BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Sugiarto Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat kosentrasi kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, meliputi kegiatan industri, perkantoran, hingga hunian. Perkembangan kegiatan masyarakat berdampak pada bentuk perkembangan kota. Terdapat dua bentuk perkembangan kota, yaitu kota berkembang ke segala arah dengan mempertahankan kepadatan penduduk yang hampir merata, serta kota berkembang hanya terkonsentrasi pada satu atau beberapa bagian kota, sehingga terjadi perbedaan kepadatan penduduk dalam suatu kota (Santoso, 2006). Contoh bentuk perkembangan kota yang pertama terdapat pada kota-kota di Jerman, sementara bentuk yang kedua biasanya terjadi pada kota-kota yang menjadi pusat ekonomi, baik di negara maju maupun berkembang. Kemajuan teknologi merupakan faktor pendorong perkembangan kegiatan masyarakat dan kota. Sebagai contoh, penemuan mesin industri telah mempengaruhi cara hidup warga kota. Pada masa pra-industrialisasi kebanyakan produk kebutuhan manusia dihasilkan dari home indsutry. Jumlahnya pun terbatas, karena kebanyakan produk tersebut dihasilkan dari mesin tenaga air yang tergantung pada sungai. Sesudah penemuan mesin uap, tempat produksinya dipindah ke pabrik yang dapat ditempatkan dimana saja. Oleh karena itu, banyak pabrik di bangun pada daerah yang banyak calon pekerjanya, yaitu di perkotaan (Catanese dan Snyder, 1979). Sistem industri tergantung pada pergerakan barang, yang menggunakan transportasi darat, air, dan udara. Pada masa pra-industrialisasi pergerakan barangnya menggunakan perahu, karena banyak home indsutry berada di dekat aliran sungai. Namun setelah penemuan mesin uap, pergerakan barang menggunakan kereta api uap karena lebih cepat (Catanese dan Snyder, 1979). Kondisi tersebut berimplikasi pada meningkatnya hasil produksi pabrik di perkotaan. Peningkatan hasil produksi yang dibarengi dengan bertambahnya jumlah pabrik, berdampak pada kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Namun, berkurangnya calon 1
2 pekerja di kota telah mendorong arus urbanisasi, sehingga kepadatan penduduk kota meningkat. Pertambahan penduduk tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana kota untuk aktivitas hidup warga, seperti infrastruktur hingga hunian. Implikasinya adalah tumbuh permukiman kumuh, polusi udara, dan kemacetan kendaraan (Eisner, 1993). Kota pun menjadi tidak menarik lagi untuk di huni. Gambar 1.1. Implikasi dari Pertumbuhan Penduduk dan Kemajuan Teknologi Sumber: (di akses Agustus 2007) Keinginan untuk mendapatkan lingkungan tempat tinggal yang lebih nyaman dari warga kota, telah mendorong perkembangan kota ke arah pinggiran. Keadaan tersebut diikuti dengan perpindahan aktivitas ekonomi ke pinggiran kota guna mencari lahan yang lebih murah, seperti aktivitas perdagangan dan pabrik. Akibatnya terdapat bangunan dan jalur kereta di pusat kota yang tidak digunakan lagi, sehingga menjadi usang dan menurun kualitas fisiknya (Tiesdell, 1996; Eisner, 1993). Keusangan yang tidak terkendali dapat menyebabkan vitalitasnya jadi menurun. Agar vitalitas bagian kota tidak menurun, maka perlu dilakukan upaya perbaikan dan regenerasi. Strategi perbaikannya dapat dilakukan dengan urban renewal. Urban renewal merupakan upaya untuk menata dan menstruktur ulang suatu fungsi bagian kota melalui pemanfaatan potensi yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas fisik, sosial, dan ekonomi (Tiesdell, 1996). Upaya tersebut sudah banyak dilakukan oleh negara-negara di benua Amerika, Eropa, dan Asia lainnya, seperti Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Jepang, dan Australia. Kondisi bagian kota yang menurun vitalitasnya terjadi juga di Kiaracondong Bandung, yaitu pada lahan milik PT KAI (Gambar 1.2). Lahan tersebut awalnya memiliki fungsi penggunaan sebagai gudang, bengkel kereta, serta tempat pendidikan dan pelatihan. Namun sekarang, bangunannya bertambah tua, mengalami kerusakan 2
3 kualitas fisik, dan aktivitasnya sudah ditinggalkan (underused) 1. Padahal, kota Bandung masih membutuhkan lahan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pemanfaatan lahan yang di bawah kapasitasnya dan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. Gambar 1.2. Posisi Lokasi Perencanaan di Kota Bandung Sumber Peta: Dinas Tata Kota Kotamadya Bandung. Melalui upaya urban renewal lahan PT KAI dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Upaya pengoptimalan lahan dapat dilakukan melalui perencanaan kegiatan multi fungsi yang lebih sesuai dengan aktivitas di sekitarnya. Kegiatan multi fungsi yang dapat direncanakan, antara lain fungsi komersial-retail, komersialperkantoran, hunian, dan fasilitas pelayanan umum kota. Tujuannya agar tercipta kawasan terpadu, sehingga lahan tersebut dapat meningkat vitalitasnya. Kemudian fungsi yang menjadi studi kasus di lahan ini adalah rumah susun sederhana sewa (rusunawa), karena kehidupan lingkungannya dapat membantu menghidupkan kawasan. Rusunawa ini dimaksudkan juga untuk mendukung aktivitas di sekitarnya, seperti rusunawa untuk pekerja pabrik dan perkantoran. 1 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bp. Kusyono dari pihak PT.KAI (Persero) DAOPS II Bandung, Bagian Pengembangan Properti/DITBANGUS KF,
4 Upaya urban renewal terhadap lahan PT. KAI dapat dilakukan, karena ada beberapa potensi yang dimiliki. Pertama, lahan cukup luas, sekitar 43 hektar dan dimiliki secara tunggal oleh pihak PT.KAI 2. Yang kedua, lokasinya strategis dan berada di tengah-tengah kawasan perdagangan, perkantoran, industri, permukiman, serta stasiun kereta api. Kemudian yang terakhir, dilalui oleh jalan Kiaracondong di sebelah Timur dan jalan Laswi di sebelah Barat yang berfungsi sebagai jalan utama kota. Selain berpotensi, lahan PT KAI juga memiliki kendala, yaitu minimnya aksesibilitas menuju dan di dalam lahan. Pada lahan seluas 43 hektar hanya terdapat 3 akses menuju lahan, sehingga perlu dibuat lebih banyak akses baru guna mendorong upaya urban renewal. Kemudian masalah lainnya, PT KAI tidak memiliki biaya untuk mengembangkan lahannya. Untuk mengatasinya perlu dilakukan upaya kerjasama dengan pihak swasta maupun pemerintah guna mengembangkan lokasi perencanaan. 1.2 Asumsi Pengembangan Pengembangan lahan milik PT KAI pada kawasan Kiaracondong Bandung akan menggunakan beberapa asumsi pengembangan dalam proses perencanaan. Adapun asumsi-asumsi yang akan digunakan, antara lain: 1. Sudah adanya investor yang akan membangun lahan. 2. Lahan seluas 43 hektar pada lokasi perencanaan adalah sepenuhnya milik PT KAI, meskipun ada yang disewakan untuk fungsi lain, yaitu tempat bensin. Oleh karena itu pengadaan dan pembebasan lahan menjadi tanggung jawab pihak PT KAI. 3. Rencana pembangunan stasiun moda transportasi baru yaitu skytrain. Moda baru ini rencananya memiliki rute, stasiun di lokasi perencanaan dengan Stasiun Bandung. 1.3 Rumusan Masalah Yang menjadi kajian rumusan masalah pada tesis perencanaan ini, adalah: 1. Merumuskan permasalahan dan potensi yang terdapat pada lokasi perencanaan. 2. Merumuskan struktur kawasan dalam lokasi perencanaan kaitannya dengan upaya urban renewal. 2 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bp. Kusyono dari pihak PT.KAI (Persero) DAOPS II Bandung, Bagian Pengembangan Properti/DITBANGUS KF,
5 3. Merumuskan pengembangan rumah susun sederhana sewa yang akan dilakukan dalam upaya urban renewal, yang dapat mendukung kawasan tersebut. 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan yang dilakukan pada tesis perencanaan ini meliputi: 1. Pembahasan teori dan aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk penanganan urban renewal pada lokasi perencanaan. 2. Pembahasan teori dan studi banding dibatasi pada topik rumah susun dalam konteks urban renewal. 3. Perencanaan fungsi lokasi perencanaan dan perencanaan model hunian dibatasi pada perencanaan yang sesuai dengan kondisi tapak Lokasi Perencanaan Gambar 1.3. Peta Lokasi Perencanaan Sumber Peta: Dinas Tata Kota Kotamadya Bandung Lokasi perencanaan meliputi tanah dan bangunan milik PT. KAI (Persero) seluas ± 43 hektar, yang berada diantara jalan Laswi dan jalan Kiaracondong. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung Tahun 2013, lokasi perencanaan termasuk dalam wilayah pengembangan Karees yang rencananya akan 5
6 dikembangkan sebagai kawasan perdagangan, industri, perkantoran, dan permukiman. Lokasi perencanaan memiliki batas-batas fisik sebagai berikut: 1. Sebelah Utara : Jalan Sukabumi dan Jalan Sukabumi Dalam. 2. Sebelah Selatan : Jalur rel kereta api. 3. Sebelah Timur : Jalan Kiaracondong. 4. Sebelah Barat : Jalan Laswi/Lingkar Selatan 1.5 Tujuan dan Manfaat Perencanaan Tujuan Perencanaan Perencanaan ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan vitalitas lokasi perencanaan. 2. Memberikan kemudahan bagi para pekerja industri dalam memperoleh tempat tinggal, serta mendorong upaya penataan kawasan permukiman sekitar yang padat Manfaat Perencanaan Manfaat dari perencanaan ini adalah: 1. Bagi pihak PT.KAI, kajian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan upaya penataan dan pengembangan kawasan di masa mendatang. 2. Secara akademik, kajian ini dapat menjadi bahan referensi dan kutipan untuk melakukan perencanaan lebih lanjut mengenai upaya urban renewal dan pengadaan hunian di pusat kota. 1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah: 1. Kajian teori dan pengumpulan data lapangan yang berkaitan dengan kajian studi meliputi 3 hal. Pertama, pemahaman dan pendalaman terhadap kasus melalui kajian teoritis dan kajian empiris, yang berkaitan dengan urban renewal dan rumah susun. Yang kedua, melakukan survey lapangan dan pengumpulan data yang berkaitan langsung dengan peraturan daerah setempat, seperti peta kawasan dan RTRW Kota Bandung Tahun Kemudian yang terakhir, melalui pengumpulan asumsi 6
7 pengembangan yang diperoleh dari RTRW Kota Bandung Tahun 2013 dan hasil wawancara dengan pihak PT.KAI selaku pemilik lahan. 2. Merumuskan kerangka fikir urban renewal serta merumuskan kriteria dan prinsip perencanaan yang diperoleh dari kajian teori, yang berfungsi sebagai pisau analisa dan alat untuk merumuskan konsep pengembangan lokasi perencanaan. 3. Menganalisis lokasi perencanaan terkait dengan beberapa faktor fisik, yaitu peruntukan lahan makro, aksesibilitas kawasan sekitar terhadap lokasi perencanaan, dan intensitas bangunan (Weaver, 1964; Eisner, 1993). 4. Menganalisis aspek-aspek fisik pengembangan rumah susun sederhana sewa, meliputi aspek lokasi rusunawa dan bangunan rusunawa (Panudju, 1997). 5. Merumuskan konsep pengembangan lokasi perencanaan, meliputi peruntukan lahan, aksesibilitas kawasan sekitar terhadap lokasi, serta intensitas bangunan. 6. Merumuskan konsep pengembangan rusunawa, meliputi konsep lokasi, unit hunian, ketinggian bangunan, keragaman fungsi, serta perawatan dan pemeliharaan. 7. Melakukan simulasi pengembangan lokasi perencanaan dan desain rusunawa. 7
8 LATAR BELAKANG Menguraikan perkembangan bagian kota yang mengalami kemunduran dan mulai ditinggalkan, sehingga menjadi tidak produktif lagi. Hal ini menjadi dasar untuk melakukan upaya urban renewal, untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut melalui pemanfaatan lahan dengan multi fungsi agar kebutuhan penduduk dapat terlayani secara baik dalam satu kawasan. Salah satunya adalah dalam bentuk pengadaan fungsi hunian. KAJIAN TEORITIS Terkait dengan teori-teori: 1) Pengertian urban renewal 2) Faktor dalam urban renewal, yaitu lokasi, pelaku, dan waktu. 3) Peruntukan lahan, Intensitas bangunan, dan Aksesibilitas. 4) Sistem Pembiayaan & Kerjasama 5) Rumah Susun KAJIAN TEORI KAJIAN EMPIRIS Terkait dengan contoh-contoh kasus serupa di Negara lain yang memiliki kesamaan dengan kajian studi: 1) The Singapura. 2) Maharashtra Housing, Mumbai. 3) Roppongi Hilss, Tokyo. 4) King s Cross, London. DATA LAPANGAN Rencana Umum Tata Ruang Kota Bandung Tahun 2013 Rencana Umum PT KAI ( data dan rencana pengembangan tapak) Peta kawasan perencanaan Data dan informasi spesifik yang menyangkut kawasan perencanaan. ANALISIS TAPAK DAN KAWASAN Kerangka fikir urban renewal yang akan digunakan untuk menganalisis kawasan, serta merumuskan pengembangan lokasi perencanaan dan hunian. Analisis kawasan berdasarkan kerangka fikir urban renewal yang diperoleh dari kajian teori, yang bertujuan untuk melihat permasalahan kawasan, potensi yang dimiliki kawasan, serta prospek pengembangan ke depannya yang berkaitan dengan upaya urban renewal. KRITERIA DAN PRINSIP PERENCANAAN lokasi perencanaan dan rusun dalam konteks urban renewal POTENSI DAN PERMASALAHAN lokasi perencanaan dan rusun dalam konteks urban renewal RUMUSAN DAN KONSEP PENGEMBANGAN LOKASI PERENCANAAN SERTA HUNIAN SIMULASI MASTERPLAN DAN DESAIN HUNIAN KESIMPULAN Gambar 1.4. Diagram Sistematika Pembahasan Sumber: Hasil Analisis. 8
9 1.7 Sistematika Penulisan Tesis Untuk mempermudah penulisan tesis ini maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang tersusun menurut bobot kepentingan materi yang bertumpu pada topik utama. Tesis akan diuraikan dalam beberapa bab secara berurutan dari latar belakang hingga proses perancangan dan kesimpulannya. BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian mengenai garis besar latar belakang pemilihan topik, rumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan dan kegunaan kajian, serta sistematika penulisan tesis. BAB II STRATEGI URBAN RENEWAL Bagian ini akan membahas beberapa terminologi yang menjadi kata kunci dalam topik tesis ini, landasan teori, dan studi banding tentang proyek sejenis. Kesimpulan dari kajian teori dan studi banding akan digunakan untuk menganalisis kawasan perencanaan dan pengembangan hunian. BAB III ANALISIS KAWASAN DAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Berisi tentang identifikasi dan analisis kawasan perencanaan yang bertujuan untuk melihat permasalahan kawasan terkait dengan urban renewal, potensi yang dimiliki kawasan, serta prospek pengembangan kawasan ke depannya. BAB IV KONSEP PENGEMBANGAN LAHAN MILIK PT KAI DAN MODEL RUSUNAWA. Menguraikan konsep pengembangan lokasi perencanaan dan model rumah susun yang sesuai dengan kondisi tapak, seperti sistem sirkulasi, peruntukan lahan, tipe unit rumah susun, siapa penggunanya, cara pemakaian unit hunian, dll. BAB V PENUTUP Pada bagian akhir ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil perencanaan ini. 9
BAB III ANALISIS KAWASAN DAN RUMAH SUSUN SEDERHANA
BAB III ANALISIS KAWASAN DAN RUMAH SUSUN SEDERHANA 3.1 Identifikasi Kawasan 3.1.1 Sejarah Kawasan Kota Bandung terbagi oleh Sungai Cikapundung menjadi dua bagian yaitu Bandung Barat dan Bandung Timur,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN RUSUNAWA SEBAGAI BAGIAN KEGIATAN URBAN RENEWAL PADA LAHAN MILIK PT. KAI DI KIARACONDONG TESIS
PENGEMBANGAN RUSUNAWA SEBAGAI BAGIAN KEGIATAN URBAN RENEWAL PADA LAHAN MILIK PT. KAI DI KIARACONDONG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PENGEMBANGAN LAHAN MILIK PT KAI DAN MODEL RUSUNAWA
BAB IV KONSEP PENGEMBANGAN LAHAN MILIK PT KAI DAN MODEL RUSUNAWA 4.1 Konsep Dasar Pengembangan Lahan Berdasarkan hasil analisis lokasi perencanaan, diperoleh 4 permasalahan fisik yang terkait dengan upaya
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi modern saat ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi utama di beberapa kota besar di Indonesia,
Lebih terperinci: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif
MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas di sekitarnya, seperti perkantoran,
Lebih terperinciTERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).
Lebih terperinciREDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI BAB I PENDAHULUAN BAB I. Universitas Sumatera Utara 4. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I 4 PENDAHULUAN REDESAIN STASIUN KERETA API TEBING TINGGI 1.1 Latar Belakang Stasiun adalah salah satu tempat perpindahan moda, dimana dalam jumlah besar manusia dan kendaraan berkumpul
Lebih terperinci2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciTERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terminal sebagai simpul transportasi membantu peningkatan pelayanan operasi transportasi jalan raya. Dengan adanya terminal sebagai tempat keberangkatan, pemberhentian
Lebih terperinciREDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : NOVAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN Kota Medan merupakan kota yang berada di posisi strategis IMT-GT (Indonesia- Malaysia-Thailand Growt Triangle) dari keadaan itu pula kota Medan menjadi salah satu Kawasan Strategis Nasional.
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah kendaraan pengangkut barang atau manusia di atas jarak yang diberikan (oleh kendaraan), misalnya transportasi manusia oleh kereta api, bis atau pesawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hotel Kapsul adalah salah satu tempat penginapan yang berkembang di kota-kota besar untuk beberapa tahun belakang ini. Menurut Kamus Merriam- Webster, kata kapsul memiliki
Lebih terperinciPengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, akan dibahas mengenai, pengertian dan esensi judul, latar belakang munculnya gagasan atau ide dan judul, tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan, permasalahan
Lebih terperinciBAB II STRATEGI URBAN RENEWAL
BAB II STRATEGI URBAN RENEWAL 2.1. Konteks Urban Renewal Dalam sub bab ini, terdapat tiga bahasan utama yang terkait dengan upaya urban renewal. Pertama, pengertian urban renewal dimana tujuannya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia dengan lebih dari 2/3 luasnya terdiri dari wilayah perairan. Indonesia dikenal sebagai negara
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Transportasi kota Jakarta berkembang sangat pesat dikarenakan mobilitas yang tinggi dan masyarakatnya yang membutuhkan kendaraan. Semakin meningkatnya populasi manusia
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK
38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar dan pokok manusia. Oleh karena itu, kebutuhan akan hunian sangat penting dan
Lebih terperinciGambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...
Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh seluruh lapisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Sistem perkeretaapian di Indonesia semakin maju, hal
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN KOTA DI AKSES UTAMA KAWASAN INDUSTRI: Studi kasus SIER, Surabaya. Rully Damayanti Universitas Kristen Petra, Surabaya
PERTUMBUHAN KOTA DI AKSES UTAMA KAWASAN INDUSTRI: Studi kasus SIER, Surabaya Rully Damayanti Universitas Kristen Petra, Surabaya rully@petra.ac.id Abstrak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Setelah lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Seiring dengan perkembangannya, rumah menjadi salah satu bentuk investasi yang menarik. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.
Lebih terperinciL E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor transportasi dengan sarana dan prasarana yang memadai, sangatlah diperlukan adanya untuk pertumbuhan dan perkembangan wilayah sebagai tempat kegiatan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan hunian sudah menjadi hal yang pokok dalam menjalankan kehidupan, terlebih lagi dengan adanya prinsip sandang, pangan, dan papan. Kehidupan seseorang
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
`BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen
Lebih terperinciRUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS (direncanakan tahun 2020) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya
Lebih terperinci: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)
Kota Kekerabatan Maja dan Masa Depan Oleh : Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Persoalan perumahan masih menjadi salah satu issue penting dalam pembangunan ekonomi mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi baru sedikit yang dapat dieksploitasikan. Potensi batubara yang dimiliki Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor daya tarik kota yang kemudian menyebabkan pertambahan penduduk dan akhirnya bermuara pada perubahan fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu-lintas merupakan permasalahan rumit yang sering terjadi disetiap daerah perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Data AMDK tahun 2011 Gambar 1.1 Grafik volume konsumsi air minum berdasarkan tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta sebagai metropolitan dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat menghasilkan permasalahan mendasar yang pelik dan salah satunya adalah ketersediaan
Lebih terperinci2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah
2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. TINJAUAN UMUM Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi
Lebih terperinciRUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT
Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kawasan strategis yang terletak di Negara Indonesia dimana wilayah penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Telkomsel merupakan operator GSM terbesar di Indonesia dengan pimpinan area 1 yang terletak di kota medan sampai saat ini belum memiliki gedung kantor milik sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...
DAFTAR ISI Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii vi vii BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 5 1.3 Tujuan dan Sasaran...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah susun adalah sebuah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare mengangkut atau membawa. Jadi pengertian transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang
BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpuluh-puluh tahun mengaku tidak tahu lagi harus tinggal dimana sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga pinggiran rel yang sudah menempati kawasan tersebut selama berpuluh-puluh tahun mengaku tidak tahu lagi harus tinggal dimana sehingga mereka sempat
Lebih terperinciS K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta sebagai Ibu Kota negara Republik Indonesia merupakan pusat dari semua kegiatan pekerjaan untuk sekitar kota Jakarta dan bahkan Indonesia. Pendatang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi
Lebih terperinci2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,
Lebih terperinci