BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

KELURAHAN SELINDUNG BARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Penggunaan Lahan di Kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

I. Permasalahan yang Dihadapi

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

Chyntia Sami Bhayangkara 1. Mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FMIPA UT. korespondensi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PASAR KOTA MADIUN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang Teknopolis sebagai ruang lingkup penelitian, lalu dilanjutkan dengan pemaparan mengenai rumusan masalah, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai melalui analisis yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Konsep teknopolis sudah bukan lagi konsep baru dalam suatu pengembangan kota. Konsep teknopolis ini telah berkembang di beberapa negara seperti Akademegorodok di Rusia dan Tsukuba di Jepang. Selain sebagai pusat teknologi, teknopolis juga jadi jembatan interaksi antara institusi riset yang mengembangkan sains dan teknologi, dengan pihak industri yang menjadi kapital, dan pemerintah dalam tata kelola dan regulasi, sehingga melahirkan inovasi. Di dalam Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun 2014-2034 telah dijelaskan bahwa tujuan penataan ruang Sub Wilayah Perkotaan adalah pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Konsep Teknopolis ini terinspirasi dai Silicon Valley yang berada di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Wilayah Bandung Utara yang makin padat dari tahun ke tahun tidak mungkin dapat menampung penduduk dengan segala aktivitasnya. Tidak heran ketika pengembang besar mulai melirik daerah lain seperti untuk membangun kawasan permukiman dan perkantoran. Sekitar 17 hektare lahan disiapkan untuk pembangunan teknopolis. Sebagian besar lahan dimiliki oleh salah satu pengembang besar, sisanya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, Pertamina, dan pemangku kepentingan lain. Total ada 8 pemangku kepentingan dalam kawasan teknopolis ini. Walau pun begitu, pengembang besar juga sudah memiliki lahan di sekitar kawasan yang rencananya akan dibangun teknopolis, termasuk lahan yang awalnya dimiliki oleh warga untuk bercocok tanam dan lahan yang menjadi habitat burung blekok. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya rencana pembangunan teknopolis pun, pembangunan di akan tetap berlangsung dengan sendirinya (Kusumadewi, 2016). Di satu sisi, rencana teknopolis dapat mengontrol masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pengembang. Perlu diketahui bahwa Bandung hanya memiliki 11% ruang terbuka hijau (RTH). Padahal menurut Undang-Undang Nomer 7 Tahun 2011 tentang Penataan Ruang luas minimal RTH adalah 30%, artinya Kota Bandung masih kekurangan RTH sebesar sekitar 19%. Selain kurangnya RTH, wilayah Kota Bandung yang berada di Cakungan Bandung merupakan wilayah yang rawan banjir karena alih fungsi lahan hijau. Menurut Rencana Induk 1

Pengembangan Pusat Primer Kawasan Tahun 2006, Kawasan juga merupakan kawasan tempat parkir air, sehingga mudah terjadi banjir. Belum lagi fakta bahwa kawasan di bagian selatan adalah tempat habitat burung blekok. Rencana teknopolis juga memanfaatkan lahan tidak hanya untuk permukiman, tetapi menjadi pust inovasi digital, sehingga dapat mendukung perusahaan start up yang didominasi oleh anak muda dan lahan dapat digunakan dengan lebih produktif. Teknopolis tidak hanya dapat mengontrol pembangunan di dengan menyediakan RTH, tetapi juga memanfaatkan lahan secara optimal. Pembangunan infrastruktur dan hadirnya pusat inovasi inilah yang kemudian dijadikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sebagai daya tarik baru bagi minat masyarakat untuk tinggal, khususnya bagi masyarakat Kota Bandung yang sekarang ini masih bertempat tinggal di wilayah Bandung Utara. Hal yang dapat dipertanyakan yaitu siapa yang akan menempati kota futuristik Teknopolis tersebut mengingat harga lahan di akan menjadi mahal. Harga lahan tersebut akan semakin meningkat karena pembangunan kelengkapan fasilitas oleh pengembang akan terus bertambah dari segi kuantitasnya dan meningkat dari segi kualitasnya seperti transportasi yang memadai, dekat dengan tempat bekerja, fasilitas menunjang lainnya, gedung pemerintahan yang rencananya dibangun juga tidak jauh, dan jalan yang mengubungkan kota primer dan kota besar lainnya yang mudah diakses. Warga sebagian bercocok tanam, memiliki usaha logam bubut, usaha pabrik skala menengah dan besar, atau bekerja di daerah lain (Kusumadewi, 2016). Sebagian warga yang bercocok tanam tersebut sudah menjual lahannya ke pengembang. Menyusul masyarakat di sekitar kawasan teknopolis lainnya ketika menyadari lahannya menjadi lebih mahal. Padahal lahan cocok tanam yang digarap oleh warga ini penting karena dapat menjadi lahan parkir air dan serapan. Selain problema petani ini, di juga terdapat berbagai macam pabrik skala menengah dan besar. Terdapat puluhan bengkel logam yang bernaung di bawah lingkungan industri kecil (LIK) yang dikelola oleh Pemprov Jawa Barat. Aktivitas ini merupakan usaha berbasis teknologi, namun tampaknya tidak selaras dengan teknopolis yang mengutamakan usaha teknologi informasi digital. Padahal potensi dari puluhan bengkel tersebut mampu melayani berbagai macam keperluan, dari pesanan skala kecil dan hingga mesin-mesin produksi yang membutuhkan presisi tinggi. Teknologi yang dipakai beragam, dari teknologi sederhana sampai teknologi tinggi yang lebih presisi. Sayangnya, kawasan LIK masih kirang diperhatikan. Jalan di sekitar kawasan LIK sering rusak akibat banjir yang datang hampir setiap musim hujan. Kawasan teknopolis memang cukup menguntungkan pelaku industri digital yang jelas butuh dukungan untuk bersaing di kancah global. Namun, warga yang sudah bertahun-tahun hidup dan memiliki usaha disana juga perlu diperhatikan. Jangan sampai 2

mereka merasa tersingkirkan, atau bahkan kehilangan lahan. Perlu ada keselarasan antara industri digital yang akan menempati ruang perkantoran dengan industri logam yang sudah berdiri. Selain itu, perlu juga ada keselarasan antara infrastruktur dan lingkungan yang menjadi habitat makhluk hidup lainnya. Untuk itu diperlukannya sebuah tinjauan mengenai sejauh mana Teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunannya, serta bagaimana perkiraan perubahan-perubahan eksternal maupun dampak di bidang sosial kependudukan, ekonomi, maupun lingkungan yang ditimbulkannya di masa depan. 1.2 Rumusan Masalah Dari penjabaran latar belakang tersebut, kami merumusakan beberapa permasalahan yang terkait konsep pengembangan Teknopolis. Berikut merupakan rumusan permasalahan dalam penelitian ini. 1. Bagaimana perubahan-perubahan eksternal di masa depan yang dapat mempengaruhi proyek teknopolis apabila dioperasikan? 2. Sejauh mana Teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunan nya? 3. Apa dampak Teknopolis terhadap kondisi penduduk, ekonomi, dan lingkungan? 1.3 Tujuan Tujuan dari laporan ini adalah menganalisis prospek pengembangan Teknopolis di masa depan. Sasaran yang ingin diketahui adalah: 1. Mengetahui perkiraan perubahan-perubahan eksternal di masa depan yang dapat mempengaruhi proyek teknopolis apabila dioperasikan. 2. Mengetahui sejauh mana teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunan teknopolis. 3. Mengetahui dampak teknopolis terhadap kondisi penduduk, ekonomi, dan lingkungan. 1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya meliputi pengumpulan data sekunder. 1.4.2 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Metode pemindaian lingkungan (environmental scanning) dengan teknik analisis yang dipakai yaitu teknik analisis strength, weakness, opportunity, dan threat (SWOT). 3

2. Metode skenario perencanaan (planning scenario) untuk membuat pilihan kondisikondisi yang dapat memungkinkan suatu proyek perencanaan dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuannya tersebut ditinjau dari faktor maupun kondisi yang memengaruhi. 3. Metode USG (Urgent, Serious, dan Growth) untuk menentukan pilihan prioritas berdasarkan teknik scoring atau pembobotan tingkat kepentingan ditanganinya suatu masalah, keseriusan persoalan yang dihadapi, dan kemungkinan tumbuh atau berkembangnya suatu masalah. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bagian pendahuluan, kami menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan. Bab II Landasan Teori Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori analisis futuristik, yaitu metode scenario planning, environmental scanning dan metode scoring Urgent Serious Growth (USG). Bab III Gambaran Umum Pada bab ini akan dipaparkan mengenai definisi proyek Teknopolis dan delineasi wilayah studi dalam penelitian beserta gambaran umum mengenai rencana pengembanganan proyek Teknopolis tersebut. Selain itu, hal yang akan dijelaskan yaitu meliputi interaksi Teknopolis terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan secara luas, serta perkiraan dampak dari Teknopolis terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan secara luas. Bab IV Pembahasan Pada bab ini akan dibahas mengenai perubahan-perubahan eksternal di masa depan, prospek Teknopolis dalam mewujudkan tujuan pembangunannya, serta dampak yang dapat ditimbulkan dari prospek tersebut terhadap kondisi sosial kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan. Bab V Penutup Pada bagian penutup, kami memaparkan kesimpulan terhadap hasil penelitian dan rekomendasi terhadap hasil penelitian. 4

2.1 Teori Environmental Scanning 2.1.1 Definisi Environmental Scanning MAKALAH PROSPEK TEKNOPOLIS GEDE BAGE BAB II LANDASAN TEORI Environmental scanning adalah suatu kegiatan pengumpulan dan analisis informasi eksternal dan internal yang digunakan untuk membantu memanajemen tindakan-tindakan yang akan dilakukan atas adanya suatu perubahan dimasa depan yang akan mempengaruhi perencanaan. Analisis dalam environmental scanning terbagi kedalam dua bagian, yaitu: 1) Analisis Eksternal Suatu aktivitas memahami perubahan di lingkungan eksternal yang mungkin mempengaruhi organisasi. Fahey dan Narayan (1986) menyarankan bahwa pemindaian ini dapat mengidentifikasi pola, memonitor tren dan pola spesifik, meramalkan arah dan pola perubahan masa depan, dan menilai dampak bagi organisasi mereka. 2) Analisis Internal Terdiri dari visi, misi, kekuatan, dan kelemahan organisasi organisasi. 2.1.2 Tujuan dan Sasaran Environmental Scanning Tujuan dari Environmental Scanning adalah untuk mengingatkan pembuat kebijakan akan potensi perubahan eksternal yang signifikan sebelum perubahan itu terealisasi sehingga pembuat kebijakan memiliki waktu yang cukup untuk menanggapi perubahan tersebut. Sedangkan sasaran dari Environmental Scanning adalah sebagai berikut. Terdeteksinya tren ilmiah, teknis, ekonomi,sosial dan politik dan kejadian/fenomena penting bagi suatu institusi Terdefinisinya potensi ancaman, peluang atau perubahan bagi suatu institusi yang diimplikasi melalui tren dan kejadian/fenomena tersebut Terpromosikannya arah masa depan dalam pemikiran manajer dan pegawai Manajer dan pegawai teringatkan akan adanya tren konvergensi, divergensi, percepatan, perlambatan atau interaksi. 2.1.3 Tipe Scanning Aguilar (1967) mengidentifikasi bahwa terdapat 4 tipe scanning, yaitu: 1) Undirected Viewing : Membaca berbagai publikasi dengan tidak memiliki tujuan spesifik. 2) Conditioned Viewing : Merespon informasi untuk menilai relevansinya dengan organisasi. 3) Informal Searching : Secara aktif mencari informasi spesifik tapi cenderung dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur. 5

4) Formal Searching : Cara proaktif scanning yang menggunakan metodologi formal untuk meliputi: memperoleh informasi spesifik yang sesuai dengan tujuan. Sedangkan Fahey, King, and Narayanan (1981) mengatakan bahwa tipe scanning 1) Irregular : Sistem yang digunakan ketika organisasi membutuhkan informasi untuk asumsi perencanaan dan melakukan scanning hanya untuk suatu tujaun tertentu. 2) Periodic : sistem yang digunakan ketika perencana secara secara periodik memperbaharui hasil scanning, sebagai persiapan untuk siklus perencaan yang baru. 3) Continuous : Sistem yang menggunakan cara scanning yang aktif mengumpulkan data untuk secara sistematis membentuk fungsi strategi perencanaan suatu organisasi. 2.1.4 Metode Environmental Scanning 1) SWOT Analysis : Strengths, Weakness, Oppurtunities, dan Threats. 2) PESTEL Analysis : Politics, Economics, Social, Technology, Environmental, dan Legal. 3) PEST Analysis : Politic, Economic, Social, dan Technology. 4) Scenario Planning 2.2 Metode USG Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 5 atau 1 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut. 1.) Urgency Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. 2.) Seriousness Tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak. Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan 6

masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri. 3.) Growth Tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah. Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri. Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG (urgency, seriousness, growth). No Masalah U S G Total 1 Masalah A 5 3 3 11 2 Masalah B 4 4 4 12 3 Masalah C 3 5 5 13 Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil). Atas dasar contoh tersebut maka isu yang merupakan prioritas adalah Isu C. 7

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Proyek 3.1.1 Definisi Teknopolis Pengembangan Pusat Primer adalah salah satu prioritas kebijakan pengembangan Pemerintah Kota Bandung yang dituangkan dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013. Pengembangan kawasan ini sangat penting, karena ditujukan untuk mendorong perkembangan wilayah Kota Bandung bagian Timur agar dapat mengurangi beban wilayah Bandung Barat dan Pusat Kota Primer Kota Bandung yang lama (alun-alun dan sekitarnya). Oleh karena itu, isu utama dalam pengembangan kawasan ini adalah kawasan yang berkelanjutan sebagai penggerak perkembangan dengan tingkat kualitas tinggi dan memiliki daya tarik investasi yang tinggi. 3.1.2 Delineasi Wilayah Kawasan Pusat Primer dengan luas sekitar 712.36 ha terletak di Bandung Timur (WP ). Bagian utara kawasan ini dibatasi oleh Jl. Soekarno Hatta, bagian selatan oleh Jalan Tol Padaleunyi, bagian barat oleh Jalan dan bagian timur dibatasi oleh Jalan Cimencrang. Kawasan Pengembangan Pusat Primer terletak di Kecamatan Rancasari (Kelurahan Derwati, Kelurahan Mekarwangi, Cisaranten Kidul, Kelurahan Derwati) dan Kecamatan Ujungberung (Kelurahan Cisaranten Wetan). Gambar 3.1.1 Delineasi Wilayah Technopolis Sumber: Rencana Induk Kawasan 8

Sumber: Rencana Induk Kawasan Kawasan Pusat Primer memiliki kontur yang relatif datar dengan kecenderungan dari arah utara ke selatan yang semakin menurun. Kemiringan lahan dominan antara 2 5% dan mempunyai ketinggian antara 662 670 meter di atas permukaan laut. Kawasan bagian selatan (sebelum Jalan T ol Padaleunyi) merupakan cekungan dan kawasan terletak pada lokasi genangan / banjir. 3.1.3 Rencana Teknopolis Gede Bage Kawasan pada prinsipnya di kembangkan untuk mengurangi beban aktivitas dan lalu lintas di pusat Kota Bandung yang sudah mencapai kapasitas maksimal. Keseriusan Pemerintah Kota Bandung untuk mengembangkan kawasan ini ditindaklanjuti dengan ditetapkannya kawasan perencanaan sebagai Pusat Primer Timur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2004-2013. Dalam RTRW Kota Bandung 2004-2005 ini, kegiatan yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan (Perguruan Tinggi dan Perpustakaan) 2. Kesehatan (Rumah Sakit tipe B dan rumah sakit gawat darurat) 3. Peribadatan (mesjid dan rumah ibadah lainnya) 4. Bina Sosial (gedung pertemuan umum 5. Komplek olahraga dengan gelanggang olahraga, Gedung seni tradisional, Taman kota. 6. Pelayanan Pemerintah, meliputi Pusat Bisnis dan Perkantoran untuk swasta, kantor pemerintahan, kantor pos wilayah, kantor kodim, kantor telekomunikasi wilayah, kantor PLN wilayah, kantor pdam wilayah, kantor urusan agama, pos pemadam kebakaran. 9

7. Perdagangan dan Jasa meliputi hotel dan mall, bangunan komersial, Pertokoan, pusat belanja, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain 8. Transportasi, meliputi stasiun kereta api, terminal dan parkir umum. Pengembangan Kawasan Bandung Timur merupakan salah satu program strategis pembangunan Pemerintah Kota Bandung pada saat ini dan mendatang. Pengembangan Kawasan Pusat Primer diproyeksikan memiliki fungsi beragam, meliputi pengembangan fungsi bisnis, komersial, olah raga, hunian maupun rekreasi. Fasilitas yang sudah ada di sekitar kawasan yaitu terminal peti kemas di Kota Bandung yang berskala pelayanan lokal, regional dan nasional. Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api. Selain itu, terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar propinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Lahan yang sebagian besar masih berupa persawahan (lahan kosong) akan memudahkan perancangan dan pembangunannya. 3.2 Interaksi 3.2.1 Interaksi Teknopolis Terhadap Lingkungan Sekitar dan Lingkungan Secara Luas (Makro) Pembangunan teknopolis tidak terlepas dengan interaksinya dengan lingkungan sekitar dan komponen-komponen pendukung terutama pada ketersediaan saranaprasarana. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pembangunan teknopolis. 1) Penyediaan Air Bersih. Penyediaan air bersih cukup sulit. Pelayanan PDAM terbatas dan kondisi sumber air lain (sungai) yang tercemar limbah domestik dan industri. Namun demikian, hasil penyelidikan air baku yang menemukan sumber air tanah dangkal dan dalam serta sistem kolam retensi dan drainase yang diterapkan akan dapat mampu melayani kebutuhan air di Wilayah dengan melengkapi penambahan instalasi pengolahan air untuk memenuhi kualitas air minum. Rencana penyediaan air bersih dalam kawasan dirancang dengan alternatif-alternatif sebagai berikut. a. Dari luar kawasan dengan tambahan pengembangan jaringan. b. Pemanfaatan wet pond. c. Pemanfaatan air pada underground storage di ruang terbuk a hijau. 2) Tapak yang terletak pada cekungan dengan kondisi geologi yang kurang begitu baik dan lokasi genangan/banjir 10

3) Tapak terletak pada lokasi yang rentan gempa, oleh karena itu dalam pembangunannya diperlukan konstruksi bangunan tahan gempa. Sekitar 17 hektare lahan disiapkan untuk pembangunan Teknpolis. Sebagian besar lahan dimiliki oleh sebuah perusahaan pengembang besar, sisanya dimiliki oleh Pemprov Jawa Barat, Pertamina, dan stakeholder lain. Total ada 8 stakeholder dalam sebuah dalam kawasan teknopolis ini. Walaupun begitu, perusahaan pengembang ini juga sudah memiliki lahan di sekitar kawasan yang rencananya akan dibangun teknopolis, termasuk lahan yang awalnya dimiliki oleh warga untuk bercocok tanam dan lahan yang menjadi habitat burung Blekok. Di satu sisi, rencana Teknopolis dapat mengontrol masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pengembang. Perlu diketahui bahwa bandung hanya memiliki 11% Ruang Terbuka Hijau (RTH). Padahal menurut Undang-Undang Penataan Ruang luas minimal RTH adalah 30%, artinya Kota Bandung masih kekurangan RTH sebesar sekitar 19%. Selain kurangnya RTH, Wilayah Kota Bandung yang berada di Cekungan Bandung merupakan wilayah yang rawan banjir karena alih fungsi lahan hijau. Kawasan juga merupakan kawasan tempat parkir air, sehingga mudah terjadi banjir. Rencana Teknopolis juga memanfaatkan lahan tidak hanya untuk permukiman, tetapi menjadi pusat inovasi digital, sehingga dapat mendukung perusahaan startup yang didominasi oleh anak muda dan lahan dapat digunakan dengan lebih produktif. Teknopolis tidak hanya dapat mengontrol pembangunan di gedebage dengan menyediakan RTH, tetapi juga memanfaatkan lahan secara optimal. Namun, Di juga ada berbagai macam pabrik skala menengah dan besar. Terdapat puluhan bengkel logam yang bernaung di bawah Lingkungan Industri Kecil (LIK) yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Aktivitas ini merupakan usaha berbasis teknologi, namun nampaknya tidak selaras dengan Teknopolis yang mengutamakan usaha teknologi informasi digital. Penggunaan lahan dominan di Kawasan Pusat Primer saat ini adalah persawahan. Diluar itu penggunaan lahan campuran antara perdagangan, industri, kawasan perumahan dan penggunaan pemerintahan/perkantoran lainnya. Wilayah Pengembangan memang berfungsi sebagai kawasan permukiman, industri, jasa dan perkantoran serta pusat kegiatan ekspor impor berupa Terminal Peti Kemas. Kawasan industri, jasa dan perdagangan memiliki skala pelayanan untuk wilayah regional dan Terminal Peti Kemas melayani skala Kota Bandung. 3.2.2 Perkiraan Dampak dari Teknopolis Terhadap Lingkungan Sekitar dan Lingkungan Secara Luas (Makro) Pembangunan yang dilakukan akan menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan, baik dampak negatif maupun dampak positif. Pada penjelasan sebelumnya telah 11

dipaparkan tujuan seperti apa yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota Bandung melalui pembangunan teknopolis. Teknopolis akan dibangun di daerah, Kota Bandung dengan luas 712,36 Ha. Perkiraan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan sebagai Teknopolis ini diantaranya: 1. Teknolopis menjadi pusat kegiatan baru di Kota Bandung, sehingga beban kegiatan kota yang selama ini terpusat di Alun-alun dapat terdistribusi ke Bandung bagian timur 2. Tumbuhnya perekonomian kota Bandung terutama melalui ekonomi kreatif, bisnis dan teknologi. Namun dari beberapa dampak positif yang diharapkan dapat tercipta dengan dibangunnya teknolopis ini, juga terdapat kemungkinan dampak negative yang ditimbulkan, yaitu: 1. Alih fungsi lahan pertanian untuk dikembangkan menjadi teknopolis sehingga petani akan kehilangan matapencarian 2. merupakan kawasan yang rawan banjir dan terjadi genangan sehingga jika tidak direncanakan dengan baik akan menimbulkan limpasan air yang cukup tinggi 3. Terjadi urban sprawl dan pertumbuhan tidak terkendali di sekitar teknopolis 4. Terjadi ketimpangan wilayah. Selain itu, dengan adanya pembangunan Terminal Induk, akan memberikan dampak terhadap percepatan pengembangan Wilayah Pengembangan dan sekitarnya. Wilayah telah memiliki beberapa kegiatan penting yang dapat menjadi faktor pemicu perkembangan yaitu terminal peti kemas, pasar induk, beberapa per tokoan, dan beberapa lingkungan permukiman baru. Di kawasan Timur Bandung ini telah tumbuh dan berkembang berbagai kegiatan ekonomi, baik yang berskala lokal, regional, maupun nasional. Ada pun dampak dari teknopolis belum tentu terjadi sebab masa depan masih bisa dibentuk berdasarkan proses perencanaan yang dilakukan. 12

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perubahan-Perubahan Eksternal di Masa Depan Perubahan-perubahan eksternal adalah berbagai perubahan yang kemungkinan akan terjadi yang akan memengaruhi Teknopolis. Perubahan-perubahan eksternal yang dimaksud adalah kemungkinan kesempatan dan/atau ancaman yang akan ikut mengiringi pembangunan Teknopolis. Tabel 4.1.1 Opportunity dan Treat Opportunity Sumber Treat Sumber 1. Pemindahan sebagian Jabar.metro.ne 1. Semakin banyak Teori Kota buku SKPD ws.com urbanisasi penduduk, bu Nia, cek hal 92 masuknya penduduk dari luar bandung ke Bandung dan berkurangnya lahan pertanian 2. Akan dibangunnya RTRWN 2. Adanya Technopolis di Literatur jalan bebas hambatan gedebage sebagai pusat (ujung berung-gedebage- pelayanan kota Bandung majalaya) sebagai bagian dapat menyebabkan dari jaringan jalan ketimpangan dengan nasional wilayah sekitarnya dan menyebabkan urban sprawl 3. Terdapat rencana RIK 3. Transparansi rencana m.tempo.co penambahan struktur pembangunan (https://m.tempo penunjang generator dikhawatirkan rawan.co/read/news/20 aktivitas, yaitu terminal mafia tanah dan harga 15/03/24/0796525 bus antar provinsi, sub pembebasan lahan 92/proyek- terminal angkutan dalam membengkak bandung- kota serta penambahan technopolis- fasilitas stasiun kereta ridwan-kamil- penumpang pada kawasan takut-mafia- tanah) 13

Opportunity Sumber Treat Sumber 4. Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional RIK 4. Lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon m.tempo.co (https://m.tempo.co/read/news/20 15/03/19/0586513 62/ridwan-kamilhentikanpembangunansummarecon) Sumber : Hasil Analisis, 2016 Ada beberapa perubahan eksternal yang akan terjadi dan menjadi keuntungan untuk pembangunan Teknopolis. Teknopolis akan menjadi salah satu pusat kegiatan tambahan bagi Kota Bandung, sehingga beberapa kegiatan yang biasanya terpusat di alun-alun kota Bandung sebagian akan dipindahkan ke Teknopolis, salah satunya pemindahan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Adanya penempatan beberapa SKPD di akan memudahkan beberapa proses birokrasi bagi Bandung bagian timur. Akan dibangun juga beberapa infrastruktur disekitar kawasan Teknopolis sebagai pendukung kegiatan, seperti akan dibangun jalan bebas hambatan (Ujungberung- -Majalaya) sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Lalu, terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Pembangunan infrastruktur tesebut menjadi hal yang krusial karena dalam mendukung tujuan teknopolis yang ingin dikembangkan menjadi pusat bisnis dan ekonomi selain menjadi pusat teknologi. Dengan pembangunan berbagai infrastruktur aksesibilitas Teknopolis akan sangat tinggi sehingga dapat mendukung berbagai kebutuhan dan kegiatan di internal maupun eksternal kawasan. Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional. Pada Rencana Induk Kawasan disebutkan bahwa salah satu guna lahan eksisting di kawasan tersebut adalah adanya terminal peti kemas sebagai pusat kegiatan ekspor dan impor. Hal tersebut dapat mendukung fungsi kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Terminal peti kemas yang sudah ada menjadi salah satu keuntungan bagi teknopolis sebagai salah satu faktor pemicu bagi perkembangan kawasan tersebut. Selain adanya keuntungan yang akan diperoleh Teknopolis dari lingkungan eksternalnya, terdapat juga beberapa ancaman yang diperkirakan dapat menghambat tercapainya tujuan Teknopolis sebagaimana yang diharapkan pemerintah. 14

Dikembangkan sebagai teknopolis tentu akan menjadi pull factor terjadinya urbanisasi penduduk dari luar Bandung ke dalam Kota Bandung. Dengan meningkatnya jumlah urbanisasi yang terjadi maka intensitas kegiatan di Kota Bandung terutama di Kawasan Teknopolis akan meningkat sehingga kebutuhan ruang juga ikut meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian di untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dampak lanjutan dari berkurangnya lahan pertanian yang ada saat ini akan membuat petani harus mencari matapencarian yang lain. Dengan keterbatasan kemampuan SDM, para petani harus beralih profesi yang memungkinkan untuk dikerjakan, seperti menjadi buruh atau pekerja kasar. Dengan berkurangnya lahan pertanian dan pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran maka akan meningkatkan limpasan air hujan dan memperparah banjir dan genangan yang selalu terjadi di, terutama jika masalah banjir ini tidak ditangani dengan serius. Adanya Teknopolis di sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya. Teknopolis akan semakin berkembang dan dikhawatirkan tidak terjadi penetesan perkembangan yang dirasakan Teknopolis ke daerah sekitarnya. Selain itu, pengembangan teknopolis akan memicu terjadinya urban sprawl dan pembangunan lain yang tidak terencana. Ada pun kekhawatiran lain yang mengiringi proses pembangunan Teknopolis ini adalah transparansi rencana pembangunan. Dikhawatirkan proses pembebasan lahan akan rawan mafia tanah sehingga harga pembebasan lahan membengkak. Dengan rencana strategis yang coba diwujudkan di teknopolis ini akan memicu harga lahan yang tinggi. Selain itu, lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon dari total lahan Teknopolis sebesar 712,36 Ha. Sehingga hamper dari setengah luas Teknopolis merupakan milik swasta dan dikahawatirkan akan menimbulkan dampak terhadap kepemilikan lahan. 4.2 Prospek Pengembangan Teknopolis 4.2.1 Prospek Teknopolis dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunannya Menurut RDTR Kota Bandung Tahun 2014-2034, Prospek Teknopolis memiliki tujuan pembangunan sebagai pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Untuk melihat sejauh mana Teknopolis diperkirakan dapat mewujudkan tujuan pembangunannya dianalisis dengan metode scenario planning. Metode ini merupakan metode yang memperhitungkan kondisi-kondisi yang dapat memungkinkan Teknopolis dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya tersebut. Kemungkinan dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya dilihat dari indikator faktor yang dapat menghambat maupun mendukung pembangunan Teknopolis. Dalam penelitian ini, 15

dibuat skenario mengenai prospek Teknopolis dalam mewujudkan tujuan pembangunannya yang mempertimbangkan faktor dan kondisi di wilayah studi. Gambar 4.2.1 Skenario Prospek Teknopolis Mewujudkan Tujuan Pembangunannya Sumber: Hasil Analisis, 2016 Skenario yang pertama yaitu kemungkinan Prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstenal. Faktor internal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki kekuatan (strength), sedangkan faktor eksternal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki peluang (opportunity). Berikut ini merupakan tabel faktor internal berupa kekuatan dan peluang yang ada ditinjau dari kondisi sosial kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan yang ada di. Tabel 4.2.1 Faktor Internal yang Dapat Mewujudkan Tujuan Pembangunan Teknopolis Kondisi Strength Sumber Kondisi Opportunity Sumber Fisik Lingkun gan Perencanaan Teknopolis seluas 712,34 Ha. Fisik Lingkun gan RTRWN Tahun 2008 RIK Gedebag e Tahun 2006 Akan dibangunnya jalan bebas hambatan (ujung berung-gedebagemajalaya) sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. 16

Kondisi Strength Sumber Kondisi Opportunity Sumber sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). RIK Tahun 2006 Ekonom i Kebijakan dasar pengembangan PPK adalah urban development. Infrastruktur wifi yang dibangun ditargetkan mencapai 40.000 namun yang baru dibangun 5000. direncanakan sebagai pengembangan pusat primer Kota Bandung bagian timur untuk mengurangi beban bandung barat. Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api. Pengembangan jalan tol dan adanya jalur SUTET menjadi potensi dan kekhasan Teknopolis. difokuskan untuk pusat bisnis yang bergerak di bidang teknologi dan informasi dan satusatunya pusat sillicon valley di Indonesia. Sumber: Hasil Analisis, 2016 RDTR Kota Bandung Tahun 2014-2034 RDTR Kota Bandung Tahun 2014-2034 techinas ia.com diakses 19 Mei 2016 RDTR Kota Bandung Tahun 2014-2034 RIK Gedebag e Tahun 2006 RIK Gedebag e Tahun 2006 republik a.co.id diakses 19 Mei 2016 Sosial Kependu dukan Terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional. Pemindahan sebagian SKPD dari Bandung Utara ke Bandung Timur (). RIK Tahun 2006 jabar.metr o.news.co m diakses 19 Mei 2016 17

Sedangkan skenario yang kedua yaitu kemungkinan Prospek Teknopolis tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstenal. Faktor internal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal yang dipertimbangkan adalah faktor yang memiliki ancaman (threat). Berikut ini merupakan tabel faktor internal berupa kelemahan dan ancaman yang ada ditinjau dari kondisi sosial kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan yang ada di. Tabel 4.2.2 Faktor Eksternal yang Dapat Mewujudkan Tujuan Pembangunan Teknopolis Kondis i Fisik Lingku ngan Weakness Tapak berada di kawasan rawan bencana (potensi genangan dan banjir). Penyediaan air bersih cukup sulit. Perumahan tidak terencana berkembang di sepanjang Jalan dan Jalan Cimencrang serta bagian utara kawasan primer. Sebagian besar lahan masih berupa persawahan (lahan kosong). Sumber RIK Tahun 2006 RIK Tahun 2006 RIK Tahun 2006 RIK Tahun 2006 Kondis i Sosial Kepen duduk an Ekono mi Treat 1. Semakin banyak urbanisasi penduduk, masuknya penduduk dari luar bandung ke Bandung dan berkurangnya lahan pertanian (S) 2. Adanya Technopolis di gedebage sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya dan menyebabkan urban sprawl (E) 3. Transparansi rencana pembangunan dikhawatirkan rawan mafia tanah dan harga pembebasan lahan membengkak (E)) 4. Lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon (E) Sumber Kurniasih dan Kustiwan. 2009. Pengenatar Perencanaan Kota. Kota Bandung: Penerbit ITB. Kurniasih dan Kustiwan. 2009. Pengenatar Perencanaan Kota. Kota Bandung: Penerbit ITB. m.tempo.co m (https://m.t empo.co/rea d/news/2015 /03/24/0796 52592/proye k-bandungtechnopolisridwankamil-takutmafia-tanah) diakses 19 Mei 2016 m.tempo.co m (https://m.t empo.co/rea d/news/2015 /03/19/0586 18

Kondis i Ekono mi Weakness Alih fungsi lahan akan sangat besar di Kawasan Bandung Timur. Debit limpasan kawasan pusat primer pada 2031 diperkirakan meningkat sebesar 53% (132,05 m3/detik) dikarenakan perubahan guna lahan secara luas dan perubahan iklim. Butuh anggaran yang besar untuk setiap pembangunan Teknopolis yang akan dilakukan. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Sumber www.bandu ngaktual.co m diakses 19 Mei 2016 republika.c o.id diakses 19 Mei 2016 Dwiputri, Marselly. 2015. Jurnal PWK Volume 3 No 2: Identifikasi Debit Limpasan Air Permukaan Keruangan Sebagai Pusat Primer Kedua Kota Bandung. MAKALAH PROSPEK TEKNOPOLIS GEDE BAGE Kondis i Treat Sumber 51362/ridwa n-kamilhentikanpembanguna n- summarecon) diakses 19 Mei 2016 Setelah mengelompokkan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi prospek pengembangan Teknopolis, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode USG untuk mendapatkan skenario kemungkinan sejauh mana prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya. Metode USG (Urgent Serious Growth) adalah metode untuk menentukan skenario prioritas berdasarkan teknik scoring. Teknik scoring dilakukan dengan cara memberikan pembobotan terhadap tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan dari tiap skenario dengan skala nilai 1-3. Skenario yang memiliki total skor 19

atau nilai tertinggi dijadikan sebagai skenario prospek Teknopolis yang diperkirakan dapat atau tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya. Pembobotan dengan skala 1-3 ditentukan berdasarkan indikator kemungkinan terjadi paling besar di masa depan yang dipilih serta asumsi skenario bahwa faktor kekuatan dan peluang dapat mendukung Teknopolis mewujudkan tujuan pembangunannya dan faktor kelemahan dan ancaman dapat menghambat Teknopolis mewujudkan tujuan pembangunannya. Berdasarkan arahan RTRW Kota Bandung tahun 2011-2031, RDTR Kota Bandung Tahun 2014-2034, dan RIK Tahun 2006 diperoleh arahan pengembangan untuk. Arahan dari dokumen formal tersebut dalam metode USG diberi bobot 3, kondisi faktor yang bersumber dari berbagai literatur seperti jurnal, tugas akhir, dan lain sebagainya diberi bobot 2, sedangkan kondisi faktor yang bersumber dari media populer diberi bobot 1. Setelah dilakukan pembobotan mengenai sumber kondisi faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi sejauh mana prospek Teknopolis, kemudian diberi skor lagi terkait tingkat kepentingan persoalan (urgent) yang diprioritaskan, keseriusan persoalan (serious), dan tumbuh atau berkembangnya masalah (growth). Untuk pembobotannya, urgent diberi bobot 3, serious diberi bobot 2, sedangkan growth diberi bobot 3. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil skor dari masing-masing skenario pengembangan Teknopolis sebagai berikut. Tabel 4.2.3 Hasil Scoring Skenario Menggunakan Metode USG Sumber: Hasil Analisis, 2016 20

Berdasarkan dari hasil analisis metode USG terhadap skenario, diperoleh bahwa 51,04% prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya sebagai pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Sedangkan sebesar 48,96% lainnya menunjukkan bahwa prospek Teknopolis tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya tersebut. Hasil tersebut dapat dikatakan seimbang, bahwa dari faktor yang dapat memengaruhi prospek Teknopolis tersebut dapat mendukung maupun menghamabat keberjalanan pembangunannya. Sehingga tidak dapat dikatakan bahwa dengan persentase 51,04% tersebut prospek dapat berhasil mengingat faktor yang dapat menghambat pembangunannya menunjukkan kemungkinan ketidakberhasilan yang cukup tinggi sebesar 48,96%. 4.3 Dampak Pengembangan Teknopolis Pengembangan technopolis memiliki dampak yang bisa dibilang cukup besar terhadap kondisi sosial kependudukan, ekonomi dan lingkungan. Kondisi kondisi tersebut kami lihat berdasarkan faktor internal dan eksternal dari pembangunan kawasan technopolis gedebage. Kondisi-kondisi tersebut terbagi kedalam strength, weakness, opportunity dan threat. 1. Kondisi Sosial Kependudukan Tabel 4.3.1 Kondisi Sosial Kependudukan Sosial Kependudukan Strength Weakness Opportunity Threat Pemindahan sebagian SKPD dari Bandung Barat ke Bandung Timur (). Semakin banyak urbanisasi penduduk, masuknya penduduk dari luar bandung ke Bandung dan berkurangnya lahan pertanian. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Dari tabel kondisi sosial kependudukan diatas dapat kita lihat bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan technopolis gedebage berasal dari eksternal. Pemindahan sebagian SKPD dari Bandung Barat ke Bandung Timur, selain memudahkan proses birokrasi Bandung Timur, ini juga akan berpengaruh pada sosial dari masyarakat masyarakat Bandung Timur. Sedangkan dampak lain terkait kependudukan adalah adanya perpindahan penduduk, 21

dari luar kedalam maupun dari dalam keluar kawasan technopolis gedebage. Selain itu adanya kawasan technopolis ini menyebabkan kurangnya lahan pertanian di kawasan, sehingga pekerjaan dari sektor pertanian mengalami penurunan. Bukan hanya penduduk luar Bandung yang banyak pindah ke Bandung, begitu juga sebaliknya, warga Bandung yang tidak bisa membeli rumah di kawasan teknopolis walaupun awalnyya tinggal di kawawan tersebut harus pindah ke tempat lain bahkan keluar dari kota Bandung. 2. Kondisi Ekonomi Tabel 4.3.2 Kondisi Ekonomi Ekonomi Strength Weakness Opportunity Threat difokuskan untuk pusat bisnis yang bergerak di bidang teknologi dan informasi dan satusatunya pusat sillicon valley di Indonesia. Butuh anggaran yang besar untuk setiap pembangunan Teknopolis yang akan dilakukan. Adanya Technopolis di gedebage sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya dan menyebabkan urban sprawl Transparansi rencana pembangunan dikhawatirkan rawan mafia tanah dan harga pembebasan lahan membengkak Lahan seluas 300 Ha dimiliki oleh PT. Summarecon. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa faktor eksternal yang memiliki dampak pada perekonomian cukup besar. Hal ini dapat terlihat dari cukup besarnya lahan yang dimiliki oleh swasta, sehingga dikhawatirkan besarnya keuntungan dari pembangunan technopolis ini tidak mengalir pada masyarakat, namun pada pihak swasta. Selain itu adanya pemusatan pada kawasan ini dapat menimbulkan ketimpangan pada wilayah sekitarnya, 22

terlebih disekitar kawasan ini sudah termasuk daerah luar Bandung. Walaupun technopolis memiliki kelebihan dalam pusat bisnis IT yang digadang-gadang akan menjadi dan satusatunya pusat sillicon valley di Indonesia, namun tetap saja dibutuhkan anggaran yang besar untuk setiap pembangunan Teknopolis yang akan dilakukan sehingga ketergantungan ekonomi pada swasta dalam pembangunan ini sangat besar. Disisi lain pembangunan ini akan berdampak besar pada peningkatan ekonomi masyarakat Bandung karena dapat menyerap tenaga kerja, tapi disisi lain ada pula pekerjaan yang hilang, seperti pertanian. 3. Kondisi Fisik Lingkungan Tabel 4.3.3 Kondisi Fisik Lingkungan Fisik Lingkungan Strength Weakness Opportunity Threat Perencanaan Teknopolis seluas 712,34 Ha. Tapak berada di kawasan rawan bencana (potensi genangan dan banjir). Akan dibangunnya jalan bebas hambatan (ujung berung-gedebagemajalaya) sebagai bagian dari jaringan jalan nasional sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Penyediaan air bersih cukup sulit. Terdapat rencana penambahan struktur penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada kawasan. Kebijakan dasar pengembangan PPK adalah urban development. Perumahan tidak terencana berkembang di sepanjang Jalan dan Jalan Cimencrang serta bagian utara kawasan primer Di sekitar kawasan memiliki fasilitas peti kemas di Kota Bandung dengan skala pelayanan lokal, regional, nasional. 23

Fisik Lingkungan Strength Weakness Opportunity Threat Infrastruktur wifi yang dibangun ditargetkan mencapai 40.000 namun yang baru dibangun 5000. direncanakan sebagai pengembangan pusat primer Kota Bandung bagian timur untuk mengurangi beban bandung barat. Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api. Pengembangan jalan tol dan adanya jalur SUTET menjadi potensi dan Sebagian besar lahan masih berupa persawahan (lahan kosong) Alih fungsi lahan akan sangat besar di Kawasan Bandung Timur. Debit limpasan kawasan pusat primer pada 2031 diperkirakan meningkat sebesar 53% (132,05 m3/detik) dikarenakan perubahan guna lahan secara luas dan perubahan iklim. 24

Fisik Lingkungan Strength Weakness Opportunity Threat kekhasan Teknopolis. Sumber: Hasil Analisis, 2016 Kondisi fisik lingkungan merupakan kondisi yang paling terpengaruh dengan adanya pembangunan technopolis gedebage ini, dilihat dari tabel diatas terdapat kekuatan maupun kelemahan dan kesempatan yang memiliki dampak pada fisik lingkungan. Pembangunan fisik kawasan technopolis gedebage sangatlah mencolok karena dari sisi lingkungan yang akan dibangun secara masal. Kawasan yang cukup terkenal dengan luasnya sawah dan pertaniannya akan berubah menjadi kawasan yang lebih banyak difungsikan untuk kegiatankegiatan non pertanian seperti perkantoran, bisnis berbasis IT dan teknologi, retail dan perdagangan jasa. Setelah pembangunan ini dapat difungsikan, kawasan ini akan menjadi Pusat Pelayanan Kota Bandung yang melayani Bandung Timur. Konsentrasi dari Bandung pun akan terpecah menjadi 2 kawasan, hal ini dinilai baik karena dapat mengurangi beban kota Bandung di alun-alun. Selain menjadi Pusat Pelayanan Kota, Kawasan gedebage khususnya Technopolis akan menjadi pusat IT bagi masyarakat bandung, dimana setiap kegiatan yang berbasis teknologi maupun bisnis yang bergerak dalam bidang IT akan diaglomerasikan pada kawasan ini. Kawasan technopolis akan menjadi silicon valleynya Indonesia. Sesuai dengan tujuan rencana pembangunannya untuk menjadi pusat pelayanan pemerintah sekaligus menciptakan kota pintar berbasis teknologi dan IT. 25

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Adanya pembangunan Teknopolis mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan eksetrnal yang berdampak positif maupun negative bagi lingkungan sekitar maupun lingkungan dalam artian luas. Diantara perubahan eksternal dan dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut. Adanya penempatan beberapa SKPD di akan memudahkan beberapa proses birokrasi bagi Bandung bagian timur. Dengan pembangunan berbagai infrastruktur aksesibilitas Teknopolis akan sangat tinggi sehingga dapat mendukung berbagai kebutuhan dan kegiatan di internal maupun eksternal kawasan. Terminal peti kemas yang sudah ada menjadi salah satu keuntungan bagi teknopolis sebagai salah satu faktor pemicu bagi perkembangan kawasan tersebut. Dikembangkan sebagai teknopolis tentu akan menjadi pull factor terjadinya urbanisasi penduduk dari luar Bandung ke dalam Kota Bandung sehingga membuat kebutuhan ruang juga ikut meningkat dan mengurangi lahan pertanian. Adanya Teknopolis di sebagai pusat pelayanan kota Bandung dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya dan memicu terjadinya urban sprawl dan pembangunan lain yang tidak terencana. Berdampak besar pada peningkatan ekonomi masyarakat Bandung karena dapat menyerap tenaga kerja, tapi disisi lain ada pula pekerjaan yang hilang, seperti pertanian. Kawasan technopolis akan menjadi silicon valleynya Indonesia. Sesuai dengan tujuan rencana pembangunannya untuk menjadi pusat pelayanan pemerintah sekaligus menciptakan kota pintar berbasis teknologi dan IT. Untuk prospeknya sendiri, Berdasarkan dari hasil analisis metode USG terhadap skenario, diperoleh bahwa 51,04% prospek Teknopolis dapat mewujudkan tujuan pembangunannya sebagai pengembangan kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis. Sedangkan sebesar 48,96% lainnya menunjukkan bahwa prospek Teknopolis tidak dapat mewujudkan tujuan pembangunannya tersebut. 26

5.2 Rekomendasi MAKALAH PROSPEK TEKNOPOLIS GEDE BAGE Berikut beberapa strategi yang direkomendasikan penulis untuk prospek Teknopolis di masa depan. Dengan luasannya yang cukup luas dapat memungkinkan adanya lokasi SKPD yang sesuai. infrastruktur Wifi selain sebagai penunjang bisnis dan masyarakat akan berpengaruh pula dalam menunjang SKPD dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan public. yang difokuskan untuk pusat bisnis dalam bidang teknologi dan informasi ditunjang dengan dibangunnya jalan bebas hambatan sehingga memudahkan pergerakan orang. Harus diadakan evaluasi kebijakan dasar pengembangan PPK sebagai urban development karena dengan semakin tingginya angka urbanisasi penduduk di Kota Bandung dapat mengurangi lahan pertanian yang ada di, padahal lahan di sangat cocok untuk kawasan pertanian. Kawasan Teknopolis yang memiliki aksesibilitas tinggi baik dari jalan utama regional, akses dari jalan tol, serta aksesibilitas kereta api, harus direncanakan secara terpadu agar laju mobilitas dari luar Bandung ke Bandung tetap terkendali dan berpotensi mengembangkan ekonomi. Rencana Pemkot Bandung mengenai yang difokuskan sebagai pusat bisnis bidang teknologi dan informasi serta dijadikan satu-satunya pusat sillicon valley di Indonesia, harus mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat agar tidak dapat menyebabkan ketimpangan dengan wilayah sekitarnya. Dengan adanya perencanaan Teknopolis seluas 712 hektar, harus adanya perencanaan lahan yang terintegrasi dari pihak Pemkot Bandung karena hampir setengahnya telah dimiliki oleh PT Summarecon. Diperlukan sistem pengendalian banjir atau sistem drainase yang baik untuk mengurangi risiko bencana. Mengendalikan perkembangan kota agar biaya penyediaan jaringan infrastruktur seperti air bersih dapat efisien, menambah jaringan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih, selain itu menerapkan water harvesting. Pengendalian pertumbuhan kota di sekitar teknopolis untuk menghindari urban sprawl dan perumahan tidak terencana. Pengendaliaan harga tanah untuk menghindari mafia tanah. Optimalisasi penambahan terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang dengan memanfaatkan lahan kosong yang banyak. 27

Penambahan kuantitas dan kualitas penunjang generator aktivitas seperti terminal bus antar provinsi, sub terminal angkutan dalam kota dan fasilitas stasiun kereta untuk menutupi beban anggaran yang banyak. Pengoptimalan peti kemas skala local, regional, dan internasional untuk meningkatkan pemasukan biaya cukai untuk menutupi beban anggaran. 28