Gambar 2. Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

repository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

III. METODOLOGI PENELITIAN

No. Penutupan / Penggunaaan Lahan Luas (ha)

PEMETAAN LAHAN SAWAH DAN POTENSINYA UNTUK PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN PASAMAN BARAT, SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ( 10,27 % dari luas wilayah Kab. Tanah karo ). dan produksi sebanyak ton sehingga produktivitasnya adalah 56,10

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. lahan sawah diketahui bahwa kebutuhan lahan sawah domestik dan

P11 AHP. A. Sidiq P.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE KAJIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN MODEL SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PROSES PEMILIHAN ADOPSI ANAK DENGAN METODE AHP

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

I. PENDAHULUAN. umum disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Gambar 4. Tahapan kajian

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

III. METODE PENELITIAN

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pembelian Rumah Di Kota Semarang Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Gambar 4. Lokasi Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

Transkripsi:

20 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat (Gambar 2). Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas 3.887,77 km 2 dengan jumlah penduduk 388.893 jiwa pada tahun 2010 terdiri dari 11 kecamatan, 19 nagari dan 202 Jorong. Kabupaten Pasaman Barat dilintasi daerah Khatulistiwa yaitu pada 0 0 33 LU sampai dengan 0 0 11 LS dan 99 0 10 BT sampai dengan 100 0 04 BT, dengan topografi yang datar dan landai serta beriklim panas. Ketinggian Kabupaten Pasaman Barat bervariasi antara 0 sampai 2912 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pasaman Barat memiliki letak geografis di jalur koridor pantai dimana sebagian kawasannya memiliki tingkat perkembangan fisik yang relatif lamban dibandingkan dengan bagian kawasan lain yang letaknya relatif dekat dari jalur jalan lintas Sumatera. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Mei Agustus 2012. Gambar 2. Lokasi Penelitian

21 Bahan dan Alat Penelitian ini membutuhkan bahan/data primer dan sekunder. Data primer berupa wawancara, kuesioner, cek lapangan dan data sekunder dikumpulkan dari instansi yang berwenang mengeluarkan data, yang terdiri dari data spasial dan data atribut (sebagian besar didapat dari Kab. Pasaman Barat). Cek lapangan dilakukan pada saat pengklasifikasian penggunaan lahan sawah. Data spasial berupa peta tematik dari citra landsat tahun 2008 seperti peta administrasi, penggunaan lahan (landuse), jaringan jalan dan irigasi Kab. Pasaman Barat. Data atribut berupa data Product Domestic Regional Bruto (PDRB) dan Pasaman Barat Dalam Angka (PBDA). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2. Alat analisis yang digunakan adalah software ArcGis 9.3, statistic versi 7, Rataan Geometrik, Microsoft word dan Microsoft Excell. Serta peralatan penunjang berupa printer, kamera dijital dan peralatan menulis. Tabel 2. Jenis data yang dibutuhkan proses penelitian No. Jenis Sumber Tujuan 1. Data Sekunder - Peta Administrasi - Peta Penggunaan lahan - Peta Jaringan Irigasi - Peta Jaringan Jalan - Kriteria Kesesuaian Lahan - PBDA - PDRB 2. Data Primer - Wawancara dan kuisioner - Cek Lapangan Petani,LSM,Akademisi dan Birokrat. Pengecekan Kondisi Lapang - Identifikasi dan pemetaan lahan aktual dan potensial untuk KP2B. - Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah - Analisis pendapat masyarakat dan Analisis Kelayakan Finansial Analisis, Identifikasi, Pemetaan dan Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan baik berupa data primer dan sekunder dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan untuk mengidentifikasi hamparan lahan yang akan direkomendasikan sebagai Lahan Pertanian Pangan yang terdiri dari LP2B dan LCP2B dilakukan dengan mengkompilasi dan memadukan data spasial dan tabular berdasarkan kriteria-kriteria yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan. Data spasial dan atribut tersebut diolah dengan menggunakan SIG untuk memudahkan dalam mendeteksi lokasi-lokasi lahan yang berpotensi untuk direkomendasikan sebagai LP2B dan LCP2B yang akan dilindungi.

22 Data input yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi lahan pertanian pangan adalah : Peta Administrasi Peta penggunaan lahan Peta Jaringan Jalan Peta Jaringan Irigasi Kriteria kesesuaian lahan Pasaman Barat Dalam Angka 2011 1. Analisis dan Identifikasi Penggunaan Lahan Analisis ini digunakan untuk mengetahui luasan ketersediaan lahan sawah dan lahan-lahan yang berpotensi untuk dijadikan lahan sawah. Dari análisis ini juga dapat diketahui kelas penggunaan lahan yang mendominasi di Kabupaten Pasaman Barat. Dalam kondisi umum wilayah Kab. Pasaman Barat belum dijelaskan secara terperinci luasan masing-masing kelas penggunaan lahan. 2. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah Analisis ini digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan lahan yang berpotensi untuk lahan sawah. Analisis yang digunakan adalah dengan menumpang-tindihkan kriteria satu dengan kriteria lainnya, berdasarkan kriteria-kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (LREP II, 1994) dalam Hardjowigeno, Widiatmaka (2007). Kelas kesesuaian lahan disusun sampai pada tingkat kelas yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). 3. Analisis dan Identifikasi Luas Lahan Sawah Aktual dan Lahan Potensial Proses análisis dan identifikasi diawali dengan proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk tanaman padi sawah berdasarkan kondisi penggunaan lahan saat ini. Lahan aktual adalah penggunaan lahannya saat ini berupa sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Lahan potensial adalah penggunaan lahannya saat ini berupa rawa, semak belukar dan semak belukar berawa. Proses yang dilakukan adalah menumpangtindihkan antara peta kesesuaian lahan dengan peta lahan aktual dan potensial. Proses ini dilakukan untuk melihat kesesuaian dan ketersediaan lahan aktual dan lahan potensial berdasarkan aspek biofisik, kimia dan lainnya untuk tanaman padi.

23 4. Identifikasi Lahan Sawah Aktual untuk LP2B yang mempunyai Jaringan Infrastruktur Pendukung Pertanian Idealnya setiap LP2B dan LCP2B mempunyai jaringan infrastruktur pendukung pertanian yaitu berupa jaringan irigasi dan jaringan jalan. Penelitian ini menggunakan peta jaringan jalan dan jaringan irigasi dari hasil interpretasi citra satelit landsat tahun 2008. 5. Analisis Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah Kabupaten Analisis proyeksi kebutuhan lahan sawah digunakan untuk mengetahui kebutuhan lahan sawah dalam jangka waktu tertentu di wilayah tertentu juga. Proyeksi kebutuhan lahan sawah ini akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan usulan perencanaan LP2B dan LCP2B. Jangka waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah tahunan, menengah dan panjang. Untuk rentang waktunya jangka menengah adalah 5 tahun sementara panjang adalah 20 tahun sesuai dengan penyusunan RTRW. Dalam penelitian ini, perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan didasarkan pada: a) Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi pangan penduduk. b) Pertumbuhan produktivitas. c) Kebutuhan pangan nasional. d) Kebutuhan dan ketersediaan lahan pertanian pangan. Keempat dasar perencanaan ini digunakan untuk menghitung kebutuhan luas sawah di Kab. Pasaman Barat. Kebutuhan lahan sawah ini dihitung selain untuk memenuhi kebutuhan pangan wilayahnya sendiri maupun kontribusi wilayah tersebut terhadap wilayah yang lebih luas, untuk provinsi kebutuhan harus dihitung kontribusi terhadap penyediaan beras nasional sementara bagi Kab. Pasaman Barat dihitung untuk kontribusi terhadap provinsi. Perhitungan kebutuhan lahan ini menggunakan 2 skenario yaitu skenario pesimis dan optimis. Asumsi yang digunakan adalah : a) Skenario Pesimis - Konsumsi beras per kapita yang digunakan adalah 140 kg/kapita per tahun. Angka ini didasarkan kepada standar kebutuhan kalori 2.200 kkal/orang/hari. - Produktivitas tetap. - Intensitas pertanaman tetap.

24 b) Skenario Optimis - Konsumsi beras nasional menggunakan kelayakan tingkat konsumsi beras standar nasional saat ini yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 139,15 kg/kapita/tahun sementara Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Pasaman Barat 106 kg/kapita/tahun sesuai dengan data yang digunakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat. - Produktivitas naik sesuai rata-rata kenaikan 8 tahun terakhir. - Intensitas pertanaman naik 1% per tahun Proyeksi Jumlah Penduduk (y) Penghitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan model saturasi yaitu: y = (313.454) + 7.343,46)*x...(1) Dimana: y = prediksi jumlah penduduk (jiwa) x = jumlah penduduk tahun dasar (2010) (jiwa) Data yang digunakan untuk proyeksi pertumbuhan penduduk tingkat nasional adalah data jumlah penduduk selama tahun 1971-2010 yang berasal dari World Bank dan BPS. Untuk Kabupaten Pasaman Barat data berasal dari BPS Kabupaten Pasaman Barat 2004-2010. Tahun dasar perhitungan (x) untuk tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten adalah jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010. Penghitungan dengan rumus ini dibantu dengan perangkat lunak Statistica 7 sehingga didapat nilai masing-masing komponen. Kebutuhan Pangan (Kp) Kebutuhan pangan adalah perkalian dari konsumsi beras per kapita dengan jumlah penduduk pada tahun tertentu. Persamaannya sebagai berikut: Kp = Kb*y t *62,74%... (2) Dimana : Kp = kebutuhan pangan dalam GKG (kg) Kb = konsumsi beras (kg/kapita/tahun) y t = jumlah penduduk tahun ke-t (jiwa) Kb atau konsumsi beras per kapita untuk skenario pesimis menggunakan nilai 140 kg/kapita/tahun didasarkan kepada kebutuhan energi sebesar 2.200 kkal/hari sementara skenario optimis untuk tingkat nasional menggunakan standar yang

25 ditetapkan yaitu 139,15 kg/kapita/tahun dan 106 kg/kapita/tahun untuk provinsi dan kabupaten sesuai standar yang digunakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat. Nilai 62,74% adalah faktor konversi beras ke GKG berdasarkan pada hasil survei susut panen dan pasca panen gabah beras kerjasama BPS dan Kementerian Pertanian (2009). Kebutuhan Luas Panen (Klp) Kebutuhan luas panen adalah kebutuhan pangan dibagi dengan produktivitas. Persamaannya sebagai berikut: Klp = Kp/p...(3) Dimana : p = produktivitas (ton/ha) Produktivitas berasal dari produktivitas tahun 2010 sementara pertumbuhan produktivitas per tahun untuk provinsi berdasar pada rata-rata pertumbuhan produktivitas 2000-2010 sedangkan kabupaten berdasar rata-rata pertumbuhan produktivitas 2004-2010. Kebutuhan Luas Tanam (Kt) Kebutuhan luas tanam adalah kebutuhan luas panen ditambah dengan luas resiko gagal panen. Persamaannya sebagai berikut: Kt = Klp + Lgp...(4) Dimana : Klp = Kebutuhan luas panen (ha) Lgp = Luas resiko gagal panen (ha) Luas gagal panen (puso) didasarkan kepada luas gagal panen nasional pada tahun 2003-2008 yaitu 1% dari luas panen. Data ini digunakan karena data luas gagal panen provinsi dan kabupaten tidak tersedia. Kebutuhan Lahan Baku Sawah (Ks) Kebutuhan lahan baku sawah adalah luas tanam dibagi intensitas pertanaman. Persamaannya sebagai berikut: Ks= Kt/IP * 100...5) Dimana: Ks = kebutuhan lahan (Ha) Kt = kebutuhan luas tanam (Ha) IP = Intensitas Pertanaman (%)

26 Untuk menghitung kontribusi yang harus diberikan Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Pasaman Barat terhadap nasional dan provinsi dilakukan dengan menghitung kontribusi produksi GKG masing-masing wilayah selama 8 tahun terakhir. Hal ini dilakukan agar kontribusi yang harus diberikan tidak membebani wilayah lumbung padi. Kontribusi produksi ini kemudian dijadikan dasar dalam menghitung kebutuhan lahan sawah dengan kondisi seperti produktivitas, IP yang disesuaikan dengan kondisi wilayah penelitian. Proyeksi kebutuhan lahan sawah ini menggunakan beberapa asumsi: (1) luas sawah yang didelineasi tidak mengalami perubahan; (2) tidak terjadi degradasi lahan dan lingkungan; dan (3) luas gagal panen (puso) adalah 1 % dari luas panen. 6. Analisis Proyeksi Kebutuhan Lahan Sawah Kecamatan Analisis proyeksi ini digunakan untuk mengetahui apakah kecamatan tertentu mengalami surplus lahan atau mengalami defisit lahan terhadap kontribusinya bagi ketahanan pangan di Kabupaten Pasaman Barat. Dalam memproyeksi kebutuhan lahan sawah ini ada 2 skenario yang dipakai, yakni skenario optimis dan skenario pesimis. Skenario Optimis adalah suatu teknik atau cara dimana diasumsikan produktifitas produksi naik 1,35 % setiap tahunnya, indeks pertanaman naik 1 % tiap tahunnya dan konsumsi pangan 109 kg/kapita/tahunnya. Skenario pesimis adalah suatu teknik atau cara dimana produktifitas produksi tetap setiap tahunnya, indeks pertanaman tetap tiap tahunnya dan konsumsi pangan 140 kg/kapita/tahunnya. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahunan, menengah dan panjang. Untuk rentang waktu jangka menengah adalah 5 tahun dan jangka panjang adalah 20 tahun. Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, untuk membuat kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di daerahnya harus memperhatikan daerah-daerah yang mengalami surplus lahan ataupun defisit lahan. Pengkajian lebih lanjut perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah, sebab suatu daerah yang mengalami surplus lahan belum tentu mengalami surplus produksi ataupun sebaliknya defisit lahan belum tentu mengalami defisit produksi. Sebagai contoh, kecamatan tertentu yang mengalami defisit lahan akan tetapi produksi lahan sawahnya tinggi dan IP lebih dari 2 kali setahun akan mengalami surplus produksi.

27 7. Analisis Pendapat Masyarakat terhadap Kelompok Usulan LP2B dan LCP2B Berbagai upaya untuk mengendalikan alih fungsi lahan sawah telah banyak dilakukan. Beragam studi yang ditujukan untuk memahami proses terjadinya alih fungsi, faktor penyebab, tipologi alih fungsi, maupun estimasi dampak negatifnya telah banyak pula dilakukan. Beberapa rekomendasi telah dihasilkan dan sejumlah kebijakan telah dirumuskan. Dari penelitian-penelitian yang ada memang disadari bahwa menghitung nilai sebenarnya atas lahan sawah bukanlah pekerjaan yang sederhana dan mudah, apalagi bila menyangkut aspek non fisik yang tidak dapat diperdagangkan (untradeable). Analytical Hierarchy Process (AHP) pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai alat bantu menentukan kriteria dalam penentuan strategi penetapan LP2B dan LCP2B lahan sawah. AHP memungkinkan menyelesaikan masalahmasalah yang berkaitan dengan faktor nyata dan tidak nyata. Data, gagasan, dan intuisi dapat diatur dengan menggunakan struktur hirarki secara logis. Selain itu AHP dapat menampung ketidakpastian dan dapat melakukan revisi sedemikian rupa atas masalah-masalah yang dihadapi. Dalam perkembangannya AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria atau multi kriteria, tetapi juga penerapannya telah meluas sebagai metoda alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah (Marimin, 2004). AHP adalah pengukuran yang dilakukan untuk menemukan skala rasio dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinyu. Perbandinganperbandingan tersebut dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan dan prefensi relatif. Metode ini juga meperhatikan secara khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan pada ketergantungan di dalam dan diantara kelompok elemen strukturnya (Marimin, 2004). AHP memungkinkan untuk melihat elemen-elemen permasalahan secara terpisah-pisah. Satu elemen dibandingkan dengan lainnya berdasarkan kriteria tunggal yang merupakan proses keputusan dari perbandingan berpasangan, serta membantu penyusunan permasalahan, mendorong melakukan pertimbangan/ penilaian, dan mengumpulkan atau menggabungkan semua pertimbangan kedalam alternatif-alternatif yang diprioritaskan dari yang paling baik sampai yang paling buruk.

28 Langkah-langkah dalam metode AHP meliputi (Saaty, 2003) : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif kriteria dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1993) untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Skala penilaian perbandingan berpasangan dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4, 6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3, maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan A1 A2 A3 A1 1 A2 1 A3 1 Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 3, Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisis dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka

29 elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3. Penentuan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan: a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan. b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut: Hubungan kardinal : a ij. a jk = a ik Hubungan ordinal : A i > A j, A j > A k maka A i > A k Hubungannya dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang. b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.

30 8. Pengelompokan Lahan Pertanian Pangan yang Diusulkan untuk LP2B dan LCP2B Proses analisis lahan aktual dan potensial yang dapat diusulkan untuk dilindungi, dilakukan dengan 2 tahapan. Tahap awal merupakan penapisan terhadap lahan-lahan yang dapat dijadikan LP2B dan LCP2B dan lahan yang berada diluar LP2B dan LCP2B. Lahan yang dapat dilindungi tersebut adalah: Lahan yang berada dalam suatu hamparan yang bersifat saling mempengaruhi. Lahan yang memiliki jaringan infrastruktur jalan dan irigasi Tahap berikutnya dilakukan untuk menentukan lahan aktual dan lahan potensial yang dilindungi dengan menggunakan 3 (tiga) kelompok lahan yaitu: 1) Kelompok 1: berdasarkan hasil AHP, proyeksi kebutuhan lahan sawah dan kesesuaian lahan 2) Kelompok 2: berdasarkan batas administrasi kecamatan 3) Kelompok 3: berdasarkan pertimbangan etnis Masing-masing prioritas memiliki variabel penciri yang berbeda antara satu dengan yang lain (lihat Tabel 5). Tabel 5. Matriks Variabel Penciri dari Masing-masing kelompok Usulan Lahan Pertanian Pangan (LPP) yang terdiri dari LP2B dan LCP2B Variabel Hasil AHP/Proyeksi/Kesesuian Lahan (Kelompok 1) Batas Administrasi kecamatan (Kelompok 2) Pertimbangan etnis (Kelompok 3) Hasil AHP/Proyeksi/Kesesuaian Lahan (Kelompok 1) LPP tidak berbasis wilayah administrasi kecamatan Kontiguitas spasial sebagai penentu utama, berdasarkan: 1) Hamparan, 2) Produktifitas, 3) jalan, 4) Irigasi Coverage/tutupan setiap hamparan LPP sedang Batas Administrasi kecamatan (Kelompok 2) Setiap LPP di 1 wilayah administrasi kecamatan Kontiguitas spasial tidak menjadi penentu terpenting hamparan LPP relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelompok 1 dan 3 Pertimbangan etnis (Kelompok 3) LPP tidak berbasis wilayah administrasi kecamatan Kontiguitas etnis sebagai penentu utama Coverage/tutu pan setiap hamparan LPP paling besar Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3, sedangkan matriks análisis penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

31 Tahap I. Analisis dan Identifikasi Penggunaan Lahan Tahap II. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan Citra Landsat Sifat/Karakteristik Peta Tanah Peta curah hujan Tanah Kualitas/Krakteristik lahan Interpretasi Tahap III Analisis dan Identifikasi Luas Lahan Aktual dan Potensial Overlay Peta Kelas Kesesuaian Lahan Sawah Overlay Citra Landsat Peta Lahan Aktual dan Potensial Lahan sawah Interpretasi Tahap IV Analisis Lahan Aktual mempunyai Infrastruktur Citra Landsat Interpretasi Overlay Peta Lahan Aktual dan Potensial utk LP2B dan LCP2B Overlay Peta Jaringan Infrastruktur Tahap V Analisa Kebutuhan Lahan Sawah Kabupaten Tahap VI Analisa Kebutuhan Lahan Sawah Kecamatan Tahap VII. Analisa Pendapat Masyarakat Tahap VIII Pengelompokkan Lahan Pertanian Pangan Peta Hamparan Lahan Sawah Aktual mempunyai Jaringan Infrastruktur Citra Landsat Interpretasi Pengelompokkan Lahan Potensial yang sesuai ya Peta Hamparan Lahan yg dapat direkomendasikan untuk LP2B dan LCP2B Tdk Lahan Potensial yang tidak sesuai Pengelompokkan Kelompok Arahan LP2B, LCP2B Kelompok 1 Kelompok II Kelompok III Gambar 3. Bagan Alir Tahapan Penelitian

32 Tabel 6. Matriks Analisis Penelitian No. Tujuan Metode Analisis Jenis Data 1. Identifikasi dan Analisis Penggunaan Lahan 2. Analisis dan Identifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Untuk lahan padi sawah 3. Analisis dan Identifikasi Luas lahan aktual & potensial 4. Identifikasi Lahan Aktual dan Potensial berdasarkan Jaringan Infrastruktur Pendukung Pertanian 5 Analisis Kebutuhan Lahan Sawah Kabupaten Pasaman Barat 6 Analisis Kebutuhan Lahan Sawah Setiap Kecamatan Analisis SIG : -Overlay peta landuse Analisis SIG : - Overlay kriteria kelas kesesuaian lahan dengan peta lahan aktual dan potensial Interpretasi Citra Analisis SIG, Overlay Peta Analisis SIG Overlay Peta kesesuaian lahan dengan peta jaringan jalan dan irigasi Skenario Optimis Skenario Pesimis Skenario Optimis Skenario Pesimis -Peta Penggunaan lahan - Peta kriteria kesesuaian lahan - Peta Lahan Aktual dan Potensial (LAP) - Peta tutupan lahan - Peta Administrasi - Peta Kesesuaian Lahan - Peta Lahan Aktual dan Potensial - Peta Jalan - Peta Irigasi - Pasaman Barat Dalam Angka - Product Domestic Regional Bruto (PDRB) - Kecamatan Dalam Angka - PDRB Sumber Data - Kab. Pasbar - Kab. Pasbar Kab. Pasbar - Hasil pengolahan data tahap sebelumnya - Petani - - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, dll - Petani - - Dinas Pertanian, dll Output Ketersediaan Lahan Aktual dan Potensial Sawah Kesesuaian lahan Sawah Peta lahan aktual dan potensial Peta lahan aktual dan potensial berdasarkan jaringan infrastruktur Mengetahui kebutuhan lahan sawah dalam jangka waktu tertentu usaha memenuhi kebutuhan penduduk Mengetahui kecamatan tertentu mengalami defisit atau surplus lahan 7 Analisis Pendapatn Masyarakat terhadap Penetapan LP2B dan LCP2B 8 Pengelompokan Lahan Pertanian Pangan terhadap usulan Kelompok yang dilindungi Analytical Hierarchi Process (AHP) Analisis Spasial secara visual Dasar pertimbangan pada Hasil AHP/proyeksi/kesesuaian Batas Kecamatan, Pertimbangan etnis Administrasi - Wawancara dan Kuesioner Pengelompokk an Lahan Pertanian Pangan - Instansi terkait dengan data/para pengambil Keputusan Hasil pengolahan data tahap sebelumnya Pendapat Masyarakat tentang Lahan Pertanian Pangan (LPP) hamparan lahan pertanian pangan yang direkomendasikan untuk dilindungi