BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Swisscontact Swisscontact, sebuah organisasi nirlaba untuk kerjasama teknis yang didirikan pada tahun 1959 oleh perwakilan industriawan swasta dan universitas di Swiss dengan tujuan mendukung pembangunan sosial dan ekonomi di negara sampai negara mitra yang kurang berkembang. Sampai dengan saat ini, Swisscontact berada di kurang lebih 30 negara seperti Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Eropa Timur dan dikenal sebagai organisasi terkemuka dalam bidang kerjasama pembangunan. Menyadari bahwa pembangunan ekonomi berkelanjutan dimulai dari landasan sektor swasta yang kuat dan dinamis, maka sejak awal Swisscontact menitikberatkan pada pembangunan sektor swasta melalui pendidikan profesional serta dukungan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), termasuk akses ke jasa keuangan maupun ekologi perkotaan. 4.2 Misi Swisscontact di Indonesia Swisscontact adalah lembaga pembangunan internasional yang didirikan oleh sektor swasta Swiss, dengan pengalaman 30 tahun di Indonesia. Lembaga ini mempunyai reputasi baik dengan pendekatan-pendekatannya yang inovatif dan pragmatis dalam bidang pendidikan dan pelatihan, ekologi perkotaan, dan pengembangan UMKM. Swisscontact ingin turut memberikan kontribusi dalam peningkatan taraf hidup di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan akses yang merata bagi seluruh unsur masyarakat untuk berpartisipasi dalam perekonomian melalui lingkungan yang memungkinkan pengembangan sektor swasta, serta mendorong praktek-praktek yang lebih peka ekologi di dalam lingkungan perkotaan. Untuk masalah-masalah lokal, Swisscontact selalu berusaha memfasilitasi solusi-solusi lokal yang tepat. Swisscontact adalah organisasi yang fokus pada hasil akhir, dan bekerja dengan berbagai mitra dari kalangan pemerintah dan swasta, dengan berfungsi
sebagai stakeholders sosial dan ekonomi untuk menciptakan kesempatankesempatan bagi pembangunan di masa depan. Di Indonesia, Swisscontact telah melaksanakan proyek-proyek pembangunan selama lebih dari 30 tahun, dengan pertama-tama menitikberatkan pada pendidikan dan pelatihan kejujuran melalui proyek-proyek seperti POLMAN di Bandung (sebelumnya dikenal sebagai Politeknik Mekanik Swiss) dan Vocational Education Development Center (VEDC) atau Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan di Malang. Dalam 15 tahun terakhir, Swisscontact memusatkan perhatian pada promosi UMKM dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan, dan dikenal karena berpengalaman di bidang promosi UMKM dan Ekologi Perkotaan, yaitu : Sebagai kontributor penting bagi praktek-praktek internasional yang baik di dalam pemberian jasa-jasa usaha dan akibat intervensi yang inovatif dan berorientasi pasar, Swisscontact bekerja dengan berbagai mitra sektor swasta untuk merangsang lebih banyak jasa yang cocok dan tepat untuk UMKM. Berbagai intervensi inovatif guna merangsang terciptanya lingkungan usaha yang lebih kondusif pada tingkat nasional dan lokal, antara lain telah membantu meningkatkan mekanisme untuk mewakili perusahaan di bidang dialog kebijakan, menyederhanakan peraturan dan prosedur untuk registrasi usaha, serta meningkatkan kapasitas dan praktek penilaian dampak dari peraturan perundang-undangan. Membangun reputasi sebagai pelaku yang berpengaruh dalam program mengurangi emisi kendaraan bermotor yang membawa manfaat ekonomi dan sosial yang besar bagi masyarakat dan sektor swasta. Pada bulan Januari tahun 2005, program Swisscontact di Indonesia mempunyai enam proyek di bidang promosi UMKM dan ekologi dengan anggaran sekitar US$3 juta per tahun. Berikut penjelasannya: Di bidang promosi UMKM, Swisscontact menyoroti dua kendala utama UMKM di Indonesia yaitu, mengakses pasar dan mengakses keuangan. Kedua kendala ini dihadapi dengan mendukung organisasi-organisasi lokal dalam mengembangkan jasa-jasa usaha khusus untuk UMKM, seperti teknologi dan produksi, kemitraan usaha, pemasaran pengelolaan keuangan.
1. Proyek SPESI (Swiss Program for Small and Medium Enterprise in Indonesia) dipusatkan di Sumatra dengan kantor di Padang dan Medan. Tujuan utama proyek ini adalah mengembangkan jasa-jasa usaha profesional dalam bidang akses pasar (lokal dan ekspor), kemitraan usaha dan akses keuangan. 2. Proyek BUDBIN (Business Development Baden-Wurttemberg-Indonesia) dengan kantor di Bandung, mendukung mitra-mitra lokal untuk mendirikan Pusat Pengembangan Usaha untuk UMKM. Sama seperti SPESI, proyek BUDBIN menyediakan bantuan teknis dan keuangan bagi para mitra lokal untuk mengembangkan jasa-jasa usaha profesional di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jabotabek. 3. Proyek SELF (Small Enterprise Link to Finance Project) dengan kantor di Jakarta bertujuan mengembangkan pasar yang efisien untuk kredit usaha kecil dengan: a) menghubungkan UMKM, penyedia jasa dan lembaga keuangan, b) mengatasi kendala-kendala akibat berbagai peraturan yang berhubungan dengan kredit, c) meningkatkan kapasitas lembaga keuangan terpilih untuk memberi kredit kepada UMKM, serta d) meningkatkan informasi pasar untuk UMKM, penyedia jasa, dan lembaga keuangan. 4. Proyek LED-NTT (Local Economic Development Project in NTT) menerapkan pendekatan terpadu bagi upaya pengembangan sektor swasta dengan menciptakan lingkungan usaha yang memungkinkan dalam kerjasama dengan pemerintah daerah, mengembangkan jasa-jasa usaha untuk sektorsektor yang sangat berpotensi untuk tumbuh (kacang mede, vanili, rumput laut, dan kepariwisataan), serta meningkatkan akses ke jasa keuangan untuk UMKM. 5. Proyek SPAN (Swiss Business Recovery Program for Aceh and North Sumatra) dengan kantor yang berlokasi di Medan, bertujuan memberikan dukungan untuk pengembangan dan pemulihan UMKM di wilayah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara pasca Tsunami. Proyek ini menawarkan akses modal melalui dana hibah padanan ekuiti, akses untuk jasa layanan usaha dan mendukung terciptanya hubungan-hubungan bisnis.
Di bidang ekologi perkotaan, Clean Air Project (CAP) di Jakarta bertujuan meningkatkan kualitas udara melalui peningkatan kesadaran semua stakeholders mengenai masalah yang berhubungan dengan polusi udara, mendukung pemerintah dalam menyusun kerangka kebijakan untuk udara bersih, maupun dengan melaksanakan proyek-proyek perintis untuk mengendalikan emisi gas buang dari kendaraan pribadi dan transportasi umum. Peran Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) ini, adalah sesuai dengan program mereka yang berada di Jakarta yaitu Small Enterprise Link to Finance Project (SELF). Sesuai dengan ketentuan program SELF, pada program SMEP ini Swisscontact hanya berfokus pada menghubungkan UMKM, penyedia jasa dan lembaga keuangan, mengatasi kendala-kendala akibat berbagai peraturan yang berhubungan dengan kredit, meningkatkan kapasitas lembaga keuangan terpilih untuk memberi kredit kepada UMKM, serta meningkatkan informasi pasar untuk UMKM, penyedia jasa, dan lembaga keuangan. 4.3 Profil Klaster UMKM Cipulir Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Selatan, Jakarta Selatan dikenal sebagai salah satu sentra industri konveksi di Jakarta, diantaranya adalah produk sampai produk celana anak berbahan baku jins. Sebagai sentra industri konveksi, salah satu keunggulannya adalah kedekatan geografisnya dengan Pasar Cipulir, yang juga dikenal sebagai pusat grosir TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) di Jakarta setelah Pasar Tanah Abang. Para pelaku usaha konveksi disana memiliki kios di Pasar Cipulir yang memudahkan mereka untuk menjual hasil produknya sekaligus memperpendek rantai pasok (supply chain) di lapis forward, dengan wilayah pemasaran hasil produknya tidak hanya Jakarta tetapi menjangkau seluruh wilayah kepulauan di Indonesia. Proses produksi yang terjadi pada pelaku usaha konveksi di Cipulir bermula dari pembelian bahan baku utama dengan cara cash dan giro, selisih antara cash dan giro sebesar Rp 1.500,00 sampai dengan Rp 2.500,00 per yard. Setelah proses pembelian bahan baku, maka proses produksi selanjutnya adalah pembuatan gambar/pola dan pemotongan kain, pembuatan hiasan dari bordir,
obras dan jahit, pembuatan tres dan lubang, pencucian, pewarnaan, manequin dan setrika, buang benang, pasang kancing dan gesper, pemasangan merk, dan pengemasan. Sebagian proses produksi yang dilakukan melibatkan penduduk lokal di wilayah sentra dengan sistem makloon. Hasil produksi yang telah dihasilkan seluruhnya dikirim ke Pasar Cipulir. Selain Pasar Cipulir, hasil produksi juga didistribusikan ke Tanah Abang serta ke wilayah lain ke seluruh Indonesia. Untuk sistem pembayaran yang digunakan pada distribusi barang di luar Pasar Cipulir menggunakan cara giro, dua sampai tiga bulan. Apabila barang yang diterima rusak, maka akan diganti dengan jumlah uang yang sebanding dengan cara memotong uang pembayaran, terkadang pembeli yang berasal dari luar kota diberikan fasilitas untuk menginap di Hotel Syari ah Al Marwah. Pengembangan teknologi pada pelaku usaha Pasar Cipulir belum ada, pemakaian mesin hanya pada proses alat pemotongan kain, obras, dan jahit, selebihnya menggunakan manual dan komputer bagi jasa bordir. Sumber permodalan umumnya adalah modal pribadi dan pinjaman kerabat atau orang terdekat, belum memanfaatkan jasa lembaga pembiayaan. Pelaku usaha terkadang membayar upah pekerja dengan meminjam karena tidak ada dana cash kecuali jika giro telah cair. Tenaga kerja inti yang ada umumnya bukan berasal dari penduduk lokal, akan tetapi dari daerah asal pelaku usaha. Persentase pekerja pria lebih banyak dibandingkan dengan pekerja perempuan, tingginya persentase pekerja pria di industri konveksi jins ini karena untuk mengejar target volume produksi yang tinggi dibutuhkan stamina fisik yang kuat, sehingga umumnya operator mesin adalah pria, walaupun tidak tertutup kemungkinan pekerjanya perempuan. Sistem pembayaran upah tenaga kerja mingguan, dihitung dari volume hasil produksi (kodian), dengan upah rata-rata pekerja Rp 800.000,00 per bulan dengan biaya makan dan penginapan disediakan oleh pengusaha. Rekruitmen tenaga kerja bergantung pada volume pekerjaan dan siklus produksi. Bagi pelaku usaha dari Karawang, pada saat musim tanam padi dan puncak produksi sering kesulitan mendapat tenaga kerja.
4.4 Gambaran Umum Program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Salah satu program dari Swisscontact dalam membantu pengembangan UMKM di Indonesia adalah dengan adanya program SMEP yang berlokasi di Jakarta, tepatnya di daerah Cipulir. Seperti dijelaskan sebelumnya, Cipulir merupakan tempat berkumpulnya industri garmen terbesar yang ada di Jakarta. Program SMEP telah berjalan dari tahun 2007 sampai sekarang. Banjir besar yang melanda pada kota Jakarta pada bulan Februari tahun 2007 dijadikan momentum yang tepat oleh Swisscontact dalam melaksanakan program sekaligus mempromosikannya kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Dalam upaya mempromosikan programnya, Swisscontact mengambil perhatian para pelaku usaha kecil dengan memberikan bantuan berupa penggantian mesin jahit sebanyak 800 mesin kepada 400 pelaku usaha kecil. Sebelum program ini dilaksanakan, Swisscontact melakukan survei untuk mengklasifikasikan para pelaku UMKM secara keseluruhan yang berada di Cipulir. Hasil dari pengklasifikasian ini adalah dengan membagi kelompok usaha menjadi tiga, yaitu usaha skala mikro, skala kecil, dan skala menengah. Pada program ini, Swisscontact memfokuskan hanya pada usaha skala kecil saja, karena usaha kecil dianggap paling berpotensi untuk dikembangkan (dibahas dalam bab selanjutnya). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan daya kompetitif dari para pelaku usaha kecil di Cipulir. Dimana target dari program ini adalah 200 usaha kecil jins, dan bertujuan untuk menambah 400 pekerja harian dan 200 pekerja paruh waktu didalamnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan dan keluarga pekerja sampai 25 persen. Pengaruh dari peningkatan daya kompetitif ini akan melebihi perbaikan mata pencaharian untuk 200 industri manufaktur dan diperkirakan akan meningkatkan pendapatan mereka.