PUTUSAN No.: 014 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
=================================

PUTUSAN Nomor: 10 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

PUTUSAN Nomor 18 PK/N/1999 =================================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH AGUNG. memeriksa permohonan Peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari;

PUTUSAN Nomor 23 PK/N/1999 ============================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

=================================

PUTUSAN Nomor 10 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

=================================

P U T U S A N Nomor : 72/Pdt/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 04 PK/N/1999 ================================ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

PUTUSAN Nomor: 018 K/N/1999 ================================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR. 433/Pdt/2013/PT.Bdg.

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N 322 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N NOMOR: 109/PDT/ 2012/PTR.

P U T U S A N Nomor 159/PDT/2017/PT.BDG.

PUTUSAN Nomor 17 K/N/2000 ====================================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

PUTUSAN Nomor 01 K/N/2000 ================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

P U T U S A N Nomor 41/Pdt.G/2007/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

=================================

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN Nomor 13 K/N/2000 ================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG


P U T U S A N NOMOR : 113/PDT/2011/PTR

P U T U S A N Nomor 100/Pdt.G/2013/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 170/B/2012/PT.TUN-MDN

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN. Nomor 291/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 907 K/Pdt.Sus-Pailit/2017

P U T U S A N Nomor 11 PK/N/2001 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

P U T U S A N Nomor 461/Pdt/2013/PT.Bdg.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. 83 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara

PEMBANDING, semula TERGUGAT;

KONTRA MEMORI BANDING. Atas Putusan Pengadilan Negeri Surabaya. Tanggal 23 Desember 2008, Nomor 340/Pdt.G/2008/PN.Sby. Dalam Perkara Antara:

P U T U S A N Nomor 273/Pdt/2015/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

P U T U S A N. Nomor : 175/B/2012/PT.TUN-MDN

TERBANDING, semula PENGGUGAT;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N 463 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

PARTNERS. * Hengki M. Sibuea, Founder dan Senior Partner pada Kantor Hukum HENGKI SIBUEA &

P U T U S A N. Nomor : 108/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N. NOMOR 328/Pdt/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N NOMOR : 419/PDT/2011/PT-MDN

PUTUSA N NOMOR 456/Pdt/2015/PT.BDG.

PUTUSAN. Nomor 344/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

P U T U S A N. Nomor : 221/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 483 K/TUN/2001

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N Nomor 278/PDT/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N. NOMOR 325/PDT/2014/PT. Bdg

P U T U S A N Nomor : 33/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 138/B/2012/PT.TUN-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 489/PDT/2014/PT.Bdg.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor : 278/Pdt/2014/PT. BDG.

P U T U S A N NOMOR : 231/PDT/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. sebagai berikut dibawah ini dalam perkara antara :

PUTUSAN NOMOR : 226 K/AG/2007 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N Nomor 236/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N NOMOR : 146/PDT/2013/PTR

P U T U S A N No. 54 K / TUN / 2004

P U T U S A N NOMOR: 46 K/AG/2006

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan

P U T U S A N NOMOR : 262/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 535/Pdt/2015/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PUTUSAN No.: 014 PK/N/2000 =============================== DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara niaga dalam permohonan peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara kepailitan dari: H. HENDRA ROZA PUTERA, SH. berkedudukan di Jalan Tanjung Duren Raya No.14 A, Jakarta 11470 dalam hal ini. selaku "Kurator" dari Debitur Pailit PT. Asmawi Agung corporation, berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 28 Februari 2000 No.05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST. jo. Putusan Mahkamah Agung R.I. tanggal 10 April 2000 No.: 010 K/N/2.000, sebagai Pemohon Peninjauankembali, dahulu Terbanding; Melawan: TIM LIKUIDASI PT. SEJAHTERA BANK UMUM (DALAM LIKUIDASI), berkedudukan di Jalan Wahid Hasyim No.65 Jakarta dalam hal ini memberi kuasa kepada ALFONSO NAPITUPULU, SH., PURNAMA NAPITUPULU, SH., RATIH PURNAMASARI, SH., SIDHARTA W. NUGROHO, SH. dan HISAR TAMBUNAN, SH. para Advokat dan Pengacara dari Kantor Advokat dan Pengacara Alfonso Napitupulu, SH. & Associates beralamat di Komplek Ruko Tekstil Blok E2 No.3, Jalan Arteri, Mangga Dua, Jakarta Utara, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 6 September 2000, sebagai Termohon Peninjauankembali, dahulu Pembanding; Mahkamah Agung tersebut; Membaca surat-surat yang bersangkutan; Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata bahwa Pemohon Peninjauankembali dahulu sebagai Terbanding telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 8 Agustus 2000 Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST. yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Para Termohon Peninjauankembali, dahulu sebagai Pembanding dengan posita perkara sebagai berikut: - Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 28 Februari 2000 Nomor 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST. jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 10 April 2000 No.010 K/N/2000 PT. Asmawi Agung Corporation (selanjutnya disingkat "ASCO') telah dinyatakan berada dalam keadaan Pailit; - Bahwa berdasarkan permohonan yang diajukan oleh berbanding selaku Kurator dari ASCO, Hakim Pengawas yang ditunjuk sebagai Pengawas atas pemberesan harta ASCO telah

mengeluarkan Penetapan tanggal 10 Juli 2000 Nomor 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA. JKT.PST. yang amarnya berbunyi sebagai berikut: Menetapkan: Memberi izin dan Memerintahkan kepada Kurator (H. Hendra Roza Putera, SH.) untuk menarik dana milik Debitur Pailit (PT. Asmawi Agung Corporation) yang disimpan dalam Rekening Penampungan PT. SEJAHTERA BANK UMUM (Dalam Likuidasi) sebesar Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tersebut dan kemudian dikuasai dan dikelola oleh Kurator sebagaimana mestinya sebagai budel pailit; - Bahwa atas penetapan Hakim Pengawas tersebut, Pembanding mengajukan keberatan kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan alasan: I. Permohonan Banding Telah Diajukan Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundangan Yang Berlaku. Bahwa Permohonan Banding yang diajukan oleh Pembanding terbukti telah sesuai dan memenuhi tenggang waktu yang ditentukan dalam pasal 66 ayat (1) Peraturan Kepailitan, karena: - Pembanding baru mengetahui dan menerima Penetapan termaksud dari Kurator sekarang Terbanding pada tanggal 13 Juli 2000 berdasarkan surat yang dikirimkan oleh Terbanding Nomor: 080/HRP/KP-07/2000; - Bahwa dengan demikian jangka waktu 5 (lima) hari sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 66 ayat (1) Peraturan Kepailitan haruslah diartikan sebagai 5 (lima) hari terhitung sejak Pembanding mengetahui dan menerima Penetapan termaksud, berarti telah memenuhi tenggang waktu 5 (lima) hari sebagaimana yang diatur dalam ketentuan pasal 66 ayat (1) Peraturan Kepailitan. Oleh sebab itu sudah seharusnya Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat menerima dan memeriksa permohonan Banding yang diajukan oleh Pembanding ini; II. Penetapan Hakim Pengawas Tidak Sesuai. Dengan Prosedur Dan Ketentuan Peraturan Perundangan Yang Berlaku. Bahwa Penetapan Hakim Pengawas tersebut terbukti tidak sesuai dengan prosedur dari ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku sebagaimana dibuktikan pada fakta-fakta sebagai berikut: - Bahwa dalam peraturan kepailitan sama sekali tidak ada disebutkan bahwa Hakim Pengawas mempunyai wewenang untuk memberikan penetapan dan/atau putusan terhadap status kepemilikan dana apakah termasuk dalam budel pailit atau bukan, terlebih lagi jika status kepemilikan dana tersebut masih merupakan sengketa. Peraturan Kepailitan hanya menyatakan bahwa tugas dan wewenang Hakim

Pengawas adalah mengawasi pengurusan dari pemberesan harta Pailit. Hal mana secara tegas disebutkan pada pasal 63 Peraturan Kepailitan; - Bahwa berdasarkan surat-surat yang dikirimkan oleh Kuasa Hukum Pembanding kepada Kurator Nomor: 2593/ALNA/V/00 tertanggal 16 Mei 2000 (Bukti P-4) jo. Nomor: 2689/ALNA/V/00 tertanggal 24 Mei 2000 (Bukti P-5) dan Surat Kurator Nomor 060/HRP/KP-05/2000 tertanggal 12 Mei 2000 (Bukti P-6) jo. Nomor: 066/HRP/KP-05/2000 tertanggal 22 Mei 2000 (Bukti P-7) terbukti bahwa mengenai status kepemilikan dana sebesar Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) masih merupakan sengketa antara Terbanding dan Pembanding. Dan sesuai dengan prinsip hukum acara yang berlaku, putusan yang menyangkut status kepemilikan yang masih merupakan sengketa tidak dapat diberikan berdasarkan permohonan sebagaimana yang telah diajukan oleh Terbanding. Hal itu sesuai dengan pendapat Ny. Retnowulan Sutanto, SH. Dan Iskandar Oerip kartawinata, SH. dalam bukunya Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Penerbit Mandar Maju/1989/Bandung halaman 7 alinea ketiga; - Dengan demikian berarti status kepemilikan dana sebesar Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) yang masih merupakan sengketa antara Pembanding dan Terbanding tidak dapat diputuskan melalui suatu Penetapan; Oleh karenanya Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST. tertanggal 10 Juli 2000 terbukti telah melanggar prinsip hukum acara yang berlaku; - Selain itu upaya hukum yang dilakukan oleh Terbanding untuk menarik dana sebesar Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) sebagai budel pailit dengan cara mengajukan permohonan penetapan terbukti bukan merupakan upaya hukum yang lazim/dikenal dalam Peraturan Kepailitan khususnya sebagaimana yang antara lain telah diatur pada pasal 41 dan 42 Peraturan Kepailitan; - Bahwa berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut di atas terbukti Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST. tertanggal 10 Juli 2000 tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. Oleh sebab itu sudah selayaknya Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat membatalkan Penetapan Hakim Pengawas tersebut; III. Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/ 2000/PN.NIAGA.JKT.PST. Tertanggal 10 Juli 2000 Adalah Keliru dan Tidak Benar.

- Terlebih dahulu Pembanding menjelaskan bahwa PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi)/Pembanding adalah suatu Bank yang telah dicabut izin usahanya oleh Pemerintah melalui Menteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Menteri 1997 tentang Pencabutan Izin Usaha PT. Sejahtera Bank Umum (Bukti P-8) jo. Surat Bank Indonesia Nomor: 30/293/ UPB2/AdB2/Rahasia tertanggal 1 November 1997 (Bukti P-9). Dan selanjutnya berdasarkan Akta Risalah Rapat PT. Sejahtera Bank Umum Nomor 16 tertanggal 24 November 1997 yang dibuat di hadapan Ny. Hartati Marsono, SH. Notaris di Jakarta (Bukti. P-10) jo. Surat Bank Indonesia Nomor: 30/346/UPB2/AdB2/Rahasia tertanggal 24 November 1997 (Bukti P-11) telah dibentuk dan/atau ditunjuk Tim Likuidasi yang bertugas melakukan pemberesan atas PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi); - Bahwa pertimbangan hukum dalam Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/2000/PN. NIAGA.JKT.PST. tertangga1 10 Juli 2000 pada halaman 2 point 1 menyatakan:"bahwa maksud PT. Asmawi Agung Corporation menyerahkan uang tersebut kepada PT. Sejahtera Bank Umum (SBU) adalah agar dipergunakan untuk pembayaran utang-utang PT. Asmawi Agung Corporation kepada para krediturnya" (Vide Bukti P-1) adalah keliru dan tidak benar dengan alasan-alasan sebagai berikut: 1. Bahwa debitur pailit Asmawi Agung Corporation (ASCO) tidak pernah menyerahkan uang sejumlah Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) kepada PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi) sebagaimana disebutkan dalam pertimbangan hukum Penetapan Hakim Pengawas tersebut; 2. Bahwa dana sejumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tersebut adalah berasal dari pengalihan dana Deposito- Deposito dan Bill of Exchange milik PT. Unggul Indah Corporation, PT. Bank Central Asia, PT. Indofood Sukses Makmur dan PT. Internusa Citra (selanjutnya bersama-sama disebut "BCA Group") berdasarkan Perjanjian Pengalihan Piutang tertanggal 30 Desember 1997 antara BCA Group dengan PT. Bumi Indera Wisesa (Bukti P-12a jo. Bukti P-12b jo. P-12c jo P-12d) jo. Perjanjian Jual Beli Piutang antara PT. Bumi Indera Wisesa dengan Asmawi Agung Corporation (ASCO) tertanggal 30 Desember 1997 (Bukti P-13): 3. Bahwa selanjutnya berdasarkan konfirmasi dari pihak BCA Group yang dikirimkan kepada Pembanding (Bukti P-14a jo. P-14b jo. P-14c jo. P-14d) yang pada intinya menyatakan bahwa pihak BCA Group telah mengalihkan piutangnya yang berasal dari Deposito-Deposito dan Bill of Exchange miliknya yang ada pada PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi) berdasarkan perjanjian-perjanjian (vide Bukti P-12a jo. Bukti P-12b jo. Bukti P-12c jo Bukti P-12d jo Bukti P-13), maka Pembanding telah melakukan pencatatan atas pengalihan piutang BCA Group sebesar Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tersebut dalam jurnal

pembukuannya yaitu pada rekening Penampungan Dana Pengalihan Hutang; - Bahwa pertimbangan Hakim Pengawas pada halaman 3 alinea pertama Penetapannya dan amar Penetapannya (vide Bukti P-2) yang antara lain pada intinya menyatakan bahwa dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group sejumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tersimpan dalam rekening Penampungan adalah keliru. Perlu kami jelaskan bahwa rekening Penampungan yang dimaksud di sini bukanlah rekening giro melainkan hanya bersifat pencatatan pemindahbukuan atas nama sejumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) yang semula dicatat pada rekening Deposito sekarang telah dipindah bukukan pencatatannya dalam rekening Penampungan Dana Pengalihan Hutang tersebut tidak ada tersimpan dana karena dananya sendiri masih menunggu pencairan aset PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi); - Bahwa pertimbangan hukum Hakim Pengawas pada butir 3 alinea kedua Penetapannya maupun dalam amar Penetapannya yang antara lain menyatakan dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group sejumlah Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tersebut bunganya (kalau ada) merupakan budel pailit adalah tidak benar sebagaimana dibuktikan pada fakta-fakta sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu Pembanding sampaikan bahwa dana yang berasal dari pengalihan piutang Bank Central Asia (BCA) sebesar Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tidak mempunyai bunga karena terhitung sejak PT. Sejahtera Bank Umum dicabut izin usahanya pada tanggal 1 November 1997 seluruh tabungan dan Deposito nasabah yang ada di PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi) tidak lagi memperoleh bunga; 2. Bahwa debitur pailit/asmawi Agung Corporation (ASCO) melalui suratnya Nomor 024/VI/Dirut/99 tertanggal 28 Juni 1999 perihal Kompensasi Hutang Piutang (Bukti P-15) telah meminta agar dana yang berasal dari pengalihan piutang sejumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) dikompensasi atau dipergunakan untuk membayar hutang Asmawi Agung Corporation (ASCO) dan sebagian debitur lain kepada PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi)/Pembanding; 3. Bahwa oleh karena Sdr. Lesmana Basuki yang merupakan Komisaris Asmawi Agung Corporation (ASCO) adalah juga merupakan Direktur Utama dan salah seorang pemegang saham pada PT. Sejahtera Bank Umum, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 31/177/KEP/DIR tertanggal 31 Desember 1998 mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, PT. Asmawi Agung Corporation adalah merupakan pihak terkait

dengan Bank. Hal itu secara tegas dapat dilihat pada pasal 1 point m surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 31/177/KEP/DIR tertanggal 31 Desember 1998; 4. Bahwa menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 1999 jo. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR tertanggal 14 Mei 1999, kompensasi secara langsung atas dana-dana pihak terkait dengan bank tidak diperkenankan. Dan oleh karena Asmawi Agung Corporation (ASCO) merupakan pihak terkait dengan bank, maka kompensasi atas hutang Asmawi Agung Corporation (ASCO) dengan dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tidak diperkenankan melainkan harus diperhitungkan pada proses akhir likuidasi 5. Bahwa oleh karena dalam melaksanakan tugasnya, Tim Likuidasi PT. sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi)/Pembanding selalu berpedoman pada ketentuan peraturan yang berlaku, maka antara lain melalui suratnya Nomor: 1359/TL/SBU-DL/XI/99 tertanggal 2 November 1999 (Bukti P-16) Pembanding telah menjelaskan bahwa sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor: 23 tahun 1999 jo. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KEP/DIR tertanggal 14 Mei 1999 kompensasi secara langsung atas pembayaran hutang-hutang Asmawi Agung Corporation (ASCO) Group tidak diperkenankan melainkan akan diperhitungkan pada proses akhir likuidasi. Hal mana secara tegas disebutkan pada alinea kedua halaman 2 suratnya Nomor: 1359/TL/SBU-DL/XI/99 tertanggal 2 November 1999 (vide Bukti P-16); 6. Bahwa dari isi surat Pembanding (vide Bukti P-16) tersebut terbukti bahwa pada dasarnya Pembanding sama sekali tidak pernah menyatakan menolak permintaan Asmawi Agung Corporation (ASCO) untuk mempergunakan dana-dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tersebut sebagai pembayaran hutang Asmawi Agung Corporation (ASCO) dan debitur lain kepada PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi). Akan tetapi mengingat Asmawi Agung Corporation (ASCO) merupakan pihak terkait dengan bank, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku pembayaran dengan cara melakukan kompensasi secara langsung tidak diperkenankan melainkan harus diperhitungkan pada proses akhir likuidasi yaitu dalam Neraca Akhir Likuidasi yang akan dilaporkan kepada Bank Indonesia dan dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi); 7. Bahwa berdasarkan permintaan Asmawi Agung Coporation (ASCO) melalui suratnya Nomor: 024/VI/Dirut/99 tertanggal 28 Juni 1999 (Vide bukti P-15), pembanding telah mempergunakan atau / mencadangkan dana-dana yang berasal dari pengalihan piutang yang berjumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) tersebut sebagai pembayaran hutang-hutang Asmawi Agung Corporation (ASCO) dan debitur lainnya kepada PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi) yang perinciannya sebagaimana disebutkan dalam Rekapitulasi Perhitungan Pembayaran Hutang PT. Asmawi Agung Corporation dan perusahaan-

perusahaan lain atas Beban PT. Asmawi Agung corporation (Bukti P-17). Akan tetapi mengingat Asmawi Agung corporation (ASCO) merupakan pihak terkait dengan Bank, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku teknis perhitungan finalnya baru akan dilakukan pada proses akhir likuidasi yaitu dalam Neraca Akhir Likuidasi yang akan dilaporkan kepada Bank Indonesia dan dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi); 8. Bahwa berdasarkan hal - hal tersebut di atas terbukti dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tersebut telah dipergunakan dan/atau dicadangkan sebagai pembayaran, hutang Asmawi Agung Corporation (ASCO) dan debitur lain kepada PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi) sesuai dengan permintaan Asmawi Agung Corporation (ASCO) melalui suratnya Nomor: 024/VI/Dirut/99 tertanggal 28 Juni 1999 (vide Bukti P-15), namun teknis perhitungan finalnya baru akan dilakukan pada akhir proses likuidasi, yaitu dalam Neraca Akhir Likuidasi yang akan dilaporkan kepada Bank Indonesia dan dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi). Dengan demikian berarti dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tersebut tidak termasuk dalam budel pailit dan oleh karenanya pertimbangan Hakim Pengawas dalam Penetapannya Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST. tertanggal 10 Juli 2000 (vide Bukti P- 2) terbukti adalah tidak benar; - Bahwa mengingat permintaan Asmawi Agung Corporation melalui suratnya (vide Bukti P-15) diajukan jauh sebelum adanya permohonan dan putusan pailit terhadap Asmawi Agung Corporation (ASCO), maka jika sekiranya pun - quod non dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tersebut masih merupakan milik Asmawi Agung Corporation (ASCO) sehingga termasuk budel pailit, seharusnya dana yang diserahkan dalam budel pailit tersebut adalah setelah diperhitungkan dengan pembayaran hutang sebagaimana yang dimintakan oleh Asmawi Agung Corporation (ASCO) melalui suratnya Nomor: 024/VI/Dirut/99 tertanggal 28 Juni 1999 (vide Bukti P-15); - Bahwa sekiranya pun - quod non - TERDAPAT KEPUTUSAN Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap yang memutuskan bahwa dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tersebut termasuk budel pailit sehingga harus diserahkan kepada Terbanding, maka penyerahan dana tersebut tidak mungkin dapat dilakukan saat ini dengan alasan-alasan sebagai berikut: 1. Bahwa sebagaimana telah dijelaskan pada butir 9.3. tersebut di atas, sesuai dengan ketentuan pasal 1 Direksi Bank Indonesia Nomor: 31/177/KEP/DIR mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, Asmawi Corporation (ASCO) adalah pihak terkait dengan Bank/PT. Sejahtera Bank Umum; 2. Bahwa menurut Pengumuman Pembayaran Talangan Sisa Dana Nasabah Bank Dalam Likuidasi (BDL) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tertanggal 2 Maret 1998 (Bukti P-18), pembayaran terhadap nasabah yang

merupakan pihak terkait dengan Bank Dalam Likuidasi (group) harus menunggu hasil pencairan aset Bank Dalam Likuidasi (BDL). Hal itu secara tegas disebutkan pada butir 6 Pengumuman (vide Bukti P-18); 3. Bahwa dengan demikian terbukti jika sekiranya pun - quod non - putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang memutuskan bahwa dana yang berasal dari hasil pengalihan piutang Bank Central Asia (BCA) tersebut adalah merupakan budel pailit sehingga harus diserahkan kepada Terbanding, maka sesuai dengan Pengumuman Bank Indonesia (Vide Bukti P-18) penyerahan atau pembayaran dana-dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group hanya dapat dilakukan setelah penjualan atau pencarian aset PT. Sejahtera Bank Umum (Dalam Likuidasi); 4. Bahwa di samping masih menunggu hasil pencarian aset PT. Sejahtera Bank Umum ( Dalam Likuidasi ), maka berdasarkan urutan pembayaran sebagaimana yang diatur dalam pasal 40 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KEP/ DIR tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pencabutan dan Likuidasi Bank Umum (Bukti P-19) pembayaran atas dana yang berasal dari pengalihan piutang tersebut baru dapat dilakukan setelah pelunasan pembayaran kembali dana-dana talangan yang diberikan oleh Bank Indonesia. Hal itu antara lain secara tegas disebutkan pada pasal 40 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KEP/DIR (Vide Bukti P- 19); Maka berdasarkan penjelasan-penjelasan sebagaimana yang telah di kemukakan di atas, Pembanding mohon dengan hormat kiranya Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat berkenan memeriksa dan memberikan putusan sebagai berikut: 1. Menerima dan mengabulkan permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding; 2. Menyatakan sah tindakan Pembanding mempergunakan dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group yang berjumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh ampat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) sebagai pembayaran hutang PT. Asmawi Agung Corporation dan debitur-debitur lainnya; 3. Menyatakan dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group yang berjumlah Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) bukan merupakan budel pailit; 4. Membatalkan Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT.PST. tertanggal 10 Juli 2000; 5. Menetapkan biaya perkara ini; Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 8 Agustus 2000 Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST. yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

1. menerima permohonan Banding dari Pembanding untuk sebagian; 2. Menyatakan sah tindakan Pembanding menggunakan dana yang berasal dari pengalihan piutang Bank Central Asia ( BCA ) Group sebesar Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah); 3. Menyatakan dana yang berasal dari pengalihan piutang Bank Central Asia ( BCA ) sebesar Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) merupakan budel pailit; 4. Menetapkan Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 10 Juli 2000 belum dapat dieksekusi (non executable); 5. Membebankan Terbanding untuk membayar biaya perkara ini berjumlah Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah); Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut in casu putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 8 Agustus 2000 Nomor 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST. diucapkan di depan sidang yang terbuka untuk umum dan dengan dihadiri oleh para pihak pada tanggal 8 Agustus 2000, kemudian terhadapnya oleh Terbanding diajukan permohonan peninjauan kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada tanggal 4 September 2000, permohonan mana disertai Juga dengan memori yang memuat alasan-alasan permohonannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut pada hari itu juga; Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama pada tanggal 5 September 2000, kemudian terhadapnya oleh pihak lawan telah diajukan jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 12 September 2000; Menimbang, bahwa Pemohon peninjauan kembali telah mengajukan alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut: 1. Terdapat bukti tertulis baru (Novum), yaitu: a. Bukti surat Nomor 894/TL/SBU-DL/VII/99 tertanggal 6 Juli 1999 perihal Kompensasi Hutang Piutang dari termohon Peninjauankembali kepada PT. Asmawi Agung Corporation (Bukti Baru P.PK-1); Bahwa surat tersebut dengan tegas menjawab bahwa maksud dari PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) sebagaimana surat uang ditujukan kepada Termohon Peninjauankembali Nomor: 024/VI/Dirut/99 tertanggal 28 Juni 1999 perihal Kompensasi Hutang-Piutang (Bukti P-15) untuk melakukan kompensasi hutangpiutang tersebut, tidak dapat Termohon Peninjauankembali laksanakan karena PT.

Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) dengan PT. Sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi) merupakan pihak terkait (terafiliasi) berdasarkan ketentuan pasal 39 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, yang berbunyi sebagai berikut: "Dalam rangka melaksanakan wewenang untuk melakukan perundingan dan tindakan lainnya dalam rangka penjualan harta kekayaan dari penagihan terhadap para debitur sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) huruf a, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Tim Likuidasi dapat melakukan kompensasi antara jumlah kewajiban dan jumlah tagihan dari nasabah debitur yang juga menjadi nasabah kreditur, sepanjang nasabah verifikasi telah disusun dan disetujui oleh Bank Indonesia; b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak berlaku apabila nasabah debitur yang juga sebagai nasabah kreditur merupakan pihak terkait dengan Bank sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum"; Jadi jelas berdasarkan bukti baru (novum) tersebut di atas, pertimbangan judex-factie pada halaman 15 alinea terakhir putusannya yang menyatakan bahwa "kompensasi hutang-piutang antara PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) dan Termohon Peninjauankembali sah menurut hukum" adalah salah berat di dalam penerapan hukum karena pertimbangan judex-factie yang demikian jelaslah bertentangan dengan pasal 39 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 di atas dan juga bertentangan dengan ketentuan pasal 1320 ayat (4), pasal 1335 dan pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; b. Bukti surat Nomor: 2569/ALNA/V/00 tertanggal 3 Mei 2000 perihal Tanggapan Atas Surat Nomor: 046/HRP/KP-04/2000 tertanggal 25 April 2000 dari termohon Peninjauankembali kepada Pemohon Peninjauankembali (Bukti Baru P.PK-2); Bahwa surat tersebut dengan tegas menjawab bahwa pada saat PT. Sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi) dilikuidasi pada tanggal 1 November 1997 hutang pokok PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) sebesar Rp.11.720.690.210,28,- (sebelas miliar tujuh ratus dua puluh juta enam ratus sembilan puluh ribu dua ratus sepuluh, 28/100 rupiah) dan hutang pokok tersebut telah dibayarkan (dilunasi) oleh debitur pailit PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit); Bahwa dengan demikian jelas dan nyata bahwa PT. Sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi) dalam proses kepailitan PT. Asmawi Agung corporation (debitur pailit) merupakan sebagai pihak ketiga atau bukan Kreditur dan karenanya PT. sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi) tidak pernah mengajukan tagihan dalam rapat pencocokan hutang (verifikasi) yang diadakan (atas undangan) Pemohon Peninjauankembali sehingga Pemohon Peninjauan kembali demi dan untuk atas nama hukum berhak dan berwenang untuk menarik uang (dana) sebesar Rp.69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan

belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) milik PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) yang ada pada Termohon Peninjauankembali (vide pasal 12 dan pasal 19 Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan); 2. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum. - Tentang jawaban Pemohon Peninjauankembali Bahwa dengan judex factie tidak mempertimbangkan jawaban Pemohon Peninjauankembali yang telah diserahkan dan telah memenuhi semua persyaratan administrasi, jelas demi hukum judex factie telah melakukan kesalahan berat di dalam memutus perkara aquo dan jelas putusan aquo sangatlah berat sebelah dan cenderung memihak kepada Termohon Peninjauankembali sehingga hal ini sangatlah merugikan Pemohon Peninjauankembali; - Tentang bukti - bukti surat dan ketentuan hukum: Bahwa judex factie telah terlalu kaku dan salah dalam menerapkan pasal 284 ayat 1 Undang-Undang Nomor:4 tahun 1998 tentang Kepailitan jo. Pasal 163 HIR mengenai beban pembuktian dan ketentuan Undang-Undang Nomor: 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai sebagaimana pertimbangan-pertimbangan (hukum) dalam putusannya; Bahwa judex factie telah mengesampingkan dalil-dalil yang diajukan Pemohon Peninjauankembali yang bukti-buktinya tidak semuanya berdasarkan bukti-bukti tertulis (surat-surat, perjanjian-perjanjian dan lain-lain) tetapi juga ketentuan hukum yang telah diberlakukan yang sifatnya umum sehingga tidak perlu dibuktikan lagi sebagaimana jawaban Pemohon Peninjauankembali pada butir 2.5. mengenai ketentuan pasal 39 sub.b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 mengenai tidak bolehnya dilakukan kompensasi terhadap pihak terkait (terafiliasi) tersebut pada butir 3.1.1. di atas yang dijadikan bukti oleh Termohon Peninjauankembali (Bukti P-19); Bahwa dengan Termohon Peninjauankembali mengajukan permohonan banding terhadap Penetapan Hakim Pengawas tersebut di atas maka berdasarkan ketentuan pasal 163 HIR tersebut beban pembuktian ada pada Termohon Peninjauankembali bukan pada Pemohon Peninjauankembali apalagi jawaban Pemohon Peninjauankembali sifatnya hanya menerangkan dan bukti-buktinya sebagian besar sama dengan yang diajukan oleh Termohon Peninjauankembali, yaitu Bukti T-1 = P-2, Bukti T-2 = P-16, Bukti T-4 = P-13, Bukti T-7 = P-15, dan Bukti T-8 = P-17, oleh karenanya jelas dan nyata bahwa judex-factie telah tidak teliti dan salah menerapkan hukum pembuktian dan seharusnya judex factie memeriksa dahulu dalil-dalil dan bukti-bukti Termohon Peninjauankembali bukan sebaliknya; - Tentang rekening penampungan ( escrow account): Bahwa judex factie telah salah menerapkan hukum mengenai ketentuan likuidasi Bank yang berkaitan dengan ketentuan kepailitan sebagaimana pertimbangan-pertimbangan (hukum) dalam putusannya sehubungan dengan rekening penampungan (escrow

account) milik PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) yang berasal dari pengalihan piutang Bank Central Asia ( BCA ) Group yang berada di PT. Sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi); Bahwa dengan jelas dan nyata dan berdasarkan hukum bahwa dengan telah pailitnya PT. Asmawi Agung corporation (debitur pailit) berdasarkan kewenangan yang diberikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam bidang Kepailitan (Vide pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Nomor: 4 tahun 1998 tentang Kepailitan) maka kurator berhak untuk mengelola budel pailit dan memintanya dari pihak ketiga dalam hal ini dari PT. Sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi) berdasarkan penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA.JKT. PST. tanggal 10 Juli 2000 untuk diserahkan kepada kreditur-kreditur tercatat dan kewenangan Kurator berdasarkan Undang-Undang tentang Kepailitan mengesampingkan ketentuan likuidasi Bank yang hanya berdasarkan Peraturan Pemerintah walaupun likuidasi Bank yang hanya berdasarkan Peraturan Pemerintah walaupun likuidasi Bank telah lebih dahulu dilakukan; - Tentang kompensasi (penggunaan) uang (dana) milik debitur pailit PT. Asmawi Agung Corporation (ASCO) yang diperoleh dari pengalihan piutang Bank Central Asia ( BCA ) sebesar Rp. 69.218.764.927,- (enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) yang ada di rekening penampungan (escrow account) PT. Sejahtera Bank Umum (dalam likuidasi) oleh Termohon Peninjauankembali: Bahwa judex factie telah salah menerapkan hukum mengenai ketentuan kompensasi (penggunaan) uang (dana) sebesar tersebut; Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (hukum), judex factie tersebut jelas dan nyata bahwa judex factie telah salah menerapkan hukum dalam mensahkan kompensasi (penggunaan) uang (dana) sebesar Rp.69.218.764.927,-(enam puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas juta tujuh ratus enam puluh empat ribu sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah) yang dilakukan Termohon Peninjauankembali berdasarkan bukti-bukti P-15, P-16, P-18, P-19, dan ketentuan pasal 1320 jo. pasal 1338 BW, karena bila dicermati dengan baik fakta hukum berdasarkan bukti-bukti tersebut tidak benar keinginan melakukan kompensasi uang tersebut dari pemilik uang tersebut yaitu PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) sesuai dengan bukti P- 15 telah disetujui oleh Termohon Peninjauankembali sesuai bukti P-16 hanya pelaksanaannya ditunda sesuai bukti P-18 dan P-19 karenanya sah dan mengikat berdasarkan pasal 1320 jo. pasal 1338 BW, yang benar adalah bahwa permohonan kompensasi dari PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) sesuai bukti P-15 ditolak oleh Termohon Peninjauankembali sesuai bukti P-16 dan bukti baru tersebut di atas karena tidak boleh dilakukan berdasarkan ketentuan pasal 39 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, dan tidak benar bahwa bukti P-18 dan P-19 menjelaskan bahwa kompensasi (penggunaan) uang tersebut boleh dilaksanakan yang benar adalah ketentuan dalam bukti P-18 dan P-19 mengatur mengenai kewajiban pembayaran kepada pihak ketiga (Kreditur) oleh

Termohon Peninjauankembali bukan tentang bolehnya dilakukan kompensasi (penggunaan) uang (dana) tersebut, sehingga dengan demikian bahwa kompensasi hutang-piutang antara PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) dan Termohon Peninjauankembali sah dan berdasarkan hukum adalah tidak benar dan bertentangan dengan hukum karena tidak memenuhi ketentuan pasal 39 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 32/53/KLP/DIR tanggal 14 Mei 1999 dan juga bertentangan dengan ketentuan pasal 1320 ayat (4), pasal 1335 dan pasal 1337 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata; - Bahwa judex factie telah salah menerapkan hukum mengenai tidak diperbolehkannya Pemohon Peninjauankembali untuk melakukan penarikan uang (dana) sebesar tersebut di atas milik PT. Asmawi Agung Corporation (debitur pailit) dari Termohon Peninjauankembali agar menyerahkan uang (dana) sebesar tersebut kepada Pemohon Peninjauankembali seketika dan sekaligus berdasarkan Penetapan Hakim Pengawas tersebut karena harus menunggu selesainya proses likuidasi terlebih dahulu; Bahwa jelas judex factie telah melakukan kesalahan berat di dalam menerapkan Hukum, di mana dalam pertimbangan hukum judex factie hanya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor: 25 tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank yang derajatnya berdasarkan Tata Urutan Perundangundangan Republik Indonesia kedudukannya di bawah Undang-Undang (Vide Tap Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000) dari mengesampingkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor: 4 tahun 1998 tentang Kepailitan yang jelas secara tegas memberikan kewenangan kepada Pemohon Peninjauankembali untuk bertindak di dalam melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit (vide pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Nomor: 4 tahun 1998 tentang Kepailitan), sehingga dengan kesalahan berat yang dilakukan judex factie dalam pertimbangannya di atas, sangatlah menghambat tugas dan kinerja dari Pemohon Peninjauankembali; - Bahwa judex factie telah melakukan kesalahan berat di dalam menerapkan hukum, di mana dalam pertimbangannya saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya, tidak konsisten, tidak memberikan rasa keadilan serta tidak memberikan kepastian hukum dan judex factie terlihat kurang percaya diri di dalam memutus perkara aquo, hal ini dapat terlihat dalam pertimbangan-pertimbangannya, sebagai berikut: Halaman 14 alinea 7 putusannya: "...bahwa di samping itu dana yang berasal dari pengalihan piutang BCA Group tersebut dimaksudkan untuk membayar hutang-hutang PT. ASCO dan kreditkredit lainnya, sehingga bukan merupakan budel pailit lagi" Halaman 15 alinea 1 putusannya: "...bahwa berdasarkan bukti adalah benar milik debitur pailit PT. ASCO, di mana setelah bersangkutan pailit, maka pengelolaan hartanya berada di bawah

kekuasaan Terbanding selaku Kurator"; Dan hal ini didukung dalam pertimbangan selanjutnya yaitu "bahwa Penetapan Hakim Pengawas Nomor: 05/PAILIT/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 10 Agustus 2000 adalah sah"; Bahwa pertimbangan di atas terlihat saling bertentangan dan menunjukkan inkonsistensi judex factie, di mana di satu pihak escrow account tersebut dikatakan bukan merupakan budel pailit akan tetapi di lain pihak dikatakan sebagai milik debitur pailit (PT. ASCO) dan berada di bawah kekuasaan Pemohon Peninjauankembali selaku Kurator dan selanjutnya dikuatkan kembali dalam pertimbangan,yang berbunyi: Penetapan Hakim Pengawas Nomor 05/PAILIT/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 10 Agustus 2000 adalah sah; Selanjutnya pertimbangan judex factie pada halaman 15 alinea 4 putusannya "bahwa kompensasi maupun penggunaan asas tersebut sebagaimana dimaksud P-15 dan P-16 di atas ternyata belum dapat dilaksanakan karena adanya bukti P-18 dan P-19"; Sedangkan pada halaman 15 alinea 5 putusannya "bahwa oleh karena berdasarkan bukti P-15 dan P-16 di mana PT. ASCO telah meminta Pembanding untuk mempergunakan dana tersebut atau mengompensasi utang-utang dari PT. ASCO tersebut, adalah sah menurut hukum"; Bahwa jelas pertimbangan judex factie yang demikian sangatlah bertentangan dengan rasa keadilan itu sendiri serta tidak mempunyai kepastian hukum; Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan tentang tenggang waktu peninjauan kembali dan alasan-alasan peninjauan kembali, maka Mahkamah Agung pertama-tama akan memperhatikan lebih dahulu ketentuan pasal 82 Undang-undang Kepailitan (Perpu Nomor 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998) yang menentukan bahwa kecuali dalam hal-hal yang ditetapkan sebaliknya, maka semua ketetapan dalam hal-hal yang mengenai pengurusan atau pemberesan harta pailit, diambil oleh Pengadilan Niaga dalam tingkat penghabisan; bahwa dengan demikian terhadap penetapan atau putusan Pengadilan Niaga. tentang pengurusan atau pemberesan harta pailit tidak dibuka kesempatan upaya hukum, baik kasasi maupun peninjauan kembali; bahwa putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 8 Agustus 2000 Nomor 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST terhadap adanya banding atas penetapan Hakim Pengawas tanggal 10 Juli 2000 Nomor 5/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST, pada hakikatnya adalah putusan yang berupa ketetapan mengenai masalah pengurusan atau pemberesan harta pailit dari debitur pailit PT Asmawi Agung Corporation (ASCO) yang telah dinyatakan pailit pada tanggal 28 Februari 2000; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka terhadap

putusan banding Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 8 Agustus 2000 Nomor 05/PAILIT/PN.NIAGA/JKT.PST. atas Penetapan Hakim Pengawas, tidak dapat dimohonkan, baik kasasi maupun peninjauan kembali, oleh karena itu dengan tanpa mempertimbangkan tenggang waktu peninjauan kembali dan alasan-alasan peninjauan kembali, permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon: H. Hendra Roza Putera, SH selaku Kurator dari Debitur Pailit PT Asmawi Agung Corporation harus ditolak; Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali ini ditolak, maka Pemohon Peninjauankembali harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali ini; Memperhatikan Pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 Tahun 1970, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 dan PERPU No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 serta Undang-Undang lain yang bersangkutan; Mengadili: Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan kembali: H. HENDRA ROZA PUTERA, SH. selaku Kurator dari Debitur Pailit PT Asmawi Agung corporation tersebut; Menghukum Pemohon Peninjauankembali untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali ini yang ditetapkan sebesar Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu Rupiah); Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari: RABU tanggal 18 OKTOBER 2000, dengan TH. KETUT SURAPUTRA, SH, Wakil Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH dan M. SYAFIUDDIN KARTASASMITA, SH. Masing-masing Ketua Muda Mahkamah Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Sidang tersebut dengan dihadiri PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH dan M. SYAFIUDDIN KARTASASMITA, SH., Hakim-Hakim Anggota dan BINSAR P. PAKPAHAN sebagai Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak. Hakim-Hakim Anggota: ttd. PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH. Ketua: ttd. TH. KETUT SURAPUTRA, SH. ttd. M. SYAFIUDDIN KARTASASMITA, SH.

Panitera Pengganti: ttd. BINSAR P. PAKPAHAN Biaya-biaya: 1. Meterai Rp 6.000,- 2. Redaksi Rp 1.000,- 3. Administrasi kasasi Rp 2.493.000,- Jumlah Rp 2.500.000,-