Recognation Arrangement on Medical Practitioners dan Implementasi Perlindungan Hukumnya bagi Praktisi Medis/Dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciKondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015
Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015 Dr Hargianti Dini Iswandari, Drg,MM anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Semarang, 11 Oktober 2013 1 BENDERA NEGARA PENDUDUK
Lebih terperinciHARMONISASI PENGATURAN PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING DALAM SKEMA REGULASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
1 HARMONISASI PENGATURAN PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING DALAM SKEMA REGULASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Oleh: Ida Bagus Gede Satya Wibawa Antara Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Abstrak Harmonisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2 Konsumen sebagaimana yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa asing,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008
BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Jl. BungaAsoka Gg. AndalasNo. 1 AsamKumbang, Medan Cellphone : 0813 62260213, 77729765 E-mail
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KESEPAKATAN FREE FLOW OF SKILLED LABOR DI ASEAN DENGAN PERUBAHAN PRINSIP ORGANISASI ASEAN S K R I P S I
HUBUNGAN ANTARA KESEPAKATAN FREE FLOW OF SKILLED LABOR DI ASEAN DENGAN PERUBAHAN PRINSIP ORGANISASI ASEAN S K R I P S I OLEH CHURIN HAYATI ALIN NIM 070810030 PROGRAM STUDI SARJANA ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO
TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1) pada Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini tidak bisa dipungkiri keberadaan masyarakat semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini tidak bisa dipungkiri keberadaan masyarakat semakin kritis dalam melihat setiap situasi yang terjadi, terlebih setiap perkembangan dalam hal ekonomi,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,
96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa poin yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dan sekaligus akan menjawab rumusan masalah,
Lebih terperinciyaitu menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang selalu berusaha untuk memajukan negaranya. Dewasa kini Indonesia termasuk di dalam wilayah negara ASEAN yang mengalami
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %
BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang cukup dan mampu menjalani hidup tanpa harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiap-tiap individu yang dilahirkan di dunia ini pasti sangat mengharapkan memiliki ekonomi yang cukup dan mampu menjalani hidup tanpa harus menghiraukan besok makan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan pintar dalam membaca peluang pasar dari segi produk dan pemasaran sehingga dapat memenangkan
Lebih terperinci