BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI. A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

BAB II POLA MAKAN SEHAT, JAJANAN, DAN KEBIASAAN ORANG TUA

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

Namun diversifikasi pangan belum sepenuhnya menjawab atau mengimbangi. dalam bukunya An Essay on the Principle of Population, yang mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB VII NILAI BALITA PENENTU POLA ASUH GIZI

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Dari 60,7 gr protein nabati, 32,8 gr = 27,9 gr; bila protein nabati ini disumbang dari tempe 17,9 gram, dan tahu 10 gr.

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 KUESIONER

Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010

KUESIONER PENELITIAN

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PENGARUH BIMBINGAN PENYUSUNAN MENU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

LembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\Panti Asuhan\DATA PANTI ASUHAN.sav Statistics. Jenis Kelamin. Frequency Percent Valid Percent

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

BAB II DATA DAN ANALISA

01/04/ TAHUN (USIA(Th)) x 2 + 8) RUMUS PERKIRAAN TINGGI BADAN TAHUN USIA (th) x RUMUS PEERKIRAAN BERAT BADAN PERHITUNGAN

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

Lampiran 1 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Depok. Lampiran 2 Pengetahuan gizi dan keamanan pangan wilayah Sukabumi

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Analisis Usaha Diversifikasi Produk Olahan Tempe. Oleh Siti Marwati Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

INOVASI SNACK SEHAT BERBAHAN BAKU LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

LOMBA CIPTA MENU NON BERAS NON TERIGU

KUESIONER PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Master Menu Rumah Sakit (siklus 10 hari) Hari ke-1 Porsi. Nasi merah Sop kacang merah. Sate jamur Empal genthong. Capcay basah Sate pusut tempe

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

Transkripsi:

BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita Makanan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima (street food) khusus di Desa Pecuk banyak dijajakan oleh penjaja keliling dengan menggunakan sepeda ontel, sepeda motor atau kereta dorong. Makanan jajanan atau makanan jalanan banyak dikonsumsi dibelahan dunia manapun, termasuk juga di Desa Pecuk, baik sebagai makanan utama maupun makanan selingan. Di Desa Pecuk penyediaan makanan balita yang didapat dari makanan jajanan sangat dominan. Keinginan makan anaknya selalu berusaha dipenuhi dengan membelikan roti atau makanan ringan/jajanan yang diminta oleh anaknya, baik dari warung dekat rumah atau dari penjaja makanan keliling, dimana penyediaan uang jajan setiap hari untuk anaknya merupakan keharusan, walaupun dilakukan dengan cara ibu bekerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan atau harus berhutang dengan tetangganya. Bahkan dapat dikatakan diluar makanan utama, rata-rata mereka memanjakan anak balitanya dengan jajanan/cemilan, yang sering menggantikan porsi makan untuk siang hari. 189

Uang jajan yang disediakan berkisar antara Rp 1.000,- sampai dengan Rp 7.000,- per hari, per anak. Perilaku jajan ini terjadi, dapat dikatakan merupakan: 1) pemenuhan fasilitas kepada anak yang mempunyai nilai tinggi, sehingga semua kebutuhan dan tuntutan anak berusaha dipenuhi, 2) adanya tekanan lingkungan, seperti data yang didapat dari informan keluarga balita Noval Setiawan: Untuk uang jajan anak diusahakan ada setiap harinya yang berkisar antara Rp 1.000 per hari atau dapat sampai Rp 4.000 per hari per anak. Oleh karena disekitar rumah banyak anak tetangga yang sepantaran (seumur) semua pada jajan, jadi anak selalu ikut-ikut temannya, jika tak diberi akan menangis dan ibu merasa kasihan, tak tega pada anaknya, atau juga merasa bersalah tak dapat menyenangkan hati anaknya. Atau juga data yang didapat dari keluarga balita Rendi Pratama: Yang utama harus menyediakan uang untuk keperluan jajan anaknya Rp 3.000 Rp 5.000 perhari, yang dibeli hampir setiap hari adalah sate ojek sedangkan untuk es dan ciki-ciki tidak dibolehkan takut kalau jadi batuk. Jika tak punya uang diusahakan dengan cara meminjam dari tetangga atau saudara. Ibu merasa kasihan jika anak tidak diperbolehkan jajan, oleh karena semua anak disekitar rumahnya pada jajan. Jika anak tidak diberi uang jajan, anak akan menangis, menjadikan ibu merasa malu terhadap tetangga yang akan mengira ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya. Tekanan lingkungan ini dipermudah dengan banyaknya penjaja makanan keliling yang melewati depan rumah balita, sepanjang pagi hingga sore hari, dengan makanan yang dijajakan merupakan makanan kegemaran balita, seperti data yang didapat dari hasil observasi penjaja makanan didepan rumah balita (Lampiran 2). Makanan jajanan utama atau yang paling 190

sering dibeli adalah sate ojek yang kadang orang sering menyebutnya siomai, terbuat dari gandum, sedikit daging, tapioka, tahu ditambah saus, yang dapat berupa kecap atau saus kacang, yang disusun dengan tusukan menggunakan lidi atau terkadang hanya dimasukan ke dalam plastik saja, dengan harga yang relatif terjangkau, yaitu Rp 500 per porsi dan dijajakan dengan menggunakan sepeda (Gambar 8.3). Perkiraan berdasarkan perhitungan Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan, maka kandungan sate ojek, satu biji seberat 10 gram, yang menghasilkan kalori sebesar 9,53 dan protein 0,44. Penyediaan makanan balita pada keluarga informan melalui jajan di Desa Pecuk dapat disimpulkan sangat dominan dengan rata-rata sumbangan konsumsi makanan jajanan yang cukup besar, yaitu untuk protein sebesar 31,95% dan untuk kalori sebesar 46,39% (Tabel 8.1). Tabel 8.1: Prosentase konsumsi makanan (kalori dan protein) dari makanan jajanan pada balita informan No Nama informan % Kalori % Protein 1 Putri Pandan Arum 77,75 65,59 2 Noval Setiawan 22,09 12,21 3 Muh. Maulana Syarif 50,88 24,6 4 Rendi Pratama 37,34 30,32 5 M. Abdul Rohim 43,91 27,04 Rata-rata 46,39 31,95 Sumber: Data primer Makanan jajanan ini memberikan energi dan nutrisi yang signifikan tetapi juga berpotensi terkontaminasi timbal dan logam berat akibat angin di jalanan dan debu membawa bakteri yang mencemari makanan, dan bahaya lain berasal dari bahan 191

makanan itu sendiri bila tidak higienis. Kemungkinan kontaminasi tersebut dapat terjadi jika diamati dari cara menjajakan dan menyajikannya, terutama yang berkaitan dengan makanan jajanan non kemasan. Misalnya jajanan sate ojek, pedagang menjajakannya dalam panci yang lebih sering dibuka dari pada ditutup, sementara debu beterbangan oleh karena kondisi jalan yang sebagian masih berlapis tanah, kendaraan yang lewat maupun angin yang kencang. Pada saat penyajiannya, maka sate ojek dimasukan ke dalam plastik, ditambahkan dengan saus yang dapat berupa sambal kacang yang diambil dari toples plastik yang berwarna kecoklatan, terkesan tidak terjaga kebersihannya. Gambar 8.1: Jajanan sosis, yang terbuat dari campuran gandum, udang dan bumbu, disusun dalam tusukan lidi, disajikan setelah digoreng terlebih dahulu dan diberi saus Sumber: Data primer Penyediaan makanan balita melalui jajanan di Desa Pecuk ini dapat disebut sebagai perilaku jajan, yaitu perilaku konsumsi makan atau pemenuhan gizi yang merupakan 192

kegiatan membeli makanan jajanan meliputi jenis, frekuensi dan jumlah kandungan zat gizi dari makanan jajanan tersebut yang dipengaruhi oleh wawasan atau cara pandang seseorang atau satu keluarga terhadap ancaman rasa lapar atau kurang gizi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku jajan di Desa Pecuk yaitu: (i) Faktor predisposisi, mencakup pengetahuan, sikap, norma sosial, demografi. (ii) Faktor pendukung, ialah sumber daya atau potensi masyarakat serta kemudahan atau fasilitas. (iii) Faktor pendorong, yaitu sikap dan perilaku orang lain (panutan), misalnya sikap orang tua, teman sebaya di lingkungannya. Gambar 8.2: Penjaja makanan sedang melayani balita, terlihat juga ibu memfasilitasi keinginan balita untuk jajan Sumber: Data primer 193

Gambar 8.3: Jajanan sate ojek berbentuk bulatan-bulatan dengan saus kacang dan saus kecap Sumber: Data primer Ditinjau dari sisi anak, maka alasan mengapa balita informan di Desa Pecuk senang jajan, yaitu: 194 (i) Anak tidak ada nafsu makan dan lebih suka jajan dari pada makan di rumah. (ii) Makanan yang dirumah dirasa kurang menarik atau rasanya kurang enak. (iii) Karena alasan psikologis melihat teman sebaya yang ada di lingkungannya membeli dan memakan jajanan. (iv) Ibu tidak sempat menyiapkan makanan oleh karena bekerja.

(v) Orang tua menyediakan uang jajan untuk anaknya dan anak mengetahui keinginannya selalu dituruti. (vi) Karena kebutuhan biologis anak yang masih perlu dipenuhi. Walaupun di rumah sudah makan, tetapi tambahan makanan dari jajanan tetap masih diperlukan oleh anak. Gambar 8.4: Cara-cara menjajakan jajanan ciki-ciki di warung lingkungan rumah dan dengan keranjang diatas sepeda Sumber: data primer Makanan jajanan yang dikonsumsi balita di Desa Pecuk, dapat dikelompokan sebagai: 1) makanan utama atau main dish, oleh karena fungsinya sebagai pengganti porsi makan siang atau sore hari, jajanan biasanya berupa sate ojek, yang bahan utamanya berupa tepung gandum, 2) penganan atau snacks yang berfungsi sebagai makanan selingan dan biasanya berupa ciki-ciki, roti atau pisang goreng. 195

196 B. Ancaman Jajanan Terhadap Status Gizi Balita Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Demi mendapatkan status gizi yang baik, maka diperlukan gizi seimbang. Sehubungan dengan hal tersebut Departemen Kesehatan pada tahun 2002 telah menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat. Sedangkan yang dimaksud seimbang adalah keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi antara kelompok pangan sumber tenaga, sumber pembangun (lauk pauk) dan sumber zat pengatur (sayuran dan buah), serta keseimbangan antar waktu makan (pagi, siang dan malam). Apabila asupan makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka dapat menimbulkan ketidak seimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat, yang tergambar pada status gizi, baik berupa status gizi kurang maupun status gizi lebih. Sosiokultural di Desa Pecuk yang berkontribusi pada asupan makan balita yang berupa perilaku jajan, merupakan penyumbang cukup dominan terhadap asupan makan balita, yang perlu mendapat perhatian khusus. Walaupun makanan jajanan tersebut memberi kontribusi terhadap status gizi baik pada balita di daerah lingkungan rentan gizi di Desa Pecuk dan dapat merupakan media berpotensi dalam usaha perbaikan status gizi balita, tetapi jika ditinjau dari kandungan bahan makanan penyusunnya mempunyai kandungan tinggi karbohidrat dan lemak, yang memungkinkan asupan makan bukan merupakan gizi seimbang. Kemungkinan untuk terjadinya gizi berlebih (obesitas) pada waktu-waktu yang akan datang perlu dipikirkan. Hal tersebut sudah mulai tampak jika dilihat dari data adanya tiga balita dengan status gizi lebih di

Desa Pecuk yang mempunyai daerah dengan lingkungan rentan gizi. Ancaman dari konsumsi makanan jajanan pada balita di Desa Pecuk, di satu sisi merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan status gizi balita, tetapi disisi lain merupakan ancaman adanya malnutrisi yang antara lain berupa status gizi lebih. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan makanan jajanan, berupa banyaknya penjaja makanan yang menawarkan dagangannya melewati depan rumah balita, seperti yang tergambar pada Tabel 8.2. Makanan jajanan tersebut berupa makanan yang disenangi oleh balita yang dijajakan sejak pagi hari hingga sore hari. Tabel 8.2: Data observasi penjaja makanan jajanan yang menawarkan dagangannya di depan rumah balita Waktu Nama jajanan Kandungan Harga (Rp) 07.00 Sate ojek Gandum, daging, tapioca, tahu, saus kacang 07.10 Sate ojek Gandum, daging, tapioca, tahu, saus kacang 09.00 Aneka jajan : b. Meniran c. Ketan kacg d. Lempok e. Getuk kinco f. Apem g. Klepon h. Sentiling Beras, santan Ketan, kacang, kelapa Ketela, tapioca Ketela, tapioca, gula merah, kelapa Santan tepung beras, gandum Tepung ketan, gula merah, kelapa Ketela, gula, kelapa Sarana menjajakan Sepeda dengan box dibelakang Sepeda dengan box dibelakang 200,- Sepeda dengan box dibelakang 197

Waktu Nama jajanan Kandungan Harga (Rp) Sarana menjajakan 09.10 Coro Tepung beras, 200,- Grobag dorong santan 09.13 Donat Tepung, gula halus, Becak Getuk lindri telur Ketela, gula, kelapa parut 09.30 Onde-onde Tepung ketan, Grobag dorong Martabak kacang hijau Tepung, telur, daun bawang 09.30 Bakso Daging, gandum, 3.000,- Grobag dorong tapioka, mie 13.00 Bakwan Gandum, wortel, Grobag dorong kubis 13.00 Ciki-ciki Tepung Grobag dorong 13.10 Jagung rebus Jagung Grobag dorong 14.00 Aneka gorengan: Grobag dorong i. Ubi goreng j. Mendoan k. Tahu goreng l. Bakwan Ubi, minyak goreng Tempe, tepung, minyak goreng Tahu, minyak goreng Tepung, wortel, kubis, minyak goreng 14.05 Blendung Jagung, kelapa Grobag dorong 14.15 Buah dingin Papaya Grobag dorong Semangka Melon 17.30 Sate ayam Daging ayam, 5.000,- Grobag dorong bumbu kacang 18.30 Bakso Daging, gandum, tapioka, mie 3.000,- Grobag dorong 198