BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

Pemanfaatan Air di Permukiman Teratur dan Permukiman Tidak Teratur saat Kondisi Normal dan Kondisi Kering di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

VI. POLA DAN PERILAKU PENGGUNAAN AIR BERSIH OLEH PENDUDUK. 6.1 Pola Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha

METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI ANGKA PEMAKAIAN AIR SAMBUNGAN LANGSUNG RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2001

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

PEMANFAATAN AIR PDAM OLEH PENDUDUK DESA PURAJAYA DAN PURAWIWITAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT (JURNAL) Oleh : ALVITRIANI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data Profil

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh semua

BAB I. PENDAHULUAN. aktivitas mereka sehari-hari. Air memegang peranan penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan seperti pembangkit listrik, transportasi, industri, dan lain sebagainya.

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

Statistik Deskriptif. Perumahan. Seminar Hasil Tugas Akhir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan. Tanpa adanya air, maka kita sulit

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

A. Identitas Responden. 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Agama : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Lama Tinggal di Daerah ini :

ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Penghematan. Penggunaan. Air Tanah. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

Oleh: Mayang Sari 1, Sidharta Adyatma 2, Ellyn Normelani 2

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

STUDI JARINGAN AIR BERSIH PDAM DI KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi)

RAHASIA KUESIONER CONTINGENT VALUATION. Data Kunjungan Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

MEDIA POSTER SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN DAN PENDIDIKAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR MASYARAKAT DESA GIRIMOYO

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAK PENAMPUNGAN SUMBER AIR/ MATA AIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

Pedoman Operasi & Pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal di Kabupaten Bandung

Contoh Kasus Regresi sederhana

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

yang terbagi Pasar Johar (Bangunan Induk) m 2 Menyediakan : Kain, souvenir pernikahan, peralatan rumah tangga grosir dan satuan

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai gambaran umum

ANALISA KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT BERLANGGANAN AIR BERSIH (Studi Kasus: SPAM Brondong-Paciran Kabupaten Lamongan )

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN FAKTOR JAM PUNCAK DAN HARIAN MAKSIMUM TERHADAP POLA PEMAKAIAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA ABSTRAK

CONTOH PENERAPAN PRINSIP PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR I.

RAHASIA KUESIONER CONTINGENT VALUATION. Data Kunjungan Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR DAN KELUHAN PENGGUNA AIR SUNGAI DI DESA PAGAR MANIK KECAMATAN SILINDA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2010.

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah. Adapun yang akan diuraikan antara lain sistem penyediaan air bersih rumah tangga, pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan dan berdasarkan sumber air yang digunakan, dan langkah penghematan air bersih yang bisa dilakukan. 4.1 Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga per Keperluan dan Berdasarkan Sumber Air Pola konsumsi air bersih rumah tangga yang dibahas dalam sub bab ini adalah pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan yang terdiri dari keperluan minum, memasak, MCK, mencuci pakaian, kebersihan rumah, wudhu, menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi akuarium, serta pola konsumsi berdasarkan sumber air yang digunakan responden. 4.1.1 Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga per Keperluan Pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan yang akan dibahas pada sub bab ini adalah rata-rata konsumsi air bersih secara total dan penggunaannya untuk setiap keperluan kemudian membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam studi ini standar yang digunakan adalah Standar Departemen Kesehatan dan Standar Pekerjaan Umum. Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk keperluan primer (minum dan memasak), keperluan sekunder (MCK dan mencuci pakaian, kebersihan rumah, wudhu), dan keperluan tersier (menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi akuarium) adalah 147,74 liter per orang per hari. Jumlah ini dihitung tanpa

56 memperhitungkan keperluan yang lainnya seperti mencuci tangan atau kaki, menyikat gigi, mencuci muka, membersihkan kamar mandi, dan keperluan-keperluan lainnya yang bukan merupakan kegiatan rutinitas, seperti konsumsi air bersih bagi tamu atau kerabat yang berkunjung. Jika diperhitungkan keperluan lain-lain sebesar 20 liter (berdasarkan Standar Departemen Kesehatan) maka rata-rata jumlah konsumsi air bersih responden adalah sebesar 167,74 liter per orang per hari, yang melebihi standar yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelas, distribusi konsumsi air bersih per keperluan berdasarkan hasil survei dan standar yang berlaku dapat dilihat pada tabel IV.1. TABEL IV.1 KEPERLUAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA (LITER/ORANG/HARI) Keperluan Konsumsi Minimum Konsumsi Maksimum Rata-Rata Konsumsi Standar Departemen Kesehatan Standar Departemen Pekerjaan Umum Minum 0,40 6,67 1,80 2,0 2,0 Memasak 3,43 45,00 12,55 14,5 Mencuci Pakaian 1,78 62,50 16,33 13,0 10,7 Mandi, Cuci, Kakus (MCK) 25,00 340,00 79,80 20,0 12,0 Kebersihan Rumah 0,42 44,44 5,17 32,0 31,4 Mencuci Kendaraan 0,18 22,14 3,41 22,5 21,1 Menyiram Tanaman 0,33 36,00 6,00 11,0 11,8 Wudhu 8,57 45,00 20,25 15,0 16,2 Mengisi Akuarium 0,34 12,00 2,43 Keperluan lain-lain - 20,0 21,7 Jumlah Pemakaian 50,50 428,24 147,74 150.00 126,9 Sumber: Lampiran E Perbandingan rata-rata konsumsi air bersih responden dengan Standar Depkes dan Standar PU dapat dilihat pada gambar 4.1.

57 GAMBAR 4.1 PERBANDINGAN RATA-RATA KONSUMSI AIR BERSIH RESPONDEN DENGAN STANDAR DEPKES DAN STANDAR PU Jumlah Konsumsi (liter/orang/hari) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Minum Memasak Mencuci Pakaian Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain Jenis Keperluan Rata-rata Konsumsi Responden Standar Depkes Standar PU GAMBAR 4.2 DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH BERDASARKAN HASIL SURVEI 54.0% 3.5% 2.3% 4.1% 11.1% 13.7% 1.6% 0.0% 1.2% 8.5% Minum Memasak Mencuci Pakaian Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain Konsumsi air terbesar yang digunakan responden adalah untuk keperluan MCK yaitu sebesar 54,01%, sedangkan konsumsi terkecil yang digunakan responden adalah untuk keperluan minum yaitu sebesar 1,22%. Untuk keperluan lainnya seperti wudhu, konsumsi air bersih adalah sebesar 13,71%, selanjutnya keperluan mencuci pakaian adalah sebesar 11,05%, keperluan memasak sebesar 8,49%, menyiram

58 tanaman sebesar 4,06%, kebersihan rumah sebesar 3,50%, mencuci kendaraan sebesar 2,31%, dan mengisi kolam atau akuarium adalah sebesar 1,64%. GAMBAR 4.3 DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH BERDASARKAN STANDAR DEPARTEMEN KESEHATAN 13.33% 0.00% 10.00% 7.33% 15.00% 1.33% 9.67% 21.33% 8.67% 13.33% Minum Memasak Mencuci Pakaian Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain Padahal pada Standar Departemen Kesehatan dan Standar Departemen Pekerjaan Umum konsumsi air bersih terbesar adalah untuk keperluan kebersihan umum yaitu sebesar 21,33% dan 24,74%. Untuk keperluan terkecil konsumsi responden sama dengan standar adalah untuk keperluan minum, yaitu sebesar 1,33% dan 1,58%. Urutan konsumsi kedua pada Standar Kesehatan adalah untuk keperluan mencuci kendaraan sebesar 15%, selanjutnya MCK sebesar 13,33%, keperluan lainlain sebesar 13,33%, wudhu sebesar 10%, memasak sebesar 9,67%, mencuci pakaian sebesar 8,67%, dan menyiram tanaman sebesar 7,33%. Berbeda dengan Standar Departemen Kesehatan, urutan kedua konsumsi air bersih pada Standar PU adalah untuk keperluan lain-lain sebesar 17,10%, selanjutnya mencuci kendaraan sebesar 16,63%, wudhu sebesar 12,77%, MCK sebesar 9,46%, menyiram tanaman sebesar 9,30%, dan mencuci pakaian sebesar 8,43%. Pada Standar PU tidak diperhitungkan keperluan untuk memasak.

59 GAMBAR 4.4 DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH BERDASARKAN STANDAR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 1.58% 12.77% 0.00% 17.10% 0.00% 8.43% 9.46% Minum Memasak Mencuci Pakaian Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Kebersihan Rumah 9.30% 16.63% 24.74% Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Wudhu Mengisi Akuarium Keperluan lain-lain Persentase konsumsi air bersih per keperluan di Kelurahan Setiamanah tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Terdapat juga keperluan yang tidak diperhitungkan dalam standar tetapi ditemukan di lapangan, seperti keperluan memasak yang tidak diperhitungkan dalam Standar PU, dan keperluan untuk mengisi aquarium atau kolam yang tidak diperhitungkan dalam kedua standar tersebut. Adapula keperluan yang tidak diperhitungkan dalam analisis tetapi diperhitungkan dalam kedua standar yang dibandingkan yaitu keperluan lain-lain. Konsumsi air bersih minimun adalah sebesar 50,5 liter per orang per hari dan maksimum adalah sebesar 428,24 liter per orang per hari. Rendahnya konsumsi air bersih yaitu sebesar 50,5 liter per orang per hari disebabkan secara ekonomi rumah tangga tersebut tergolong ekonomi lemah dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Air bersih pun digunakan untuk keperluan primer dan sekunder (tanpa wudhu). Kebiasaan mencuci pakaian dengan volume sedikit setiap hari dengan jumlah air sebesar 25 liter per sekali mencuci mempengaruhi kecilnya konsumsi air bersih. Umumnya karakteristik rumah tangga dengan tingkat konsumsi air bersih rendah yaitu di bawah 70 liter per orang per hari adalah tergolong responden dengan tingkat ekonomi rendah dengan jumlah anggota keluarga bervariasi.

60 Tingginya konsumsi air rumah tangga disebabkan secara ekonomi rumah tangga tersebut tergolong ekonomi menengah dengan jumlah anggota keluarga 3 orang. Kebiasaan menggunakan air bersih dengan volume yang besar untuk berbagai keperluan dari keperluan primer hingga tersier pun berpengaruh terhadap besarnya konsumsi rumah tangga tersebut seperti konsumsi air untuk mandi sebesar 333,33 per orang per hari. TABEL IV.2 STANDAR KEPERLUAN AIR BERSIH (LITER/ORANG/HARI) Standar Konsumsi Standar Dinas Kesehatan 150 Standar PU 126,9 Standar PDAM Kota Cimahi 81,11 Standar Lokarya II Dasawarsa Air Bersih (Kota Besar) 100 Standar PU berdasarkan Skala Kota (Kota Besar) 130 Sumber: PDAM, PU, Wardhana (1995), dan Slamet (1994) Konsumsi air bersih responden sebesar 147,67 liter per orang per hari sudah melebihi standar yang ada yaitu Standar PU sebesar 126,9 liter per orang per hari., Standar PDAM Kota Cimahi sebesar 81,11 liter per orang per hari., Standar Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih (kota besar) sebesar 100 liter per orang per hari., dan Standar PU berdasarkan Skala Kota (kota besar) sebesar 130 liter, kecuali Standar Departemen Kesehatan sebesar 150 liter per orang per hari. Kota Cimahi dengan jumlah responden lebih besar dari 500.000 jiwa tergolong dalam kota besar sehingga pada Standar PU dan Standar Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih yang dilihat adalah konsumsi kota besar. 4.1.1.1 Minum Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk minum adalah sebesar 1,80 liter per orang per hari. Jumlah ini masih dibawah standar baik Standar Departemen Kesehatan dan Standar PU yaitu 2 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk minum

61 minimum adalah sebesar 0,4 liter per orang per hari dan maksimum sebesar 6,67 liter per orang per hari. 4.1.1.2 Memasak Rata-rata konsumsi air responden untuk memasak adalah sebesar 12,55 liter per orang per hari atau 57,66 liter per rumah tangga per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 14,5 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk memasak minimum dan maksimum adalah sebesar 3,43 dan 45 liter per orang per hari atau 19 dan 180 liter per rumah tangga per hari. Jumlah konsumsi ini sudah memperhitungkan keperluan untuk kebersihan dapur seperti mencuci piring. Responden yang memiliki konsumsi air bersih terendah untuk keperluan memasak yaitu 19 liter per rumah tangga per hari adalah responden yang terbiasa memasak dan membersihkan dapur dengan frekuensi sekali sehari dan jumlah anggota keluarganya pun tergolong keluarga kecil yaitu 3 orang. Sedangkan responden yang memiliki konsumsi air tertinggi untuk keperluan memasak yaitu 180 liter adalah responden yang terbiasa memasak dan membersihkan dapur dengan frekuensi 2 kali sehari dan tergolong keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga 10 orang. 4.1.1.3 Mencuci pakaian Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk mencuci pakaian di Kelurahan Setiamanah adalah sebesar 16,33 liter per orang per hari. Jumlah ini melebihi standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 13 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 10,7 liter per orang hari. Konsumsi air untuk mencuci pakaian minimum dan maksimum adalah 1,78 dan 62,5 liter per orang per hari. Secara kolektif, rata-rata konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian adalah sebesar 78,44 liter per rumah tangga per hari. Jumlah konsumsi minimum dan maksimumya adalah sebesar 8,3 dan 600 liter per rumah tangga per hari. Konsumsi minimum sebesar 1,78 liter per orang

62 per hari memang jauh di bawah standar yang ditetapkan. Kecilnya konsumsi ini disebabkan beberapa hal antara lain: tidak semua responden mencuci pakaian setiap hari (perbedaan frekuensi mencuci pakaian per minggu) serta perbedaan frekuensi membilas pakaian, dan volume air yang digunakan pada saat sekali mencuci. Responden yang mengkonsumsi air bersih untuk mencuci pakaian sebesar 600 liter per rumah tangga per hari adalah responden yang terbiasa mencuci pakaian 2 kali sehari dan memiliki anggota keluarga sebanyak 10 orang. Sedangkan responden yang mengkonsumsi 8,3 liter per rumah tangga per hari adalah responden yang terbiasa mencuci 2 hari sekali dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang. TABEL IV.3 FREKUENSI RESPONDEN MENCUCI PAKAIAN Perihal Tiap Hari Tidak Tiap Hari Jumlah Responden 71 orang 43 orang Persentase 62,28% 37,72% Rata-rata Konsumsi (per RT) 96,85 liter 45,51 liter Rata-rata Konsumsi (per orang ) 19,37 liter 11,12 liter Sumber: Lampiran F Frekuensi responden mencuci pakaian bervariasi. Ada yang mencuci pakaian dengan frekuensi tiap hari, sekali seminggu, dua kali seminggu, dan tiga kali seminggu. Namun dalam analisis ini, frekuensi responden untuk mencuci pakaian digolongkan menjadi dua yaitu tiap hari dan tidak tiap hari. Responden yang terbiasa mencuci setiap hari adalah berkisar 63,28%, sedangkan 37.72% responden tidak mencuci pakaian setiap hari. Rata-rata konsumsi air bersih responden yang mencuci setiap hari adalah sekitar 96,85 liter per rumah tangga atau sekitar 19,37 liter per orang, sedangkan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari adalah sekitar 45,51 liter per rumah tangga atau 11,12 liter per orang. Jadi ratarata konsumsi air bersih responden untuk keperluan mencuci pakaian dengan frekuensi mencuci tiap hari dengan yang tidak mencuci tiap hari berbeda. Responden

63 yang mencuci pakaian tiap hari cenderung memiliki rata-rata konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian lebih besar dibandingkan responden yang tidak mencuci setiap hari. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci, dilakukan analisis inferensi dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata independen. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah konsumsi air bersih dengan satuan liter per orang per hari dan frekuensi responden dalam mencuci pakaian. Frekuensi mencuci pakaian dalam analisis ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden yang mencuci setiap hari dan yang tidak mencuci setiap hari. Hipotesis yang digunakan dalam analisis uji perbedaan rata-rata independen adalah sebagai berikut: Ho : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per orang per hari) untuk keperluan mencuci, dengan frekuensi tiap hari sama dengan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari H 1 : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per orang per hari) untuk keperluan mencuci, dengan frekuensi tiap hari tidak sama dengan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari Dengan menggunakan SPSS 11,5 diketahui nilai signifikansi adalah 0,02 berarti Ho ditolak dan H 1 diterima sehingga rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per orang per hari) untuk keperluan mencuci, dengan frekuensi tiap hari tidak sama dengan rata-rata konsumsi air bersih responden yang tidak mencuci setiap hari. Jadi frekuensi mencuci pakaian mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci. Responden memiliki frekuensi pembilasan pakaian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sekitar 76,32% responden membilas pakaian sebanyak 3 kali, selanjutnya sekitar 14,04% membilas pakaian sebanyak 2 kali, 8,77% membilas sebanyak 4 kali, dan 0,88% membilas sebanyak 5 kali. Untuk melihat hubungan antara frekuensi pembilasan pakaian dengan konsumsi air bersih untuk mencuci

64 pakaian digunakan analisis pearson dengan menggunakan SPSS 11,5. Berdasarkan analisis pearson diperoleh besarnya korelasi antara frekuensi pembilasan dengan jumlah konsumsi air untuk mencuci pakaian adalah sebesar 0,024, berarti hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong lemah. Jadi frekuensi pembilasan tidak berpengaruh terhadap konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian. Frekuensi membilas pakaian tergantung dari kebiasaan responden. TABEL IV.4 FREKUENSI MEMBILAS PAKAIAN Frekuensi Jumlah Responden Persentase 2 16 orang 14,04% 3 87 orang 76,32% 4 10 orang 8,77% 5 1 orang 0,88% Sumber: Lampiran F 4.1.1.4 Mandi cuci kakus (MCK) Konsumsi air untuk mandi, cuci, kakus (MCK) responden di Kelurahan Setiamanah adalah sebesar 79,80 liter per orang per hari, dengan sebagian besar frekuensi mandi 2 kali sehari. Jumlah ini melebihi standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 20 liter per orang per hari dan standar Departemen Pekerjaan Umum yaitu sebesra 12 liter per orang per hari. Perbedaan yang cukup besar antara konsumsi air bersih responden untuk mandi dengan standar dikarenakan tidak diketahuinya keterangan dari standar yang ada, apakah standar tersebut berlaku untuk frekuensi mandi sekali sehari atau 2 kali sehari dan semestinya standar yang ditetapkan adalah untuk 2 kali sehari. Konsumsi air untuk MCK minimum dan maksimum adalah sebesar 25 liter per orang per hari dan 340 liter per orang per hari. Konsumsi air minimum yaitu sebesar 25 liter adalah konsumsi untuk satu kali mandi karena rumah tangga tersebut terbiasa mandi satu kali sehari, sedangkan konsumsi air maksimum dihitung dengan

65 frekuensi 2 kali mandi setiap hari dengan volume air yang besar. Sebagian besar frekuensi responden untuk mandi adalah 2 kali sehari. 4.1.1.5 Kebersihan rumah Konsumsi air untuk kebersihan rumah responden adalah sebesar 5,17 liter per orang per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 32 liter per orang per hari dan standar Departemen Pekerjaan Umum yaitu 31,4 liter per orang per hari. Jumlah konsumsi ini semestinya untuk semua anggota keluarga atau per rumah tangga. Sama halnya dengan MCK, standar yang ditetapkan PU dan Departemen Kesehatan tidak diketahui penjelasannya, apakah konsumsi tersebut untuk sekali melakukan kegiatan tanpa membagi jumlah anggota keluarga atau dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Karena dalam penelitian ini, rata-rata konsumsi untuk kebersihan rumah dilakukan dengan membagi jumlah air yang digunakan untuk kegiatan kebersihan rumah dengan jumlah anggota keluarga. Konsumsi air minimum dan maksimum adalah sebesar 0,42 liter per orang per hari dan 44,44 liter per orang per hari. Konsumsi maksimum yang tinggi bahkan lebih tinggi dari standar disebabkan responden terbiasa menggunakan membersihkan rumah dengan volume air yang besar bahkan tidak mau menampung air hujan untuk membersihkan teras atau menyiram tanaman dan halaman. 4.1.1.6 Mencuci kendaraan Jumlah konsumsi air untuk membersihkan kendaraan didapat dengan menganalisis data-data responden yang memiliki kendaraan dan yang mencuci kendaraan di rumah yaitu 41 responden. Konsumsi air untuk mencuci kendaraan di Kelurahan Setiamanah adalah sebesar 3,41 liter per orang per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 22,5 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 21,1 liter per orang per hari. Sama halnya dengan MCK dan kebersihan rumah, standar yang ditetapkan PU dan Departemen Kesehatan tidak diketahui keterangannya, apakah konsumsi tersebut untuk sekali melakukan kegiatan

66 tanpa membagi jumlah anggota keluarga atau dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan jenis kendaraan apa yang dipertimbangkan dalam standar tersebut. Konsumsi air untuk mencuci kendaraan minimum dan maksimum adalah sebesar 0,18 liter per orang per hari dan 22,14 liter per orang per hari. Untuk konsumsi maksimum nilainya mendekati standar yang ditetapkan sedangkan konsumsi minimum jauh di bawah standar. Hampir samanya nilai konsumsi maksimum disebabkan responden yang menggunakan air sebesar 22,14 liter memiliki 2 jenis kendaraan yaitu mobil dan motor, dan kendaraan tersebut dibersihkan setiap hari. Sedangkan responden yang mengkonsumsi air untuk mencuci kendaraan sebesar 0,18 liter per orang per hari, membersihkan kendaraan tidak setiap hari. Sebagian besar mencuci kendaraan seminggu sekali, bahkan ada yang hanya mengelap. 4.1.1.7 Menyiram tanaman Jumlah konsumsi air untuk menyiram tanaman didapat dengan menganalisis data-data responden yang memiliki tanaman dan halaman atau teras di rumah yaitu 51 responden. Banyak responden di Kelurahan Setiamanah yang tidak memiliki halaman bahkan teras dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) hingga 95% bahkan 100%, khususnya rumah-rumah yang berada di dalam gang sehingga tidak memiliki tanaman. Konsumsi air untuk menyiram tanaman responden adalah sebesar 6 liter per orang per hari. Jumlah ini masih di bawah standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 11 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 11,8 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk menyiram tanaman minimum dan maksimum adalah sebesar 0,33 liter per orang per hari dan 36 liter per orang per hari. Secara kolekstif, rata-rata konsumsi air untuk menyiram tanaman adalah sebesar 26,67 liter per umah tangga per hari. Dengan konsumsi minimum dan maksimumnya adalah sebesar 2 dan 108 liter per rumah tangga per hari.

67 4.1.1.8 Wudhu Jumlah konsumsi air untuk wudhu didapat dengan menganalisis data-data responden yang memiliki beragama Islam yaitu 106 responden. Konsumsi untuk wudhu diasumsikan bahwa: semua anggota keluarga melakukan shalat di rumah dan setiap hari tanpa ada halangan. Konsumsi air untuk wudhu responden adalah sebesar 20,25 liter per orang per hari. Jumlah ini melebihi standar Departemen Kesehatan yaitu sebesar 15 liter per orang per hari dan standar PU yaitu sebesar 16,2 liter per orang per hari. Konsumsi air untuk wudhu minimum dan maksimum adalah sebesar 8,57 liter per orang per hari dan 45 liter per orang per hari. 4.1.1.9 Mengisi kolam atau akuarium Konsumsi air bersih responden untuk mencuci pakaian adalah sebesar 2,43 liter per orang per hari. Keperluan mengisi kolan atau akuarium bukan keperluan primer, jadi tidak ada standarnya. Jumlah konsumsinya pun tergantung besarnya kolam atau akuarium serta kebiasaan dan frekuensi responden menguras kolam atau akuarium. Tidak semua responden mempunyai kolam atau akuarium jadi rata-rata komsumsi untuk mengisi kolam atau akuarium hanya memperhitungkan 13 responden. Konsumsi air minimum dan maksimumm untuk keperluan ini adalah 0.34 dan 12 liter per orang per hari. Responden yang memiliki luas kolam atau akuarium yang besar akan mempengaruhi besarnya jumlah konsumsi air rumah tangga. dalam penelitian ini terdapat 2 rumah tangga yang mengkonsumsi air untuk kolam atau akuarium sebesar 41,14 liter per rumah tangga per hari dan 36 liter per rumah tangga per hari. Responden yang memiliki kolam atau akuarium tersebut tergolong rumah tangga dengan golongan ekonomi menengah.

68 4.1.2 Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Sumber air bersih yang digunakan responden terbagi menjadi 2 yaitu sumber air pribadi dan sumber air publik. Sumber air publik berasal dari PDAM sedangkan sumber air pribadi berasal dari sumur timba, sumur, bor, dan pompa tangan. 4.1.2.1 Sistem penyediaan air bersih rumah tangga Dari tabel IV.5 dapat diketahui persentase rumah tangga berdasarkan sumber air yang digunakan. Sumber air yang digunakan responden bervariasi ada yang menggunakan satu sumber air dan ada pula yang menggunakan lebih dari satu sumber air. TABEL IV.5 SUMBER AIR RUMAH TANGGA Sumber Air Jumlah Responden Persentase Sumur Timba 32 orang 28.07% Sumur Bor 31 orang 27.19% PDAM 26 orang 22.81% Pompa Tangan 11 orang 9.65% Jumlah 100 orang 87.72% PDAM dan Sumur Timba 5 orang 4.39% PDAM dan Sumur Bor 3 orang 2.63% PDAM dan Pompa Tangan 1 orang 0.88% Sumur Timba dan Sumur Bor 4 orang 3.50% Sumur Bor dan Pompa Tangan 1 orang 0.88% Jumlah 14 orang 12.28% Sumber: Lampiran F Responden yang menggunakan satu sumber air adalah sebesar 87,72% dengan 100 responden dan yang menggunakan lebih dari satu sumber air sebesar 12,28% dengan 14 responden. Sumber air yang terbanyak digunakan adalah sumur timba sebesar 28,07% dengan jumlah responden 32 orang. Selanjutnya sumur bor sebesar 27,19% dengan 31 responden, PDAM sebesar 22,81% dengan 26 responden, pompa

69 tangan sebesar 9,65%, dengan 11 responden, PDAM dan sumur timba sebesar 4,39% dengan 5 responden, PDAM dan sumur bor sebesar 2,63% dengan 3 responden, PDAM dan pompa tangan sebesar 0,88% dengan 1 responden, sumur timba dan sumur bor sebesar 3,50% dengan 4 responden, serta sumur bor dan pompa tangan sebesar 0.88% dengan 1 reponden. Dengan besarnya jumlah responden yang menggunakan satu sumber air maka seluruh kebutuhan responden akan air bersih sudah terpenuhi dengan hanya satu sumber air. Sedangkan responden yang menggunakan dua sumber air disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Responden sudah memiliki dan menggunakan sumur timba dan pompa tangan sebelum adanya jaringan PDAM. Responden tidak berkeinginan untuk menutup sumur tersebut karena kualitas dan kuantitas air sumur tergolong baik. Terkadang air PDAM tidak mengalir seperti yang diharapkan sehingga responden membuat sumber air baru untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Air bersih yang diperoleh dari sumber air yang pertama tidak dapat memenuhi kebutuhan atau kualitasnya tidak baik (berbau/berwarna/berasa). Untuk menghemat penggunaan air PDAM sehingga bisa menghemat biaya/iuran per bulan. Responden yang menggunakan sumur timba membuat lagi sumur bor untuk menarik air tanah sehingga air mengalir secara otomatis tanpa ditimba. Tetapi jika aliran listrik mati, responden mengambil air dengan menimba. Dan alasan responden yang menggunakan sumber air pribadi tidak bersedia menggunakan sumber air pribadi adalah: Wilayah Kelurahan Setiamanah memiliki potensi sumber air yang sudah baik dari segi kuantitas dan kualitas. Sehingga responden sudah merasa puas dengan sumber air pribadi yang dimilikinya dan tidak bersedia menggunakan sumber air publik.

70 Air PDAM tidak selalu mengalir saat dibutuhkan, dan seringkali mengalir hanya pada waktu malam hari (terkadang tidak mengalir 24 jam). Debit airnya pun tidak begitu besar. Biaya pemasangan saluran PDAM pun terlalu tinggi yaitu sebesar Rp.1.289.500 untuk Kota Pelayanan Cimahi Untuk keperluan minum, selain menggunakan air tanah atau air PDAM, responden menggunakan air kemasan dengan berbagai merek. Pertimbangan menggunakan air kemasan karena praktis digunakan, higienis, dan tidak perlu dimasak. Presentase pengguna air kemasan untuk keperluan air minum adalah 40,4%, dan sisanya sekitar 59,6% menggunakan sumber air yang ada sebagai sumber air minum. Referensi responden mengenai kualitas air yang digunakan dalam studi ini dilihat dari segi fisis yang dapat dilihat dan dirasakan oleh responden. Segi fisis yang diidentifikasi antara lain: rasa, bau, dan warna air. Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden yaitu sekitar 92% responden berpendapat kualitas air yang digunakan sudah tergolong baik, yang berarti tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Selanjutnya, responden yang berpendapat bahwa air yang digunakan khususnya yang berasal dari PDAM berbau kaporit adalah sekitar 5%, namun hal ini tidak menjadi masalah karena tidak membahayakan kesehatan, responden yang berpendapat bahwa air yang digunakan berbau besi yaitu sekitar 2%, yaitu responden yang menggunakan sumber air berupa sumur timba dan sumur bor. Kandungan besi yang tidak sesuai dengan standar kesehatan tentu saja akan membahayakan responden yang mengkonsumsinya. Dan 1% responden berpendapat air yang digunakan memiliki warna, yaitu responden yang menggunakan sumber air berupa sumur bor, khususnya pada saat terjadi penurunan air permukaan. Jadi kualitas air bersih yang digunakan responden sudah tergolong baik bagi kesehatan.

71 GAMBAR 4.5 REFERENSI RESPONDEN TERHADAP KUALITAS AIR YANG DIGUNAKAN 92% 2% 5% 1% baik berbau besi berbau kaporit berwarna 4.1.2.2 Perbandingan konsumsi air bersih dengan sumber air publik dan pribadi Sumber air bersih responden berbeda-beda seperti yang dibahas sebelumnya. Sub bab ini akan dibahas perbedaan konsumsi air bersih responden per keperluan berdasarkan sumber air bersih yang digunakan. Dari tabel IV.5 diketahui bahwa terdapat responden yang menggunakan dua sumber air. Responden yang menggunakan dua sumber air, biasanya menggunakan salah satu sumber air sebagai sumber air utama dan yang lainnya sebagai sumber air cadangan. Dan responden yang menggunakan dua sumber air dikelompokkan pada kelompok sumber air utamanya (sumber air yang digunakan dalam jumlha paling besar). Persentase responden yang menggunakan sumber air publik yaitu PDAM adalah sebesar 28,95% dan responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 71,05%. Jadi sebagian besar responden menggunakan sumber air pribadi. Rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 688,12 liter per RT sedangkan responden yang menggunakan sumber air publik adalah sekitar 635,38 liter. Perbedaan rata-rata konsumsi air responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik adalah sekitar 52,74 liter

72 per RT. Jadi rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi per rumah tangga lebih besar dibandingkan rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik. Namun jika rata-rata konsumsi air bersih dilihat dengan satuan per orang, rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik menjadi lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan sumber air pribadi. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang berbeda antara responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik, karena untuk mendapatkan jumlah konsumsi air bersih dalam penelitian ini memperhitungkan jumlah anggota keluarga sebagai faktor pembagi dan perkaliannya. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 5,15 atau lebih dari 5 orang. Sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang menggunakan sumber air pribadi adalah 4,57 atau kurang dari 5 orang. TABEL IV.6 PERBANDINGAN JUMLAH KONSUMSI AIR BERSIH PER KEPERLUAN BERDASARKAN SUMBER AIR BERSIH Keperluan Rata-rata Konsumsi per rumah tangga Rata-rata Konsumsi per orang Publik (liter/hari) Pribadi (liter/hari) Publik (liter/hari) Pribadi (liter/hari) Minum 6,63 9,52 1,52 1,93 Masak 53,54 59,49 13,34 12,21 Mencuci Pakaian 64,93 85,14 15,44 16,86 MCK 377,21 397,97 81,34 79,12 Kebersihan Rumah 27,18 20,22 7,27 4,24 Mencuci Kendaraan 8,80 3,81 2,21 0,83 Menyiram Tanaman 18,29 9,11 4,54 1,86 Wudhu 75,99 102,02 17,40 19,46 Mengisi Aquarium 2,81 0,85 0,62 0,12 Jumlah 635,38 688,12 143,68 136,64 Sumber: Lampiran F

73 Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi dengan publik, dilakukan analisis inferensi dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata independen. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik dan pribadi, dengan satuan liter per rumah tangga per hari. Hipotesis yang digunakan dalam analisis uji perbedaan rata-rata independen adalah sebagai berikut: Ho : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per rumah tangga per hari) dengan menggunakan sumber air PDAM sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi H 1 : rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per rumah tangga per hari) dengan menggunakan sumber air PDAM tidak sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi Dengan menggunakan SPSS 11,5 diketahui nilai signifikansi adalah 0,464 berarti Ho diterima sehingga rata-rata konsumsi air bersih responden (liter per rumah tangga per hari) dengan menggunakan sumber air PDAM sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi. Jadi perbedaan rata-rata konsumsi air bersih dengan sumber air yang berbeda tidak terbukti secara signifikan dan sumber air tidak berpengaruh terhadap konsumsi air bersih responden. Responden yang menggunakan sumber air pribadi mengkonsumsi air lebih banyak dibandingkan responden yang menggunakan sumber air pribadi untuk keperluan minum, memasak, mencuci pakaian, MCK, dan wudhu. Sedangkan untuk keperluan kebersihan rumah, mencuci kendaraan, menyiram tanaman, dan mengisi akuarium. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa untuk keperluan primer, responden yang menggunakan sumber air pribadi mengkonsumsi lebih besar air bersih daripada responden yang menggunakan sumber air publik. Dan untuk keperluan tersier, responden yang menggunakan sumber air publik mengkonsumsi air lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan sumber air pribadi.

74 Sumber Air Pribadi Persentase distribusi konsumsi air bersih responden per keperluan yang menggunakan sumber air pribadi seperti sumur timba, sumur bor, dan pompa tangan dapat dilihat pada gambar 4.6. GAMBAR 4.6 DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH PER KEPERLUAN DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER AIR PRIBADI Mengisi Aquarium Mencuci Kendaraan 57.90% Menyiram Tanaman Minum Kebersihan Rumah 4.24% 12.34% 8.93% 0.09% 0.61% 1.36% Masak Mencuci Pakaian Wudhu MCK 1.41% 3.10% Konsumsi air bersih terbesar responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah untuk keperluan MCK, yaitu sekitar 57,90%, selanjutnya keperluan wudhu sebesar 14,24%, keperluan mencuci pakaian sebesar 12,34%, memasak sebesar 8,93%, kebersihan rumah sebesar 3,10%, minum sebesar 1,41%, menyiram tanaman sebesar 1,36%, mencuci kendaraan sebesar 0,61%, dan mengisi akuarium sebesar 0,09%. Sumber Air Publik Persentase distribusi konsumsi air bersih responden per keperluan yang menggunakan sumber air publik dapat dilihat pada gambar 4.7. Konsumsi air bersih terbesar responden yang menggunakan sumber air publik adalah untuk keperluan MCK, yaitu sekitar 56,61%, selanjutnya keperluan wudhu sebesar 12,11%, keperluan mencuci pakaian sebesar 10,75%, memasak sebesar 9,28%, kebersihan

75 rumah sebesar 5,06%, menyiram tanaman sebesar 3,16%, mencuci kendaraan sebesar 1,53%, minum sebesar 1,06% dan mengisi akuarium sebesar 0,43%. GAMBAR 4.7 DISTRIBUSI KONSUMSI AIR BERSIH PER KEPERLUAN DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER AIR PUBLIK 12.11% 10.75% 9.28% 5.06% 56.61% 0.43% 1.06% 1.53% Mengisi Aquarium Minum Mencuci Kendaraan Menyiram Tanaman Kebersihan Rumah Masak Mencuci Pakaian Wudhu MCK 3.16% Jadi jumlah konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik tidak jauh berbeda dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi. 4.2 Pola Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Aspek sosial ekonomi yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tingkat penghasilan, tingkat pendidikan responden, dan jumlah anggota keluarga responden. Pada sub bab ini akan dilihat konsumsi air bersih responden berdasarkan aspek sosial ekonomi dan melihat apakah aspek sosial ekonomi mempengaruhi pola konsumsi air bersih rumah tangga. 4.2.1 Tingkat Penghasilan Tingkat penghasilan merupakan salah satu karakteristik sosial ekonomi responden. Untuk itu dalam analisis ini akan dilihat konsumsi air bersih responden berdasarkan tingkat penghasilannya. Tingkat penghasilan dalam analisis ini dibagi menjadi 4 kategori seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.7.

76 TABEL IV.7 KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN TINGKAT PENGHASILAN (LITER/RT/HARI) Tingkat Penghasilan (dalam rupiah) Jumlah Konsumsi Air Bersih <1.000.000 631,58 1.000.000-2.000.000 726,85 2.000.001-3.000.000 617,74 3.000.001-4.000.000 1151,86 >4.000.000 665,43 Sumber: Lampiran F Dari tabel IV.7, konsumsi air bersih terbesar dilakukan oleh responden berpenghasilan Rp.3000.001-Rp.4.000.000 yaitu sebesar 1.151,86 liter per RT per hari, selanjutnya responden yang berpenghasilan Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 sebesar 726,85 liter per RT per hari, responden berpenghasilan lebih dari Rp.4.000.000 sebesar 665,43 liter per RT per hari, responden berpenghasilan kurang dari Rp.1.000.000 sebesar 631,58 liter per RT per hari, dan responden berpenghasilan Rp.2.000.001-Rp.3.000.000 sebesar 617,74 liter per orang per hari. Berdasarkan tabel IV.7, rata-rata konsumsi air bersih relatif sama untuk berbagai tingkat penghasilan, namun konsumsi air bersih meningkat cukup tinggi pada tingkat penghasilan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel boneka (dummy), diketahui bahwa tingkat penghasilan tidak mempengaruhi konsumsi air bersih responden (lihat lampiran B). Hal ini ditunjukkan oleh kecilnya nilai R 2 (square) yaitu sebesar 0,052 dan nilai signifikansi dari uji anova (0,216) dan uji t (0,204) yang lebih besar dari 0,05, yang berarti model regresi tidak bisa digunakan untuk memprediksi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat penghasilan tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga responden.

77 4.2.2 Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi air bersih rumah tangga. Semakin banyak anggota keluarga maka konsumsi air bersih rumah tangga akan semakin besar. Jumlah anggota keluarga pun menunjukkan karakteristik sosial ekonomi responden. Jumlah konsumsi air bersih per RT tertinggi adalah pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 7 orang yaitu 1.77,43 liter per hari dan terendah adalah pada jumlah anggota keluarga 2 orang. Dan jumlah konsumsi air bersih per orang tertinggi adalah pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 3 orang dan terendah pada rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 9 orang. TABEL IV.8 KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA Jumlah Anggota Keluarga Rata-rata Konsumsi RT (liter/hari) Orang (liter/hari) 2 325,72 162,86 3 515,9 171,97 4 528,95 132,24 5 741,27 148,25 6 725,49 120,91 7 1077,43 153,92 8 796,1 99,51 9 858,36 95,37 10 1155,57 115,56 Sumber: Lampiran F Untuk melihat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga digunakan analisis pearson dengan menggunakan SPSS 11,5. Berdasarkan analisis pearson diperoleh besarnya korelasi antara jumlah anggota

78 keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga adalah sebesar 0,428, berarti ada hubungan yang lemah dengan arah positif antara jumlah anggota keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga. Jadi jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap konsumsi air bersih rumah tangga, namun kekuatannya lemah. Berdasarkan gambar 4.8, konsumsi air bersih meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga. Walaupun ada peningkatan pada jumlah anggota keluarga 6 orang dan turun kembali pada jumlah anggota keluarga 7 orang dan terus meningkat pada jumlah keluarga 9 orang. GAMBAR 4.8 KONSUMSI AIR BERSIH MENURUT JUMLAH ANGGOTA KELUARGA (LITER/RUMAH TANGGA/HARI) 1400 Konsumsi Air Bersih 1200 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Anggota Keluarga Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak jumlah konsumsi air bersih per rumah tangga namun semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah konsumsi air bersih per individu karena faktor pembagi yaitu jumlah anggota keluarga semakin besar.

79 4.2.3 Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Pendidikan merupakan salah satu karaktersitik sosial ekonomi penduduk. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah konsumsi air bersih berdasarkan pendidikan terakhir ibu rumah tangga. Dari tabel IV.9 diketahui bahwa konsumsi air bersih rumah tangga dengan pendidikan terakhir ibu rumah tangga (IRT) SD adalah sebesar 727,22 liter per hari kemudian menurun dengan pendidikan terakhir IRT SMP sebesar 710,99 liter per hari, dan menurun kembali dengan pendidikan terakhir IRT SMA sebesar 603,64 liter per hari, kemudian meningkat saat pendidikan IRT lebih tinggi dari SMA yaitu sebesar 676,51 liter per hari. Dari tabel IV.9 diketahui bahwa konsumsi tertinggi dilakukan oleh rumah tangga yang tingkat pendidikan terkhir IRTnya adalah SD dan konsumsi terendah adalah rumah tangga yang pendidikan terakhir IRTnya adalah SMA. TABEL IV.9 KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDKAN TERAKHIR Pendidikan Terakhir Ibu Jumlah Penggunaan Air Bersih SD 727,22 SMP 710,99 SMA 603,64 > SMA 676,51 Sumber: Lampiran F Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel boneka (dummy), diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak mempengaruhi konsumsi air bersih responden (lihat lampiran B.2). Hal ini ditunjukkan oleh kecilnya nilai R 2 (square) yaitu sebesar 0,04 dan nilai signifikansi dari uji anova (0,981) dan uji t (0,807) yang lebih besar dari 0,05 yang berarti model regresi tidak bisa digunakan

80 untuk memprediksi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terakhir ibu rumah tangga tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga responden. 4.2.4 Konsumsi Air Bersih Responden Berdasarkan Sumber Air dengan Karakteristik Sosial Ekonomi yang Sama Pada bab 4.1.2.2 perbandingan pola konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air tidak mempertimbangkan kesamaan karakteristik sosial ekonomi. Untuk itu pada sub bab ini akan dianalisis konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air dengan karaktersitik sosial ekonomi rumah tangga yang sama. Karakteristik sosial ekonomi yang digunakan dalam analisis ini adalah tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Tingkat penghasilan dalam analisis ini dibagi menjadi tingkat penghasilan kurang dari Rp.1.500.000 dan lebih dari Rp.1.500.000 karena titik tengah tingkat penghasilan responden berada antara rentang Rp.1.000.000-Rp.1.500.000. Tingkat pendidikan dibagi menjadi golongan pendidikan yaitu SD-SMP serta pendidikan SMA dan di atas SMA karena titik tengah tingkat pendidikan responden berada di tingkat SMA. Dan jumlah anggota keluarga seluruh karaktersitik disamakan yaitu rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 hingga 6 orang karena sebagian besar responden memiliki anggota keluarga antara 4 hingga 6 orang. TABEL IV.10 ANALSIS ANOVA UNTUK KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA BERDASARKAN KESAMAAN KARATERISTIK SOSIAL EKONOMI Karakteristik Nilai Signifikansi Hasil Analisis Anova 1 0.555 Ho diterima 2 0.503 Ho diterima 3 0.212 Ho diterima 4 0.66 Ho diterima Sumber: Lampiran B.2

81 Keterangan: 1. Tingkat Pendapatan < Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SD dan SMP, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang 2. Tingkat Pendapatan < Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SMA dan di atas SMA, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang 3. Tingkat Pendapatan > Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SD dan SMP, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang 4. Tingkat Pendapatan > Rp.1.500.000, tingkat pendidikan responden SMA dan di atas SMA, Jumlah Anggota Keluarga 4-6 orang Hipotesis yang digunakan dalam analisis Anova adalah sebagai berikut: Ho : rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air PDAM sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi H 1 : rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air PDAM berbeda dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi H 0 diterima jika nilai signifikasi lebih besar dari α sedangkan H 0 ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari α. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi analisis Anova dari beberapa karakteristik sosial ekonomi yang sama adalah lebih besar dari α yaitu 0,05 berarti Ho diterima. Jadi rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi dengan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang sama. 4.3 Dampak Perubahan Pola Konsumsi Air Bersih (Penghematan) Terhadap Kebutuhan dan Konservasi Air Berdasarkan analisis sebelumnya diketahui bahwa rata-rata konsumsi air bersih responden sudah di atas rata-rata standar yang ada, tetapi kurang dari standar kesehatan. Dalam studi ini, responden yang mengkonsumsi lebih dari 150 liter per orang per hari dianggap boros, yang mengkonsumsi pada rentang 100-150 liter per

82 orang per hari dianggap normal, dan yang menggunakan lebih dari 150 liter per orang per hari dianggap masih di bawah standar. GAMBAR 4.9 JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN KONSUMSI AIR BERSIH 60 56 50 Jumlah Responden 40 30 20 30 28 10 0 > 150 100-150 <100 Rentang Konsumsi Air Bersih (l/rt/hr) Responden yang mengkonsumsi air bersih lebih dari 150 liter per orang per hari adalah sebanyak 30 orang (26,32%), yang mengkonsumsi diantara rentang 100-150 liter per orang per hari sebanyak 56 orang (49,12%), dan yang mengkonsumsi kurang dari 100 liter per orang per hari sebanyak 28 orang (24,56%). Berdasarkan gambar 4.9, diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi air bersih lebih dari 100 liter per orang per hari, bahkan cukup banyak responden yang mengkonsumsi lebih dari 150 liter per orang per hari. Hal ini menunjukkan responden Kelurahan Setiamanah menggunakan air bersih dalam jumlah yang tinggi. 4.3.1 Kesediaan dan Cara Penghematan Air Bersih Responden Kesediaan dan cara penghematan air bersih setiap responden berbeda-beda. Tidak semua responden berpendapat bahwa penghematan air adalah suatu hal yang penting dan bersedia melakukan penghematan air. Begitu pula cara yang terbiasa dan bisa dilakukan setiap responden pun berbeda-beda. Untuk itu, perlu diketahui seberapa besar responden yang bersedia melakukan penghematan dan bagaimana cara yang bisa dan terbiasa dilakukan responden dalam penghematan air.

83 4.3.1.1 Presentase responden yang bersedia menghemat air Penghematan air bersih akan lebih kongkrit dilakukan jika responden bersedia melakukan penghematan dan sesuai dengan cara yang biasa dan bisa dilakukan oleh responden. Untuk itu, kesediaan responden dalam melakukan penhematan perlu untuk diketahui. Berikut adalah analisis mengenai kesediaan responden dalam melakukan penghematan. GAMBAR 4.10 PERSENTASE PENDUDUK YANG BERSEDIA MELAKUKAN PENGHEMATAN AIR BERSIH 18.4% 10.5% 71.1% bersedia berhemat tidak bersedia tidak menjawab Persentase responden yang bersedia melakukan penghematan air adalah 71,05% dari 81 responden, responden yang tidak bersedia 18,4% dari 21 responden, sisanya tidak menjawab sekitar 10,5%. Jadi sebagian besar responden Kelurahan Setiamanah menyadari pentingnya penghematan dan bersedia melakukan penghematan. GAMBAR 4.11 PENDAPAT PENDUDUK TERHADAP PEMBATASAN KONSUMSI AIR BERSIH 26.3% 39.5% 34.2% perlu dibatasi tidak perlu dibatasi tidak menjawab Jika responden menyadari pentingnya membatasi penggunaan air bersih berarti responden tersebut menyadari akan terbatasnya sumber daya air bersih, dan penghematan perlu untuk dilakukan. Membatasi penggunaan air bersih untuk tiap

84 keperluan merupakan salah satu cara penghematan air bersih. Berdasarkan survei, persentase responden yang berpendapat bahwa penggunaan air untuk tiap keperluan perlu dibatasi adalah sekitar 39,5% dari 45 responden, dan 34,2% dari 39 responden berpendapat tidak perlu dibatasi, sisanya yaitu sekitar 26,3% tidak menjawab. Alasan responden berpendapat bahwa penggunaan air tidak perlu dibatasi antara lain: repot, persediaan air berlimpah, dan sulit dilakukan. 4.3.1.2 Cara responden dalam penghematan air Penghematan air perlu untuk dilakukan. Cara responden dalam penghematan air berbeda-beda. Langkah penghematan yang terbiasa dilakukan responden dapat dilihat pada tabel IV.11. TABEL IV.11 LANGKAH PENGHEMATAN YANG TERBIASA DILAKUKAN RESPONDEN Langkah yang bisa dan biasa dilakukan dalam penghematan air bersih Jumlah Responden Mengurangi pencucian secara berulang (pembilasan). 33 Air cucian dapur (seperti bekas cucian sayur, buah, dll) digunakan untuk keperluan lain seperti menyiram tanaman, dll 28 Bagi yang memiliki mobil atau kendaraan lainnya 16 Tampung air cucian pakaian untuk mencuci kendaraan Mengurangi frekuensi mencuci kendaraan dan mengantinya dengan mengelap Membuat sumur resapan 9 Membuat tempat penampungan air hujan dan menggunakannya untuk keperluan-keperluan seperti menyiram tanaman, mengepel lantai, mengguyur toilet, dan mengganti air kolam. 25 Menggunakan air cucian untuk keperluan lain 8 Sumber: Hasil survei Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden melakukan upaya penghematan dengan mengurangi pencucian secara berulang, menggunakan air

85 cucian dapur untuk keperluan yang lain, membuat tempat penampungan air hujan dan digunakan untuk keperluan lain, mengubah cara dan sumber air dalam membersihkan kendaraan, membuat sumur resapan, dan menggunakan air cucian untuk keperluan yang lain. Langkah lain yang biasanya dilakukan responden antara lain: Air mandi digunakan untuk keperluan lain Mengurangi volume air untuk mencuci pakaian Menjatah konsumsi air untuk mandi Tidak menggunakan air langsung dari kran Untuk keperluan primer, khususnya minum dan memasak, jumlah konsumsi air akan sulit untuk dikurangi karena akan mempengaruhi kesehatan. Selain itu, jumlah konsumsi air untuk keperluan primer tidaklah terlalu besar dibandingkan keperluan-keperluan yang lain. Berdasarkan analisis, konsumsi air bersih terbesar digunakan untuk keperluan MCK, wudhu, dan mencuci pakaian. Perubahan pola konsumsi air bersih dalam upaya penghematan yang dapat dilakukan untuk keperluan-keperluan tersebut adalah: mencuci pakaian Berdasarkan analisis uji hipotesa perbedaan rata-rata 2 sampel independen, diketahui bahwa adanya perbedaan rata-rata konsumsi air bersih yang signifikan untuk keperluan mencuci pakaian antara responden yang mencuci pakaian tiap hari dan tidak tiap hari. Jadi penghematan air yang bisa dilakukan adalah mengurangi frekuensi mencuci, misalnya responden yang terbiasa mencuci setiap hari atau 2 kali sehari menjadi 2 kali seminggu atau 3 kali seminggu. Penghematan pun bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah pembilasan pakaian bagi penduduk yang mencuci dengan jumlah pembilasan lebih dari 3 atau 4 kali, walaupun berdasarkan analisis pearson tidak ada keterkaitan antara jumlah pembilasan dengan konsumsi air bersih untuk mencuci pakaian.

86 MCK Rata-rata konsumsi air bersih untuk keperluan MCK tergolong terlalu besar yaitu sekitar 79,80 liter per orang per hari. Untuk itu diperlukan pembatasan konsumsi air untuk keperluan MCK. Kebutuhan air untuk MCK berdasarkan Standar Depkes adalah 20 liter per orang per hari dapat dikatakan masih kurang untuk frekuensi mandi 2 kali sehari dan keperluan cuci kakus. Jika diasumsikan 1 kali mandi menggunakan 20 liter per orang per hari maka untuk frekuensi 2 kali mandi per hari dibutukan 40 liter per orang per hari, ditambah 10 liter untuik keperluan cuci kakus maka dibutuhkan 50 liter untuk seluruh keperluan MCK. Dengan demikian, konsumsi air untuk MCK bisa berkurang sekitar 29,80 liter per orang per hari. mencuci kendaraan Konsumsi air bersih untuk mencuci kendaraan bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi mencuci kendaraan. Dalam studi konsumsi air bersih maksimum untuk mencuci kendaraan adalah 22,14 liter per orang per hari dengan frekuensi sekali sehari sedangkan konsumsi air bersih minimum untuk mencuci kendaraan adalah 0,18 liter per orang per hari. Jika responden yang mencuci kendaraan setiap hari mengubah kebiasaannya mencuci kendaraan menjadi seminggu sekali atau 2 kali seminggu maka kontribusi konsumsi air untuk mencuci kendaraan dapat berkurang sekitar 12-20 liter per orang per hari. menyiram tanaman dengan air bekas pencucian sayur, ikan, beras, dan lainlain. mengurangi konsumsi air untuk wudhu Konsumsi air untuk wudhu bisa dikurangi menjadi 15 liter per orang per hari sesuai dengan standar Depkes. Perubahan pola konsumsi untuk keperluan-keperluan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan maka penghematan dapat dilakukan dengan mengubah pola