METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB III METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

ADSORPSI BIRU METILENA PADA KAOLIN DAN NANOKOMPOSIT KAOLIN/TiO 2 SERTA UJI SIFAT FOTOKATALISIS SHOFWATUN NISAA

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka. Pembuatan adsorben campuran kaolinlimbah KMK pada NDS dan HDTMA-Br

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

Manfaat Penelitian. Hipotesis BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SINTESIS ZEOLIT DAN NANOKOMPOSIT ZEOLIT/TiO 2 DARI ABU LAYANG DAN WATERGLASS SERTA UJI ADSORPSI DAN FOTODEGRADASINYA ADE EVAN ERVIANA

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

NANOKOMPOSIT KAOLIN-TiO 2 DENGAN DOPAN UREA UNTUK ADSORPSI DAN FOTODEGRADASI ZAT WARNA BIRU METILENA SARA AISYAH SYAFIRA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 Metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Transkripsi:

bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit metakaolin-tio 2 untuk proses adsorpsi-fotodegradasi, menentukan kapasitas adsorpsi, isoterm adsorpsi, dan uji fotokatalisis. METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaolin yang berasal dari Bangka Belitung, TiO 2 Degussa P25, zat warna biru metilena, TB1, TB2, TB3, dan air destilata. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik, oven, tanur, cawan porselen, sentrifuga Kokusan H-107, lampu UV, XRD, dan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1700. Lingkup Kerja Penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan (Lampiran 1). Tahap pertama adalah pembentukan metakaolin. Tahap kedua sintesis nanokomposit metakaolin-tio 2. Tahap ketiga adalah penentuan kapasitas adsorpsi dan penentuan tipe isoterm adsorpsi. Tahap keempat adalah uji fotokatalisis. Pembentukan Metakaolin Kaolin dikalsinasi pada suhu 250, 550, dan 700 C selama 3 dan 6 jam. Setelah itu, dianalisis menggunakan difraktometer sinar-x (XRD). Pembuatan larutan stok Biru Metilena Larutan stok biru metilena 1000 mg/l dibuat dengan cara 1000 mg serbuk zat warna dilarutkan dengan air distilata hingga 1 Liter, kemudian dibuat larutan standar dari larutan biru metilena tersebut dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 mg/l. Penentuan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan mengukur serapan larutan biru metilena 5 mg/l pada panjang gelombang 600-700 nm. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna Sebanyak 500 mg metakaolin hasil kalsinasi 250, 550, dan 700 C selama 3 dan 6 jam dimasukkan ke dalam vial kemudian ditambahkan larutan biru metilena dengan konsentrasi 25, 50, 75, 100, 150, 200, dan 300 mg/l sebanyak 15 ml. Larutan tersebut kemudian digojok selama 2 jam, lalu disentrifugasi selama 10 menit dan konsentrasi supernatan ditentukan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Metode yang sama dilakukan juga untuk TiO 2, bahan pengikat, dan nanokomposit. Kapasitas adsorpsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Keterangan: Q = kapasitas adsorpsi (mg/g) V = volume larutan (L) Co = konsentrasi awal (mg/l) C = konsentrasi akhir (mg/l) m = massa (g) Pola isoterm adsorpsi diperoleh dengan membuat persamaan regresi linier menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich untuk menentukan tipe isoterm yang sesuai. Sintesis Nanokomposit Metakaolin-TiO 2 Nanokomposit metakaolin-tio 2 dibuat dengan mencampurkan metakaolin-bahan pengikat-tio 2 dengan metakaolin sebagai komposisi terbesar dan TiO 2 sebagai komposisi terkecil. Sebelum nanokomposit dibuat, dilakukan uji coba 3 jenis bahan pengikat, yaitu TB1, TB2, dan TB3 dengan perbandingan metakaolin-bahan pengikat 9:1, 8:2, dan 7:3. Kemudian campuran metakaolinbahan pengikat-tio 2 dibuat pasta dengan cara menambahkan air distilata. Pasta diaduk hingga homogen kemudian dikeringkan pada suhu 100 C dan dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam. Hasil nanokomposit yang diperoleh dan serbuk TiO 2 dianalisis menggunakan XRD. Uji Fotokatalisis Sebanyak 100 mg nanokomposit dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan 15 ml larutan biru metilena 12,5 ppm. Sampel kemudian diletakkan dalam kotak tertutup yang telah diberi lampu UV

selama 6 jam. Larutan diambil dan diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 700 sampai dengan 200 nm. Sebagai pembanding juga dilakukan untuk 15 ml biru metilena, larutan biru metilena dan TiO 2, larutan biru metilena dan bahan pengikat, serta larutan biru metilena dan metakaolin. Sebagai kontrol dilakukan juga perlakuan tersebut dan disimpan dalam ruang gelap (tanpa sinar UV). HASIL Pembentukan Metakaolin Serbuk kaolin yang berasal dari Bangka Belitung (BB) dikalsinasi dengan beberapa variasi suhu dan waktu, yaitu 250, 550, dan 700 C selama 3 dan 6 jam. Kemudian dilakukan pencirian menggunakan XRD untuk melihat puncak-puncak khas yang muncul pada 2θ. Gambar 2, 3, dan 4 memperlihatkan pola difraksi sampel kaolin yang dikalsinasi dengan suhu 250, 550, 700 C selama 3 dan 6 jam. Kaolin yang dikalsinasi 250 C selama 3 dan 6 jam masih menunjukkan puncak khas kaolin pada 2θ = 12,36 dan 24,88, sedangkan kaolin yang dikalsinasi pada 550 dan 700 C selama 3 dan 6 jam sudah berbentuk amorf. Perubahan ini ditandai dengan hilangnya puncak-puncak khas kaolin. Hal ini menunjukkan metakaolin hasil kalsinasi 550 dan 700 C selama 3 dan 6 jam sudah terbentuk. Gambar 2 Pola XRD dari metakaolin BB hasil kalsinasi suhu 700 C selama 3( ) dan 6 ( ) jam. Intensitas Intensitas 2θ 2θ Gambar 3 Pola XRD dari metakaolin BB hasil kalsinasi suhu 550 C selama 3 ( ) dan 6 ( ) jam.

Gambar 4 Pola XRD dari metakaolin BB hasil kalsinasi suhu 250 C selama 3( ) dan 6 ( ) jam. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Metakaolin Panjang gelombang maksimum biru metilena adalah 664 nm (Lampiran 2). Penentuan kapasitas adsorpsi larutan biru metilena yang terjerap pada metakaolin dilakukan menggunakan tujuh konsentrasi yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi, kapasitas adsorpsinya semakin tinggi (Lampiran 3-8). Nilai kapasitas adsorpsi metakaolin hasil kalsinasi 250, 550, dan 700 C selama 3 dan 6 jam ditunjukkan pada Tabel 1. Kurva yang menunjukkan kapasitas adsorpsi metakaolin, TiO 2, dan bahan pengikat TB3 terdapat pada Gambar 5. Nilai kapasitas adsorpsi bahan pengikat TB3 dan TiO 2 pada Lampiran 9 dan 10. Tabel 1 Kapasitas adsorpsi biru metilena pada metakaolin hasil kalsinasi berbagai suhu dan lama kalsinasi Kapasitas adsorpsi Sampel (mg/g) 250 C 3 jam 15,1949 250 C 6 jam 14,9446 550 C 3 jam 14,7637 550 C 6 jam 12,2890 700 C 3 jam 12,1521 700 C 6 jam 9,1411 Gambar 5 Kurva kapasitas adsorpsi metakaolin hasil kalsinasi 250 C 3 jam ( ), 250 C 6 jam ( ), 550 C 3 jam ( ), 550 C 6 jam ( ), 700 C 3 jam ( ), 700 C 6 jam ( ), TiO 2 ( ), dan bahan pengikat TB3 ( ) terhadap larutan biru metilena. Pemodelan Isoterm Adsorpsi Metakaolin Hasil pengukuran kapasitas adsorpsi digunakan untuk menentukan tipe isoterm adsorpsi dari metakaolin. Berdasarkan nilai linieritas, tipe isoterm adsorpsi metakaolin hasil kalsinasi 250, 550, dan 700 C selama 3 dan 6 jam adalah isoterm Langmuir (Tabel 2). Data penentuan isoterm adsorpsi dapat dilihat pada Lampiran 11-16. Nilai konstanta Xm dan k ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2 Nilai linieritas isoterm adsorpsi Sampel Langmuir Freundlich Tabel 4 Hasil uji coba beberapa jenis perbandingan metakaolin dan bahan pengikat 250 C 3 jam 0,9942 0,9855 250 C 6 jam 0,9977 0,9716 550 C 3 jam 0,9972 0,9439 550 C 6 jam 0,9955 0,9640 700 C 3 jam 0,9992 0,8511 700 C 6 jam 0,9888 0,8764 Tabel 3 Nilai konstanta isoterm Langmuir pada metakaolin Sampel Xm (mg/g) k (g/l) Jenis bahan pengikat Perbandingan metakaolin dan bahan pengikat Hasil TB 1 9:1 Hancur 8:2 Hancur 7:3 Hancur TB 2 9:1 Hancur 8:2 Hancur 7:3 Hancur TB 3 9:1 Hancur 8:2 Sedikit Hancur 7:3 Tidak hancur Pola difraksi nanokomposit metakaolin- TiO 2 dan TiO 2 ditunjukkan pada Gambar 6. 250 C 3 jam 15, 1515 0,1466 250 C 6 jam 15,1057 0,1679 550 C 3 jam 15,6006 0,0811 550 C 6 jam 12,9366 0,0571 700 C 3 jam 12,5945 0,0973 700 C 6 jam 9,8912 0,0477 Sintesis Nanokomposit Metakaolin-TiO 2 dan Karakterisasi XRD Nanokomposit metakaolin-tio 2 dibuat dengan mencampurkan metakaolin dan TiO 2 secara fisik, tetapi pencampuran secara fisik tersebut tidak membuat nanokomposit terbentuk sehingga ditambahkan bahan pengikat agar kedua komponen tersebut saling mengikat. Bahan pengikat yang diujicobakan ada tiga jenis, yaitu TB1, TB2, dan TB3. Hasil penelitian menunjukkan bahan pengikat yang dapat mengikat metakaolin dengan TiO 2 adalah TB3. Metakaolin yang dapat dibentuk nanokomposit dengan baik adalah metakaolin hasil kalsinasi 550 C selama 3 jam. Data hasil uji coba bahan pengikat ditunjukkan pada Tabel 4 dan Lampiran 17. Gambar 6 Pola XRD nanokomposit metakaolin-tio 2 ( ) dan TiO 2 ( ). Kapasitas Adsorpsi Nanokomposit Metakaolin-TiO 2 Penentuan kapasitas adsorpsi larutan biru metilena yang terjerap pada nanokomposit dilakukan menggunakan tujuh konsentrasi yang berbeda. Kurva kapasitas adsorpsi nanokomposit ditunjukkan pada Gambar 7.

Kapasitas adsorpsi nanokomposit lebih rendah daripada metakaolin, yaitu 13,2631 mg/g (Lampiran 18). A B C D E Gambar 7 Kurva kapasitas adsorpsi nanokomposit terhadap larutan biru metilena. Pemodelan Isoterm Adsorpsi Nanokomposit Metakaolin-TiO 2 Gambar 9 Perubahan warna larutan biru metilena tanpa sinar UV setelah 6 jam. (a) biru metilena; (b) biru metilena dan TiO 2 ; (c) biru metilena dan metakaolin; (d) biru metilena dan nanokomposit (e) biru metilena dan bahan pengikat TB3. Hasil reaksi fotokatalisis dengan radiasi sinar UV selama 6 jam secara visual dapat dilihat pada Gambar 10. Isoterm nanokomposit mengikuti tipe isoterm Langmuir (Gambar 8). Nilai R 2 isoterm Langmuir lebih besar dari isoterm Freundlich. Nilai R 2 dari isoterm Langmuir dan Freundlich berturut-turut 0,9982 dan 0,9353. Perhitungan isoterm Langmuir nanokomposit ditunjukkan pada Lampiran 19. Nilai Xm dan k untuk nanokomposit, yaitu 13,1643 mg/g dan 0,0706 g/l. A B C D E Gambar 10 Perubahan warna larutan biru metilena dengan sinar UV setelah 6 jam. (a) biru metilena; (b) biru metilena dan TiO 2 ; (c) biru metilena dan metakaolin; (d) biru metilena dan nanokomposit (e) biru metilena dan bahan pengikat TB3. Gambar 8 Kurva isoterm Langmuir nanokomposit. Uji Fotokatalis Hasil reaksi fotokatalisis tanpa radiasi sinar UV secara visual dapat dilihat pada Gambar 9. Larutan biru metilena dengan metakaolin dan biru metilena dengan nanokomposit tidak memperlihatkan perubahan warna yang jelas antara tanpa dan dengan sinar UV. Selain itu, hasil pemayaran menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada Lampiran 20 terlihat hilangnya puncak biru metilena. Bukti biru metilena terdegradasi dapat dilihat dari endapan (Lampiran 21). Warna endapan yang masih biru pada perlakuan tanpa sinar UV menunjukkan bahwa nanokomposit tersebut hanya memiliki kemampuan menjerap saja dan fotokatalis TiO 2 tidak bekerja. Sedangkan