KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

Analisis Pengendalian Kualitas Produk Minute Maid Pulpy 350ml di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh: Zubdatu Zahrati

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

Oleh : Miftakhusani

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

Prosiding Manajemen ISSN:

Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistika Deskriptif

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

BAB III PENGUMPULAN DATA

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Investigasi Kualitas Produk Pisau Potong di PT. X

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEH HIJAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN DIAGRAM KENDALI DEMERIT (Studi Kasus Produksi Air Minum Dalam Kemasan 240 ml di PT TIW)

Upaya Penurunan Tingkat Kecacatan Produk dengan Metode DMAIC di PT. X

ANALISIS SIX SIGMA UNTUK MENGURANGI JUMLAH DEFECT PADA PRODUKSI SABLON DIGITAL MUG SOOUVE STORE

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan

PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MEMINIMALKAN JUMLAH CACAT PADA PRODUK KALENG AEOROSOL

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Quality Control, Product Defects, u Chart, Cause and Effect Diagram. v Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISA CACAT PADA KEMASAN GARAM MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

Universitas Bina Nusantara

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK KAIN GREI

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PART BENING MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS: DEPARTMENT INJECTION DI PT. KG)

USULAN FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEVEN BASIC QUALITY MANAGEMENT TOOLS PADA PT. TATALOGAM LESTARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT. Keywords: Six Sigma, DMAIC, FMEA

ANALISA KUALITAS PRODUK SEPEDA PHOENIX DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KECACATAN PRODUK DI PT RODA LANCAR ABADI - SIDOARJO SKRIPSI.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 480 edy.susanto@yahoo.com ABSTRACT With a good product quality, it is expected that the consumers can trust the product. Fulfilling this need, a quality improvement program is implemented with the aim of producing products with higher quality but with less cost. The problem faced by PT USC is the number of defects in production caused by the lack of quality control to product defects. The method used to solve the problem is FMEA and seven tools methods consisting of control charts, pareto diagram, and cause-effect diagram. By performing calculations sigma capability, sigma value 4.7064 obtained by following the reference Motorola s sigma. For new company who early founded, to say the sigma value is pretty good although it should be continuously improved to nearly the level of six sigma. Keywords: quality control, FMEA, seven tools, pareto diagram, cause-effect diagram ABSTRAK Dengan memiliki kualitas produk yang bagus, diharapkan konsumen dapat mempercayai produknya Oleh karena itu, diperlukan suatu program peningkatan kualitas yang baik, yaitu menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik setiap saatnya, dengan biaya yang lebih rendah. Masalah yang dihadapi oleh PT USC adalah banyaknya terjadi cacat dalam produksi, yang disebabkan oleh belum adanya pengendalian kualitas terhadap produk cacat. Metode yang dipakai untuk mengatasi masalah tersebut adalah FMEA dan metode 7 tools, yang terdiri dari peta kendali, diagram pareto, dan diagram sebab akibat. Dengan melakukan perhitungan kapabiltas sigma, didapatkan nilai sigma sebesar 4.7064 sigma dengan mengikuti acuan Motorola. Untuk perusahaan yang baru didirikan, bisa dikatakan bahwa nilai sigma tersebut cukup baik meskipun harus terus ditingkatkan hingga mendekati level 6 sigma. Kata kunci: pengendalian kualitas, FMEA, 7 tools, diagram pareto, diagram sebab-akibat Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto) 05

PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan pada dunia kosmetik sudah semakin pesat dan semakin ketat. Dalam dunia bisnis, salah satu indikator terhadap baik atau tidaknya kualitas sebuah produk, yaitu dilihat dari penampilan fisik produk tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih menilai bahwa kualitas sebuah produk dapat dilihat dari fisik produk tersebut. Dalam hal ini, PT Universal Science Cosmetic sependapat dengan pola pikir sebagian masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk membuat produk yang berkualitas dan berpenampilan fisik yang menarik untuk dapat bersaing terhadap produk-produk sejenis. Dengan memiliki kualitas produk yang bagus, diharapkan konsumen dapat mempercayai produknya kepada perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu program peningkatan kualitas yang baik, yaitu menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik setiap saatnya dengan biaya yang lebih rendah. Jika hal tersebut dapat dilakukan, bukan hanya konsumen yang akan merasa puas, namun pihak perusahaan juga akan mendapatkan berbagai keuntungan, yakni akan semakin banyak konsumen yang menggunakan produknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan peneliti pada perusahaan selama bulan Februari hingga Maret 2007. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah reject produk karena terdapat bagian yang cacat pada produk tersebut. Jenis-jenis cacat tersebut meliputi bedak retak, bedak kasar, dan bedak tidak sesuai selama 30 hari. Peta Pengendali Kualitas Peta pengendali kualitas digunakan untuk mengetahui apakah proses produksi telah berada di dalam batas kendali statistik atau tidak. Penggunaan peta pengendali P-Chart karena () Data atribut, yaitu data tidak dapat diukur dengan skala yang jelas, dan (2) Data banyak dengan variasi jumlah yang berbeda. Dari 30 data observasi, terdapat 2 data yang keluar dari batas pengendali (out of control). Berikut merupakan grafik P-Chart yang disajikan dalam Gambar. 0.08 P Chart of Jumlah Cacat 0.07 Proportion 0.06 0.05 0.04 UCL=0.05644 _ P=0.0490 LCL=0.0476 0.03 0.02 4 7 0 3 6 Sample 9 22 25 28 Tests performed with unequal sample sizes Gambar Peta Kontrol P-Chart 06 INASEA, Vol. 0 No.2, Oktober 2009: 05-

Perhitungan DPMO dan Level Sigma D (Jumlah keseluruhan produk cacat) = 274 buah U (Total produk yang diproduksi) = 247942 buah OP (Karakteristik Kualitas Kunci/QTC) = 3 D 274 DPU (Defect per Unit) = = = 0.0490093 U 247942 TOP (Total Opportunities) = U OP = 247942 3 = 743826 D 274 DOP (Defect per Opportunities) = = = 0.0636673 TOP 743826 DPMO (Defect per Million Opportunities) = DOP 0 6 = 6366.73093 Y (Yield) = e DPU = e 0.049009 = 95.20857% Level Sigma (Hasil interpolasi dari Yield) = 3.2064 sigma Diagram Pareto Berikut merupakan diagram pareto untuk persentase jenis cacat, yaitu bedak retak, bedak kasar dan bedak kurang sempurna, yang terjadi pada periode Januari Maret 2007 (Gambar 2). Pareto Chart of Jenis Cacat 2000 00 0000 80 Count 8000 6000 4000 60 40 Percent 2000 20 0 Jenis Cacat Bedak Retak Bedak Kasar Berat Tidak Sesuai Count 7379 396 834 Percent 60.6 32.5 6.9 Cum % 60.6 93. 00.0 0 Gambar 2 Diagram Pareto Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa cacat terbesar pada produk bedak adalah bedak retak dengan presentase 60.6%. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas hasil dan mengetahui faktor penyebab dan akibat yang ditimbulkan, dapat digunakan diagram tulang ikan atau diagram sebab akibat. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Berikut merupakan diagram sebab akibat untuk dua cacat terbesar, yaitu bedak retak dan bedak kasar (Gambar 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi Fishbone bedak retak adalah () Dari faktor manusia, operator merasa lelah karena jam kerjanya yang cukup panjang sehingga konsentrasi mereka berkurang dan tidak hati-hati dalam melakukan produksi dan menyebabkan bedak menjadi retak; (2) Dari faktor mesin. Kurangnya perawatan pada mesin produksi yang telah lama dan dipakai tiap hari dengan jam kerja yang tinggi; (3) Dari faktor material. Bahan baku Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto) 07

kurang baik dan pencampurannya kurang bagus akan berpengaruh pada saat dilakukan pencetakan bedak, yang mengakibatkan bedak akan menjadi retak; (4) Dari faktor metode. Kurangnya pelatihan yang diberikan mengakibatkan operator kurang mengetahui hal-hal yang harus dilakukan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bedak kasar adalah () Dari faktor manusia. Operator terkadang merasa bahwa tidak mau tahu terhadap hasil produksi dan malas untuk melakukan pengawasan terhadap produk tersebut; (2) Dari faktor mesin. Kurangnya perawatan terhadap mesin dapat mempengaruhi hasil produksi, salah satunya adalah bedak yang dihasilkan kurang halus; (3) Dari faktor material. Jika pada tahap pencampuran bahan baku menjadi bahan setengah jadi kurang rata atau kurang halus akan berdampak pada hasil produk yang kasar; (4) Dari faktor metode. Belum adanya standar produksi pada perusahaan dan juga standar perawatan mesin, menyebabkan para pekerja dapat sesuka hati dalam melakukan perawatan terhadap mesin tersebut (Gambar 4). Gambar 3 Fishbone Bedak Retak Gambar 4 Fishbone Bedak Kasar 08 INASEA, Vol. 0 No.2, Oktober 2009: 05-

Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Berikut ini adalah FMEA untuk jenis-jenis cacat yang terdapat dalam produksi bedak, yang modus kegagalannya diambil dari analisis dengan menggunakan diagram tulang ikan. Pertama, bedak retak. Tabel 2 merupakan FMEA untuk jenis cacat bedak retak. Tabel FMEA untuk Jenis Cacat Bedak Retak Modus Kegagalan Potensial Bahan baku kurang baik Tidak hati-hati Pressing kurang kuat Efek Potensial Modus Kegagalan Kualitas produk akhir tidak sempurna Nilai O S D RPN 4 4 4 64 Bedak rentan retak 6 5 3 90 Kepadatan bedak saat pencetakan kurang baik 5 3 5 75 Sebab Potensial Modus Kegagalan Kelembaban pada gudang penyimpanan terlalu tinggi Pada saat selesai dicetak operator tidak hati-hati dalam meletakkannya Tidak ada standar terhadap kekuatan pressing Pengendalian Memasang alat untuk dapat mengatur kelembaban udara. Pemberitahuan kepada operator Menetapkan standar kekuatan pressing Jika dilihat dari tabel FMEA di atas, hal yang paling perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko pada cacat bedak retak yaitu dalam hal peletakannya harus dilakukan secara hati-hati. Hal ini dapat kita lihat pada bobot RPN dari tabel di atas, di mana bobot terbesar yaitu sebesar 90 terdapat pada modus kegagalan tersebut.jika peletakan produk akhir tidak hati-hati, maka dapat mengakibatkan guncangan pada produk yang menyebabkan produk menjdadi retak. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan harus memberikan arahan kepada operator untuk lebih berhatihati lagi dalam meletakan produk jadi. Selain itu, perusahaan juga harus menetapkan standarstandar produksi dari awal hingga produk jadi dan harus dipatuhi oleh seluruh operator. Kedua, bedak kasar. Tabel 2 merupakan tabel FMEA untuk jenis cacat bedak kasar. Tabel 2 FMEA untuk Jenis Cacat Bedak Kasar Modus Kegagalan Potensial Kurang pengawasan Pencampuran bahan baku tidak rata Pembersihan cetakan tidak benar Efek Potensial Modus Kegagalan Nilai O S D RPN Hasil akhir kurang baik 4 4 2 32 Bahan setengah jadi kurang halus 5 3 4 60 Terdapat debu atau pasir pada cetakan 4 5 2 40 Sebab Potensial Modus Kegagalan Jarang dilakukan pengecekan terhadap operator Operator kurang berpengalaman Lingkungan kurang bersih Pengendalian Pengawasan terhadap operator secara berkala Memberikan training terhadap operator Membersihkan area produksi Jika dilihat dari tabel FMEA di atas, maka prioritas terbesar terhadap risiko terdapat pada modus kegagalan berupa pencampuran bahan baku tidak rata dengan nilai RPN sebesar 60, yang berakibat bahan baku tidak tercampur dengan sempurna sehingga terdapat bagian yang masih kasar. Pada saat dilakukan pencetakan, mengakibatkan teksur permukaan bedak menjadi kasar. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan harus lebih memperhatikan kualitas bahan bakunya, Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto) 09

terutama saat melakukan pencampuran bahan bakunya. Dalam melakukan pencampuran tersebut, sebaiknya terdapat operator yang bertugas untuk melihat kualitas hasil dari pencampuran tersebut. Operator tersebut nantinya akan bertugas untuk mengecek, apakah campuran sudah halus atau belum. Selain itu, pihak perusahaan juga harus menerapkan sistem pencampuran yang baik sehingga nantinya terdapat standar baku yang harus ditaati oleh operator. SIMPULAN Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah () Proses produksi bedak padat belum stabil karena masih banyak terdapat data yang melewati batas kendali, yang telah ditentukan seperti yang terlihat pada peta kendali; (2) Kapabilitas sigma pada proses produksi bedak sebesar 3.2064 dianggap cukup baik jika dilihat dari umur perusahaan yang masih baru, yaitu sekitar 2 tahun. Namun, untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain, perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan level sigmanya hingga mendekati nilai 6 sigma; (3) Faktor dominan yang menyebabkan cacat, yaitu dari segi manusia (operator) karena ketidakhati-hatian dalam melakukan produksi terhadap produk yang rentan mengalami cacat dan metode yang benar dalam proses produksi belum diterapkan dalam perusahaan; (4) Terdapat 2 jenis cacat yang paling berpengaruh dan harus diperbaiki yang didapat dari diagram pareto, yaitu cacat bedak retak dengan presentase sebesar 60.6% dan cacat bedak kasar dengan presentase sebesar 32.5%. DAFTAR PUSTAKA Gaspersz, V. (998). Statistical process control: Penerapan teknik-teknik statistikal dalam manajemen bisnis total, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V. (2002). Pedoman implementasi program six sigma, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ishikawa, K. (988). Teknik penuntun pengendalian mutu, cetakan ketiga, Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Mitra, A. (998). Fundamentals of quality control and improvement, 2 nd ed, United States of America: Prentice-Hall, Inc. Montgomery, D.C. (200). Introduction to statistical quality control, 4 th ed., United States of America: John Wiley & Sons, Inc. 0 INASEA, Vol. 0 No.2, Oktober 2009: 05-

LAMPIRAN Data jumlah produksi dan jumlah cacat produk bedak No. Jenis Cacat Bedak Retak Bedak Kasar Berat Tidak Sesuai Total 232 54 27 43 2 228 32 6 376 3 249 63 23 435 4 26 57 45 48 5 223 4 32 396 6 264 52 36 452 7 224 6 9 359 8 337 28 3 478 9 26 34 26 42 0 220 47 2 388 227 36 34 397 2 253 42 28 423 3 205 39 9 363 4 222 46 4 409 5 95 83 9 287 6 255 8 25 398 7 248 46 32 426 8 290 37 46 473 9 45 03 259 20 282 54 27 463 2 225 65 29 49 22 296 29 36 46 23 295 4 42 478 24 375 47 59 58 25 2 62 4 97 26 85 79 3 277 27 269 07 20 396 28 252 2 34 407 29 278 29 26 433 30 307 53 3 49 Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto)