Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dispertanbunhut Kab. Boyolali Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

LKjIP Dispertanbunhut Kab. Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LKJ)

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2015

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

Perangkat Daerah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progoo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1. Perumusan kebijakan tehnis dan perencanaan program kerja bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LkjIP) DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAGETAN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Data Capaian Indikator Kinerja Indikator. Program dan. pada Tahun Kode

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BAB II RENCANA STRATEJIK

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

Renstra BKP5K Tahun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

DINAS PERTANIAN, TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA. Halaman 358

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 2 Perencanaan Kinerja

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jayapura, 31 Desember 2014 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

TERCAPAINYA SWASEMBADA BENIH PADI UNGGUL BERSERITIFIKAT SEBAGAI SALAH SATU PENCIRI KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA TAHUN 2015

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara merupakan bagian dari. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan merupakan unsur penunjang yang

L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2014

IKHTISAR EKSEKUTIF result oriented governement sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) DINAS PENDIDIKAN KOTA PROBOLINGGO Tahun

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

IKU TAHUN 2017 SEKRETARIAT DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG. Indikator Kinerja Formulasi Penghitungan/Penjelasan Sumber Data

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali ini dapat diselesaikan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali disusun guna memenuhi kewajiban menyampaikan LKjIP setelah pelaksanaan program/kegiatan APBD 2015 sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen LKjIP sekaligus bertujuan untuk menginformasikan pertanggungjawaban kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada, keberhasilan dan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan, serta hambatan-hambatan atau kendala yang dijumpai dalam pelaksanaannya. Selain itu Dokumen LKjIP juga menyajikan dokumen perencanaan dan kinerja lain seperti Rencana Strategis (Renstra), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kinerja an (RKT), Rencana Kegiatan dan Anggaran(RKA), serta Perjanjian Kinerja sehingga dokumen LKjIP juga dapat digunakan untuk mengevaluasi konsistensi penerapan rencana strategis yang telah ditetapkan, melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di masingmasing Bidang sekaligus dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yaitu terwujudnya transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Boyolali. Hasil pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali ini tidak terlepas dari kerjasama dan kerja keras semua pihak. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan serta partisipasi dalam penyusunan LKjIP Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi evaluasi kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dan menjadi pertimbangan kebijakan dan peningkatan kualitas kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali di tahun berikutnya. Boyolali, Pebruari 2016 KEPALA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOYOLALI Ir. BAMBANG PURWADI Pembina Tk. I NIP. 19630416 199303 1 004 i

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv IKHTISAR EKSEKUTIF... v BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Gambaran Organisasi... I-2 1.2.1. Organisasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Boyolali I-2 1.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan... I-3 1.2.3. Sumber Daya Manusia... I-3 1.2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana... I-5 1.2.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi... I-6 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... II-1 2.1. Perencanaan Strategis Organisasi... II-1 2.2. Perjanjian Kinerja... II-3 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... III-1 3.1. Capaian Kinerja Organisasi... III-1 3.2. Anggaran... III-44 BAB IV PENUTUP... IV-1 4.1. Simpulan... IV-1 4.2. Saran... IV-1 DAFTAR LAMPIRAN... 1) Struktur Organisasi dan Tata Kerja 2) Rencana Strategis 2011-2015 3) Indikator Kinerja Utama 4) Rencana Kinerja an 2015 5) Perjanjian (Penetapan) Kinerja 2015 6) Pengukuran Kinerja 2015 ii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan... I-4 Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan... I-4 Tabel 1.3 Sarana dan Prasarana... I-5 Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja 2014... II-4 Tabel 3.1 Pencapaian Kinerja Sasaran 1... III-3 Tabel 3.2 Pencapaian Kinerja Sasaran 2... III-6 Tabel 3.3 Pencapaian Kinerja Sasaran 3... III-20 Tabel 3.4 Pencapaian Kinerja Sasaran 4... III-46 Tabel 3.5 Pencapaian Kinerja Sasaran 5... III-48 Tabel 3.6 Pencapaian Kinerja Sasaran 6... III-50 Tabel 3.7 Pencapaian Kinerja Sasaran 7... III-51 Tabel 3.8 Pencapaian Kinerja Sasaran 8... III-54 Tabel 3.9 Pencapaian Kinerja Sasaran 9... III-57 Tabel 3.10 Pencapaian Kinerja Sasaran 10... III-61 Tabel 3.11 Pencapaian Kinerja Sasaran 11... III-63 Tabel 3.12 Capaian Kinerja per Sasaran... III-63 Tabel 3.13 Capaian Kinerja yang Sangat Baik Di Atas 100%... III-65 Tabel 3.14 Capaian Kinerja yang Cukup dan Kurang Di Bawah 75%... III-46 Tabel 3.15 Alokasi dan Anggaran... III-47 iii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Perbandingan Luas Serangan OPT 2014 dan 2015... III-25 Gambar 3.2 Jumlah produksi bahan pangan pokok dari 2010 2015... III-26 Gambar 3.3 Tingkat produktivitas bahan pangan pokok dari 2010 2015... III-26 Gambar 3.4 Jumlah produksi padi dari 2010 2015... III-27 Gambar 3.5 Tingkat produktivitas padi dari 2010 2015... III-27 Gambar 3.6 Jumlah produksi hortikultura buah-buahan dari 2010-2015... III-31 Gambar 3.7 Jumlah produksi hortikultura sayuran dari 2010-2015... III-32 Gambar 3.8 Jumlah produktivitas hortikultura sayuran dari 2010-2015... III-32 Gambar 3.9 Jumlah produksi komoditas perkebunan dari 2010-2015... III-41 Gambar 4.1 Capaian Kinerja Rata-Rata (%) 2011-2015... IV-1 iv

IKHTISAR EKSEKUTIF A. Pendahuluan Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap instansi pemerintah, termasuk Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, wajib menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP). LKjIP merupakan perwujudan pertanggungjawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan telah selesainya Anggaran 2015 maka Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali wajib menyusun LKjIP berdasarkan pada hasil pengukuran kinerja disandingkan dengan target kinerja (Penetapan/Perjanjian Kinerja) yang telah ditetapkan. Berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali, Peraturan Bupati Nomor 26 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dipimpin oleh Kepala Dinas, terdiri dari 1 sekretaris, 4 kepala bidang, 3 kepala subbagian, 10 kepala seksi, 19 kepala UPTD, dan 12 kepala subag TU. Jumlah pegawai secara keseluruhan 108 orang PNS dan 1 orang PTT. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. B. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Visi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Renstra Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2011-2015 adalah Menjadi Lembaga Penggerak Ekonomi Daerah Yang Profesional Dalam Mewujudkan Pertanian Yang Tangguh, Maju, dan Berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali melaksanakan misi: 1. Membangun sumberdaya manusia di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang kreatif, inovatif, dan profesional; 2. Meningkatkan dan memperkuat kelembagaan pertanian (Gapoktan/ Kelompoktani) sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani; 3. Menyelenggarakan Perencanaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk mewujudkan tercapainya swasembada berkelanjutan dan peningkatan produksi pangan; 4. Menyelenggarakan pengembangan kluster/kawasan usaha agribisnis berbasis sumberdaya lokal untuk mempertahankan prestasi sebagai lumbung pangan (padi/jagung); 5. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya pertanian dengan penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan. v

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, pada tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali melaksanakan 16 (enam belas) program dengan 37 (tiga puluh tujuh) kegiatan dengan anggaran sebesar Rp. 28.414.456.000,00 (dua puluh delapan milyar empat ratus empat belas juta empat ratus lima puluh enam ribu rupiah). Seluruh program/kegiatan tersebut direncanakan sebagai bagian dari Perjanjian Kinerja untuk mencapai 11 sasaran, atau dengan kata lain seluruh kegiatan diharapkan mempunyai kaitan sebab akibat dengan sasaran yang telah ditetapkan. C. Akuntabiltas Kinerja Berdasarkan penilaian sendiri (Self Assessment) atas realisasi pelaksanaan Perjanjian Kinerja, menunjukkan bahwa rata-rata nilai capaian kinerja dari 11 Sasaran yang telah ditetapkan adalah 106,57%. Keberhasilan ini disumbangkan oleh 7 (tujuh) sasaran yang berhasil mencapai nilai kinerja lebih dari 100% sehingga dikategorikan sangat baik, 3 (tiga) sasaran yang berhasil mencapai nilai kinerja 76% - 100% sehingga dikategorikan baik, dan 1 (satu) sasaran yang nilai capaian kinerjanya hanya 40% sehingga dikategorikan kurang. Berikut Capaian Kinerja per Sasaran: No. Sasaran Capaian Kinerja 2014 (%) Tingkat Keberhasilan 1 Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian 2 Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian 3 Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur. 4 Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani 5 Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani 6 Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan 7 Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 8 Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat. 160,67 Sangat Baik 108,13 Sangat Baik 123,96 Sangat Baik 91,85 Baik 40 Kurang 100 Baik 102,03 Sangat Baik 113,62 Sangat Baik vi

No. Sasaran 9 Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 10 Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan 11 Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan Capaian Kinerja 2014 (%) Tingkat Keberhasilan 100,51 Sangat Baik 91,67 Baik 139,80 Sangat Baik D. Simpulan dan Saran Secara keseluruhan capaian kinerja rata-rata adalah 106,57% (kategori Sangat Baik) Capaian kinerja rata-rata ini merupakan capaian kinerja terendah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari 2011 sampai dengan. Berturutturut capaian kinerja rata-rata 2011 adalah 112,82%, 2012 sebesar 149,92%, 2013 sebesar 122,39%, dan 2014 sebesar 117,47%. Sedangkan pembiayaan dari APBD berjumlah Rp. 28.414.456.000,00 terealisasi Rp. 27.444.432.672,00 dengan penyerapan sebesar 96,59% atau efisiensi sebesar 3,41% mengalami peningkatan sebesar Rp. 11.282.205.110,00 dari tahun 2014. Guna mempertahankan dan atau meningkatkan capaian kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali maka telah dilakukan meningkatkan intensitas pembinaan pelaksanaan usaha tani kepada kelompok (Kelompok Tani, P3A/GP3A, LMDH, dll) serta penguatan kelembagaannya, meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana pertanian, meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pertanian/perkebunan melalui penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, penerapan teknologi pertanian, penekanan luas areal serangan OPT, dan pengendalian laju alih fungi lahan pertanian, serta meningkatkan upaya pelestarian hutan guna menjaga fungsinya yang mencakup fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial. Sedangkan upaya yang dilakukan agar kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali lebih baik dan akuntabel antara lain melakukan re-orientasi terhadap program/kegiatan yang kurang tepat sasaran, meningkatkan kualitas dan sinkronisasi dokumendokumen perencanaan dan kinerja, memanfaatkan hasil evaluasi kinerja sebagai bahan perbaikan pelaksanaan program/kegiatan, memberdayakan sumber daya yang ada di Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali secara menyeluruh, efektif, dan efisien, menguatkan komitmen dari seluruh Unit Kerja/Bidang untuk meningkatkan kinerjanya. vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap instansi pemerintah, termasuk Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, wajib menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP). LKjIP merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Dengan demikian LKjIP ini sekaligus sebagai perwujudan pertanggungjawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dokumen LKjIP berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Dokumen LKjIP bukan dokumen yang berdiri sendiri, namun terkait dengan dokumen lain yaitu Indikator Kinerja Utama (IKU), RPJMD/Renstra SKPD, RKPD/Renja SKPD, Perjanjian Kinerja, dan Rencana Kinerja an (RKT). Tujuan penyusunan LKjIP Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali ini adalah untuk memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja di awal tahun anggaran dan dokumen Pengukuran Kinerja di akhir tahun anggaran. Dokumen LKjIP ini digunakan juga sebagai bahan evaluasi dalam rangka upaya perbaikan yang berkesinambungan bagi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun berikutnya. Peraturan perundang-undangan yang diacu dalam penyusunan dokumen LKjIP Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan antara lain : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 2. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); BAB I Pendahuluan I - 1

3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali 2010-2015; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 8 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Anggaran 2015; 6. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 29 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Anggaran 2015. 1.2. GAMBARAN ORGANISASI Gambaran umum Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari aspek kelembagaan, tugas pokok dan fungsi serta aspek strategis organisasi yang dituangkan dalam visi dan misi organisasi. 1.2.1. Organisasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali, kemudian dijabarkan dengan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 26 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali yang bertugas melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas Desentralisasi di bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali mempunyai susunan organisasi sebagai berikut : 1. Kepala 2. Sekretariat, terdiri dari : a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan; dan c. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan. 3. Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari : a. Seksi Produksi Padi; b. Seksi Produksi Palawija; dan c. Seksi Produksi Hortikultura. BAB I Pendahuluan I - 2

4. Bidang Sarana Prasarana Perlindungan Tanaman dan Pasca Panen terdiri dari : a. Seksi Sarana Prasarana Pertanian dan Pasca Panen; dan b. Seksi Perlindungan Tanaman. 5. Bidang Produksi Perkebunan, terdiri dari : a. Seksi Tanaman an; dan b. Seksi Tanaman Semusim. 6. Bidang Kehutanan, terdiri dari : a. Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan; b. Seksi Bina Usaha dan Perhutanan Sosial; dan c. Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 7. UPTD. 8. Kelompok Jabatan Fungsional. 1.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok seperti tersebut di atas, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mempunyai fungsi : 1. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 3. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 4. pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD); dan 5. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1.2.3. Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali didukung oleh pegawai sejumlah 108 orang dengan rincian seperti pada tabel di bawah ini. 1. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan Berikut tabel jumlah pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali menurut kualifikasi pendidikan : BAB I Pendahuluan I - 3

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan SD SMP SMA/SMK DI DII DIII DIV S1 S2 S3 Jumlah 2 3 27 - - 7-60 9-108 2. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pangkat Golongan Jumlah pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali menurut kualifikasi pangkat golongan adalah sebagai berikut : 1) Juru Muda ( I/a ) : - 2) Juru Muda Tk. I ( I/b ) : - 3) Juru ( I/c ) : 1 4) Juru Tk. I ( I/d ) : 2 5) Pengatur Muda ( II/a ) : 2 6) Pengatur Muda Tk. I ( II/b ) : 2 7) Pengatur ( II/c ) : 6 8) Pengatur Tk. I ( II/d ) : 3 9) Penata Muda ( III/a ) : 5 10) Penata Muda Tk. I ( III/b ) : 20 11) Penata ( III/c ) : 32 12) Penata Tk. I ( III/d ) : 23 13) Pembina ( IV/a ) : 10 14) Pembina Tk. I ( IV/b ) : 2 15) Pembina Utama Muda ( IV/c ) : - 16) Pembina Utama Madya ( IV/d ) : - 17) Pembina Utama ( IV/e ) : - 18) PTT : 1 Jumlah : 108 3. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan Kualifikasi jabatan sebagaimana struktur organisasi dan tata kerja di lingkungan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan Struktural II.a II.b III.a III.b IV.a IV.b V.a V.b Jumlah Fungsional Umum Jumlah Total - 1 1 4 32 12 - - 50 58 108 BAB I Pendahuluan I - 4

1.2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Kondisi sarana prasarana yang dimiliki Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan kondisi cukup baik untuk melaksanakan Tupoksi. Tabel 1.3 Sarana dan Prasarana NO NAMA BARANG SATUAN JUMLAH KONDISI B RR RB KET. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Tanah dan bangunan bidang 4 4 - - 2 Kendaraan Roda 4 unit 5 5 - - 3 Kendaraan Roda 2 unit 55 52-3 4 Printer unit 65 44 13 8 5 Komputer PC unit 18 10 1 7 6 Laptop unit 55 33 15 7 7 Lemari buah 50 37 13-8 Lemari Besi Buah 3 3 - - 9 Meja Kerja buah 108 81 24 3 10 Kursi Kerja buah 108 81 19 8 11 Kursi Rapat buah 67 55 12-12 Kursi Besi Metal buah 90 90 - - 13 Filling Cabinet buah 20 11 9-14 GPS buah 7 4 3-15 LCD Unit 10 4 5 1 16 Wireless Unit 7 4 3-17 Kamera Unit 14 14 - - 18 Sound System Unit 1 1 - - 19 Portable Genset Unit 1 1 - - 20 Telephone Unit 4 2 2-21 Faximile Unit 4 2 2 - BAB I Pendahuluan I - 5

NO NAMA BARANG SATUAN JUMLAH KONDISI B RR RB KET. 1 2 3 4 5 6 7 8 22 Brankas Unit 3 1-2 23 Meja Rapat Buah 4 4 - - 24 Almari Kaca Buah 6 5 1-25 Papan Nama Buah 6-6 - 26 White Board Buah 39 4 15 20 27 Tabung Pemadam Kebakaran Buah 3 3 - - J U M L A H 757 554 144 59 1.2.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi Aspek-aspek strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan diperoleh dengan mengakomodasi isu-isu strategis lingkup pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sedang berkembang, permasalahan dan atau arah kebijakan dan program RPJMD Kabupaten 2011-2015, dan isu utama kementerian terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, yaitu : 1. Meningkatkan produksi dan produktifitas komoditas pangan (padi, jagung, kedele) dan komoditas hortikultura (sayur dan buah) dalam rangka mempertahankan swasembada pangan berkelanjutan; 2. Meningkatkan produksi komoditas perkebunan unggulan (cengkeh, kelapa, nilam, kenanga, dll); 3. Meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran hasil pertanian; 4. Meningkatkan dan memantapkan ketersediaan prasarana dan sarana sektor pertanian; 5. Mengurangi gagal panen dengan mengendalikan serangan OPT dan dampak perubahan iklim; 6. Menyelenggarakan perencanaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk meredam laju alih fungsi lahan pertanian subur; BAB I Pendahuluan I - 6

7. Melaksanakan konservasi air di daerah tangkapan air, melaksanakan pelestarian keanekaragaman hayati, dan ikut berperan dalam mengendalikan terjadinya global warming; 8. Meminimalkan terjadinya bencana alam khususnya bencana alam tanah lonsor, banjir, dan kekeringan. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Masih rendahnya produksi dan produktifitas beberapa komoditas tanaman pertanian dan perkebunan; 2. Masih rendahnya mutu hasil pertanian yang menyebabkan rendahnya daya saing dan besarnya pemasaran hasil pertanian; 3. Kabupaten Boyolali termasuk dalam wilayah segitiga emas perkembangan OPT sehingga sangat rentan terhadap terjadinya serangan; 4. Banyaknya jaringan irigasi yang rusak sehingga menyebabkan pasokan air ke lahan pertanian tidak mencukupi; 5. Penyediaan pupuk bersubsidi sesuai 6 tepat masih belum optimal; 6. Perilaku budidaya pertanian oleh petani di sekitar daerah tangkapan air (lereng G. Merapi dan G. Merbabu) masih belum sesuai dengan kaidah konservasi; 7. Masih ada program/ kegiatan yang arah pelaksanaannya kurang sesuai dengan tugas dan fungsi sehingga hasil program/ kegiatan tidak sesuai dengan urusan utama yang seharusnya dilaksanakan; 8. Masih ada program/ kegiatan yang indikator kinerjanya masih berorientasi pada keluaran (output), belum berorientasi pada hasil (oucome), sehingga pelaksanan program/ kegiatan kurang dapat menunjukkan kinerja (performance) organisasi; 9. Belum optimalnya pemanfaatan data/ informasi kinerja sebagai bahan evaluasi dan perencanaan kinerja tahun berikutnya dan menyikapi perubahan peraturan yang ada. BAB I Pendahuluan I - 7

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Organisasi Visi dan Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2011 2015 adalah sebagai berikut : a. VISI Visi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali adalah "Menjadi Lembaga Penggerak Ekonomi Daerah Yang Profesional Dalam Mewujudkan Pertanian Yang Tangguh, Maju, dan Berkelanjutan". Visi tersebut mengandung makna : 1. Profesional : yaitu sebagai sumberdaya yang sehat, cerdas, berkualitas dan memiliki kompetensi tinggi, memahami, mengerti dan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai peran dan bidangnya masing-masing selaku komponen Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dalam menggerakkan ekonomi masyarakat (khususnya petani) di Kabupaten Boyolali. 2. Tangguh : artinya menunjukkan kondisi masyarakat pertanian yang tidak mudah goncang atau terpuruk oleh perubahan zaman, persaingan global dan era modernisasi sehingga usaha pertanian dan kehutanan masih tetap menjadi sebuah pilihan usaha yang aman. 3. Maju : artinya menunjukkan kondisi masyarakat pertanian yang orientasi usahanya telah berwawasan agribisnis, kreatif, inovatif, progresif terhadap ilmu pengetahuan dan tetap belajar untuk mencapai keberhasilan. 4. Berkelanjutan : yaitu menunjukkan bahwa pengelolaan pertanian dan kehutanan yang ramah lingkungan, memperhatikan asas dan kaidah konservasi yang berkelanjutan/ lestari/sustainable yang dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat yang paling menguntungkan karena selain untuk mendapatkan hasil juga mempertimbangkan keberlanjutan/ kelangsungan sumberdaya yang tersedia agar tetap terjaga kelestariannya. BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 1

b. MISI Visi tersebut di atas diwujudkan dengan misi-misi sebagai berikut : 1. Membangun sumberdaya manusia di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang kreatif, inovatif, dan profesional; 2. Meningkatkan dan memperkuat kelembagaan pertanian (Gapoktan/ Kelompoktani) sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani; 3. Menyelenggarakan Perencanaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk mewujudkan tercapainya swasembada berkelanjutan dan peningkatan produksi pangan; 4. Menyelenggarakan pengembangan kluster/kawasan usaha agribisnis berbasis sumberdaya lokal untuk mempertahankan prestasi sebagai lumbung pangan (padi/jagung); 5. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya pertanian dengan penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan. Perencanaan strategis merupakan perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2011 2015 mempunyai sasaran strategis : 1. Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian; 2. Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian; 3. Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur; 4. Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani; 5. Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani; 6. Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan; BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 2

7. Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum; 8. Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat; 9. Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan; 10. Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum. 11. Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan. Sasaran strategis sasaran strategis tersebut memiliki 51 indikator kinerja dengan target kinerja setiap tahun selama 5 tahun perencanaan 2011-2015 secara lengkap sebagaimana terlampir. Seluruh indikator kinerja dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali merupakan lndikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator), yaitu ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Indikator dalam dokumen IKU berlaku 5 tahunan menyesuaikan dokumen renstra SKPD dan RPJMD dan digunakan sebagai acuan SKPD. Semua sasaran strategis dengan indikator capaiannya dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Di dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakterisrik program. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Dengan demikian kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program. Rencana Kinerja 2014 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, disusun mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2011-2015 dengan mengambil target tahun 2015. 2.2. Perjanjian Kinerja Sesuai ketentuan, Perjanjian Kinerja 2015 adalah Penetapan/Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali yang disusun berdasar pada Rencana Strategis (Renstra) 2011-2015 dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2015. Perjanjian Kinerja meliputi seluruh sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Renstra Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2011 2015 yaitu sebagai berikut : BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 3

1. Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian, mempunyai 4 (empat) indikator; 2. Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian, mempunyai 7 (tujuh) indikator; 3. Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur, mempunyai 46 (empat puluh enam) indikator; 4. Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani, mempunyai 3 (tiga) indikator; 5. Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani, mempunyai 1 (satu) indikator; 6. Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan, mempunyai 2 (dua) indikator; 7. Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum, mempunyai 4 (empat) indikator; 8. Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat, mempunyai 6 (enam) indikator; 9. Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan, mempunyai 3 (tiga) indikator; 10. Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum, mempunyai 1 (satu) indikator; 11. Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan, mempunyai 1 (satu) indikator. Berikut Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali : Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 1 Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian Terbentuknya kelembagaan usaha tani dalam rangka peningkatan nilai tambah daya saing & ekspor 3 kelompok Jumlah pameran yang diikuti 2 Kali BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 4

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 Tersedianya benih padi bersertifikat yang siap jual 10.335 Kg 2 Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian Tersedianya bibit hortikultura yang siap jual - Peningkatan kapasitas kelembagaan dan usaha tani P3A/GP3A - Penambahan/ perbaikan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT) Penambahan/ perbaikan jaringan irigasi tingkat desa (JIDES) 1.500 batang 3 P3A/ 3 GP3A 7 Unit 56 Unit - Combine Harvester 16 Unit - Corn Sheller 5 Unit - Power Threser 40 Unit - Rice Transplanter 15 Unit - Penambahan/ pembangunan embung 5 Unit - Rehabilitasi Embung 9 Unit - Penambahan Pompa Air 150 Unit - Pembuatan Sumur Pantek 20 Unit - Pembangunan Dam Parit 13 Unit - Pembangunan Irigasi Tanah Dalam - Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier - Pembangunan Jaringan Irigasi Tersier - Pembangunan Irigasi Air Permukaan - Pembangunan Irigasi Tanah Dangkal - Pembangunan/Rehabilitasi Jalan Usaha Tani - Penambahan/ hand traktor Roda 2 8 Paket 3.650 Ha 3.000 Ha 1 Paket 25 Paket 12 Km 93 Unit BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 5

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 - Penambahan/ hand traktor Roda 4 4 Unit 3 Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur. Terbinanyanya kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura Terlaksananya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi Luasan lahan pertanian yang terkendali dari serangan OPT Meningkatnya jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 60 Kelompok 12 Bulan 1.000 Ha 1. Padi sawah 252.893 ton 2. Padi ladang 18.229 ton 3. Jagung 141.493 ton 4. Kedele 4.452 ton 5. Kacang tanah 4.955 ton 6. Ubi kayu 104.787 ton 7. Ubi jalar 614 ton Meningkatnya produktivitas tanaman pangan utama : 1. Padi sawah 59,52 ku/ha 2. Padi ladang 49,28 ku/ha 3. Jagung 49,52 ku/ha 4. Kedele 12,10 ku/ha 5. Kacang tanah 12,70 ku/ha 6. Ubi kayu 159 ku/ha 7. Ubi jalar 150 ku/ha Meningkatnya jumlah produksi hortikultura buah-buahan, meliputi : 1. Durian 32.942 kuintal 2. Mangga 204.558 kuintal 3. Pepaya 121.551 kuintal 4. Pisang 109.015 kuintal 5. Rambutan 26.216 kuintal Meningkatnya jumlah produksi hortikultura sayuran, meliputi : 1. Bawang merah 30.388 kuintal 2. Kobis 135.304 kuintal 3. Cabe rawit 103.318kuintal 4. Tomat 11.590 kuintal 5. Wortel 91.163 kuintal Meningkatnya produktivitas tanaman hortikultura sayuran: BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 6

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 4 Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani 1. Bawang merah 88,27 ku/ha 2. Kobis 110,35 ku/ha 3. Cabe rawit 43,39 ku/ha 4. Tomat 85,66 ku/ha 5. Wortel 105,92 ku/ha Meningkatnya produksi komoditas perkebunan : 1. Tebu 32.400 ton tebu 2. Tembakau rajangan 2.115 ton rajangan 3. Tembakau asepan 702 ton asepan 4. Cengkeh 250 ton bunga kering 5. Lada 12 ton biji kering 6. Kopi 120 ton biji kering 7. Kelapa 17.400 ribu butir kelapa 8. Nilam 275 kuintal daun 9. Kenanga 15,5 kuintal minyak Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul : 1. Padi sawah 85% 2. Jagung 65% 3. Kedele 45% Tersedianya peta digitasi Lahan 15 Kecamatan Pertanian Pangan Berkelanjutan - Bertambahnya kelompok petani yg telah mengintegrasikan usahataninya - Bertambahnya kelompok tani yang melaksanakan budidaya tembakau dengan baik dan benar - Penambahan Alat Perajang Tembakau Penambahan Pompa Air untuk sektor perkebunan Penambahan Hand Sprayer untuk sektor perkebunan Penambahan Alat Perajang Tembakau (Manual) Semakin tingginya pemanfaatan teknologi dan bertambahnya jumlah 45 kelompok tani 10 kelompok 49 Unit 5 Unit 35 Unit 71 Unit BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 7

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian : - Hortikultura sayuran 12 kelompok - Hortikultura buah 8 kelompok 5 Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani 6 Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan Meningkatnya cakupan kelompok tani yang mendapatkan mengembangkan dana BPLM - Tersedianya sarana prasarana Pos Jaga pengamanan dan perlindungan hutan yang memadai - Tersedianya sarana prasarana pengamanan dan perlindungan hutan 20 kelompok 4 Unit 3 Paket 7 Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum - Persentase lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang aktif - Cakupan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat 80% 80% - Fasilitasi PHBM dengan tanaman di bawah tegakan dengan budidaya tanaman porang 1.885 Kg 8 Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat. - Rasio hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi 60% - Pengkayaan Hutan Rakyat 700 Ha (Peningkatan) - Penghijauan lingkungan di 19 kecamatan 260 Ha 33.650 Batang - Pembuatan Gully Plug 8 Unit 9 Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk - Pembangunan sumur resapan 53 unit (Baru) - Luasan hutan kota yang terkelola dengan baik - Meningkatnya penerbitan dokumen legalitas hasil hutan 5 Unit 0,2 Ha 2.500 Set BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 8

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 pengawasan dan penegakan hukum 10 Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan 11 Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan - Terselenggaranya sosialisasi peraturan pemanfaatan hasil hutan hingga 19 kecamatan - Meningkatnya industri hasil hutan kayu yang berijin Meningkatnya volume peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan Meningkatnya setoran PSDH dari wajib bayar (Perhutani) 19 Kecamatan 23 Industri 15.500 M³ 400 juta rupiah Untuk mencapai/ mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan tersebut, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali melaksanakan Program dan Kegiatan dengan anggaran yang bersumber dana APBD Kabupaten sebesar Rp. 28.414.456.000,00 yang selengkapnya sebagaimana dokumen Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Perubahan (terlampir). BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja II - 9

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan merupakan perwujudan kewajiban Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam mencapai sasaran dan program yang telah ditetapkan. Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan 2014 tergambar dalam tingkat pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. 3.1. Capaian Kinerja Organisasi Proses pengukuran kinerja didahului dengan penetapan Indikator Kinerja Kegiatan yaitu ukuran kuantitatif dan kualitatif yang hendak dicapai dan kemudian menghitung tingkat pencapaiannya untuk setiap indikator. Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Sesuai ketentuan, Indikator Kinerja SKPD minimal meliputi keluaran (output), sehingga pengukuran kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dapat berupa keluaran (output) dan hasil (outcome) sesuai dokumen Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. a. Keluaran (Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan (input) yang digunakan. b. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan. Hasil (outcome) merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas keluaran (output) dan atau hasil (outcome) kegiatan/program yang telah dilaksanakan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja pada dokumen Perjanjian Kinerja. Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus : 1. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus : BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 1

2. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus : Simpulan hasil pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut : a. Lebih dari 100 % = Sangat Baik (A) b. 76% sampai 100% = Baik (B) c. 56% sampai 75 % = Cukup (C) d. Kurang dari 56 % = Kurang (K) Dalam evaluasi kinerja dilakukan analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat atau dampak. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Berikut penjelasan evaluasi kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali per sasaran : A. Sasaran 1 : Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 2

Tabel 3.1. Pencapaian Kinerja Sasaran 1 Indikator Kinerja Satuan TARGET RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 Target 2015 2015 Capaian 2015 Kategori 1. Terbentuknya kelembagaan usaha tani dalam rangka peningkatan nilai tambah daya saing & ekspor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kelompok 8 5 3 5 3 3 9 300 A 2. Jumlah pameran yang diikuti Kali - 2 2 3 2 2 3 150 A 3. Tersedianya benih padi bersertifikat yang siap jual Kg - 675 8.010 8.520 9.555 9.500 10.780 113,47 A 4. Tersedianya bibit hortikultura yang siap jual Batang - 1.570 1.088 1.022 1.669 1.500 1.188 79,20 B Capaian Rata-Rata 160,67 A Capaian kinerja meliputi 4 (empat) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 160,67% (kategori Sangat Baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori Baik (25%) dan 3 (tiga) indikator kategori Sangat Baik (75%). Berikut analisis capaian kinerja dari Sasaran 1 per indikator : 1. Terbentuknya kelembagaan usaha tani dalam rangka peningkatan nilai tambah daya saing & ekspor a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena adanya kesadaran masyarakat petani untuk menghasilkan pangan sehat yang ramah lingkungan secara berkelanjutan, yaitu produk pangan yang berkualitas dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing dengan menghasilkan produk padi organik. Secara resmi padi organik yang diproduksi oleh kesembilan kelompok ini berhak menggunakan label organik pada produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya karena sudah memperoleh sertifikat organik. Hal ini menunjukkan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Sertifikat yang diperoleh adalah sertifikat internasional yang memenuhi ketentuan sertifikat padi organik Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor (SNI) 01-6729 2010. Sembilan kelompok tani tersebut tergabung dalam 2 (dua) asosiasi, yaitu : 1. Paguyuban Petani Peduli Lahan Lestari (P3LL) meliputi : KT Setyo Mulyo Desa Pranggong Kec. Andong. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 3

KT Ngrawan Makmur Desa Pranggong Kec. Andong. KT Sumber Rejeki Desa Pranggong Kec. Andong. KT Rukun Maharjo Desa Kedungdowo Kec. Andong. KT Trisno Maju Desa Pelemrejo Kec. Andong. 2. Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB) meliputi : KT Tani Makmur Desa Cepokosawit Kec. Sawit. KT Sedyo Makmur Desa Bendosari Kec. Sawit. KT Subur Raharjo Desa Jembungan Kec. Banyudono. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja relatif tidak ada. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan : Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, yaitu dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun lalu Selain itu, dengan adanya organisasi petani dan lembaga yang mewadahi, adanya sistem pengendalian secara internal untuk menghasilkan pangan organik, serta adanya kerjasama dalam pemasaran produk maka dapat mendorong/mendukung dan menfasilitasi pengembangan pertanian organik. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. 2. Jumlah pameran yang diikuti a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui keikutsertaan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kahutanan dalam kegiatan pameran tingkat nasional dan provinsi, yaitu pameran Soropadan Agro Expo di Agro Center Soropadan - Temanggung, Festival Hortikultura Jawa Tengah 2015 di Agro Center Soropadan - Temanggung, dan Festival Organik 2015 di Semarang yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian TPH Prov. Jawa Tengah. Kelompok tani yang diikutkan dalam pameran adalah kelompok padi organik, kelompok hortikultura organik (sayuran, buahbuahan, dan biofarmaka), dan kelompok kabi (kacang-kacangan dan umbi-umbian). b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 4,10% dari anggaran Rp. 61.004.000,00 digunakan Rp. 58.504.450,00. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 4

c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan mengikutsertakan kelompok tani pada pameranpameran maka diharapkan kelompok tani bisa membuka akses bagi mereka baik terhadap permodalan, kemitraan, maupun informasi lain yang bisa bermanfaat bagi pengembangan agribisnisnya. 3. Tersedianya benih padi bersertifikat yang siap jual a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui sertifikasi benih padi yang dihasilkan oleh UPTD Pertanian Kec. Nogosari dengan varietas Ciherang, Situ Bagendit, Pepe, Inpari Sidenuk. Benih padi yang dihasilkan selanjutnya dijual kepada petani yang membutuhkan. Hasil penjualan benih padi bersertifikat ini memberikan kontribusi PAD sebesar Rp. 60.150.000,00 Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah terjadinya kekurangan pasokan air pengairan pada masa tanam ke 3 yaitu pada sekitar Bulan Oktober 2015 karena musim kemarau yang panjang. Solusi yang diambil untuk mengatasi kekeringan ini adalah dengan membeli air untuk memenuhi kebutuhan pengairan agar tidak mengalami gagal panen. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dengan dana yang ada dapat menghasilkan output melebihi target, yaitu target 9.500 Kg dapat terealisir 10.780 Kg benih padi bersertifikat (113,47%). Menanam di lahan milik UPTD Pertanian Kec. Nogosari sendiri sehingga tidak perlu tambahan biaya sewa lahan. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kegiatan Pengembangan perbenihan / pembibitan dilakukan dengan penanaman padi di lahan UPTD Pertanian Kec. Nogosari secara intensif yaitu 3 (tiga) kali tanam dalam setahun. Padi yang dihasilkan kemudian disertifikasi bekerjasama dengan BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Tegalgondo Klaten. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 5

4. Tersedianya bibit hortikultura yang siap jual a. Kegagalan capaian target kinerja indikator ini dikarenakan beberapa jenis bibit yaitu bibit sayuran tidak terjual karena umur tanaman sayuran tersebut sangat pendek sehingga terlanjur berbuah. Tanaman sayuran tersebut adalah terong dan okra, sehingga yang dijual adalah hasil panennya yaitu buah terong dan buah okra. Sedangkan jenis bibit yang tersedia adalah diantaranya anggrek, adenium, mangga, kelengkeng, jeruk purut, dan lain-lain. Hasil penjualan bibit hortikultura ini memberikan kontribusi PAD sebesar Rp. 35.000.000,- b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 2,59% dari anggaran Rp. 33.787.000,00 digunakan Rp. 32.912.000,00. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Walaupun dari target penjualan bibit sebanyak 1.500 batang hanya dapat terealisir 1.188 batang atau sebesar 79,20% capaian kinerjanya, namun tetap dapat mencapai target PAD yang ditetapkan. Dengan ketersediaan bibit tanaman yang siap dijual di UPTD Pertanian Kec. Banyudono maka diharapkan akan memudahkan masyarakat sekitar dalam mengakses modal berupa bibit bagi pengembangan agribisnisnya. B. Sasaran 2 : Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sector pertanian. Indikator Kinerja Satuan Tabel 3.2. Pencapaian Kinerja Sasaran 2 TARGET RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 Target 2015 2015 Capaian 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Penambahan/ penumbuhan kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) Kelompok 35 10 11 11 18 3 3 100 B 2. Penambahan/ Unit perbaikan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT) 75 46 32 35-7 7 100 B 3. Penambahan/ Unit perbaikan jaringan irigasi desa (JIDES) 15 unit pertahun. 75 40 21 6-56 138 246,43 A Kategori BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 6

4. Penambahan/ Pembangunan embung 2 unit per tahun 5. Penambahan/ pembuatan sumur pantek 15 unit pertahun (Pembangunan irigasi tanah dangkal) 6. Penambahan/ perbaikan Embung 2 unit per tahun 7. Penambahan/ hand traktor 10 unit per tahun. 8. Penambahan Pompa Air 9. Pembangunan irigasi tanah dalam 10. Pembangunan Jalan Usaha Tani 11. Pembangunan Dam Parit 12. Pembangunan irigasi air permukaan Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Paket 10 7 6 3 4 5 5 100 B 75 26 12 2-20 20 100 B 10 - - - - 9 9 100 B 50 81 100-97 97 97 100 B - 41 64 64 4 150 150 100 B - - - 4 4 8 8 100 B - 8 12 8 12 12 12 100 B - - - - 6 13 13 100 B - - - - - 4 4 100 B 13. Pembangunan Ha - - - - - 3.650 3.650 100 B Jaringan Irigasi Tersier 14. Pembangunan Irigasi Ha - - - - - 3.000 3.000 100 B Air Permukaan 15. Combine Harvester Unit - - - 2 2 16 16 100 B 16. Corn Sheller Unit - 9 21 - - 5 5 100 B 17. Power Threser Unit - - 5 8-15 15 100 B 18. Rice Transplanter Unit - - - - - 15 15 100 B Capaian Rata-Rata 108,13 A Capaian kinerja meliputi 7 (tujuh) indikator kinerja dengan capaian kinerja keseluruhan adalah 100% (kategori Baik). Berikut analisis capaian kinerja dari Sasaran 2 per indikator : 1. Penambahan/penumbuhan kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena adanya kegiatan pemberdayaan, pembinaan, dan pelatihan dalam rangka penguatan kelembagaan petani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A) atau Lembaga Ekonomi Petani di Lahan Beririgasi agar lebih mandiri dalam berusahatani dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya. Selain itu keberhasilan capaian target kinerja indikator ini juga karena didukung adanya Program Pengelolaan Sektor Irigasi dan Sumber Daya Air (Water Resources and Irrigation Sector Management Project / WISMP). BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 7

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja ini diantaranya : Partisipasi Perkumpulan Petani Pemakai Air yang masih rendah dalam meningkatkan peran P3A pada pembangunan pertanian. Kemampuan P3A pada aspek kelembagaan, teknis dan ekonomi masih rendah. Masih minimnya pemahaman/pengetahuan petugas kecamatan dan kabupaten dalam memberdayakan P3A. Tindak lanjut yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah : Perlunya pelatihan/training of trainer (TOT) bagi petugas Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan kabupaten dan kecamatan mengenai pemberdayaan kelembagaan petani pemakai air, baik dari kabupaten, provinsi maupun pusat dan meningkatkan peran pemerintah/aparat daerah berfungsi sebagai fasilitator, katalisator, motivator dan dinamisator dalam meningkatkan kinerja pemberdayaan P3A. Pentingnya penguatan kelembagaan dan peningkatan kemampuan P3A serta pembinaan secara rutin kepada pengurus dan anggota P3A pada aspek kelembagaan, teknis dan keuangan dengan melakukan pembinaan, pelatihan dan pendampingan secara intensif, sehingga P3A dalam menjadi kuat, memiliki posisi tawar tinggi, mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat, mampu merencanakan kegiatannya dan mengembangkan potensi sumber daya lokal dalam rangka pengelolaan irigasi partisipatif. Perlunya dilakukan pertemuan koordinasi secara rutin antar instansi pelaksana kegiatan WISMP-2, sehingga permasalahan dan hambatan yang ada di lapangan dapat diminimalisir dan dicari penyelesaian dan solusi yang terbaik. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Pencapaian target kinerja ini didukung oleh 2 (dua) sumber dana, yaitu dana LOAN/Hibah dengan efisiensi 14,41% dari anggaran Rp. 50.000.000,00 digunakan Rp. 42.795.200,00 dan dari dana APBD kabupaten (pendampingan) dengan efisiensi 5,85% dari anggaran Rp. 108.550.000,00 digunakan Rp. 102.194.430,00. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun beberapa hal perlu ditingkatkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal, yaitu antara lain peningkatan koordinasi dan BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 8

pembagian peran (role sharing) antar instansi yaitu Dispertanbunhut, Bappeda, dan DPU & ESDM dalam penanganan kelembagaan dan pembinaan petani pengelola air. Di samping itu perlu adanya kebijakan pembinaan dan pengembangan pemberdayaan kelembagaan petani pada lahan beririgasi oleh petugas kabupaten/kecamatan maupun tenaga pendamping masyarakat guna mensinergikan dan menyatukan berbagai kelembagaan petani tersebut. Kebijakan ini perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan bagi petani dan agar kelembagaan petani dapat berpartisipasi aktif dalam program pembangunan pedesaan utamanya yang terkait dengan jaringan irigasi. 2. Penambahan/ perbaikan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT) 15 unit pertahun a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena adanya dukungan dana yang memadai dari APBD melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian khususnya melalui kegiatan pengembangan/ rehabilitasi jaringan irigasi tersier dalam mendukung Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produktifitas Padi, Jagung, dan Kedele, dana dari Kementerian Pertanian RI melalui dana TP Program Penyediaan Prasarana dan Sarana Pertanian, serta kerjasama yang baik antara satker yang terkait (Dispertanbunhut, Bappeda, DPU ESDM, DPPKAD, Bagian Dalbang, dan ULP). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan. Dalam hal pemeriksaan hasil pekerjaan dan pengawas lapangan diharapkan personilnya berasal dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali yang lebih paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Namun pengawas dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali mempunyai kesibukan di internal satker, personil sangat terbatas bahkan juga menjadi pengawas pada kegiatan konstruksi di satker-satker lain Daerah irigasi di Kabupaten Boyolali yang sangat banyak dan perlu penanganan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Dana pengembangan jaringan irigasi berdasarkan luas oncoran masing-masing Daerah Irigasi sehingga daerah irigasi yang luas oncoran kecil namun memiliki potensi peningkatan produksi belum dapat difasilitasi. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 9

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Kedepannya diharapkan dapat melibatkan konsultan pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. Perlunya dilakukan update data kerusakan jaringan irigasi tersier di masing-masing Daerah Irigasi yang menjadi dasar perencanaan pengembangan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Melakukan koordinasi dengan DPU ESDM terkait lokasi pengembangan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang mempunyai jaringan primer/sekunder yang kondisinya baik dan ketersediaan air cukup. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Pencapaian target kinerja ini didukung oleh 2 (dua) sumber dana, yaitu dana APBD khususnya DAK Bidang Pertanian dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 dan dari dana APBN Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian khususnya kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier sebesar Rp. 2.500.000.000,00 teralisasi 100 %. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan penambahan jumlah embung ini dapat meningkatkan penyediaan kebutuhan air irigasi yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produkstiftas komoditas pertanian terutama komoditas pangan. 3. Penambahan/ perbaikan jaringan irigasi tingkat desa (JIDES) 15 unit pertahun a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena adanya dukungan dana yang memadai dari APBD melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian khususnya melalui kegiatan pengembangan/ rehabilitasi jaringan irigasi tersier dalam mendukung Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produktifitas Padi, Jagung, dan Kedele, dana dari Kementerian Pertanian RI melalui dana TP Program Penyediaan Prasarana dan Sarana Pertanian, serta kerjasama yang baik antara satker yang terkait (Dispertanbunhut, Bappeda, DPU ESDM, DPPKAD, Bagian Dalbang, dan ULP). BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 10

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan. Dalam hal pemeriksaan hasil pekerjaan dan pengawas lapangan diharapkan personilnya berasal dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali yang lebih paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Namun pengawas dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali mempunyai kesibukan di internal satker, personil sangat terbatas bahkan juga menjadi pengawas pada kegiatan konstruksi di satker-satker lain Daerah irigasi di Kabupaten Boyolali yang sangat banyak dan perlu penanganan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Dana pengembangan jaringan irigasi berdasarkan luas oncoran masing-masing Daerah Irigasi sehingga daerah irigasi yang luas oncoran kecil namun memiliki potensi peningkatan produksi belum dapat difasilitasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Kedepannya diharapkan dapat melibatkan konsultan pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. Perlunya dilakukan update data kerusakan jaringan irigasi tersier di masing-masing Daerah Irigasi yang menjadi dasar perencanaan pengembangan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Melakukan koordinasi dengan DPU ESDM terkait lokasi pengembangan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang mempunyai jaringan primer/sekunder yang kondisinya baik dan ketersediaan air cukup. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Pencapaian target kinerja ini didukung oleh 2 (dua) sumber dana, yaitu dana APBD khususnya DAK Bidang Pertanian dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 dan dari dana APBN Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian khususnya kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier sebesar Rp. 2.500.000.000,00 teralisasi 100 %. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 11

c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan penambahan jumlah embung ini dapat meningkatkan penyediaan kebutuhan air irigasi yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produkstiftas komoditas pertanian terutama komoditas pangan. 4. Pembangunan embung (2 unit) dan Rehabilitasi/Perbaikan Embung (9 unit) a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena adanya dukungan dana yang memadai dari APBD melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian serta kerjasama yang baik antara satker yang terkait (Dispertanbunhut, Bappeda, DPU ESDM, DPPKAD, Bagian Dalbang, dan ULP). Dengan keberadaan 11 unit embung ini diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan air bagi 110 Ha sawah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan. Dalam hal pemeriksaan hasil pekerjaan dan pengawas lapangan diharapkan personilnya berasal dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali yang lebih paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Namun pengawas dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali mempunyai kesibukan di internal satker, personil sangat terbatas bahkan juga menjadi pengawas pada kegiatan konstruksi di satker-satker lain Sumber air yang mengisi embung kebanyakan hanya mengandalkan air hujan, sehingga kapasitas embung menjadi tidak optimal. Sumber air yang mengisi embung diharapkan selain dari air hujan, dapat berasal dari air limpasan maupun mata air. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Kedepannya diharapkan dapat melibatkan konsultan pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. Melakukan identifikasi dan inventarisasi embung yang memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Pencapaian target BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 12

kinerja ini didukung oleh 1 (satu) sumber dana, yaitu dana APBD khususnya DAK Bidang Pertanian dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan penambahan jumlah embung ini dapat meningkatkan penyediaan kebutuhan air irigasi yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produkstiftas komoditas pertanian terutama komoditas pangan. 5. Penambahan/Pembuatan Sumur Pantek a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena adanya dukungan dana yang memadai dari APBD melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian serta kerjasama yang baik antara satker yang terkait (Dispertanbunhut, Bappeda, DPU ESDM, DPPKAD, Bagian Dalbang, dan ULP). Dengan keberadaan 11 unit embung ini diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan air bagi 100 Ha sawah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan. Dalam hal pemeriksaan hasil pekerjaan dan pengawas lapangan diharapkan personilnya berasal dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali yang lebih paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Namun pengawas dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali mempunyai kesibukan di internal satker, personil sangat terbatas bahkan juga menjadi pengawas pada kegiatan konstruksi di satker-satker lain Belum adanya teknis pengujian potensi air tanah dangkal. Karena pengujian ini menentukan berhasil tidaknya pembangunan sumur pantek.. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Kedepannya diharapkan dapat melibatkan konsultan pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. Perlu menganggarkan pengujian potensi air tanah dangkal dengan geolistrik. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Pencapaian target kinerja ini didukung oleh 1 (satu) sumber dana, yaitu dana APBD khususnya DAK BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 13

Bidang Pertanian dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan penambahan jumlah sumur pantek ini dapat meningkatkan penyediaan kebutuhan air irigasi yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produkstiftas komoditas pertanian terutama komoditas pangan. 6. Penambahan hand traktor a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan karena adanya pengadaan hand traktor sebanyak 97 unit terdiri dari 93 unit traktor roda 2 dan 4 unit traktor roda 4. Selanjutnya traktor-traktor tersebut diserahkan kepada kelompok tani yang membutuhkan untuk memudahkan dalam pengolahan tanah. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan pengadaan hand traktor ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang bersumber dana APBD Kabupaten dan kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian yang bersumber dana APBN. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun dalam pemanfaatannya kelompok tani perlu dimonitor dan dievaluasi dengan baik agar alat yang sudah diserahkan dapat benar-benar dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan pertanian. 7. Penambahan pompa air a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui pengadaan 150 (seratus lima puluh) unit pompa air yang mampu meningkatkan ketersediaan air bagi lahan seluas 500 Ha. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 14

Kegiatan pengadaan hand traktor ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang bersumber dana APBD Kabupaten dan kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian yang bersumber dana APBN. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pemberian bantuan pompa air bagi kelompok tani ini dalam rangka untuk pengembangan irigasi air permukaan sehingga dapat meningkatkan areal tanam, produksi, dan produktivitas. Namun sebagaimana bantuan alat mesin pertanian yang lain, maka keberadaan alat ini di kelompok harus tetap dimonitor agar benar-benar dapat dimanfaatkan untuk membantu kelompok dalam menjalankan usahataninya. 8. Pembangunan irigasi tanah dalam a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui pembuatan sumur bor, penyediaan pompa air dan kelengkapannya, penyediaan genset, pembangunan rumah genset, dan pembangunan bak penampung. Pembangunan irigasi tanah dalam merupakan pemanfaatan air tanah yang ada pada lapisan aquifer yang termasuk ke dalam daerah cekungan air tanah yang dinaikkan ke permukaan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Pencapaian target kinerja ini didukung oleh 1 (satu) sumber dana, yaitu dana APBD khususnya DAK Bidang Pertanian dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pembangunan irigasi tanah dalam sebanyak 2 (dua) unit ini mampu menyediakan air irigasi tanah dalam untuk mengairi lahan seluas 20 Ha. 9. Pembangunan jalan usaha tani a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui kegiatan pembangunan jalan usaha tani sebanyak 14 unit atau sepanjang 12.000 meter. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 15

b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan pembangunan jalan usaha tani ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang secara keseluruhan bersumber dana dari DAK Bidang Pertanian dan DAU Pendamping dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kegiatan pembangunan jalan usaha tani ini dalam rangka meningkatkan kelancaran transportasi alat pertanian, sarana produksi dari dan ke lahan pertanian, serta meningkatkan nilai tambah produk. Namun demikian, masyarakat sekitar harus selalu dibina dan diingatkan agar tetap merawat infrastruktur ini agar umur pakainya bisa lama. 10. Pembangunan dam parit a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui pembangunan dam parit, yaitu dengan meninggikan permukaan air dengan membendung aliran permukaan atau sungai kecil yang mempunyai potensi sebagai sumber irigasi. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan pembangunan dam parit ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang secara keseluruhan bersumber dana dari DAK Bidang Pertanian dan DAU Pendamping dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kegiatan pembangunan dam parit sebanyak 10 unit mampu memperbaiki kinerja jaringan irigasi sehingga dapat menyediakan suplesi irigasi bagi lahan petani seluas 200 Ha. Namun kelompok tani harus selalu diingatkan agar tetap merawat dam parit yang ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam jangka waktu yang lama. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 16

11. Pembangunan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Pembangunan jaringan irigasi tersier merupakan pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada pada Daerah Irigasi. Rehabilitasi jaringan irigasi dilaksanakan melalui kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan Pembangunan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang secara keseluruhan bersumber dana dari DAK Bidang Pertanian dan DAU Pendamping dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kegiatan pembangunan jaringan irigasi tersier dilaksanakan di 34 lokasi. Sedangkan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dilaksanakan di 48 lokasi. Dengan kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan luas areal tanam melalui peningkatan Indeks Pertanaman pada lokasi pengembangan jaringan irigasi tersier. Namun kelompok tani harus selalu diingatkan agar tetap merawat Jaringan Irigasi Tersier yang ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam jangka waktu yang lama. 12. Pembangunan Irigasi Air Permukaan a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui kegiatan pemanfaatan air permukaan (sungai, danau, mata air, air bekas galian tambang, dll) yang mempunyai potensi baik kuantitas maupun kualitasnya dengan pompanisasi yaitu mengangkat air permukaan dan didistribusikan dengan mempergunakan pompa air dan didistribusikan dengan saluran terbuka atau saluran tertutup (selang buang). b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 17

Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan pembangunan Irigasi Air Permukaan ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang secara keseluruhan bersumber dana dari DAK Bidang Pertanian dan DAU Pendamping dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kegiatan pembangunan Irigasi Air Permukaan sebanyak 4 unit diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan air irigasi sehingga dapat menyediakan suplesi irigasi bagi lahan petani seluas 40 Ha. Namun kelompok tani harus selalu diingatkan agar tetap merawat Irigasi Air Permukaan yang ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam jangka waktu yang lama. 13. Pembangunan Irigasi Tanah Dangkal a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui kegiatan pemanfaatan air tanah yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah pada kedalaman 30 meter yang dinaikkan ke permukaan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan pembangunan Irigasi Irigasi Tanah Dangkal ini merupakan bagian dari kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan yang secara keseluruhan bersumber dana dari DAK Bidang Pertanian dan DAU Pendamping dengan efisiensi 2,73% dari anggaran Rp. 22.555.103.000,00 digunakan Rp. 21.940.144,040,00 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kegiatan pembangunan Irigasi Tanah Dangkal sebanyak 25 unit diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan air irigasi tanah dangkal untuk mengairi lahan 125 Ha. Namun kelompok tani harus selalu diingatkan agar tetap merawat Irigasi Tanah Dangkal yang ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam jangka waktu yang lama. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 18

14. Penambahan Combine Harvester, Corn Sheller, Power Threser, dan Rice Transplanter a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui pengadaan Combine Harvester 16 Unit, Corn Sheller 5 Unit, Power Threser 15 Unit, dan Rice Transplanter 15 Unit. Dengan alsintan ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas padi dan jagung secara signifikan. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran. Kegiatan pengadaan hand traktor ini merupakan bagian dari kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian yang bersumber dana APBN yaitu Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian (APBN) dengan efisiensi 0,90% dari anggaran Rp. 12.080.653.000 digunakan Rp. 11.972.124.000 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pemberian bantuan Combine Harvester, Corn Sheller, Power Threser, dan Rice Transplanter bagi kelompok tani ini dalam rangka untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan utamanya padi dan jagung. Namun sebagaimana bantuan alat mesin pertanian yang lain, maka keberadaan alat ini di kelompok harus tetap dimonitor agar benar-benar dapat dimanfaatkan untuk membantu kelompok dalam menjalankan usahataninya. Secara umum permasalahan/hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan yang bersumber dana dari DAK ini antara lain : 1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan DAK Bidang Pertanian dari Kementerian Pertanian diterima Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada awal bulan Januari 2015 dan DAK Tambahan P3K2 Bidang Pertanian diterima akhir bulan Mei 2015, sedangkan penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) sudah dimulai pada bulan Oktober Nopember 2014 untuk DAK Bidang Pertanian 2015 dan bulan April Mei 2015 untuk DAK Tambahan P3K2 Bidang Pertanian 2015. Namun kegiatan yang dilaksanakan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali sudah berdasarkan juknis DAK Bidang Pertanian maupun DAK Tambahan P3K2 Bidang Pertanian adalah Pembangunan Irigasi Tanah Dalam, Pembangunan Embung, BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 19

Pembangunan Jalan Usaha Tani, Pengembangan Irigasi Air Permukaan, Pembangunan Dam Parit, Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier, Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier dan Pembangunan/Rehabilitasi Jalan Usaha tani. 2. Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan. Dalam hal pemeriksaan hasil pekerjaan dan pengawas lapangan diharapkan personilnya berasal dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali yang lebih paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Namun pengawas dari DPU-ESDM Kabupaten Boyolali mempunyai kesibukan di internal satker, personil sangat terbatas bahkan juga menjadi pengawas pada kegiatan konstruksi di satker-satker lain Upaya yang dilakukan dalam mensikapi permasalahan ini adalah : 1. Petunjuk teknis DAK Bidang Pertanian diharapkan dapat diterima sebelum penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA), sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RKA. 2. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat lebih dioptimalkan dengan menggunakan konsultan pengawas, dikarenakan paket pekerjaan yang banyak dan keterbatasan personil pengawas lapangan yang paham teknis bangunan dan kesesuaian spesifikasi. C. Sasaran : Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur Indikator Kinerja Satuan Tabel 3.3. Pencapaian Kinerja Sasaran 3 TARGET RPJMD 2015 2011 2012 2013 2014 Target 2015 2015 Capaian 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Terpilih dan terbinanyanya kelompok tani penerima bantuan pemerintah di bidang tanaman pangan dan hortikultura Kelompok - 664 1.005 613 87 60 64,00 106,67 A Kategori 2. Terlaksananya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi Bulan - - - 12 12 12 12 100 B 3. Luasan lahan pertanian yang terkendali dari serangan OPT Ha - 100 100 275 480 1.000 1.000 100 B BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 20

4. Meningkatnya jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 1. Padi sawah Ton 2. Padi ladang Ton 3. Jagung Ton 4. Kedele Ton 5. Kacang tanah Ton 6. Ubi kayu Ton 7. Ubi jalar Ton 5. Meningkatnya produktivitas tanaman pangan utama : 1. Padi sawah Ku/Ha 2. Padi ladang Ku/Ha 3. Jagung Ku/Ha 4. Kedele Ku/Ha 5. Kacang tanah Ku/Ha 6. Ubi kayu Ku/Ha 7. Ubi jalar Ku/Ha 6. Meningkatnya jumlah produksi hortikultura buah-buahan, meliputi : 1. Durian Kuintal 2. Mangga Kuintal 3. Pepaya Kuintal 4. Pisang Kuintal 5. Rambutan Kuintal 7. Meningkatnya jumlah produksi hortikultura sayuran, meliputi : 1. Bawang merah Kuintal 2. Kobis Kuintal 3. Cabe rawit Kuintal 4. Tomat Kuintal 5. Wortel Kuintal 8. Meningkatnya produktivitas tanaman hortikultura sayuran: 1. Bawang merah Ku/Ha 2. Kobis Ku/Ha 3. Cabe rawit Ku/Ha 4. Tomat Ku/Ha 5. Wortel Ku/Ha 82,38 B 1.251.698 225.103 268.776 242.755 247.149 252.893 270.816 107,09 90.933 14.372 20.544 22.486 19.809 18.229 8.444 46,32 696.536 112.253 132.240 123.125 136.441 141.493 109.430 77,34 21.618 4.175 3.864 2.317 3.081 4.452 5.062 113,70 23.466 3.514 6.095 7.097 4.842 4.955 3.132 63,21 495.993 123.657 126.456 119.127 94.322 104.787 123.499 117,86 2.662 928 1.194 669 639 614 314 51,14 92,90 B 60 56,01 59,39 56,31 54,01 59,52 58,97 99,08 49 38,54 48,58 45,61 49,24 49,28 27,90 56,62 50 50,28 52,00 51,85 50,66 49,52 41,35 83,50 12 16,97 11,43 11,84 12,05 12,10 14,34 118,51 13 9,14 14,42 22,30 11,43 12,70 12,65 99,61 159 190,71 203,08 242,92 186,52 159,00 221,44 139,27 150 137,87 134,12 133,89 133,05 150,00 80,54 53,69 120,31 A 137.365 37.341 27.621 19.396 19.731 32.942 21.785 66,13 825.871 106.586 97.412 148.006 158.691 204.558 46.243 22,61 552.564 99.552 89.626 307.687 268.043 121.551 214.217 176,24 509.434 156.201 203.377 262.190 352.421 109.015 220.718 202,47 114.618 54.155 39.869 16.634 33.977 26.216 35.160 134,12 211,74 A 138.142 24.325 30.129 22.791 30.819 30.388 104.357 343,42 650.505 121.104 209.479 171.107 150.208 135.304 97.487 72,05 469.679 123.394 288.228 238.322 293.244 103.318 319.363 309,11 55.192 29.062 26.810 37.427 17.357 11.590 18.335 158,20 414.423 118.225 92.240 252.115 139.519 91.163 160.370 175,92 171,95 A 88 106,69 118,62 64,75 66,71 88,27 109,73 124,31 111 124,72 146,39 109,83 177,13 110,85 134,84 121,64 43 50,36 125,32 100,64 105,07 43,39 124,51 286,96 86 124,2 153,20 224,11 148,35 85,66 156,71 182,94 106 124,32 124,99 143,41 168,10 105,92 152,44 143,92 BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 21

9. Meningkatnya produksi komoditas perkebunan : 132,56 A 1. Tebu Ton Tebu 129.000 23.560 30.528,60 29.337,60 32.222,9 32.400 28.410 87,69 2. Tembakau Ton rajangan Rajangan 10.080 3.375 3.800,97 2.635,35 3.343,3 2.115 3.378 159,72 3. Tembakau asepan Ton Asepan 3.240 787,25 1.023,45 626,73 544,1 702 723 102,99 4. Cengkeh Ton Bunga Kering 1.075 94,81 328,88 104,64 189,8 250 413,35 165,34 5. Lada Ton Biji Kering 55 14,25 35,25 0,44 1,5 12 19,78 164,83 6. Kopi Ton Biji Kering 587 40,27 13,96 397,52 82,18 120 240,85 200,71 7. Kelapa Ribu Butir Kelapa 86.000 16.045,55 14.830 18.200 15.271,43 17.400 21.831 125,47 8. Nilam Kuintal Daun 1.146 444 83,55 2,23 220 275 423,50 154,00 9. Kenanga Kuintal Minyak 73 12,90 98,82 71,67 8 16 5 32,26 10. Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul : 145,08 A 1. Padi sawah % 2. Jagung % 3. Kedele % 11. Tersedianya peta digitasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 80 28 96,55 97,48 99,15 85 89,70 105,53 60 22 86,45 86,44 86,59 65 89,40 137,54 30 62 73,96 63,01 82,68 45 86,48 192,18 Kecamatan - - - 267 Desa 4 15 15 100 B Capaian Rata-Rata 123,96 A Capaian kinerja sasaran ini meliputi 48 (empat puluh delapan) indikator kinerja, namun dapat dikelompokkan menjadi 11 indikator kinerja besar dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 123,96% (kategori Sangat Baik) terdiri dari 6 (enam) indikator kategori Sangat Baik (54,54%) dan 5 (lima) indikator kategori Baik (45,45%). Berikut analisis capaian kinerja dari Sasaran 3 per indikator : 1. Terpilih dan terbinanyanya kelompok tani penerima bantuan pemerintah di bidang tanaman pangan dan hortikultura a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui penetapan CPCL (Calon Petani Calon Lahan) penerima bantuan pemerintah untuk komoditas tanaman BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 22

pangan dan hortikultura. Penetapan CPCL ini melalui kegiatan monitoring dan evaluasi kelompok tani sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 1,08% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 digunakan Rp. 43.937.800,00. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani pelaksana bantuan tanaman pangan dan kelompok tani pelaksana bantuan hortikultura. Dengan pelaksanaan kegiatan bantuan dari pemerintah ini dapat mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. 2. Terlaksananya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan dengan pengoptimalan keberadaan Tim KP3 atau Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida tingkat kabupaten dan kecamatan melalui rapat koordinasi secara rutin; monitoring dan evaluasi ke distributor, pengecer, dan ke kelompok tani; serta pendampingan kepada gabungan kelompok tani (gapoktan) dalam menyusun RDKK (Rencana Detail Kebutuhan Kelompok) sehingga dapat memenuhi kebutuhan petani akan pupuk bersubsidi secara 6 (enam) tepat, yaitu tepat waktu, tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat harga, dan tepat lokasi sehingga petani dapat memakai pupuk sesuai dengan peruntukan dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan-permasalahan sebagai berikut : - Peran KP3 masih perlu ditingkatkan. - Peran SKPD yang terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida belum optimal. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah : Peningkatan koordinasi sehingga KP3 dapat bekerja sebagaimana mestinya serta SKPD yang terkait dapat berperan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masingmasing. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 23

Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 30,15% dari anggaran Rp. 51.950.000,00 digunakan Rp. 36.290.000,00. Efisiensi anggaran dilakukan pada anggaranhonorarium Tim KP3 yang tidak diambil berdasarkan hasil audit Tim dari Inspektorat. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun agar azas 6 (enam) tepat dalam penggunaan pupuk dan pestisida bisa terwujud seperti yang diharapkan maka koordinasi dengan pihak-pihak terkait harus diintensifkan lagi, dan juga kegiatan monitoring dan evaluasi bisa lebih ditingkatkan untuk mencegah terjadinya penyelewengan. 3. Luasan lahan pertanian yang terkendali dari serangan OPT a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dilaksanakan melalui kegiatan gerakan pengendalian OPT, penyediaan pestisida, dan pembelian alat pengendali tikus. Persediaan pestisida tetap diperlukan apabila sewaktu-waktu terjadi serangan OPT pemerintah bersama-sama dengan kelompok tani dapat segera melaksanakan tindakan penanggulangan. Sebagaimana diketahui wilayah Kabupaten Boyolali merupakan wilayah yang masuk dalam segitiga emas penyebaran OPT selain Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. Untuk itu pelaksanaan gerakan pencegahan dan penanggulangan OPT tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri setiap kabupaten, namun harus dilakukan secara bersama-sama dan terkoordinir dengan baik. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 4,53% dari anggaran Rp. 203.705.000,00 digunakan Rp. 194.478.000,00 c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Wilayah Kabupaten Boyolali khususnya di beberapa kecamatan merupakan wilayah endemis hama wereng dan hama tikus. Untuk itu perlu dialokasikan pestisida baik hayati maupun non hayati untuk mengendalikan hama BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 24

wereng dan hama tikus serta diadakan gerakan pengendalian bersama-sama dengan anggota kelompok tani. 4. Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas bahan pangan pokok yang meliputi komoditas padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Secara keseluruhan capaian target kinerja rata-rata baik untuk produksi maupun produktifitas dari ketujuh komoditas ini termasuk kategori Baik, yaitu 82,38% untuk produksi dan 92,90% untuk produktifitas. Indikator dengan kategori Cukup sampai dengan Sangat Baik dicapai oleh komoditas padi sawah, jagung, kedele, kacang tanah, dan ubi kayu. Sedangkan indikator dengan kategori Kurang terjadi pada komoditas padi ladang dan ubi jalar. a. Keberhasilan capaian target kinerja produksi dan produktifitas bahan pangan pokok komoditas padi sawah, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu ini karena : dukungan program/kegiatan yang berkaitan dengan bantuan infra struktur, sarana prasarana produksi tanaman, alat mesin pertanian. iklim yang mendukung, dimana tanaman mendapatkan penyinaran matahari yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang optimal, serta kecukupan air. Penurunan serangan OPT dibandingkan dengan tahun 2014, dengan perbandingan serangan sebagai berikut : Gambar 3.1. Perbandingan Luas Serangan OPT 2014 dan 2015 Secara umum pada tahun 2015 luas akumulasi serangan OPT utama tanaman padi lebih rendah/menurun yaitu WBC, tikus, BLB, Blas dan Virus Kerdil, kecuali penggerek batang. Dengan akumulasi luas serangan 958 ha dan 2014 seluas 1.451 ha BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 25

Berikut grafik jumlah produksi bahan pangan pokok dari 2010-2015 : Gambar 3.2. Jumlah produksi bahan pangan pokok dari 2010 2015 Berikut grafik tingkat produktivitas bahan pangan pokok dari 2010 2015 : Gambar 3.3. Tingkat produktivitas bahan pangan pokok dari 2010 2015 Berkaitan dengan produksi dan produltivitas komoditas padi (padi sawah dan padi ladang) yang merupakan bahan pangan utama bagi penduduk di Kab. Boyolali, maka dapat dibuat grafik di bawah ini : BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 26

Gambar 3.4. Jumlah produksi padi dari 2010 2015 Gambar 3.5. Tingkat produktivitas padi dari 2010 2015 Dari kedua grafik di atas dapat dilihat bahwa produksi dan produktivitas padi pada tahun 2015 sudah ada kenaikan. Hal ini merupakan dampak dari adanya program nasional Upsus Pajale (Upaya Khusus Padi Jagung Kedele) dan pemberian bantuan prasarana dan sarana pertanian dari Kementerian Pertanian yang secara signifikan dapat meningkatkan produksi dan produktifitas padi. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 27

b. Kegagalan capaian indikator jumlah produksi padi ladang disebabkan karena produktivitas tanaman padi ladang yang rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja ini adalah karena areal penanaman tanaman padi ladang berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, sedangkan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam padi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup. c. Kegagalan capaian indikator jumlah produksi dan produktifitas ubi jalar disebabkan karena : 1) Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang kurang optimal dan biasanya sebagai tanaman penutup galengan 2) Belum diusahakan secara monokultur 3) Belum menggunakan varietas unggul dan rata2 ditanam dengan tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah penanaman ubi jalar berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, dikarenakan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam ubi jalar secara intensifi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup serta menggunakan varietas unggul. d. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Pelibatan antara unsur/instansi di Tingakat Kabupate, Kecamatan dan Tingkat Desa : a) Koordinasi antara unsur/instansi yang terkait dengan diterbitkannya SK Bupati Boyolali SK Bupati Boyolali No. 520/197 tentang BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 28

Pembentukan Tim Pelaksana Teknis Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya di Kabupaten Boyolali Anggaran 2015 b) Pendampingan yang dilkulkan oleh Penyuluh Pertanian dan UPTD Pertanian serta Pendampingan oleh aparat TNI di lingkup Kodim 0724/Boyolali yang didasarkan pada Penandatangan MoU antara Komendan Kodim 0724, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Boyolali, dan Bupati Boyolali tanggal 20 Januari 2015. 2) Koordinasi antara unsur/instansi yang dilaksanakan secara rutin pada saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, 3) Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dengan efisiensi 1,08% dari anggaran Rp. 44.413.500 digunakan Rp. 43.937.800 e. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun pendampingan dan bimbingan kepada kelompok tani harus tetap dilakukan karena belum semua kelompok tani mau melaksanakan budidaya dengan menggunakan teknologi sesuai rekomendasi. Tantangan lain dalam meningkatkan produksi dan produktivitas bahan pangan pokok adalah terjadinya peningkatan laju alih fungsi lahan pertanian. Hal ini menuntut pemerintah untuk dapat merumuskan kebijakan yang dapat mengakomodir berbagai kepentingan termasuk kepentingan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk khususnya penduduk Kabupaten Boyolali yang semakin bertambah jumlahnya. 5. Meningkatnya jumlah produksi hortikultura buah-buahan yang meliputi komoditas durian, mangga, pepaya, pisang, dan rambutan. Capaian kinerja rata-rata dari kelima komoditas ini adalah 120.31% (kategori Sangat Baik). Namun dari kelima komoditas ini ada satu komoditas yang nilai capaiannya Kurang (22,61%) yaitu komoditas Mangga. Sedangkan nilai capaian komoditas yang lain adalah sebagai berikut : Durian capaian 66,13% (Kategori Cukup), Pepaya capaian 176,24% (Kategori A), Pisang capaian 202,47% (Kategori A), Rambutan capaian 134,12% (Kategori A). a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator komoditas buah Pepaya, Pisang, dan Rambutan dicapai karena petani sudah menerapkan budidaya pisang secara baik dan BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 29

benar ramah lingkungan (GAP), serta petani berbudidaya pisang dengan sistim monokutur. Hal ini berkat adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para investor maupun pengusaha. b. Kegagalan capaian target kinerja indikator komoditas buah Durian dan Mangga disebabkan karena musim kemarau yang panjang yang menyebabkan bunga dan bakal buah rontok sebelum waktunya. Selain itu adanya serangan hama tupai dan serangan kutu putih yang mengakibatkan pembungaan tidak sempurna. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala ini adalah dengan mengadakan gerakan pengendalian OPT dan pembersihan lngkungan bekerjasama dengan penyuluh dan anggota kelompok tani. c. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi pertanian/perkebunan dengan efisiensi 7,80% dari anggaran Rp. 140.177.000,00 digunakan Rp. 129.241.525,00 dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dengan efisiensi 1,08% dari anggaran Rp. 44.413.500 digunakan Rp. 43.937.800. d. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun pembinaan dan pendampingan kepada petani harus tetap diberikan agar petani bisa melaksanakan budidaya dengan baik dan benar 6. Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas hortikultura sayuran meliputi komoditas Bawang Merah, Kobis, Cabe Rawit, Tomat, Wortel Secara keseluruhan rata-rata capaian target kinerja jumlah produksi dan produktifitas hortikultura sayuran meliputi komoditas Bawang Merah, Kobis, Cabe Rawit, Tomat, Wortel adalah masuk kategori A (Sangat Baik), kecuali capaian kinerja produksi Kobis dengan nilai capaian 72,05 (Kategori Cukup) a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan adanya pembinaan dan pendampingan kepada petani dalam penerapan GAP (Good Agricultural Practices) GHP (Good Handling Practices), penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengembangan kawasan, penerapan teknologi maju, dan penggunaan benih bermutu varietas unggul. Untuk komoditas bawang merah kepada petani diberikan pengenalan BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 30

varietas Batu Ijo yang merupakan bantuan dari Dinas Pertanian TPH Prov. Jawa Tengah. Sedangkan untuk komoditas cabe mendapatkan kegiatan pengembangan yang bersumber dana dari APBN. b. Kegagalan capaian target kinerja indikator jumlah produksi Kobis walaupun target produktifitasnya tercapai adalah karena adanya alih komoditas dari tanaman kobis ke komoditas lain sehingga mengurangi luas panen yang pada akhirnya menyebabkan target produksi tidak tercapai. c. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dengan efisiensi 1,08% dari anggaran Rp. 44.413.500 digunakan Rp. 43.937.800 dan kegiatan yang tergabung dalam Program Peningkatan Produksi dan Produktifitas Hortikultura Ramah Lingkungan dengan efisiensi 6,17% dari angaran Rp. 1.385.020.000 digunakan Rp. 1.299.667.040 d. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun pembinaan dan pendampingan kepada petani harus tetap diberikan agar petani bisa melaksanakan budidaya dengan baik dan benar Berikut grafik jumlah produksi hortikultura buah-buahan dari 2010-2015 : Gambar 3.6. Jumlah produksi hortikultura buah-buahan dari 2010-2015 BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 31

Berikut grafik jumlah produksi hortikultura sayuran dari 2010-2015 : Gambar 3.7. Jumlah produksi hortikultura sayuran dari 2010-2015 Berikut grafik produktivitas hortikultura sayuran dari 2010-2015 : Gambar 3.8. Jumlah produktivitas hortikultura sayuran dari 2010-2015 7. Meningkatnya produksi komoditas perkebunan meliputi tebu, tembakau rajangan, tembakau asepan, cengkeh, lada, kopi, kelapa, nilam, kenanga Secara keseluruhan rata-rata capaian target kinerja jumlah produksi komoditas perkebunan meliputi tebu, tembakau rajangan, tembakau asepan, cengkeh, lada, kopi, kelapa, nilam, BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 32

kenanga adalah 132,56% masuk kategori A (Sangat Baik). Capaian kinerja ke-sembilan komoditas ini 7 (tujuh) diantaranya masuk kategori A (Sangat Baik), satu masuk kategori B (Baik) yaitu Tebu (87,69%), dan satu komoditas lagi masuk kategori Kurang (K) yaitu kenanga. Tebu a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena petani tebu banyak yang beralih ke tanaman yang lain. Hal ini disebabkan karena harga gula yang rendah sehingga usaha tani tebu tidak menguntungkan lagi bagi petani. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah turunnya semangat petani tebu akibat dari banyaknya impor gula mentah (raw sugar) sehingga gula petani harganya turun. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah fasilitasi pemerintah untuk melindungi kepentingan petani tebu dengan cara mengurangi gula impor dan perbaikan HPP gula yang layak. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Koordinasi yang baik dengan Dinas Perkebunan Prov. Jateng dan KPTR memperlancar pelaksanaan kegiatan ini. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim dengan Kegiatan Dukungan Penyediaan Benih Tebu sub kegiatan Pembangunan Kebun Benih Datar (KBD) Tebu dan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sub kegiatan Pengembangan tanaman tebu (Bongkar Ratoon Tan. Tebu dan Rawat Ratoon Tanaman Tebu. Namun pembinaan dan pendampingan kepada petani harus tetap diberikan agar petani bisa melaksanakan budidaya dengan baik dan benar. Tembakau Rajangan dan Tembakau Asepan a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan bertambahnya areal tanam karena petani tembakau mempunyai keyakinan apabila bulan ganjil usaha tani kembali akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan bulan genap. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 33

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah panjangnya musim kemarau menyebabkan terjadinya kekurangan air Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah upaya penambahan suplesi air melalui pemberian bantuan pompa air. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Penggunaan anggaran untuk aktivitas yang berpengaruh terhadap capaian target dengan pelatihan dan pembinaan, juga pemberian alsintan, yaitu kegiatan Fasilitasi kerjasama regional/ nasional/ internasional penyediaan hasil produksi pertanian/ perkebunan komplementer dengan efisiensi 11,15% dari anggaran Rp. 1.337.269.000,00 digunakan Rp. 1.188.115.700,00 2) Pengenalan GAP tanaman tembakau rajangan dan asepan dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi tembakau rajangan di Kabupaten Boyolali mencapai 159,72 % dan tembakau asepan mencapai 102,99%. Program/kegiatansecara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik. Kelapa a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan : 1) Potensi tanaman kelapa yang ada di Kabupaten Boyolali yang cukup banyak dan tersebar di hampir seluruh kecamatan, sehingga dengan pembinaan dan monev yang dilaksanakan secara berkala dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi petani/kelompok tani untuk mengembangkan budidaya kelapa. 2) Melaksanakan fasilitasi kegiatan pelatihan pada kelompok tentang GAP Tanaman Kelapa dan peningkatan kelembagaan. 3) Peluang pasar produk kelapa yang terbuka sehingga menjadi motivasi petani/kelompok tani untuk membudidayakan kelapa. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyaknya tanaman kelapa yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 34

tanaman di wilayah pengembangan kelapa belum optimal dalam berproduksi. Dan memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Menggunakan anggaran untuk komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Peningkatan Sistem Intensif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok Tani dengan efisiensi 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 digunakan Rp.225.303.150,00 2) Menyusun / memperbanyak petunjuk teknis budidaya kelapa untuk dapat dipedomasi oleh petani pekebun kelapa. 3) Pengenalan GAP tanaman kelapa dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani secara berkala. 4) Melaksanakan dan memfasilitasi pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan budidaya kelapa. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi kelapa di Kabupaten Boyolali mencapai 125,47 %. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. Cengkeh a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan : 1) Peningkatan kesadaran petani dalam pengelolaan budidaya tanaman cengkeh yang baik (Good Agricultural Practicess), yang tidak terlepas dari pembinaan dan monitoring yang dilaksanakan oleh petugas. Dari komoditas perkebunan merupakan tanaman sampingan yang kurang diperhatikan, menjadi tanaman sampingan utama yang menghasilkan. Dikarenakan semua bagian pohonnya dapat menghasilkan pendapatan bagi petani. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 35

2) Fasilitasi dari pemerintah baik dalam bentuk bibit tanaman maupun peningkatan keterampilan, semakin meningkatakan kepercayaan dari petani. Peningkatan keterampilan dilaksanakan baik untuk budidaya ataupun kelembagaannya. 3) Membaiknya harga cengkeh dengan fluktuasi harga yang tidak begitu mencolok. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyaknya tanaman cengkeh yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian tanaman di wilayah pengembangan cengkeh belum optimal dalam berproduksi serta memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif, juga memfasilitasi ke Dinas Perkebunan Prov. Jateng untuk mengobati tanaman cengkeh yang terkena hama penyakit, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya. Juga diberikan fasilitasi dengan pemberian bibit tanaman cengkeh untuk peremajaan dan perluasan pengembangan cengkeh. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Penggunaan anggaran untuk aktivitas yang berpengaruh terhadap capaian target dengan pelatihan dan pembinaan, juga pemberian bibit cengkeh. 2) Pengenalan GAP tanaman cengkeh dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi cengkeh di Kabupaten Boyolali mencapai 165,34 %. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. Lada a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan : 1) Meningkatnya fasilitasi/dukungan pemerintah dalam pengembangan tanaman lada baik secara budidaya maupun kelembagaan. 2) Meningkatnya animo dari petani untuk melaksanakan budiadaya lada dikarenakan komoditas lada termasuk salah satu komoditas yang mempunyai BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 36

pasar yang masih terbuka lebar dan harga yang tidak fluktuatif, juga produksinya yang dapat bertahan lama, atau bisa disimpan lama dan tidak mudah busuk. 3) Kabupaten Boyolali mempunyai Varietas Bengkayang yang sudah beradaptasi dengan kondisi iklim dan geografis wilayah Boyolali sehingga dapat berproduksi dengan maksimal dan dapat berkembang dengan baik. 4) Pembinaan dan dukungan kepada petani/kelompok tani untuk peningkatan produksi dan produktivitas tanaman lada dan upaya pengembangannya. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengembangan bibit/benih tanaman lada yang ada belum dapat diperjualbelikan karena belum adanya sertifikasi tanaman, sedangkan pengembangan lada untuk varietas yang lain kurang bagus di Kabupaten Boyolali, sehingga untuk bisa dikembangkan varietas Bengkayang dalam jumlah besar belum bisa dilaksanakan. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan fasilitasi untuk pembuatan benih atau bibit tanaman varietas yang ada untuk dapat sumber bibit/benih yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Boyolali. Dan fasilitasi ini mendapat apresiasi dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang memfasilitasi penilaian pohon induk lada oleh Balitro yang dilaksanakan pada Bulan Desember 2015. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Menggunakan anggaran untuk komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Peningkatan Sistem Intensif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok Tani dengan efisiensi 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 digunakan Rp.225.303.150,00 2) Menyusun/memperbanyak petunjuk teknis budidaya lada untuk dipedomani petani pekebun lada. 3) Pengenalan GAP tanaman lada dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani. 4) Melaksanakan pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan penerapan budidaya lada c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi cengkeh di Kabupaten Boyolali mencapai 164,33 %. Program/kegiatan secara umum BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 37

telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. Kopi a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan : 1) Potensi tanaman kopi yang ada di Kabupaten Boyolali baik Arabika maupun Robusta terbukti bagus, sehingga dengan pembinaan dan monev yang dilaksanakan secara berkala dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi petani/kelompok tani untuk mengembangkan budidaya kopi. 2) Pemberian berbagai stimulan/kegiatan pada komoditas kopi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan GAP Tanaman Kopi. 3) Peluang pasar produk kopi lokal yang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya daerah wisata. 4) Peningkatan pengetahuan petani/kelompok tani tentang tanaman kopi sebagai tanaman diversifikasi dengan tanaman lain yang tidak mengganggu tanaman utama. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyak petani yang kurang terbuka terhadap inovasi baru utamanya bibit kopi yang diberikan. Mereka masih banyak menggunakan bibit lokal. Juga sering terjadi serangan hama yaitu kera, sehingga dapat merusak tanaman kopi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan fasilitasi berbagai macam kegiatan dan pelatihan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Menggunakan anggaran untuk komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Peningkatan Sistem Intensif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok Tani dengan efisiensi 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 digunakan Rp.225.303.150,00 2) Menyusun/memperbanyak petunjuk teknis budidaya kopi untuk dipedomani petani pekebun kopi. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 38

3) Pengenalan GAP tanaman kopi dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani secara berkala 4) Melaksanakan dan memfasilitasi pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan budidaya kopi. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi kopi di Kabupaten Boyolali mencapai 200,71 %. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. Nilam a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan : 1) Adanya penyuling yang mampu menampung produksi nilam yang ada sehingga petani/keltan termotivasi untuk menanam. 2) Melaksanakan fasilitasi kegiatan pelatihan pada kelompok tentang GAP Tanaman Nilam dan peningkatan kelembagaan. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah harga minyak atsiri nilam yang fluktuatif menyebabkan tidak banyak penyuling yang memproduksi minyak nilam. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman nilam sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh penyuling. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan 1) Menggunakan anggaran untuk komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Peningkatan Sistem Intensif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok Tani dengan efisiensi 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 digunakan Rp.225.303.150,00 2) Menyusun/memperbanyak petunjuk teknis budidaya nilam untuk dipedomani petani pekebun nilam. 3) Pengenalan GAP tanaman nilam dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani, kelompok tani dan penyuling secara berkala. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 39

c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi nilam di Kabupaten Boyolali mencapai 154 %. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. Kenanga a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan : 1) Berkurangnya tanaman kenanga yang ada secara cukup signifikan berpengaruh dalam memenuhi target produksi bunga kenanga. 2) Tanaman kenanga yang ada untuk faktor usia termasuk sudah tua sehingga produksi sudah tidak optimal Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah untuk melaksanakan peremajaan tanaman kenanga diperlukan areal yang cukup luas, sedangkan areal tidak tersedia dan banyak petani/kelompok tani yang enggan melaksanakan peremajaan dikarenakan terbatasnya tanah yang dimiliki. Juga membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang sampai dengan berproduksi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan sosialisasi ke wilayah yang masih mempunyai areal yang cukup untuk peremajaan/penanaman kenanga. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target. Tetapi masih ada beberapa variabel yang masih memerlukan peningkatan kualitasnya, antara lain sosialisasi peremajaan tanaman kenanga dan pengurangan penebangan tanamanan kenanga yang tersisa. Pembinaan kepada petani/kelompok tani untuk meningkatan budidaya tanaman kenanga yang ada. c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan meskipun belum bisa memenuhi target yang sudah ditetapkan, sehingga diperlukan beberapa upaya pembenahan agar produksi dapat meningkat. Capaian kinerja hanya sebesar 32,3%. BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 40

Capaian Kinerja 2011 2015 Berikut grafik jumlah produksi komoditas perkebunan dari 2010 2015 : Gambar 3.9. Jumlah produksi komoditas perkebunan dari 2010-2015 Produksi Cengkeh Dari grafik diatas terlihat bahwa terjadi fluktuasi produksi cengkeh selama 5 tahun terendah pada 2011, produksinya sebesar 94,81 ton. Hal ini disebabkan adanya dampak dari erupsi Gunung Merapi pada 2010, dengan adanya abu vulkanik yang menyebabkan banyaknya kerusakan tanaman cengkeh di wilayah terdampak sehingga pada 2011 banyak tanaman cengkeh yang tidak bisa berproduksi dan sebagian tanaman perlu direhabilitasi. Setelah satu tahun tanaman yang terdampak mulai mengalami peningkatan kualitas didukung dengan produksi cengkeh menjadi 328,88 ton pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 346,88 %. Pada tahun 2013 terjadi penurunan kembali produksi cengkeh dikarenakan kemarau yang panjang pada tahun 2012 yang mengakibatkan mundurnya musim hujan, sehingga berdampak pada proses bunga yang terganggu dikarenakan memasuki musim bunga sebagian tanaman masih membentuk daun baru dan berakibat sebagian tanaman tidak berproduksi, dan produksi tahunan hanya mencapai 104,79 ton atau terjadi penurunan 69,79 %. Dengan adanya fasilitasi, pembinaan, pelatihan dan monev kepada petani / kelompok tani cengkeh maka upaya peningkatan produksi mulai meningkat dengan produksi 2014 sebesar 189,79 ton atau sebesar 181,12 % dan terjadi peningkatan produksi cengkeh menjadi 413,354 ton atau sebesar 217,8 % BAB III Akuntabilitas Kinerja III - 41